TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1. Arus listrik melalui bahan berbentuk silinder dengan beda
potensial (Reynolds, 1997).
Arus listrik dengan beda potensial pada kedua ujungnya ∆ , yang melalui suatu
bahan berbentuk silinder akan berbanding lurus dengan luas penampang A dan
berbanding terbalik dengan panjang L.
= (2.1)
dimana :
= Hambatan jenis suatu material (Ωm)
= Hambatan (Ω)
= Panjang material (m)
= Luas penampang ( )
4
5
Dimana :
= Beda potensial (volt)
= Arus (ampere)
Persamaan (2.2) disubtitusikan pada persamaan (2.1) maka diperoleh resistivitas
jenis suatu material :
= (2.3)
Gambar 2.2. Aliran arus dengan sumber tunggal (Telford et al., 1982).
Garis aliran arus medan listrik pada arah radial, tampak bahwa permukaan
equipotensialnya berupa permukaan setengah bola 2πr bila elektroda titik yang
mengirimkan arus ditempatkan pada permukaan homogen isotropis, sebagai model
bumi sederhana dan udara di atasnya mempunyai konduktivitas nol (Telford et al.,
1982). Jika arus listrik dengan kerapatan arus ⃑ diinjeksikan ke bumi melalui
δ ⃑ yang merupakan elemen permukaan dalam ampere per meter persegi, maka arus :
= ⃑. δ ⃑ (2.4)
Dalam luas setengah bola (2 ) maka :
⃑= ̂ (2.5)
Dalam hukum Ohm hubungan medan listrik ( ⃑ ) dan rapat arus ( ⃑) dinyatakan :
⃑
= ⃑
(2.6)
Diperoleh :
⃑= ⃑ (2.7)
Dimana E merupakan medan listrik dalam volt per meter dan ⃑ dalam Ampere
per meter . Medan listrik adalah gradien skalar potensial.
7
⃑ = −∇⃑ (2.8)
Pada sistem simetri dan kondisi homogen isotropis, potensial merupakan fungsi
r, dimana r jarak dari sumber arus ke titik pengukuran. Dalam sistem ini potensialnya
menurun sepanjang r, maka medan listriknya :
⃑=− ̂ (2.9)
=− (2.11)
=− (2.12)
∫ =− ∫ (2.13)
Sehingga didapat
V= + (2.14)
Besarnya beda potensial yang ditimbulkan sumber arus tunggal menjalar ke arah
radial di bawah permukaan bumi dimana bidang luasan berbentuk setengah bola
dengan C merupakan konstanta (Telford et al., 1982).
2.2.1. Konfigurasi Elektroda Wenner
Konfigurasi elektroda Wenner merupakan penyusunan letak 4 buah elektroda
yang terletak dalam satu garis simetris terhadap suatu titik, terdiri dari 2 buah elektroda
arus dan 2 buah elektroda potensial dengan jarak antar elektroda adalah a. Konfigurasi
Wenner memiliki keunggulan resolusi vertikal yang baik, namun tidak baik jika
digunakan untuk target yang terlalu dalam dan sensitif membaca homogenitas batuan
(Reynolds, 1997).
Kontribusi sinyal untuk konfigurasi Wenner, ditunjukan ketika arus di injeksikan
melalui elektroda arus A dan B, maka arus merambat secara radial. Potensial timbul
karena adanya interaksi antara arus yang merambat dengan beda hambatan material
8
dalam bumi, dan garis equipotensial merupakan garis yang menghubungkan titik yang
besaran potensialnya sama dengan syarat tegak lurus arus.
= ( − ) (2.20)
∆ = − − − (2.22)
∆ = − − − (2.23)
∆ = − − + (2.24)
∆
= (2.25)
atau
∆
= (2.26)
= (2.28)
( )
= (2.29)
( )
=2 (2.30)
10
dengan :
ρ = Resistivitas semu
K = Faktor geometri
= Jarak elektroda
∆ = Beda potensial
= Besarnya arus
(Telford et al., 1982)
2.3. Kelistrikan Batuan
Dari semua sifat-sifat fisik mineral dan batuan, resistivitas menunjukkan
variasi paling besar. Dalam desinty, kecepatan rambat gelombang, dan radioaktif nilai
variasinya kecil dalam rentang nilai magnetik sebesar 10 . Namun, resistivitas dari
mineral logam kecil 10 Ω , kadar air kecil, batuan ukuran butir close-grained
seperti gabro sebesar 10 Ω . Mungkin jangkauan maksimum bahkan lebih dari
perak asli (1,6 x 10 Ω ) hingga ke sulfur murni (10 Ω ). Konduktor biasanya
didefinisikan sebagai bahan dari resistivitas kurang dari 10 Ω , sedangkan isolator
memiliki resistivitas lebih besar dari 10 Ω . Antara batas-batas ini terdapat
semikonduktor. Logam dan grafit adalah konduktor, mengandung sejumlah besar
elektron bebas. Semikonduktor pun membawa arus namun dengan gerakan elektron
lebih sedikit (Telford et al., 1982).
Sifat kelistrikan dari batuan dipengaruhi oleh dua parameter utama yakni
resistivitas lapisan dan tebal lapisan itu sendiri. Sedangkan parameter turunan lainnya
adalah konduktansi longitudinal, resistansi transversal, resistivitas transversal, dan
resistivitas longitudinal (Prameswari, Bahri, & Parnadi, 2012).
11
Tabel 2.1. Resistivitas jenis batuan dan sedimen (Telford et al., 1982).
Tipe Batuan Rentang Tahanan Jenis (Ωm)
Clay/lempung 1-100
Silt/lanau 10-200
Marls/batulumpur 3-70
Kuarsa 10-2x10
Sandstone/BatuPasir 50-500
Limestone/Batukapur 100-500
lava 100-5x10
Air tanah 0,5-300
Air laut 0,2
Breksi 75-200
andesit 100-200
Tufa vulkanik 20-100
konglomerat 2x10 -10
batuan, air tersebut biasanya sangat termineralisasi. Dan yang kedua adalah instrusi air
laut/asin kedalam air tanah (Linsley et al., 1990).
Air connate terjebak dalam pori-pori batuan pada saat batuan terbentuk.
Tergantung dimana sedimen diendapkan, air connate berasal dari air tawar atau air
laut dan bemineral tinggi. Air connate memiliki kandungan padatan terlarut yang
tinggi karena telah mengalami kontak dengan sedimen selama jutaan tahun dan air
connate tidak mengikuti siklus hidrologi (Hundak, 2000).
Meningkatnya kebutuhan air tawar, membuat aliran air tanah tawar ke arah laut
menurun, karena hal tersebut, sebaliknya air laut akan mengalir masuk ke dalam
sumur-sumur di daratan. Sehingga ketersedian air tawar menjadi tidak berguna, karena
akuifer telah tercemar oleh air asin (Soemarto, 1995). Intrusi air laut adalah masuk atau
menyusupnya air laut dalam pori-pori batuan dan mencemari air tanah yang
terkandung didalamnya sehingga menyebabkan air tanah berubah menjadi air payau
atau bahkan air asin (Putranto & Kusuma, 2009).
Air tanah umumnya merupakan sumber daya air tawar yang paling penting di
daerah pesisir, namun seringkali terancam oleh intrusi air laut (Ataie-Ashtiani &
Ketabchi, 2010). Dampak perubahan iklim seperti kenaikan permukaan laut dan variasi
curah hujan yang mengubah tingkat resapan adalah faktor iklim yang berpengaruh
yang mempengaruhi intrusi air laut (Bappenas, 2010).
15