Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Dasar

Dalam praktikum penyelidikan di lapangan, dilakukan dengan drilling atau


pengeboran, dan juga sampling (pengambilan contoh tanah). Uji bor tangan (hand
bor) bertujuan untuk mengetahui lapisan tanah yang diteliti, meliputi sifat-sifat
tanah, seperti kelembaban, kekuatan, permeabilitas, dll. Selain itu, hand bor
dilakukan untuk memberikan gambaran lapisan tanah melalui pengamatan visual
tipe berbasis warna. Tes ini merupakan bagian penting dari setiap pengujian tanah.
Pengujian ini biasanya dilakukan di lapangan, karena setiap lapisan tanah dan
karakteristiknya atau karakteristik lainnya berbeda, sehingga diperlukan survei
tersebut.

Praktikum Unconfined Compressive Strength dilakukan dalam kondisi tanah


undrained, dimana tidak adanya aliran air selama pembebanan, sehingga tidak
terjadinya perubahan volume pada sampel tanah. Uji tekan bebas dilakukan pada
sampel tanah asli atau kondisi undisturbed dan kondisi tidak asli atau moulded, lalu
diukur kemampuan masing-masing sampel terhadap kekuatan bebas. Dari nilai kuat
tekan maksimum yang dapat diterima pada masing-masing sampel akan didapar
sensitivitas tanah. Nilai dari sensitivitas ini untuk mengukur bagaimana perilaku
tanah jika terjadinya gangguan yang diberikan dari luar.
𝐴0 𝐿0 𝐴0 𝐴 0 (2.1)
A=𝐿 = ∆𝐿 = 1−𝜀
0 −∆𝐿 1−
𝐿0

𝑃𝑚𝑎𝑥 (2.2)
qu = 𝐴
𝑞𝑢
Cu = (2.3)
2

𝛥𝐿 (2.4)
𝜀= x 100%
𝐿˳

𝐴˳ (2.5)
A = (1−𝜀)
𝛥𝑃 (2.6)
Δσ = 𝐴
𝑞𝑢
Cu = (2.7)
2

KELOMPOK 7C
𝑞𝑢 𝑈𝑛𝑑𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑏𝑒𝑑 (2.8)
St = 𝑞𝑢 𝑅𝑒𝑚𝑜𝑙𝑑𝑒𝑑
𝑤𝑠 −𝑤𝑑
ɷ (%)= x100% (2.9)
𝑤𝑑

Pengujian geser langsung merupakan salah satu jenis pengujian tertua dan sangat
sederhana untuk menentukan parameter kuat geser tanah c dan Ø. Dalam percobaan
ini dapat dilakukan pengukuran secara langsung dan cepat nilai kekuatan geser
tanah dengan kondisi tanpa pengaliran atau dalam konsep tegangan total. Pengujian
ini diperuntukan bagi tanah non-kohesif, namun dalam perkembangannya dapat
pula diterapkan pada jenis tanah kohesif. Ada beberapa nilai yang dihitung dalam
pengujian geser langsung yaitu:
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 (2.10)
σ’ = 𝐿𝑢𝑎𝑠

𝛥ℎ (2.11)
𝜀=
𝐿˳
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟 (2.12)
τ= 𝐿𝑢𝑎𝑠
1 (2.13)
𝐴= 𝑥 3,14 𝑥 𝐷 2
4
𝑤𝑠 −𝑤𝑑
ω (%) = (2.14)
𝑤𝑑

τ’ = c + σ’ tan φ (2.15)

Uji Unconsolidated Undrained (UU) adalah uji cepat (quick-test), mula-mula


sampel diberi tegangan kekang (σ3), kemudian diberi tegangan normal melalui
tegangan deviator (∆σ) sampai terjadi keruntuhan. Selama pengujian, air tidak
diizinkan keluar dari benda uji (katup drainase ditutup). Akibatnya beban normal
tidak ditransfer ke butiran tanah dan terjadi kelebihan tekanan air pori. Nilai kuat
geser yang rendah terjadi pada uji (UU), tanah lempung jenuh air memiliki nilai
sudut geser dalam (ø) nol, sehingga yang ada hanya nilai c saja. Kondisi undrained
dapat dilakukan dengan pengujian cepat pada tanah permeabilitas rendah (agar
konsolidsi tidak terjadi). Pada uji triaksial UU rumus yang digunakan adalah:
𝑞𝑢
Su = (2.16)
2

Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan volume secara perlahan–lahan pada


tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran sebagian air
pori. Terjadinya konsolidasi tergantung pada bagaimana cepatnya tekanan air pori

KELOMPOK 7C
yang berlebih akibat beban yang bekerja dapat dihilangkan. Karena itu koefisien
permeabilitas merupakan faktor penting di samping penentuan berapa jauh jarak air
pori yang harus dikeluarkan dari pori-pori yang ukurannya bertambah kecil untuk
dapat meniadakan tekanan yang berlebihan. Hasil percobaan konsolidasi dapat
dicari dengan dua cara. Cara pertama adalah membuat grafik penurunan terhadap
tekanan, cara kedua adalah membuat grafik angka pori terhadap tekanan. Pada
percobaan kali ini dalam perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑒1 −𝑒2
Cr = 𝑃
(2.17)
𝑙𝑜𝑔𝑙𝑜𝑔 ( 2 )
𝑃1

𝑒1 −𝑒2
Cc = 𝑃
(2.18)
𝑙𝑜𝑔𝑙𝑜𝑔 ( 2 )
𝑃1

𝑒1 −𝑒2
Cs = 𝑃
(2.19)
𝑙𝑜𝑔𝑙𝑜𝑔 ( 2 )
𝑃1

D2 = D1 x 1,15 (2.20)
0,848 𝑥 𝐻𝑑𝑟 2 (2.21)
Cv = 𝑡90

ΔH = Final Dial(n+1) - Final Dial(n) (2.22)


𝛥𝐻 (2.24)
Δe = 𝐻𝑠

e = e(n-1) – Δe (2.25)
𝑝 𝑥 10−3 (2.26)
𝜎= 𝐴
𝑊 𝑥 𝐺𝑠 (2.27)
Sr = 𝑒

Suatu bangunan atau konstruksi yang akan didirikan di atas suatu tempat akan
sangat dipengaruhi oleh sifat dan jenis tanah di tempat bangunan itu akan didirikan.
Untuk itu, dibutuhkan penyelidikan – penyelidikan terhadap tanah tempat bangunan
itu akan dibangun, yang merupakan hal penting dalam merancang suatu bangunan.
Salah satunya dengan Cone Penetration Test (CPT)/Sondir. Cone Penetration Test
(CPT) atau lebih sering disebut sondir adalah salah satu survey lapangan yang
berguna untuk memperkirakan letak lapisan tanah keras. Tes ini baik dilakukan
pada lapisan tanah lempung. Dari tes ini didapatkan nilai perlawanan penetrasi
konus. Perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan tanah terhadap ujung konus
yang dinyatakan dalam gaya per satuan luas. Sedangkan hambatan lekat adalah
perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus dalam gaya per satuan panjang.

KELOMPOK 7C
Nilai perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat dapat diketahui dari bacaan
pada manometer.
𝐴𝑝𝑖 (2.30)
fs = (Tw-Cw) × ( )
𝐴𝑠

Friction = 20 fs (2.31)
𝑓 (2.32)
Fr = 𝑞𝑠 x 100%
𝑐

𝐹𝑟𝑖𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 + 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 (2.34)


Tf = 10

2.2. Metodologi

Langkah-langkah yang dilakukkan dalam penelitian ini adalah melakukan


praktikum secara online (dalam jaringan) dengan media youtube, membuat laporan
praktikum, menghitung data sekunder yang deberikan, dan menganalisis hasil
perhitungan praktikum. Sumber data dalam praktikum ini adalah data sekunder
yang diberikan asisten praktikum. Data ini diambil dari penelitian yang sudah
dilakukan sebelumnya. Lokasi praktikum dilaksanakan di Laboratorium Mekanika
Tanah Institut Teknologi Sumatera. Pengamatan yang dilakukan pada praktikum
ini dilaksanakan dengan cara menghitung dan menganalisis data yang telah
diberikan.
2.2.4. PENGUJIAN KUAT GESER TRIAXIAL UU

2.2.4.1. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut :


1. Sampel Tanah Undistrubed

Gambar 2.76. Sampel Tanah Undistrubed

KELOMPOK 7C
2. Timbangan

Gambar 2.77. Timbangan


3. Stopwatch

Gambar 2.78. Stopwatch


4. Extruder

Gambar 2.79. Extruder

KELOMPOK 7C
5. Air Suling

Gambar 2.80. Air Suling


6. Sistem Tekanan Air

Gambar 2.81. Sistem Tekanan Air


7. Mould

Gambar 2.82. Mould

KELOMPOK 7C
8. Alat Triaxial Lengkap

Gambar 2.83. Alat Triaxial Lengkap


9. Membran Lateks

Gambar 2.84. Membran Lateks


10. Peregang Membran

Gambar 2.85. Peregang Membran

KELOMPOK 7C
11. Karet Gelang dan Cincin O

Gambar 2.86. Karet Gelang dan Cincin O


12. Kertas Saring dan Batu Pori

Gambar 2.87. Kertas Saring dan Batu Pori


13. Penggaris

Gambar 2.88. Penggaris

KELOMPOK 7C
14. Dongkrak

Gambar 2.89. Dongkrak

2.2.4.2. Prosedur Percobaan

Adapun prosedur percobaan yang dilakukan sebagai berikut :

1. Mencetak sampel menggunakan extruder kedalam mould.

Gambar 2.90. Mencetak Sampel dengan Extruder


2. Keluarkan sampel yang telah dibentuk menggunakan dongkrak.

Gambar 2.91. Mengeluarkan sampel dengan Dongkrak

KELOMPOK 7C
3. Mengukur dimensi sampel yang sudah dikeluarkan.

Gambar 2.92. Mengukur Dimensi Sampel


4. Menimbang sampel.

Gambar 2.93. Menimbang Sampel


5. Letakan sampel pada alat triaxial dan taruh batu pori serta kertas saring pada
atas dan bawah sampel.

Gambar 2.94. Menyusun Sampel, Batu Pori dan Kertas Saring

KELOMPOK 7C
6. Pasang membran lateks menggunakan peregang membran.

Gambar 2.95. Memasang Membran Lateks


7. Ikat membran lateks menggunakan karet gelang pada spesimen.

Gambar 2.96. Mengikat Membran Lateks


8. Taruh dinding sel dan tutup spesimen, pastikan lubang piston penutup
menghadap ke atas.

Gambar 2.97. Menutup specimen

KELOMPOK 7C
9. Kencangkan setiap tiga batang sel.

Gambar 2.98. Mengencangkan Batang Sel


10. Buka katub ventilasi yang ada di atas sel triaksial dan mulai pengisian air.

Gambar 2.99. Membuka Katub Ventilasi


11. Mengatur posisi sel triaksial di rangka beban dengan indikator deformasi
LVDT dan sel beban, nol kan indikator deformasi LVDT dan indikator beban.

Gambar 2.100. Mengatur Indikator Deformasi LVDT

KELOMPOK 7C
12. Naikkan tekanan sel melalui katub cell pressure.

Gambar 2.101. Menaikkan Tekanan Sel Katub Cell Pressure


13. Tutup semua katub kecuali katub tekanan sel.

Gambar 2.102. Menutup semua katub


14. Mulai pembebanan dengan laju regangan antara 0,3 sampai 1 %/menit dan
lakukan pembacaan data.

Gambar 2.103. Melakukan Pembebanan

KELOMPOK 7C
15. Keluarkan sampel dan masukkan kedalam oven selama 24 jam kemudian
ditimbang.

Gambar 2.104. Memasukan sampel ke dalam oven

KELOMPOK 7C
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.4. PENGUJIAN KUAT GESER TRIAXIAL UU

3.4.1. Data Hasil Percobaan

Tabel 3.13. Data Hasil Percobaan


Waktu (s) Deformasi (mm) Load Cell (Kg)
0 0 0
6 0,06 5,47
12 0,08 5,86
18 0,1 5,92
24 0,11 5,88
30 0,12 5,81
60 0,14 5,87
90 0,22 5,65
120 0,3 5,83
150 0,48 6,7
180 0,59 7,03
240 0,76 13,33
300 1,23 23,8
360 1,73 36,66
420 2,24 48,7
480 2,77 58,48
540 3,32 66,88
600 3,81 73,32
660 4,28 79,12
720 5,1 83,84
780 5,27 90,72
840 5,34 91,88
900 5,73 94,97
Sumber: Data Sekunder Percobaan

Tabel 3.14. Data Hasil Percobaan


Tinggi awal sampel (L0) 7,6 cm
Berat basah (W1) 169,55 gram
Berat kering (W2) 131,55 gram
Tinggi akhir sampel 7,4 cm

KELOMPOK 7C
Diameter 3,7 cm
Sumber: Data Sekunder Percobaan

3.4.2. Perhitungan

1. Mencari kadar air dari persamaan


W1 - W2
ω= x 100%
W1

169,55 - 131,55
ω= x 100% = 28,9 %
169,55
2. Menghitung nilai regangan aksial dari persamaan
∆L
ε=
Lo
Tanah UDS
0,06 mm
ε2 = × 100% = 0,079 %
76 mm
0,08 mm
ε3 = × 100% = 0,105 %
76 mm
0,1 mm
ε4 = × 100% = 0.132 %
76 mm
3. Menghitung luas penampang dari persamaan rumus
A0
A=
(1 - ε)
Tanah UDS
10,7 cm²
A2 = = 10,755 cm²
(1- (0,079⁄100))

10,7 cm²
A3 = = 10,758 cm²
(1- (0,105⁄100))

10,7 cm²
A4 = = 10,761 cm²
(1- (0,132⁄100))

4. Menghitung nilai ∆σ dari persamaan


∆P
∆σ =
A
Tanah UDS
5,47 kg
∆σ2 = 10,755 cm² = 0,509 kg⁄cm²

KELOMPOK 7C
5,86 kg
∆σ3 = 10,758 cm² = 0,545 kg⁄cm²
5,92 kg
∆σ4 = 10,761 cm² = 0,550 kg⁄cm²

5. Nilai qu
qu maksimal UDS = 8,171 kg/cm2

6. Nilai Su dari persamaan


8,171 kg/cm2
Su = = 4.085 kg/cm2
2

Tabel 3.15. Data Hasil Perhitungan Tanah UDS


Regangan Aksial (ε) Luas Penampan A Tegangan Deviator Δσ
(%) (cm2) (kg/cm2)

0 0 0
0.079 10.755 0.509
0.105 10.758 0.545
0.132 10.761 0.550
0.145 10.762 0.546
0.158 10.764 0.540
0.184 10.766 0.545
0.289 10.778 0.524
0.395 10.789 0.540
0.632 10.815 0.620
0.776 10.831 0.649
1.000 10.855 1.228
1.618 10.923 2.179
2.276 10.997 3.334
2.947 11.073 4.398
3.645 11.153 5.243
4.368 11.238 5.951
5.013 11.314 6.481
5.632 11.388 6.948
6.711 11.520 7.278
6.934 11.547 7.856
7.026 11.559 7.949
7.539 11.623 8.171
Sumber: Data Hasil Perhitungan

KELOMPOK 7C
Regangan Aksial Vs Tegangan
9
8
Tegangan (kg/cm2)

7
6
5
4
3
2
1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
Regangan (%)

Grafik 3.7. Grafik tanah UDS

Tegangan Geser VS Tegangan Normal


6
Tegangan Geser ( kg/cm2)

5
Su = 4.085 kg/cm2
4

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tegangan Normal (kg/cm2)

Grafik 3.8. Diagram Mohr

KELOMPOK 7C
3.4.4. Analisis

Pada praktikum kali ini yaitu tentang pengujian kuat geser triaksial uu dan
perhitungan diperoleh hasil yang dapat Nilai keruntuhan tanah diperoleh nilai load
cell terbesar pada detik 900 sebesar 94,97 kg. untuk nilai kadar air sebesar 28,9 %.
Besar nilai tegangan deviator berbanding lurus dengan load cell yang dihasilkan,
sehingga semakin besar load cell maka tegangan deviator akan semakin besar juga.
Pada grafik tegangan vs regangan diketahui jika semakin besar tegangan yang
diberikan maka regangan yang dihasilkan akan semakin besar. Nilai qu maksimal
yang diperoleh sebesar 8,171 kg/cm2 dan dari tabel data diatas dapat disimpulkan
bahwa sampel tanah memiliki konsistensi tanah yang keras. Nilai Su yang diperoleh
pada pengujian pada tanah tidak terganggu (UDS) sebesar 4.085 kg/cm2.

KELOMPOK 7C
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat pada praktikum ini sebagai berikut:


1. Semakin besar kedalaman tanah akan memiliki warna yang semakin gelap
dan untuk mengetahui symbol jenis tanah pada tiap kedalaman sesuai dengan
USCS (United Soil Classification System). Tanah yang mendekati permukaan
berebntuk butiran seperti bebatuan sedangkan tanah yang semakin dalam
berbentu butiran halus.
2. Nilai tegangan maksimum yang terjadinya keruntuhan pada tanah
undistrubed lebih besar dari pada tengangan maksimum tanah remoulded.
3. Semakin besar nilai Load Cell, maka semakin besar pula nilai tegangan
gesernya. Begitu juga dengan nilai koefisien kohesi yang didapat melalui
grafik yaitu 1,0008.
4. Besar nilai tegangan deviator berbanding lurus dengan load cell yang
dihasilkan, sehingga semakin besar load cell maka tegangan akan semakin
besar.

4.2. Saran

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diberikan saran antara lain sebagai
berikut:
1. Sebaiknya praktikan memahami modul sebelum mengerjakan laporan.
2. Sebaiknya praktikan memahami prosedur melalui youtube yang telah
disediakan sebagai referensi.
3. Sebaiknya praktikan memiliki banyak sumber referensi lainnya.

KELOMPOK 7C
KELOMPOK 7C

Anda mungkin juga menyukai