Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Hukum Resistivitas


Dalam metode geolistrik prinsip pengukurannya dengan menetukan distribusi
potensial listrik pada permukaan tanah, sehingga besar resistivitas bahan dalam tanah
diketahui.

Gambar 2.1. Arus listrik melalui bahan berbentuk silinder dengan beda
potensial (Reynolds, 1997).
Arus listrik dengan beda potensial pada kedua ujungnya ∆ , yang melalui suatu
bahan berbentuk silinder akan berbanding lurus dengan luas penampang A dan
berbanding terbalik dengan panjang L.
= (2.1)

dimana :
= Hambatan jenis suatu material (Ωm)
= Hambatan (Ω)
= Panjang material (m)
= Luas penampang ( )

4
5

Menurut hukum Ohm :


= (2.2)

Dimana :
= Beda potensial (volt)
= Arus (ampere)
Persamaan (2.2) disubtitusikan pada persamaan (2.1) maka diperoleh resistivitas
jenis suatu material :
= (2.3)

2.2. Metode Geolistrik


Metode resistivitas (Geolistrik) dikembangkan di awal 1900-an tetapi menjadi
banyak digunakan sejak tahun 1970-an, disebabkan ketersediaan komputer untuk
memproses dan menganalisis data. Teknik ini digunakan secara ekstensif dalam
pencarian sumber air tanah dan juga memonitor jenis pencemaran air tanah, dalam
berbagai teknik survei dapat menemukan rongga, sub-surface, patahan dan rekahan,
permafrost, jalur tambang dll, dan dalam bidang arkeologi untuk memetakan luas area
sisa pondasi bangunan kuno yang terkubur, di antara banyak aplikasi lainnya metode
resistivitas listrik juga digunakan secara ekstensif dalam kegiatan logging (Reynolds,
1997).
Tujuan dilakukannya survei geolistrik adalah untuk mengetahui perbedaan
tahanan jenis (resistivitas) bawah permukaan bumi dengan melakukan pengukuran di
permukaan bumi (Sakka, 2002). Metode geolistrik menggunakan arus listrik searah
yang diinjeksikan dengan dua buah elektroda arus ke dalam bumi, kemudian
mengamati pontesial yang terjadi melalui dua buah elektroda potensial. Karena efek
usikan tersebut (injeksi), arus akan menjalar melalui medium bumi dan menjalar ke
arah radial. Besarnya arus radial dapat diukur dalam bentuk beda potensial pada suatu
tempat tertentu di permukaan tanah, sehingga akan diperoleh informasi tahanan jenis
batuan bawah permukaan bumi. Variasi resistivitas pada batuan menunjukkan
perbedaan komposisi, ketebalan atau tingkat kontaminasi (Hartantya, 2000).
6

Gambar 2.2. Aliran arus dengan sumber tunggal (Telford et al., 1982).
Garis aliran arus medan listrik pada arah radial, tampak bahwa permukaan
equipotensialnya berupa permukaan setengah bola 2πr bila elektroda titik yang
mengirimkan arus ditempatkan pada permukaan homogen isotropis, sebagai model
bumi sederhana dan udara di atasnya mempunyai konduktivitas nol (Telford et al.,
1982). Jika arus listrik dengan kerapatan arus ⃑ diinjeksikan ke bumi melalui
δ ⃑ yang merupakan elemen permukaan dalam ampere per meter persegi, maka arus :
= ⃑. δ ⃑ (2.4)
Dalam luas setengah bola (2 ) maka :
⃑= ̂ (2.5)

Dalam hukum Ohm hubungan medan listrik ( ⃑ ) dan rapat arus ( ⃑) dinyatakan :

= ⃑
(2.6)

Diperoleh :
⃑= ⃑ (2.7)

Dimana E merupakan medan listrik dalam volt per meter dan ⃑ dalam Ampere
per meter . Medan listrik adalah gradien skalar potensial.
7

⃑ = −∇⃑ (2.8)
Pada sistem simetri dan kondisi homogen isotropis, potensial merupakan fungsi
r, dimana r jarak dari sumber arus ke titik pengukuran. Dalam sistem ini potensialnya
menurun sepanjang r, maka medan listriknya :
⃑=− ̂ (2.9)

Maka persamaan 2.5 dan 2.9 disubtitusikan ke persamaan 2.7


̂ =− ̂ (2.10)

=− (2.11)

=− (2.12)

∫ =− ∫ (2.13)

Sehingga didapat
V= + (2.14)

Besarnya beda potensial yang ditimbulkan sumber arus tunggal menjalar ke arah
radial di bawah permukaan bumi dimana bidang luasan berbentuk setengah bola
dengan C merupakan konstanta (Telford et al., 1982).
2.2.1. Konfigurasi Elektroda Wenner
Konfigurasi elektroda Wenner merupakan penyusunan letak 4 buah elektroda
yang terletak dalam satu garis simetris terhadap suatu titik, terdiri dari 2 buah elektroda
arus dan 2 buah elektroda potensial dengan jarak antar elektroda adalah a. Konfigurasi
Wenner memiliki keunggulan resolusi vertikal yang baik, namun tidak baik jika
digunakan untuk target yang terlalu dalam dan sensitif membaca homogenitas batuan
(Reynolds, 1997).
Kontribusi sinyal untuk konfigurasi Wenner, ditunjukan ketika arus di injeksikan
melalui elektroda arus A dan B, maka arus merambat secara radial. Potensial timbul
karena adanya interaksi antara arus yang merambat dengan beda hambatan material
8

dalam bumi, dan garis equipotensial merupakan garis yang menghubungkan titik yang
besaran potensialnya sama dengan syarat tegak lurus arus.

Gambar 2.2. Elektroda konfigurasi Wenner (Telford et al., 1982).


Besar jarak AB (elektroda arus) pada konfiguraasi Wenner selalu tiga kali lebih
besar jarak MN (elektroda potensial). Bila jarak MN diperlebar maka jarak AB harus
diubah, sehingga jarak AB tiga kali jarak MN (Muallifah, 2009).
Nilai potensial terukur pada elektroda MN karena dipengaruhi oleh sumber arus
AB, dapat diukur dengan persamaan 2.14.
Potensial di titik M karena pengaruh arus A
= ( ) (2.15)

Potensial di titik M karena pengaruh arus B


=− ( ) (2.16)

Potensial total di titik M


= ( − ) (2.17)

Potensial di titik N karena pengaruh arus A


= ( ) (2.18)

Potensial di titik N karena pengaruh arus B


=− ( ) (2.19)

Potensial total di titik N


9

= ( − ) (2.20)

Nilai beda potensial diperoleh dari − :


∆ = − (2.21)

∆ = − − − (2.22)

∆ = − − − (2.23)

∆ = − − + (2.24)


= (2.25)

atau

= (2.26)

Dimana bila r dalam a maka :


= 1 1 1 1 (2.27)
− − +
2 2

= (2.28)
( )

= (2.29)
( )

=2 (2.30)
10

maka tahanan jenis pada konfigurasi Wenner adalah :



=2 (2.31)

dengan :
ρ = Resistivitas semu
K = Faktor geometri
= Jarak elektroda
∆ = Beda potensial
= Besarnya arus
(Telford et al., 1982)
2.3. Kelistrikan Batuan
Dari semua sifat-sifat fisik mineral dan batuan, resistivitas menunjukkan
variasi paling besar. Dalam desinty, kecepatan rambat gelombang, dan radioaktif nilai
variasinya kecil dalam rentang nilai magnetik sebesar 10 . Namun, resistivitas dari
mineral logam kecil 10 Ω , kadar air kecil, batuan ukuran butir close-grained
seperti gabro sebesar 10 Ω . Mungkin jangkauan maksimum bahkan lebih dari
perak asli (1,6 x 10 Ω ) hingga ke sulfur murni (10 Ω ). Konduktor biasanya
didefinisikan sebagai bahan dari resistivitas kurang dari 10 Ω , sedangkan isolator
memiliki resistivitas lebih besar dari 10 Ω . Antara batas-batas ini terdapat
semikonduktor. Logam dan grafit adalah konduktor, mengandung sejumlah besar
elektron bebas. Semikonduktor pun membawa arus namun dengan gerakan elektron
lebih sedikit (Telford et al., 1982).
Sifat kelistrikan dari batuan dipengaruhi oleh dua parameter utama yakni
resistivitas lapisan dan tebal lapisan itu sendiri. Sedangkan parameter turunan lainnya
adalah konduktansi longitudinal, resistansi transversal, resistivitas transversal, dan
resistivitas longitudinal (Prameswari, Bahri, & Parnadi, 2012).
11

Tabel 2.1. Resistivitas jenis batuan dan sedimen (Telford et al., 1982).
Tipe Batuan Rentang Tahanan Jenis (Ωm)
Clay/lempung 1-100
Silt/lanau 10-200
Marls/batulumpur 3-70
Kuarsa 10-2x10
Sandstone/BatuPasir 50-500
Limestone/Batukapur 100-500
lava 100-5x10
Air tanah 0,5-300
Air laut 0,2
Breksi 75-200
andesit 100-200
Tufa vulkanik 20-100
konglomerat 2x10 -10

2.4. Resistivitas Semu


Karena bumi sebenarnya tidak bersifat homogen isotropis, maka resistivitas yang
terukur dalam geolistrik bukanlah resistivitas yang sebenarnya tapi disebut sebagai
resistivitas semu atau apparent resistivity. Diasumsikan bahwa bumi homogen dan
isotropis. Asumsi tersebut dapat memberikan gambaran yang menunjukkan besaran
resistivitas tidak bergantung pada jarak elektroda potensial. Namun hal tersebut tidak
berlaku pada kondisi bumi sesungguhnya, karena bumi terdiri dari lapisan-lapisan
dengan resistivitas yang berbeda, perbedaan lapisan bumi tersebut menyebabkan
resistivitas yang terukur bergantung pada jarak elektroda potensial (Todd & Mays,
2005).
12

2.5. Air Tanah


Air tanah merupakan komponen dari suatu sistem daur hidrologi (hydrology
cycle) yang terdiri atas rangkaian proses yang saling berkaitan antara proses
atmosferik, proses hidrologi permukaan dan proses hidrologi bawah permukaan.
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi
dan kembali ke atmosfir melalui evaporasi , transpirasi, kondensasi dan presipitasi. Di
luar sistem tersebut persoalan air tanah bahkan seringkali melibatkan aspek politik dan
sosial budaya yang sangat menentukan keberadaan air tanah di suatu daerah. Siklus
hidrologi menggambarkan hubungan antara curah hujan, aliran permukaan, infiltrasi,
evapotranspirasi dan air tanah. Sumber air tanah berasal dari air yang ada di permukaan
tanah (air hujan, air danau dan sebagainya) kemudian meresap ke dalam tanah/akuifer
di daerah imbuhan (recharge area) dan mengalir menuju ke daerah lepasan (discharge
area). Berdasarakan Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan
aliran air tanah di dalam akuifer dari daerah imbuhan ke daerah lepasan cukup lambat,
memerlukan waktu lama bisa puluhan sampai ribuan tahun tergantung dari jarak dan
jenis batuan yang dilaluinya. Pada dasarnya air tanah termasuk sumber daya alam yang
dapat diperbaharui akan tetapi jika dibandingkan dengan waktu umur manusia air
tanah bisa digolongkan kepada sumber daya alam yang tidak terbaharukan (Sosiawan,
2010).
13

Gambar 2.4. Siklus Hidrologi (Baliklimat)


Dalam proses hidrologi air mengalami proses filtrasi, dimana proses tersebut
berlangsung dengan melewati beberapa lapisan tanah sehingga air menjadi
mengandung berbagai mineral. Mineral tersebut seperti Kalsium, Magnesium dan
logam berat seperti Fe dan Mn. Berdasarakan kandungan mineral yang terkandung
dalam air tanah maka air dikelompokan menjadi beberapa golongan :
1) Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu
2) Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum;
3) Golongan C : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan
4) Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air.
(Republik Indonesia, 1990)
2.6. Air Tanah Asin
Ada dua hal mempengaruhi asinya air tanah, pertama adalah air connate yang
terjebak dalam akuifer, dimana air connate adalah air yang terjebak dalam formasi
14

batuan, air tersebut biasanya sangat termineralisasi. Dan yang kedua adalah instrusi air
laut/asin kedalam air tanah (Linsley et al., 1990).
Air connate terjebak dalam pori-pori batuan pada saat batuan terbentuk.
Tergantung dimana sedimen diendapkan, air connate berasal dari air tawar atau air
laut dan bemineral tinggi. Air connate memiliki kandungan padatan terlarut yang
tinggi karena telah mengalami kontak dengan sedimen selama jutaan tahun dan air
connate tidak mengikuti siklus hidrologi (Hundak, 2000).
Meningkatnya kebutuhan air tawar, membuat aliran air tanah tawar ke arah laut
menurun, karena hal tersebut, sebaliknya air laut akan mengalir masuk ke dalam
sumur-sumur di daratan. Sehingga ketersedian air tawar menjadi tidak berguna, karena
akuifer telah tercemar oleh air asin (Soemarto, 1995). Intrusi air laut adalah masuk atau
menyusupnya air laut dalam pori-pori batuan dan mencemari air tanah yang
terkandung didalamnya sehingga menyebabkan air tanah berubah menjadi air payau
atau bahkan air asin (Putranto & Kusuma, 2009).
Air tanah umumnya merupakan sumber daya air tawar yang paling penting di
daerah pesisir, namun seringkali terancam oleh intrusi air laut (Ataie-Ashtiani &
Ketabchi, 2010). Dampak perubahan iklim seperti kenaikan permukaan laut dan variasi
curah hujan yang mengubah tingkat resapan adalah faktor iklim yang berpengaruh
yang mempengaruhi intrusi air laut (Bappenas, 2010).
15

2.7. Geologi Regional

Gambar 2.5. Peta geologi Kecamatan Karangdowo Kabupaten Klaten


(Surono & Sudarno, 1992).
Daerah Karangdowo didominasi oleh endapan vulkanik muda, terdiri dari tufa,
lahar, breksi, dan lava andesit sampai basal. Permebilitas tinggi hingga sedang,
berkualitas tinggi terutama pada endapan lahar dan aliran lava vesikuler. Termasuk
dalam akuifer produktif dengan penyebaran luas, muka air tanah beragam dari 1 meter
sampai lebih dari 10 meter.

Anda mungkin juga menyukai