1
BAB I. TEMPERATUR
Kuantitas yang diacu sebagai ciri umum atau sifat skala besar dari sistem disebut koordinat
makroskopis. Contoh : dalam sebuah silinder mesin mobil dapat diperinci empat kuantitas
yakni : komposisi, volume, tekanan dan temperatur.
Dalam mekanika statistik, sistem diandaikan terdiri dari sejumlah besar N molekul (tidak
nampak dengan mata atau mikroskopis).
Koordinat mikroskopis memiliki ciri khas mencakup :
1. terdapat pengandaian mengenai struktur materi, yaitu molekul dianggap ada,
2. banyak kuantitas yang harus diperinci,
3. kuantitas yang diperinci tidak didasarkan penerimaan indera kita,
4. kuantitas ini tidak dapat diukur.
Kuantitas makroskopis (P, V, ) yang berkaitan dengan keadaan internal suatu sistem disebut
koordinat termodinamika.
Sistem temperatur adalah suatu sifat yang menentukan apakah sistem dalam kesetimbangan
termal dengan sistem lainnya.
2
BAB II. SISTEM TERMODINAMIKA
SEDERHANA
2.1. PERSAMAAN KEADAAN
Dalam keadaan nyata, sangat sulit mengungkapkan kelakuan lengkap zat dalam seluruh
pengukuran harga koordinat termodinamika (P, V, ) dengan memakai persamaan sederhana.
Terdapat lebih dari 60 persamaan keadaan yang telah diajukan untuk menggambarkan cairan
saja, uap saja dan daerah uap-cairan.
Di antaranya :
Pv R
1. Persamaan gas ideal :
(2.1)
yang hanya berlaku pada tekanan (P) rendah dalam daerah uap dan gas.
P 2 v b R
2. Persamaan keadaan van der Waals :
a
v
(2.2)
yang berlaku dengan baik dalam daerah cairan, uap dan di dekat serta di atas titik kritis.
Persamaan keadaan suatu sistem dapat dibayangkan bahwa persamaan keadaan tersebut dapat
dipecahkan untuk menyatakan setiap koordinatnya dalam dua koordinat lainnya.
Analisisnya :
3
Jika perubahan temperatur dibuat sangat kecil, maka perubahan volume juga menjadi sangat
kecil, maka :
kemuaian volume sesaat (β) dirumuskan :
1 V
V P
(2.5)
Sebenarnya β merupakan fungsi dari (, P), tetapi dalam percobaan menunjukkan bahwa
banyak zat yang β – nya tidak peka pada perubahan tekanan (dP) dan hanya berubah sedikit
terhadap suhu (
Efek perubahan tekanan pada volume sistem hidrostatik etjika temperaturnya dibuat tetap,
dinyatakan oleh kuantitas yang disebut ketermampatan isotermik (κ dibaca kappa) yang
1 V
dirumuskan :
V P
(2.6)
Maka diferensial parsialnya :
d dP dV
P V V P
(2.10)
4
dengan menyulihkan persamaan (2.13) ke dalam (2.12) diperoleh :
x = fungsi (y,z) maka :
x y y x
dx dx dz dz
y z x z z x z y
(2.14)
atau
x y x y x
dx dx dz
y z x z y z z x z y
(2.15)
Sekarang dari ketiga koordinat itu hanya dua yang bebas (x,z). Jika dz = 0 dan dx ≠ 0,
diperoleh :
x y
1
y z x z
(2.16)
x
1
y z y
(2.17)
x z
Jika dx = 0 dan dz ≠ 0, diperoleh :
x y x
0
y z z x z y
(2.18)
x y x
y z z x z y
(2.19)
x y z
1
y z z x x y
(2.20)
P V P
Kembali ke sistem hidrostatik berdasarkan persamaan (2.19), diperoleh :
V P V
(2.21)
atau
V
P P
V V
(2.22)
P
5
Dari persamaan (2.5) dan (2.6)
1 V
V P
1 V
V P
disulihkan ke dalam persamaan (2.21) diperoleh :
P
V
(2.23)
Lalu pada volume tetap (dV = 0), diperoleh :
dP d
(2.25)
Dengan mengintegrasikan kedua keadaan tersebut, diperoleh :
dP
f
d
Pf
(2.26)
Pi
f i
i
Dan
Pf Pi
(2.27)
6
Pv R . Buktikanlah bahwa :
Latihan soal :
1. Persamaan keadaan gas ideal yaitu :
1
a.
1
b.
P
Jawab :
a. Koordinat termodinamika (P, V, ), maka
V = fungsi (P, ), namun karena β terjadi pada tekanan tetap berarti V = fungsi ( ) saja.
Pv R
Lalu persamaan :
terbukti
1
R
b. κ terjadi pada suhu tetap berarti V = fungsi (P) saja.
Pv R v R P 1 dv R P 2 dP dP
P2
v R
2 , karena
P P
1 V R R 1
x 2
1
V P
x , maka
V P PV P
terbukti
1
P
7
air raksa 181 x 106 K 1
2. Diketahui :
Jawab :
f i
Menggunakan persmaan (2.27)
Pf Pi
Diperoleh :
181 x 106 x 10
Pf 1,01325x105
3,82 x 1011
181 x 106 x 10
Pf 11
1,01325 x 105
3,82 x 10
Pf 473 105 1,01325 x 105
Pf 474,01325105 Pa
8
3. Jika seutas kawat yang panjangnya L, kemuaian linier (α) dan modulus Young
isotermik (Y) mengalami perubahan sangat kecil dari keadaan setimbang awal
keadaan setimbang akhir akibat gaya (F), buktikanlah bahwa perubahan gaya
tegangannya sama dengan :
dF A Y d
AY
dL
L
Jawab :
F = fungsi ( , L)
Maka diferensial parsialnya :
F F
dF d dL
L L
dF
L F
Y A
stress
strain dL A L
L
F YA
L L
dL
1 L
L
d L F
L
L
F
Berdasarkan persamaan (2.19) dan (2.20) untuk fungsi (F, θ, L) :
x y x
1
y z z x z y
x y z
y z z x x y
Maka :
F L
1
L L F F
F L F
L F L
9
F
L
AY
L L
F
AY
L
Kembali ke persamaan :
F F
dF d dL
L L
Akhirnya diperoleh :
dF AY d dL terbukti
AY
L
4. Seutas kawat logam dengan luas penampang
0,0085 cm2, gaya tegang 20 N dan temperatur 20oC, terentang antara dua dukungan
tegar berjarak 1,2 m. Jika temperaturnya dikurangi sehingga menjadi 8oC,
α = 1,5 x 10-5 K-1, Y = 2,0 x 1011 N/m2. Berapa N-kah tegangan akhirnya :
Jawab :
Berdasarkan persamaan :
dF AY d
AY
dL
L
dF AY d
Karena tidak ada perubahan panjang berarti dL = 0, maka
5. Jika sebagai tambahan pada kondisi dalam soal no. 4, Dukungan tersebut saling
mendekati dengan jarak 0,012 cm, berapa N-kah gaya tegangan akhirnya ?
Jawab :
Berdasarkan persamaan :
dF AY d
AY
dL
L
dF 1,5 x10 x8,5 x10 x2 x10 x8 20
5 7 8,5x107 x 2 x1011
11
x1,2 x10 4
1,2
Fakhir Fawal 30,6 17 Fakhir 47,6 20
Fakhir 67,6 N
10
2.5. PEKERJAAN RUMAH
1. Persamaan keadaan hampiran gas nyata pada tekanan
sedang, yang dibentuk untuk memperhitungkan ukuran berhingga molekul
Pv b R ,
dirumuskan :
3 Logam yang kemuaian voluemnya 5,0 x 10-5 K-1 dan kemampatan isotermiknya
1,2 x 10-11 Pa-1 berada dalam tekanan 1 x 105 Pa, suhu 20oC dan volumenya 5 liter,
mengalami kenaikan suhu 12 derajat dan pertambahan volumenya 0,5 cm3. Berapa
Pa-kah tekanan akhirnya ?
d dP
dV
V
5. Pada suhu kritis diketahui bahwa :
P
0.
V T
Buktikanlah bahwa pada titik kritis, kemuaian volume (β) dan ketermampatan
isotermiknya (κ) menjadi tak berhingga !
11
6. Persamaan keadaan zat elastik ideal dirumuskan :
L L0 2
F K 2 ,
L0 L
dengan K tetapan dan L0 (harga L pada gaya tegang nol) hanya merupakan fungsi dari
suhu.
a. Buktikanlah bahwa modulus Young isotermiknya dirumuskan :
K L 2 L0
Y 2
2
A L0 L
b. Buktikanlah bahwa modulus Young isotermiknya pada gaya tegangan nol
dirumuskan :
3K
Y
A
12
BAB 3. KERJA
3.1. KERJA
dW P dV W P dV
V2 V2
(3.1)
V1 V1
13
Gas ideal PV = nRθ, maka :
nR
P , disulikah ke dalam persamaan (3.1), diperoleh :
V
nR
W dV nR nR ln V nR ln V2 ln V1
V2 V
2
dV V2
V1
V V
V V2
V1 V1
Latihan soal :
1. Dalam gas ideal terdapat 2 kmol gas yang dipertahankan pada suhu tetap 0oC,
dimana gas itu dimampatkan dari volume 4 m3 menjadi 1 m3. Jika R = 8,314 J/mol
K, berapa kJ-kah kerja yang timbul?
Jawab :
Berdasarkan persamaan (3.2)
V 1
W nR ln 2 2 x103 x 8,314 x 273 ln
V1 4
W 6300 x 103 J 6300 kJ
Harga W “negatif“ berarti bahwa kerja terjadi dari lingkungan ke sistem gas.
Kasus II :
W P dV
Pertambahan tekanan isotermik kuasi-statik pada zat padat, diperoleh kerja :
(3.a)
V V
V = fungsi (θ, P), maka diferensial parsialnya :
dV d dP
P P
(3.b)
Karena :
1 V
V P
1.
14
P
Lalu persamaan (3.c) disulihkan ke persamaan (3.a), diperoleh :
V
W V P dP
P2
P 2 m P
P2
2
P1
2
V
P1
W P1 P1
2 2 2 2
2 2 (3.3)
2
dimana :
m
.
V
2. Tekanan pada tembaga padat bermassa 100 kg ditambah secara kuasi-statik dan
isotermik pada suhu 0oC dari 0 atm hingga 1000 atm (1 atm = 1,01325 x 105 Pa).
Jika diketahui ρ = 8930 kg/m3, κ = 7,16 x 10-12 Pa-1, berapa kJ-kah kerja yang
timbul ?
Jawab :
Berdasarkan persamaan (3.3)
m 2 7,16 x1012 x100
W P2 P1 (1,01325x108 ) 2 (0) 2
2
2
2 x 8930
W 0,411x103 J 0,411 kJ
Harga W “negatif“ berarti kerja dilakukan dari lingkungan ke sistem tembaga.
dengan χ merupakan fungsi dari θ saja. Buktikanlah bahwa kerja yang dilakukan
dalam perubahan isotermik kuasi-statik dari keadaan itu dirumuskan :
V
W E2 E1 2 1
1
2V
2 2 2 2
(3.4)
2
Jawab :
W E d
Berdasarkan tabel 3.1 diketahui :
Diferensial parsialnya : d d dE
E E
Karena isotermik maka dθ = 0, maka :
d dE
E
15
E V E V
V E
d V dE , disulihkan ke persamaan :
Lalu :
W E d E V dE V E dE
E2 E2
V
E1 E1
W E2 E1 terbukti
2 2
Karena :
EE
V
, maka disulihkan :
V
W E d
2 2
d d
1
1
V V 1
W 2 1 terbukti
1
2V
2 2
4 . Dalam pemuaian adiabatik gas ideal kuasi-statik, diketahui bahwa tekanannya pada
P V K ,
setiap saat memenuhi persamaan (3.5) :
(3.5)
CP
dimana : CP = CV + nR, dan K merupakan tetapan (Laplace).
CV
Buktikanlah bahwa kerja yang dilakukan untuk pemuaian dari keadaan (P1, V1) ke
P1V1 P2V2
keadaan (P2 ,V2) dirumuskan dengan persamaan :
W
1
(3.6)
Jawab :
Berdasarkan persamaan (3.5) diperoleh :
P V K P K V
K
V
W P dV dV
V2 V2
K V 1
1 V2
1
Karena kerja KV V1
V1 V1
16
W
1
1
KV2
1
KV1
1
1
1
KV2 V2 KV1 V1
W
1
P2V2 P1V1 terbukti
1
17
3.5. PEKERJAAN RUMAH
1. Gaya tegang seutas kawat dinaikkan secara kuasi-statik isotermik dari F1 ke F2. Jika
panjang, penampang dan modulus Young kawat itu secara praktis tetap, buktikanlah
bahwa kerja yang dilakukan dirumuskan dalam persamaan (3.5) :
W F2 F1
L 2 2
(3.7)
2 AY
2. Gaya tegang seutas kawat logam yang panjangnya 1 m dan luasnya 1 x 10-7 m2
dinaikkan secara kuasi-statik isotermik pada suhu 0oC dari 0 N hingga 100 N. Jika
diketahui
Y = 2,5 x 1011 N/m2, berapa joule-kah kerja yang dilakukan ?
3. Buktikanlah bahwa kerja yang dilakukan untuk meniup gelembung sabun berbentuk
bola berjejari R dalam proses isotermik kuasi-statik dari keadaan itu dirumuskan
W 8 R2
dalam persamaan (3.6) :
(3.8)
4. Tekanan pada 0,1 kg logam dinaikkan secara isotermik kuasi-statik dari 0 hingga
108 Pa. Jika diketahui : κ = 6,75 x 10-12 Pa-1 dan ρ = 104 kg/m3, berapa joule-kah
kerja yang dilakukan ?
6. Dalam pemuaian adiabatik gas ideal kuasi-statik, buktikanlah bahwa suhunya pada
V 1 K ,
setiap saat memenuhi persamaan (3.8) :
(3.9)
CP
dimana : CP = CV + nR, dan K merupakan tetapan (Laplace).
CV
18
BAB IV. KALOR DAN HUKUM PERTAMA
TERMODINAMIKA
4.1. KALOR :
Definisi kalor ialah : berpindahnya „sesuatu“ dari benda bersuhu lebih tinggi ke benda
bersuhu lebih rendah, dan “sesuatu” ini disebut kalor.
Definisi :
Bila suatu sistem yang lingkungannya bersuhu berbeda dan kerja dapat dilakukan
padanya, mengalami suatu proses, maka energi yang dipindahkan dengan cara non
mekanis yang sama dengan perbedaan antara perubahan energi internal (U) dan kerja
(W) yang dilakukan, disebut kalor (Q).
Persamaan Hukum Pertama Termodinamika :
Q = U +W (4.1)
dQ = dU +dW (4.2)
Untuk proses kuasi statik infinitesimal darsi sistem hidrostatik, hukum pertama
menjadi:
dU = dQ - P dV (4.3)
19
Bentuk diferensial Pfaff :
Untuk mengatasi sistem yang lebih rumit, dengan cara mengganti dW dalam hukum
termodinamika dengan dua atau lebih ungkapan.
Misalnya,
Dalam kasus sistem gabungan yang terdiri dari dua bagian hidrostatik yang dipisahkan oleh
dinding diatermik, dirumuskan :
dQ = dU + PdV + P’dV’ (4.4)
Q Q
Kapasitas kalor rata-rata =
akhir awal 2 1 (4.6)
c
C 1 dQ
n n d
(4.8)
20
Tabel 4.2. Kapasitas kalor dalam sistem sederhana
Sistem sederhana Kapasitas kalor Lambang
Sistem hidrostatik Pada tekanan tetap CP
Pada volume tetap CV
Kawat teregang Pada gaya tegang tetap CF
Pada panjang tetap CL
Selaput permukaan Pada tegangan permukaan tetap Cγ
Pada luas tetap CA
Sel listrik Pada elektromontasi tetap Cε
terbalikkan Pada muatan tetap CZ
Lempengan Pada medan listrik tetap CE
dielektrik Pada polarisasi tetap CΠ
Batang Pada medan magnetik tetap CH
paramagnetik Pada magnetisasi tetap CM
Pengukuran kapasitas kalor zat padat, cair dan gas merupakan salah satu proyek percobaan
fisika modern yang paling penting, karena harga numerik kapasitas kalor memberikan sarana
paling langsung untuk membuktikan perhitungan fisikawan teoritis dan menentukan
kesahihan pengandaian beberapa teori modern.
Kasus :
U merupakan fungsi dua peubah di antara (θ, V), diperoleh :
U U
dU d dV
V V
Maka hukum pertama termodinamika dirumuskan :
U U
dQ d dV PdV
V V
U U
dQ d P dV
V V
Dengan membagi dengan dθ, diperoleh :
dQ U U dV
P
d V V d
(4.11)
21
1. Jika V tetap, dV = 0 diperoleh :
dQ U
d V V
U
CV
V
(4.12)
QV CV d
2
(4.13)
1
dQ U U V
P
d P V V P
dQ
Karena CP dan bentuk integral nya :
d P
V
QP CP d serta V , maka :
2
P
U
1
CP CV P V
V
U C CV
P P
V V
(4.14)
U
kuantitas tidak terukur
V
namun kauntitas CP , CV , bisa diukur
Latihan soal :
1. Kapasitas kalor molar suatu logam pada suhu rendah bervariasi terhadap suhu
menurut persamaan :
c b
a 3
3
Dengan a, b, Θ tetapan. Berapakah banyaknya kalor per mol dipindahkan selama
berlangsungnya proses sehingga suhunya berubah dari 0,01 Θ menjadi 0,02 Θ ?
22
Jawab :
c b
a 3
3
Diketahui :
a 3
2 2
Q c d 3 b d
Karena
1 1
0, 02
a b
2
a b
Q 4 2 Q 4 2
4 2 4 2
3 3
0, 01
a
0,02 2 0,012
1
Q
b
4
4 4
3
0, 02 0,01
2
P 2 v b R
terdahulu:
a
v
Tentukanlah:
a. Volume titik kritik nya (vc)
b. Suhu titik kritik nya (θc) ?
c. Tekanan titik kritik nya (Pc) ?
P c v
R
c
d. nilai : ?
c
R
Jawab :
Karena P
a
2
v b R , maka : P 2
a
v v b v
a.
P P
Lalu : 0 dan 0
2
2
V T V T
P R R
3 0 lalu 3
v b v v b v
2a 2a
v T
2 2
23
2P 2R R
2 0
4
v b v
6a 3a
T
3 4 lalu
v v b v 3
R
Maka pemecahan di atas dibagi saja menjadi :
v b v4 1 3 2v 3v 3b
3a
3
R v b 2v
v b v
2a
2 3
v vc 3b
2a v b 2a 3b b
b. Mencari nilai θ c; hasil vc disulihkan ke dalam persamaan
R
v b2 v3 3b3 R
2 2
2a
v3 R
c
8a
27 Rb
c. Mencari nilai Pc; hasil vc dan θc disulihkan ke dalam persamaan
8a
R
Rc
8a
2
27bR
Pc 27b 2 2
3b 2b 9b 54b 9b 54b2
a a a 8a a 2a
vc b vc 3b b 2 2
Pc
a
27b2
Pcvc
d. Mencari nilai ; hasil vc, θc dan Pc disulihkan
RTc
a a
3b
9b
Pc vc b 2
Rc
27
8a 8a
R
27bR 27b
Pc vc 3
Rc 8
24
4.6. PENGHANTARAN KALOR
d
Penghantaran kalor dalam satu dimensi, diirumuskan :
H KA
dQ
(4.15)
dt dx
d
H = kalor yang mengalir, A = luas penampang, t = waktu, θ = suhu, dx = ketebalan
1 2
H r
2LK
ln 2 (4.16)
r1
Jawab :
d
Berdasarkan persamaan (4.16)
H KA
dx
d
Luas selimut silinder (A) = 2πrL, maka H K (2 r L) H 2 K L d
dr
dr r
diintegralkan :
2 K L d , diperoleh :
r2
dr 2
r 1
2 K L
r1
r2 2
H ln r
r1 1
H ln 2 2 K L 1 2
r
r1
Akhirnya diperoleh :
1 2 H
ln 2 terbukti
r
2 KL r1
25
4. Kalor mengalir secara radial ke arah luar melalui penyekat silindris berjejari-luar r2
yang menyelimuti pipa uap berjejari-dalam r1. Suhu permukaan dalam penyekat
sebesar θ1 dan permukaan luarnya bersuhu θ2. Pada jarak radial berapakah yang
diukur dari pusat pipa, agar suhunya tepat sama dengan tengah-tengah antara θ1 dan
θ2 ?
Jawab :
Berdasarkan persamaan (4.16) :
1 2
H r
2LK
ln 2
r1
Jika suhu θ3 merupakan suhu berada di tengah-tengah antara θ1 dan θ2, berarti Δθ = θ1 – θ3 =
θ3 – θ2, maka
1 3 ln 3 dan 3 2
H r H r
2LK 2LK
ln 2 lalu
r1 r3
ln 3
H r H r
2LK 2KL
ln 2
r1 r3
ln 2 , akhirnya diperoleh :
r3 r
Berarti ln
r1 r3
r3 r1 r2
5. Dua cangkang sferis sepusat berjejari 0,05 m dan 0,15 m; rongga di antaranya diisi
dengan arang. Jika energi dikirimkan dengan laju tunak 10,8 W ke pemanas di
pusatnya, maka perbedaan suhu sebesar 50oC terdapat antara kedua bola itu. Berapa
K 229 mW
meter K
H hA d
Konveksi kalor diirumuskan :
(4.17)
H = kalor yang mengalir, A = luas penampang, dθ = perbedaan suhu.
26
4.9. HUKUM STEFAN-BOLTZMANN
Kalor yang dipindahkan oleh radiasi antara benda pada suhu tinggi θ1 ke suhu rendah
θ2, dirumuskan:
P A 2
4 4
1 (4.18)
P = daya kalor yang mengalir, A = luas penampang,
α = keserapan bahan, σ = tetapan Stefan-Boltzmann = 5,67 x 10-8 W/(m2 K4)
Latihan soal :
6. Suhu kerja filamen tungsten suatu lampu pijar sebesar 2460 K dan keserapannya 0,35.
Berapa cm2-kah luas permukaan filamen suatu lampu berdaya 100 W ?
Jawab :
Berdasarkan persamaan (4.16)
P A
4
1
A
0,35 x 5,67 x10 8 2460
P 100
4 4
27
4.10. PEKERJAAN RUMAH
1 Bila arus listrik diperthankan supaya mengalir dalam sel elekrolit air yang diasamkan
dan 1 mol air terelektrolisis menjadi hidrogen dan oksigen, muatan listrik sebesar
2 faraday dipindahkan melalui baterai dengan elektromontasi ε (1 faraday =
96.500 C). Perubahan energi sisem sebesar + 286.500 J dan 50.000 J kalor yang
diserap. Berapa volt-kah elektromontasi ?
2 Berkaitan dengan energi internal sistem hidrostatik yang merupakan fungsi dari θ, P,
buktikanlah persamaan beiut ini :
a.
U V U V
dQ P d P dP (4.19)
P P P
U
P P
CP PV
P
b. (4.20)
3. Diketahui persamaan van der waals dirumuskan dalam persamaan (2.2) bab 2 yang
terdahulu :
P 2 v b RT
a
v
a. Buktikanlah bahwa kemuaian volume sesaat (β) dirumuskan dalam persamaan
Rv2 v b
(4.21) :
RTv3 2av b
2 (4.21)
4. Andaikanlah koduksi kalor terjadi pada laju yang tetap H dalam bola berongga
dengan jejari-dalam r1 pada temperatur θ1 dan jejari-luar r2 pada temperatur θ2. Untuk
konduktivitas termal tetap K, buktikanlah bahwa perbedaan suhu antara kedua
permukaan dinding dirumuskan dalam persamaan :
H 1 1
1 2
4K r1 r2
(4.22)
5. Kalor mengalir secara radial ke arah luar melalui penyekat bola berjejari-luar r2 yang
menyelimuti pipa uap berjejari-dalam r1. Suhu permukaan dalam penyekat sebesar θ1
dan permukaan luarnya bersuhu θ2. Pada jarak radial berapakah yang diukur dari
pusat bola, agar suhunya tepat sama dengan tengah-tengah antara θ1 dan θ2 ?
28
6. Batang tembaga silindris padatan panjangnya 0,1 m, salah satu ujungnya
dipertahankan pada suhu 20 K. Ujung yang lain dihitamkan dan dibiarkan kena
radiasi termal dari suatu benda 300 K, tanpa ada energi yang hilang atau ditambahkan.
Ketika kesetimbangan tercapai, berapa derajakat kelvin-kah perbedaan suhu antara
kedua ujungnya ?
7. Tabung logam silindris yang dihitamkan bagian luarnya, tingginya 0,1 meter dan
diameternya 0,05 meter, berisi helium pada titik didih normalnya 4,2 K ketika kalor
penguapannya 21 KJ/kg. Tabung helium itu dilingkungi oleh dinding yang suhunya
dipertahankan pada suhu nitrogen cair 82 K dan ruang di antaranya dihampakan.
Berapa gram-kah banyaknya helium yang menguap perjam ?
P v b e
a
RT
vRT
(4.23)
Tentukanlah:
a. Volume titik kritik nya (vc)
b. Suhu titik kritik nya (Tc) ?
c. Tekanan titik kritik nya (Pc) ?
Pcvc
d. nilai : ?
RTc
29
BAB V. GAS IDEAL
Kasus I :
U merupakan fungsi (θ, V), diperoleh :
U U
dU d dV
V V
Jika tidak ada perubahan suhu (dθ = 0) pada pemuaian bebas (dU = 0), berarti
U
0 , atau dengan perkataan lain U tidak bergantung pada V.
V
Kasus II:
U merupakan fungsi (θ, P), diperoleh :
U U
dU d dP
P P
Jika tidak ada perubahan suhu (dθ = 0) pada pemuaian bebas (dU = 0), berarti
U
0 , atau dengan perkataan lain U tidak bergantung pada P.
P
Jadi, jika tidak ada perubahan suhu ketika terjadi pemuaian bebas, maka U tidak
bergantung pada V dan P, dan U hanya bergantung pada θ.
30
U
Persyaratan bahwa 0 dapat ditulis dengan cara lain, diperoleh :
P
U U P
, karena :
V P V
P nR
2 ,
P
V
(5.3)
V V
U
sehingga hasilnya tidak nol, sedangkan 0 , maka untuk gas ideal
P
U
0 (gas ideal)
(5.4)
dQ dU PdV
termodinamika :
U
CV
V
Dalam kasus khusus untuk gas ideal, U merupakan fungsi dari θ saja, sehingga
turunan parsial terhadap θ sama dengan turunan totalnya. Jadi
CV
dU
d
Diperoleh :
dQ CV d PdV
PV nR , untuk proses kuasi statik infinitesimalnya diperoleh :
(gas ideal) (5.6)
P dV V dP nR d P dV nR d V dP
Berdasarkan :
dQ CV d nR d V dP
Dengan menyulihkan ke dalam persamaan (5.6) diperoleh :
dQ CV nR d V dP
V
Dibagi dθ diperoleh :
CV nR
dQ dP
d d
V
Pada tekanan tetap (dP = 0) dperoleh :
dQ
CV nR
0
d P d
CP CV nR (gas ideal) (5.7)
dQ CP d V dP
Lalu :
(gas ideal) (5.8)
31
5.3. PROSES ADIABATIK KUASI-STATIK
dQ CV d PdV
Berdasarkan persamaan (5.5) dan (5.7) tapa
dan dQ CP d V dP
Karena dalam proses adiabatik (dQ = 0), maka
CP d V dP dan
CV d PdV
Kedau persmaan tersebut dibagi diperoleh :
P P
V dP C dP C dV dV
P dV CV P CV V V
P
Lalu diintegasikan :
dP dV
V
ln P ln V ln tetapan
ln P ln V ln tetapan
ln P ln V K
ln PV K
P V K (gas ideal) (5.9)
P V K P K V
K
V
P
V 1
1
V Q V V V
P P
V Q
(gas ideal) (5.10)
V
Q menandai proses adiabatik. Berdasarkan persamaan (5.3)
P
P
V V
Maka berarti kurva adiabatik mempunyai kemiringan negatif lebih curam daripada kurva
isotermal pada titik yang sama.
32
5.4. METODE RUCHHARDT UNTUK MENGUKUR γ
Metode kerja :
Gas ditempatkan dalam bejana besar bervolume V. Pada bejana itu dipasang tabung gelas
dengan lubang berpenampang sama berluas A. Ke dalam lubang itu dimasukkan bola logam
bermassa m yang tepat menutup lubang tapi masih dapat bergerak bebas sehingga berlaku
sebagai piston. Karena gas agak tertekan oleh bola baja yang ada di dalam kedudukan
kesetimbangan, tekanan gas sedikit lebih besar daripada tekanan atmosfer Po. Dengan
mengabaikan gesekan, diperoleh :
P Po Ph Po gh Po Po
mgh mg
(5.11)
V A
Simpangan positif (y) kecil menyebabkan perubahan volume yang sangat kecil pula,
sehingga:
dV y A (5.12)
Simpangan positif (y) kecil menyebabkan pula penurunan tekanan yang sangat kecil. Karena
gaya resultan (F) yang beraksi pada bola sama dengan A dP, dengan mengabaikan gesekan
diperoleh :
dP
F
(5.13)
A
Perhatian : bila y positif, dP negatif, sehingga F menjadi negatif, jadi F merupakan gaya
pemulih.
Karena bola bergetar cukup cepat, perubahan P dan V berlangsung secara adiabatic. Karena
perubahannya sangat kecil, keadaan yang dilalui gas dapat dianggap mendekati keadaan
setimbang yang menunjukkan proses kuasi statik adiabatik, diperoleh :
P V K
Dan P V dV V dP 0
1
(5.14)
Dengan menyulihkan persamaan (5.12) dan (5.13) ke dalam (5.14) diperoleh :
P V 1 y A V 0
F
A
Dibagi dengan V γ-1 diperoleh :
P y A V 0 P y A
F FV
A A
P A2
lalu : F y (5.15)
V
Persamaan (5.1) merupakan persyaratan untuk gerak selaras sederhana (Hukum Hooke),
maka periode (τ) dirumuskan :
2 2 2 2
m m m mV
k F P A 2
P A2
y V
4 2 mV
Akhirnya :
A2 P 2
(5.16)
33
5.5. Latihan soal :
5.1. Bola baja bermassa 10 gram diletakkan dalam sebuah tabung berpenampang
melintang 1 cm2. Tabung itu dihubungkan dengan tangki udara bervolume 5 liter,
yang tertekanan udaran 76 cm Hg. Berapa detik-kah periode bola bergetar ?
Jawab :
Berdasarkan persamaan (5.16) :
102 x5 x103
2 2
mV
P A2 1,01325x105 x1,4 x 10 4
2
1,18 det ik
dP mg
R
dy (5.17)
P
R dP g dy Vg
PV R P
R R
, maka dy
V P
V
dP mg
dy terbukti
P R
5.2. b. Jika penurunan tekanan dalam soal 5.5.a ditimbulkan oleh pemuaian
abdiabatik :
1
P
K , buktikanlah bahwa :
d
dP
P 1
. (5.18)
34
Jawab :
1
Pemuaian adiabatik :
P
K memiliki diferensial parsial :
1
1 1
d
1
P
dP 0
P
1
1 1
d
1
P
P dP
1
1
1
P
d 1 dP
dP
1
P
P
d
dP
1
, maka
P
d
terbukti
dP
P 1
d
5.2. c. Dari (a) dan (b), jika diketahui suatu gas ideal bermassa = 28,96 gram/mol dan
35
5.6. PEKERJAAN RUMAH
1. Buktikanlah bahwa kerja yang dilakukan oleh gas ideal yang kapasitas kalornya tetap
W CV awal akhir
selama pemuaian adiabatik kuasi statik dirumuskan :
P
a. (5.19)
1
Pakhir Vakhir Pawal
W 1
c.
1 Pakhir (5.21)
2. a. Buktikanlah banyaknya kalor yang dipindahkan selama porses kuasi statik
infinitesimal suatu gas ideal dirumuskan :
dQ V dP P P dV
CV C
(5.22)
nR nR
b. Gas ideal bervolume 0,05 m3 dan tekanan 120 N/m2 mengalami pemuaian
adiabatik sampai tekanannya turun menjadi 15 N/m2. Anggap γ = 1,4,
tentukanlah :
b.1. berapa m3-kah volume akhirnya ?
b.2. berapa joule-kah kerja yang dilakukan ?
5. Buktikanlah bahwa :
a. kemuaian volume sesaat dirumuskan :
1
P
(5.23)
36
BAB VI. ENTROPI
Konsep entropi (S) mula-mula diperkenalkan oleh : R.J. Clausius (abad 19).
Entropi suatu sistem merupakan fungsi koordinat termodinamik yang perubahannya sama
dQR
dengan integral antara keadaan awal dan akhir, diintegrasikan sepanjang lintasan dapat
T
balik (reversible) sekehendak yang menghubungkan kedua keadaan tersebut.
dS R
dQ
(6.1)
T
R = dapat balik (reversible)
S = entropi
dS = perubahan entropi
dQ = pemindahan kalor
T = suhu
Dalam bentuk integral :
dS
S akhir akhir
dQ
S awal
T
R awal
S
akhir
dQ
(6.2)
T
R awal
0
dQ
(6.3)
R
T
Jika suatu sistem menyerap sejumlah infinitesimal kalor dQR selama proses dapat
balik, perubahan entropi sama dengan persamaan (6.1):
dS
dQR
T
Kasus I :
Tinjaulah bahwa dQR untuk gas ideal, dimana entropi gas ideal sebagai fungsi T dan P
diperoleh :
dQR CP dT V dP
Dengan membaginya dengan T, diperoleh :
CP dP
dQR dT V
T T T
dS CP nR
dT dP
(6.4)
T P
37
Perubahan entropi gas ΔS antara keadaan awal dan akhir dengan pengintegrasian persamaan
S CP nR
T2 P2
dT dP
(6.4) diperoleh :
T1
T P1
P
S CP ln T2 ln T1 nR ln P2 ln P1
S CP
dT
nR ln P S0
T
Untuk CP tetap,
S CP ln T nR ln P S0 (6.5)
Kasus II :
Tinjaulah bahwa dQR untuk gas ideal, dimana entropi gas ideal sebagai fungsi T dan V
diperoleh :
dQR CV dT P dV
Dengan membaginya dengan T, diperoleh :
CV
dQR dT P
dV
T T T
dS CV nR
dT dV
(6.6)
T V
Perubahan entropi gas ΔS antara keadaan awal dan akhir dengan pengintegrasian persamaan
(7.6) diperoleh :
S CV
dT
nR ln V S0
T
Untuk CV tetap,
S CV ln T nR ln V S0 (6.7)
6.3. DIAGRAM TS
dS
dQR
Dalam persamaan : , jika dalam proses adiabatik dapat balik berarti dQR
T
= 0, maka dS = 0 dan S adalah tetapan. Disebut proses isentropik (isotropik).
Jika dua keadaan setimbang berdekatan infinitesimalnya :
dQ T dS T
dQ dS
dT dT
Pada isokhorik (dV = 0)
dQ dS
CV T
dT V dT V
(6.8)
38
Pada isobarik (dP = 0)
dQ dS
CP T
dT P dT P
(6.9)
Jika dilakukan variasi suhu CV diketahui, perubahan entropi selama proses isokhorik
Sakhir Sawal CV
(isovolumik) berlangsung dapat dihitung dari persamaan :
dT
,
T
Sakhir S awal CP
dalam proses isobarik :
dT
T
Persamaan tersebut memberikan cara umum untuk menghitung perubahan entropi, tetapi
bukan cara untuk menghitung entropi mutlak suatu sistem dalam keadaan tertentu.
Jika sekumpulan tabel diperlukan untuk mendapatkan perbedaan entropi dan bukan entropi
mutlak, prosedurnya dapat dipermudah dengan memilih keadaan baku sekehendak dan
menghitung perubahan entropi sistem dari keadaan baku ke keadaaan lainnya.
Dalam kasus air, keadaan bakunya dipilih air jenuh pada 0,01oC dan tekanan uapnya 611 Pa,
maka entropinya dihitung terhadap keadaan acuan ini.
Kemiringan kurva pada diagram TS yang menggambarkan proses isokhorik dapat balik
berdasarkan persamaan (6.8) dirumuskan :
dT
T
dS V CV
(6.10)
39
T (Suhu)
isentalpik
isentropik
isokhorik
isobarik
isotermik
S (entropi)
Gambar 6.1. Kurva yang menggambarkan proses dapat balik sistem hidrostatik pada
diagram TS
40
6.5. Perubahan entropi semesta (total) dalam proses tidak dapat balik
(irreversible)
Jika sistem mengalami proses tidak dapat dlik (irreversible) antara keadaan setimbang awal
dan keadaan setimbang akhir, perubahan entropi sistem dirumuskan :
Tabel 6.1 Perubahan entropi semesta tidak dapat balik akibat proses alamiah
Termal Pemindahan kalor 0 Q Q Q Q
eksternal melalui medium T2 Ti
T2 Ti
dari tandon panas
ke tandon lebih
dingin
Kimia Difusi dua macam 2R ln 2 0 2R ln 2
gas ideal yang
lembam
41
b. Unjuk kerja mesin refreigerator (c)
c
Q1 Q1 T1
W Q2 Q1 T2 T1
(6.16)
Ringkasan :
1. dS semesta 0 perubahan entropi dapat balik
2. dSsemesta 0 perubahan entropi tidak dapat balik
3. Pergantian fase yang terkenal yakni :
- peleburan
- penguapan
- penyubliman
4. Pergantian fase yang “relatif kurang terkenal namun sekarang sedang berkembang ”
yakni :
- perubahan bentuk kristal
5. Pada pergantian fase di atas diperoleh :
- suhu dan tekanannya selalu tetap
- entropi dan volumenya berubah
6. Pergantian fase terjadi dalam proses dapat balik, kalor (l) (biasa dikenal sebagai kalor
Sakhir Sawal T s s
laten) yang dipindahkan per molnya dirumuskan :
T (Suhu)
uap
padat cair
Q (kalor)
42
6.7. LATIHAN SOAL
1. Dalam proses pergantian fase air menjadi uap air pada tekanan 1 atmosfir dan suhu
373 K, kalor laten l23 = 2,26 x 106 J kg-1. Berapa J kg-1 K-1-kah perubahan entropi
spesifik (s) nya ?
Jawab :
s3 s2
l23 2,26 x106
6060 J kg 1 K 1
T 373
2. Jika diketahui kapasitas panas pada tekanan tetap air dalam selang suhu T1 = 273 K
sampai T2 = 373 K (CP dianggap tetap) sebesar 4,18 x 103 J kg-1 K-1.
Berapa J kg-1 K-1-kah perubahan entropi spesifik (s) nya ?
Jawab :
Pada proses tekanan tetap dalam tabel 6.1, pindah panas (Q) yang terjadi sebesar CP
dT, maka :
T
s2 s1 P CP
373
CP ln 2 4,18x103 ln
T2 T
dQ 2 dT
T T T1 273
s2 s1 P 1310 J
T1 T1
kg 1 K 1
3. Berapa J K-1 kah perubahan entropi dalam sistem yang mengalami proses :
a. 10 gram es pada suhu 0oC dan tekanan 1 atm yang melebur pada suhu dan
tekanan tetap ? (Diketahui : kalor laten lebur = 3,34 x 105 J kg-1 K-1)
b. 1 kg air pada suhu 100oC dan tekanan 1 atm yang menguap pada suhu dan
tekanan tetap? (Diketahui : kalor laten uap = 2,26 x 106 J kg-1 K-1)
Jawab :
Sakhir Sawal
a. Berdasarkan persamaan (6.17) :
l T , maka
m
S2 S1
mL21 0,01x3,34 x105
S2 S1 12,23 J kg
T 273
1
S 2 S1
mL21 1x 2,26 x106
S2 S1 6,06x103
T 373
J kg 1
43
4.
P (tekanan)
274,85 C
P2 1370,85 C
b c
a d
P1 548,85 C
0,85 C
V1 V2 V (volume)
Gambar 6.2. Diagram P-V untuk sistem sederhana dapat balik dalam daur a-b-c-d-a.
Perhatikanlah gambar 6.2. Diketahui CV pada suhu bebas = 8 J K-1 dan CP pada suhu bebas =
T 0 ?
dQ
dapat balik dalam keseluruhan daur dirumuskan :
Jawab :
, maka 1,25
CP 10
a.
CV 8
b. a b V b
dQ
Ta
a b 2192 J
44
dQ CP dT C T Tb 10 x 1370 ,85 274 ,85
Tc
b c P c
dQ
Tb
bc 10960 J
dQ CV dT C T Tc 8 x 548,85 1370,85
Td
cd V d
dQ
Tc
a b 6576 J
dQ CP dT C T Td 10 x 0,85 548,85
Ta
d a V a
dQ
Td
a b 5480 J
P 9,96 x 104 Pa
Tb
T
274,85 273
dSab CV
Tb
T
dT
0,85 273
C
a
e. V ln 8 ln
5,54 J K 1
Ta
dSab
T
T
1370,85 273
dSbc CP C P ln c 10 ln
Tc
dT
b
T 274,85 273
dSbc 11 J K 1
Tb
Td
T T
548,85 273
dScd CV 8 ln
Td
dT
C V ln
T 1370,85 273
dSbc 5,54 J K 1
c c
T
T
0,85 273
dSd a CP C P ln a 10 ln
Ta
dT
Td 548,85 273
dSd a 11 J K 1
Td
45
f. berdasarkan hukum termodinamika II,
0 terbukti
dQ
T
5. Sebuah resistor 25 dialiri arus listrik A pada suhu tetap 27oC selama 1 detik.
a. Berapa J K-1 perubahan entropi pada resistor?
b. Berapa J K-1 perubahan entropi semesta?
Jika arus yang sama dipertahankan dalam resistor yang sama, tetapi resistor
sekarang disekat secara termal (adiabatik), dengan suhu awal =27oC, massa
resistor = 10 gram, cP = 0,84 kJ/(kg K), hitunglah :
c. Berapa J K-1 perubahan entropi pada resistor?
d. Berapa J K-1 perubahan entropi semesta?
Jawab :
46
6 .
T (K)
500
b c
a d
200
S1=R/4 S2=3R/4 S
Gambar 6.3. Diagram T-S untuk sistem sederhana dapat balik dalam daur a-b-c-d-a.
dQ
Jawab :
a b Ta dS 0 (karena daur isotropik )
dQ a b 0 J
dQ Tb dS Tb xS c S a 500 x
3R R
250 R daur isotermik
4 4
b c
dQ b c 250R J
dQ a b 0 J
47
dQ Td dS Td xS a S d 200 x
R 3R
100 R (daur isotermik )
4 4
d a
dQ d a 100R J
W 250R 0 100R 0
W 150R J
x100%
W 150R
c.
Q1 250R
60 %
c 1
Q 100R
d. x100%
W 150R
c 67 %
48
6.8. PEKERJAAN RUMAH
1. Sebuah resistor 10 dialiri arus listrik A pada suhu tetap 27oC selama 1 detik.
a. Berapa J K-1 perubahan entropi pada resistor?
b. Berapa J K-1 perubahan entropi semesta?
Jika arus yang sama dipertahankan dalam resistor yang sama, tetapi resistor
sekarang disekat secara termal (adiabatik), dengan suhu awal =27oC, massa
resistor = 5 gram, cP = 0,84 kJ/(kg K), hitunglah :
c. Berapa J K-1 perubahan entropi pada resistor?
d. Berapa J K-1 perubahan entropi semesta?
3. Menurut hukum Debye, kapasitas kalor molar pada colume tetap (cV) dari intan
berubah terhadap suhu menurut persamaan :
4 4 T
cV 3R
3
5
(7.18)
Berapa perubahan entropi (dalam satuan R) dari intan bermassa 1,2 gram, jika
dipanaskan pada volume tetap dari 10 sampai 350 K? Diketahui massa atom karbon =
12 dan = 2230 K.
4. Satu kg air diberikan kalor dapat balik dari koil listrik dengan suhu awal 20oC
menjadi 80oC. Diketahui kalor jenis air (cair) =4180 J/kg, tentukanlah :
a. berapa J/K – kah perubahan entropi sistem?
b. berapa J/K – kah perubahan entropi lingkungan?
5. Massa air 10 kg pada suhu 20oC dicampur dengan 2 kg es pada suhu – 5oC pada
tekanan 1 atm sehingga dicapai suhu setimbang. Jika diketahui cP (air) =
4180 J/(kg K), cP (es) = 2090 J/(kg K), kalor lebur es = 3,34x105 J/kg, tentukanlah :
a. berapa derajat kelvin-kah suhu setimbang?
b. berapa J/K-kah perubahan entropi sistem ?
6. Sepuluh gram air pada suhu 20oC dikonversikan menjadi es pada suhu – 10oC pada
tekanan atmosfir sama. Jika diketahui :
cP (air) = 4180 J/(kg K), cP (es) = 2090 J/(kg K), kalor lebur es = 3,34x105 J/kg,
tentukanlah berapa J/K-kah perubahan entropi sistem ?
49
BAB VII. ENTALPI DAN ZAT MURNI
7.1. Entalpi (H)
H U PV
Entalpi (H) dirumuskan :
(7.1)
Tinjaulah perubahan entalpi () yang terjadi jika sistem mengalami proses infinitesimal
dH dU PdV VdP
dari keadaan setimbang awal ke keadaan setimbang akhir, diperoleh :
(7.2)
dH dQ VdP
Dalam bab sebelumnya diketahui ; dQ = dU + P dV, maka
(7.3)
Dengan membagi kedua ruas persamaan dengan dT, diperoleh :
V
dH dQ dP
dT dT dT
Pada tekanan tetap, diperoleh :
H Q
CP
T P T P
(7.4)
Seperti dalam konsep entropi, bahwa perubahan entalpi selama proses isobarik sama dengan
kalor yang dipindahkan, yang dinamakan kalor laten (l), yang diukur ketika terjadi perubahan
H akhir H awal Q CP dT
fase pada tekanan tetap, maka :
(7.5)
dH TdS VdP
Dalam zat murni yang mengalami proses dapat balik infinitesimal, dapat dirumuskan :
(7.6)
maka diperoleh :
H
T dan
S P
(7.7)
H
V
P S
(7.8)
Hubungan yang ditunjukkan dalam persamaan (7.7) dan (7.8) memberi petunjuk bahwa sifat
zat murni dapat ditampilkan secara menguntungkan pada diagram yang menggambarkan H
sebagai fungsi dari S dan P.
50
Tabel 7.1 Perbandingan antara U dan H
Energi dalam (U) Entalpi (H)
Pada umumnya Pada umumnya
dU = dQ – PdV dH = dQ + V dP
U H
CV CP
T V T P
Proses isokhorik Proses isobarik
U f U i CV dT H f H i CP dT
Uf - Ui = Q Hf - Hi = Q
U f U i P dV H f H i V dP
Proses adiabtik Proses adiabtik
U CV dT tetapan H CP dT tetapan
Untuk gas ideal Untuk gas ideal
F U TS
Fungsi Helmholtz ( sering disebut energi bebas Helmholtz) dirumuskan ;
(7.9)
dF dU TdS SdT
Untuk proses dapat balik infinitesimal diperoleh :
dF PdV
Untuk proses isotermik dapat balik, diperoleh :
(7.11)
Ff Fi PdV
f
(7.12)
i
Jadi perubahan fungsi Helmholtz selama proses isotermik dapat balik sama dengan kerja
yang dilakukan pada sistem.
51
Kasus II :
dF 0
Untuk proses isokhorik dan isotermik dapat balik, diperoleh :
F tetap
(7.13)
(7.14)
Sifat ini sangat banyak digunakan dalam ilmu kimia dan berguna untuk meninjau reaksi
kimia yang berlangsung isotermik dan isokhorik.
Peran utama dari fungsi Helmholtz adalah dalam mekanika statistik yang berkaitan erat
dengan fungsi partisi Z (tunggu tanggal mainnya).
dF PdV SdT
Kembali ke parsamaan (7.9)
F
P
V T
(7.16)
G H TS
Fungsi Gibbs (sering disebut energi bebas Gibbs) dirumuskan ;
(7.17)
dG dH TdS SdT
Untuk proses dapat balik infinitesimal diperoleh :
dG 0
Untuk proses isobarik dan isotermik dapat balik, diperoleh :
G tetap
(7.19)
(7.20)
Hasil ini penting, khususnya dalam kaitannya dengan proses yang melibatkan perubahan fase.
Sublimasi, peleburan, penguapan berlangsung secara isotermik dan isobarik serta dapat
dipandang sebagai proses dapat balik.
Jadi ketika proses ini berlangsung, fungsi Gibbs dari sistem tetap.
Jika digunakan lambang g’, g’’, g’’’ berturut-turut untuk fungsi Gibbs molar dari zat padat
52
Semua g dapat dipandang sebagai fungsi dati T dan P saja, sehingga kedua persamaan itu
dapat diapaki untuk menentukan T dan P pada titik tripel secara unik. Fungsi Gibbs sangat
penting dalam ilmu fisika-kimia dan ilmu teknik, karena reaksi kimia dapat dipandang
berlangsung pada T dan P tetap.
Teorema pertama,
Jika terdapat suatu hubungan x, y, z, maka dapat membayangkan z dinyatakan sebagai fungsi
dari x dan y, sehingga :
z z
dz dx dy .
x y y x
Anggaplah :
z z
M dan N
x y y x
Maka : dz M dx N dy ,
dengan z, M, N, semuanya fungsi dari x dan y.
Dengan melakukan diferensial parsial M terhadap y dan N terhadap x, diperoleh :
M 2 z N z
dan
2
y x x y x y y x
Karena ruas kanan bernilai sama bersar, maka
M N
y x x y
(7.25)
Teorema kedua,
Jika suatu kuantitas f merupakan fungsi dari x, y, z dan terdapat suatu hubungan antara x, y, z,
maka f dapat dipandang sebagai fungsi dari setiap pasangan x, y, z.
Demikian juga salah satu dari x, y, z dapat dipandang sebagai fungsi dari f dan salah satu dari
x, y, z.
Jadi dengan memandang x sebagai fungsi dari f dan y, maka :
x x
dx df dy .
f y y f
Dengan menganggap y sebagai fungsi dari f dan z, maka :
y y
dy df dz .
f z z f
53
Dengan menyulihkan persamaan dy ke dalam persamaan dx, diperoleh :
x x y y
dx df df dz
f y y f f z z f
x x y x y
dx df dz
f y y f f z y f z f
Dengan menganggap pula x sebagai fungsi dari f dan z, maka :
x x
dx df dz .
f z z f
Dengan mempadankan kedua persamaan dx di atas, diperoleh :
x x y
z f y f z f
(7.26)
x y z
1
y f z f x f
(7.27)
Dengan menggunakan dua buah teorema matematis dalam sub bab sebelumnya dapat
dinyatakan bahwa salah satu dari delapan kuantitas (koordinat termodinamik)
P, V, T, U, S, H, F, G dapat diungkapkan sebagai fungsi dari pasangan lainnya.
Sekarang diasumsikan sistem hidrostatik yang mengalami proses dapat balik infinitesimal
dari suatu keadaan setimbng ke keadaan lainnya, diperoleh :
1. Energi dalamnya berubah sebesar :
dU =dQ – P dV
dU = T dS – P dV,
dengan U, T, P dipandang sebagai fungsi dari S dan V.
2. Entalpinya berubah sebesar :
dH =dU + P dV + V dP,
dH = T dS + V dP,
dengan H, T, V dipandang sebagai fungsi dari S dan P.
54
3. Fungsi Helmholtznya berubah sebesar :
dF =dU – T dS – S dT
dF = – S dT – P dV,
dengan F, S, P dipandang sebagai fungsi dari T dan V.
4. Fungsi Gibbsnya berubah sebesar :
dG =dH – T dS – S dT
dG = – S dT + V dP,
dengan G, S, V dipandang sebagai fungsi dari T dan P.
T V
dH T dS V dP
P S S P
2. (7.29)
S P
dF S dT P dV
V T T V
3. (7.30)
S V
dG S dT V dP
P T T P
4. (7.31)
Hubungan Maxwell sangat berguna karena menyajikan hubungan antara kuantitas yang dapat
diukur dan kuantitas yang tidak dapat diukur atau yang sukar diukur.
7.6. Persamaan T dS
55
S P
Dari hubungan Maxwell ketiga, , maka
V T T V
P
TdS CV dT T dV
T V
(7.32)
S S
Jika Entropi zat murni dapat dipandang sebagai fungsi dari suhu dan tekanan, maka :
dS dT dP ,
T P P T
S S
TdS T dT dP
T P P T
dan
Dalam termodinamika dikenal pula persamaan ketiga T dS. Dalam rangka penguasaan
mahasiswa/i terhadap konsep termodinamika buktikan persamaan ketiga T dS yang tertera
dalam sub bab pekerjaan rumah no. Soal 2 dan 3.
Kasus I :
Perubahan tekanan secara isotermik dapat balik. Jika T tetap, maka persamaan (7.33)
menjadi:
Q T
V V
TdS T dP dP ,
T P T P
dan
Q T V dP
1 V
karena :koefisien muai volume : , maka
V T P
hal ini dapat diintergrasikan jika kebergantungan V dan pada tekanan diketahui. Jika V dan
tidak peka terhadap perubahan tekanan, maka berlaku V rata-rata dan rata-rata
__ __
V dan .
56
dP T V Pf Pi
Diperoleh :
Q T V
Pf
__ __ __ __
(8.34)
Pi
W P dV
Untuk kalor yang dibebaskan selama pemampatan diperoleh :
W P V dP
Maka kerja diperoleh :
Karena ketermampatan isotermik tidak peka terhadap perubahan tekanan maka digunakan
nilai ketermampatan rata-rata, diperoleh :
W V
Pf
__ __
P dP
Pi
W V Pf Pi
1 __ __ 2 2
(7.35)
2
Kasus II :
Perubahan tekanan secara adiabatik dapat balik. Jika S tetap, maka persamaan (8.33) menjadi:
V T V
0 CP dT T dP maka dT dP ,
T P CP T P
TV
dT dP (7.36)
CP
Dalam zat padat atau cair, pertambahan tekakan sebesar 1000 atm hanya menimbulkan
perubahan suhu yang kecil. Juga percobaan menunjukkan bahwa CP hampir tidah berubah
walau pertambahan tekanannya mencapai 10.000 atm. Persamaan (7.36) jika diterapkan
untuk zat padat atau cair, dapat dirumuskan :
TV
P Pi
__ __
T __ f (7.36)
CP
57
7.7. Persamaan Energi
T P
dU dS
dV dV
Dengan U, S, P dianggap sebagai fungsi T dan V.
Jika T tetap, maka turunannya mejadi turunan parsial, diperoleh :
U S
T P
V T V T
S P
Dengan memakai hubungan ketiga Maxwell,
, diperoleh :
V T T V
U P
T P
V T T T
(7.37)
T P
dU dS dV
dP dP dP
Dengan U, S, V dianggap sebagai fungsi T dan P.
Jika T tetap, maka turunannya mejadi turunan parsial, diperoleh :
U S V
T P
P T P T P T
Dengan memakai hubungan keempat Maxwell,
S V
, diperoleh :
P T T P
U V V
T P
P T T T P T
(7.38)
58
7.8. Persamaan kapasitas kalor
Kasus I :
Berdasarkan persamaan pertama dan kedua T dS persamaan (7.32) dan (7.33)
P V
TdS CV dT T dV dan TdS CP dT T dP ,
T V T P
P V
CV dT T dV CP dT T dP
V P
maka
T T
Dengan mencari nilai dT, diperoleh :
CP CV dT T P V
dV T dP
T V T P
P V
T T
T T P
dT V dV
CP CV CP CV
dP
Karena T merupakan fungsi V dan P, maka infinitesimalnya :
T T
dT dV dP
V P P V
Dengan mempadankan kedua persamaan tersebut, diperoleh :
P V
T T
T T V T T P
dan
V P CP CV P V CP CV
Kedua persamaan tersebut menghasilkan :
V P
CP CV T
T P T V
Berdasarkan teorema matematis dalam bab 2, telah dipelajari bahwa :
P T V
1
T V V P P T
P V P
Maka , sehingga :
T V T P V T
V V P
CP CV T
T P T P V T
Akhirnya :
V P
CP CV T
2
T P V T
(7.39)
59
Persamaan (7.39) merupakan salah satu yang terpenting dalam termodinamika dan
menunjukkan bahwa :
P
V T
1. karena selalu negatif untuk semua zat
V
dan selalu positif, maka CP- CV selalu positif atau CP tidak pernah lebih kecil
2
T P
daripada CV ,
2. Ketika T 0, CP CV atau pada suhu nol
mutlak, kedua kapasitas kalor bernilai sama.
V
CP = CV, jika 0.
P
3.
T
Ini terjadi pada suhu 4oC (anomali air), ketika kerapatan air maksimum. Pengukuran
kapasitas kalor zat padat dan cair di laboratorium biasanya berlangsung pada tekanan tetap,
sehingga menghasilkan CP. Sukar sekali untuk mengukur CV secara cermat baik untuk zat
padat maupun cair. Namun harga CV perlu diketahui untuk perbandingan dengan teori.
Persamaan yang menunjukkan perbedaan kapasitas kalor (CP - CV) ini sangat berguna untuk
menghitung CV yang dinyatakan dalam CP serta kuantitas lainnya.
Kasus II
Berdasarkan persamaan pertama dan kedua T dS persamaan (8.32) dan (8.33)
P V
TdS CV dT T dV dan TdS CP dT T dP ,
T V T P
V
Pada S tetap (isotropik) diperoleh :
CP dTS T dPS
T P
P
CV dTS T dVS
T V
Dengan membaginya, diperoleh
V
T P
P
CP
P V S
T
CV
V
V T P
CP
CV T P P V V S
60
CP V P
Berdasarkan teorema matematis
CV P T V S
P
CP V S
CV P
(7.40)
V T
Ketermampatan adiabatik didefinisikan :
1 V
S
V P S
(7.41)
Akhirnya :
CP
S
(7.42)
CV
P 2 v b RT
a
v
mengalami pemuaian Isotermik dapat balik dari volume vi ke vf. Buktikanlah bahwa
kalor yang dipindahkan dirumuskan :
v b
q RT ln f
i
v b
Jawab :
Dari persamaan van der waals diperoleh :
P
P 2
v b v maka
T V v b
RT a R
TdS cV dT RT
dv
vb
61
Karena T tetap, maka TdS RT
dv
v b
dan prosesnya dapat balik, maka
q T dS RT
vf
dv
vi v b
Akhirnya diperoleh :
v b
q RT ln f terbukti
i
v b
2. Jika tekanan pada 15 cm3 air raksa pada 0oC ditambah secara dapat balik dan
isotermik dari 0 hingga 1000 atm, koefisien muai volume rata-rata ()= 178 x 10-6 K-
1
, ketermampatan rata-rata () = 3,38 x 10-6 atm-1, tentukanlah :
a. berapa joule-kah perpindahan kalor yang terjadi?
b. berapa joule-kah kerja yang selama pemampatan ?
c. berapa joule-kah energi dalam yang tersimpan ?
Jawab :
Q T V Pf Pi 273x15x10 6 x178x106 1,013x108
a. Berdasarkan persamaan (7.34), diperoleh :
__ __
Q 73,8 J
b. Berdasarkan persamaan (8.35), diperoleh :
W V Pf Pi
1 __ __ 2 2
2
W x1,5x10 5 x3,83x1011 x 1,013x108 02
1 2
2
W 2,95 J
c. U Q W 73,8 2,95 ,
U 70,8 J
3. Jika tekanan pada 15 cm3 air raksa pada 0oC ditambah secara isoentropik dari nol
mejadi 1000 atm, dan kapasitas kalor rata-ratanya = 28,6 J/K, koefisien muai volume
rata-rata ()= 178 x 10-6 K-1, ketermampatan rata-rata () = 3,38 x 10-6 atm-1, berapa
K-kah perubahan suhunya ?
62
Jawab :
Berdasarkan persamaan (7.36), diperoleh :
TV
P Pi
__ __
T
__ f
CP
273x1,5 x105 x178x106 x 1,013x108 0
T
28,6
T 2,58 K
U P
4. Berdasarkan konsep persamaan pertama energi
T P
V T T T
(7.37)
P 2 v b RT
Untuk gas van der Waals (1 mol):
a
v
Buktikanlah bahwa energi dalam gas van der Waals bertambah ketika volumenya
bertambah pada suhu tetap yang dirumuskan :
U
2 , dan
a
V T v
u cV dT tetapan
a
v
Jawab :
Berdasarkan konsep persamaan pertama energi
U P
T P
V T T T
(7.37)
P 2 v b RT
Untuk gas van der Waals (1 mol):
a
v
P
P 2
RT a R
vb v T v v b
U
Dengan menyulihkan ke dalam persamaan (8.37)
T P T 2 , maka
R R RT a
V T vb v b v b v
U
2 terbukti
a
V T v
63
du cV dT
a
Karena dv , diintegrasikan
v2
du cV dT 2 dv
a
v
u cV dT tetapan terbukti
a
Akhirnya
v
5. Dengan mengingat bahwa :
1 V 1 V
dan , buktikanlah bahwa :
V T P V P T
TV 2
CP CV
(7.43)
Jawab :
Diketahui bahwa :
1 V 1 V
dan maka persamaan (7.39) dapat ditulis :
V T P V P T
V P
CP CV T
2
T P V T
1 V
TV
2
V T P
CP CV
1 V
V P T
TV 2
CP CV terbukti
64
7.10. Pekerjaan rumah
U P
1. Berdasarkan konsep persamaan pertama energi
T P
V T T T
(7.37)
Buktikanlah untuk gas ideal bahwa energi dalam gas ideal tidak bergantung volume
U
yang dirumuskan : 0
V T
T T
2. Buktikanlah persamaan ketiga T dS yang dirumuskan :
TdS CV dP CP dV
P V V P
(7.44)
T
3. Buktikanlah bahwa ketiga persamaan T dS dapat dirumuskan :
TdS CV dT
a. dV (7.45)
TdS CP dT VT dP
C
b. (7.46)
TdS V dP P dV
C
V
c. (7.47)
c. (7.50)
5. Dari percobaan terhadap volume air raksa sebanyak 1,47 x 10-5 m3/mol diperoleh
bahwa kapasitas kalor molar air raksa pada tekanan tetap 1 atm dan suhu 0oC (cP)
sebesar 28 J/(mol K). Jika diketahui x 10-6 K-1 dan 3,89 x 10-11 Pa-1.
Tentukanlah :
a. berapa J/(mol K)-kah kapasitas kalor molar air raksa pada volume tetap ?
b. berapa-kah tetapan Laplace nya?
65
BAB VIII. PERUBAHAN FASE
Telah kita pelajari dalam bab 7 mengenai entropi bahwa :
1. Pergantian fase yang terkenal yakni :
- peleburan
- penguapan
- penyubliman
2. Pergantian fase yang “relatif kurang terkenal
namun sekarang sedang berkembang ” yakni :
- perubahan bentuk kristal
3. Pada pergantian fase di atas diperoleh :
- suhu dan tekanannya selalu tetap
- entropi dan volumenya berubah
4. Pergantian fase terjadi dalam proses dapat balik,
kalor (l) (biasa dikenal sebagai kalor laten) yang
Sakhir Sawal T s s
dipindahkan per molnya dirumuskan :
l T akhir awal
m
Jadi keberadaan kalor laten mengandung arti fisis bahwa terdapat perubahan entropi.
dg sdT vdP
Berdasarkan turunan fungsi Gibbs diperoleh :
g g
s dan v
T P P T
(8.1)
Kita dapat mencirikan dalam perubahan fase yang terkenal dengan salah satu pernyataan
yakni :
1. terdapat perubahan entropi dan volume;
2. turunan pertama fungsi Gibbs berubah secara
takmalar (diskrit)
3. setiap perubahan fase yang memenuhi
persyaratan tersebut dikenal sebagai perubahan fase orde pertama
Untuk perubahan fase seperti ini, variasi suhu dari G, S, V dan CP dapat diperllihatkan sesuai
gambar 8.1.
Perubahan fase dapat dianggap terjadi secara dapat balik dalam dua arah. Gambar keempat
yang memperlihatkan kelakuan CP sangatlah penting karena CP dari campuran dua fase
selama terjadi perubahan fase menjadi tak berhingga. Hal ini berlaku karena perubahan
terjadi pada T dan P yang tetap. Bila P tetap, dT = 0; atau Bila T tetap, dP = 0.
66
Jadi,
S
CP T
T P
(8.2)
1 V
V T P
(8.3)
1 V
V P T
(8.4)
G S
a b
V CP Menuju ~
67
Persamaan T dS kedua memberikan hasil yang tak tertentu bla diterapkan pada perubahan
TdS CP dT TV dP
fase orde pertama. Karena :
Dimana CP dT 0 dP 0
Namun untuk persamaan T dS pertama bisa diintegraskan melalui perubahan fase. Bila 1 mol
zat diubah secara dapat balik, isotermik dan isobarik dari fase awal (f (i)) ke fase akhir (f (f)),
persamaan T dS nya adalah :
P
Tds cV dT T dv
T V
dapat diintegrasikan dengan pengertian bahwa berbagai T dan P ketika terjadi perubahan fase
memenuhi hubungan yang menyatakan bahwa P merupakan fungsi dari T saja, tak
P
bergantung pada V, sehingga
dP
T V dT
.
dP l
dT T (v( f ) v(i ) )
(8.5)
Persamaan 8.5 dikenal dengan persamaan Clapeyron yang berlaku untuk setiap perubahan
fase orde pertama dan berlangsung pada T dan P tetap.
Dengan langkah lain, dalam bab 7 bahwa fungsi Gibbs tetap selama suatu proses dapat balik
berlangsung pada T dan P tetap. Jadi suatu perubahan fase pada T dan P,
g (i ) g ( f ) (8.6)
Dan untuk perubahan fase pada T + dT dan P + dP
g ( i ) dg (i ) g ( f ) dg ( f ) (8.7)
Dengan mensulihkan persamaan 14.6, maka :
dg (i ) dg ( f ) (8.8)
s(i )dT v(i )dP s ( f )dT v( f ) dP
dP s ( f ) s (i )
dT v ( f ) v (i )
Dengan mengalikan T, diperoleh :
dP T s ( f ) s (i )
dT T v( f ) v (i )
Akhirnya diperoleh :
dP l
terbukti
dT T v v (i )
(f)
Dalam pembahasan selanjutnya diberikan perjanjian untuk fase padat, cair, uap masing-
masing diberi tanda aksen (’), dwi aksen (’’), tri aksen (’’’).
68
8.1. Peleburan
Metode paling sederhana untuk mengukur kalor lebur zat padat adalah dengan mengirimkan
energi listrik dengan laju tetap dan mengukur suhunya pada selang waktu tertentu yang
I
dirumuskan dengan persamaan :
lF (8.9)
n
Dalam tahun 1929 Prof. F.E. Simon dan Prof. G. Glatzel emngusulkan suatu persamaan yang
cukup berhasil untuk meyatakan data pada kurva peleburan, yakni :
T c
P PTP a 1
TP
(8.10)
T
Dengan TTP dan PTP menyatakan koordinat titik tripel dan a dan serta c merupkakan tetapan
yang bergantung pada zatnya. Pada suhu tinggi PTP dapat diabaikan, maka diperoleh :
P T
1
c
a TTP
(8.11)
Teori mengenai proses yang sebenarnya terjadi bila suatu zat padat melebur telah menarik
perhatian fisikawan/wati selama bertahun-tahun. Teori yang mua-mula diusulkan oleh Prof.
Lindemann menyatakan bahwa zat padat melebur bila amplitudo getaran kisi menjadi cukup
besar untuk mematahkan gaya tarik yang memegang kisi itu; dalam kalimat yang sederhana
”Dalam peleburan, zat padat mengguncangkan dirinya sehingga pecah”. Dengan pandangan
ini, Prof. Lindemann menurunkan rumus :
mv 2
2
3
(8.12)
TM
Dimana : m dan v merupakan massa molekul dan volume molar, suhu karakteristik Debye
dan TM suhu lebur.
69
8.2. Penguapan; persamaan Trouton
Kalor penguapan cairan titik didih normal dari 250 K sampai sekitar 550 K pada umumnya
diukur langsung dengan kalorimeter.
Sama dengan peleburan, metode paling sederhana untuk mengukur kalor uap zat cair adalah
dengan mengirimkan energi listrik dengan laju tetap dan mengukur suhunya pada selang
I
waktu tertentu yang dirumuskan dengan persamaan :
lF (8.13)
n
Hal yang lebih menarik adalah cairan kriogenik dengan titik didih normal di sekitar 100 K
atau kurang. Untuk cairan ini (Nitrogen cair dan argon cair), orang harus memilih informasi
yang terdapat dalam pegangan keteknikan yaitu tekakan, entropi, entalpi dan volume dari
cairan jenuh pada suhu titik tripel hingga titik kritis.
dP lV
dT T v ''' v''
Asumsi :
Pada daerah suhu yang kecil yang cukup jauh dari titik kritis, maka lV sebagai suatu tetapan
disekitar titik didih normalnya dan v’’’ serta v’’ dapat diabaikan, tekanan uapnya cukup kecil
untuk dihampiri oelh persamaan keadaan gas ideal atau v’’’ =RT/P, diperoleh persamaan
Clapeyron menjadi:
V2
dP lV lV l
dT T v v RT RT
T
''' ''
P P
P
dP ln
PC
d
P
lV d ln P
1 1
d d
(8.14)
R dT
T2 T T
Di mana PC = tekanan titik kritis.
Jika persamaan 8.14 kita integrasi melalui selang suhu kecil sekitar TB dengan lV memiliki
harga tetap lVB, diperoleh rumus empiris :
tetapan VB
P l
ln (8.15)
PC RT
5,4 TC
lVB
(8.16)
R
Berdasarkan kaidah Prof Trouton, kenaikan suhu cukup kecil sehingga hampiran kasar
didapatkan dengan mengambil
9
lVB
(8.17)
RTB
Kaidah Trouton ini sangat penting bila TC belum diketahui.
70
8.3. Sublimasi; persamaan Kirchhoff
dP lS
dT T v''' v'
(8.18)
Sublimasi biasanya terjadi pada tekanan rendah, uapnya bisa dipandang sebagai gas ideal,
maka :
T T
2
T
Sehingga dapat dilihat bahwa lS sama dengan – 2,30R kali kemiringan kurva yang diperoleh
bila log P dirajah terhadap 1/T.
Tekanan uap padatan biasanya diukur untuk selang suhu kecil. Dalam selang ini grafik log P
terhadap 1/T praktis merupakan gars lurus, diperoleh :
log P tetapan
tetapan
(8.22)
T
Misalnya, dalam selang suhu dari 700 K hingga 739 K, tekanan uap magnesium (Mg)
memenuhi persamaan :
log P 8,589
7527
(8.23)
T
Sedangkan dalam selang suhu dari 575 K hingga 630 K, tekanan uap seng (Zn) memenuhi
persamaan :
log P 8,972
6787
(8.24)
T
Jadi dari suhu dari 700 K hingga 739 K, kalor sublimasi (lS) Mg sebesar 2,30 R x 7527 =
144 kJ/mol, sedangkan dari suhu dari 575 K hingga 630 K, kalor sublimasi (lS) Zn sebesar
2,30 R x 76787 =130 kJ/mol.
71
Selanjutnya kita menurunkan persamaan Kirchhoff untuk kalor sublimasi (lS) pada suhu
sekehendak kita.
Dari bab 7, suatu perubahan infinitesimal eltalpi molar anatara dua keadaan kesetimbangan
dh Tds vdP
suatu sistem kimia diberikan :
(8.25)
Masukkan persamaan T ds kedua, diperoleh :
v
dh cP dT v T dP
T P
dh cP dT v1 T dP
Perubahan entalpi yang berhingga antara dua keadaan PiTi dan PfTf, diperoleh :
h f hi cP dT v1 T dP
f f
(8.26)
i i
lS c dT cP' dT l0
T T
'''
P (8.28)
0 0
l0 adalah kalor sublimasi pada nol mutlak.
Persamaan 8.28 dikenal dengan persamaan Kirchhoff.
72
8.4. Latihan soal :
01. Dalam persamaan Clayperon, proses perubahan fase orde satu, suhu titik lebur zat
timbal hitam (Pb) = 600 K dan kalor laten peleburannya = 300 kJ/mol. Jika dalam
proses tersebut selisih volume spesifik fase cair dengan volume spesifik fase padatnya
= 25 liter/mol, berapa Pa/K-kah rasio perubahan tekanan dan perubahan suhu
dP
?
dT
Jawab :
dP
lebur , maka
dT T v"v'
l
Berdasarkan persamaan Clapeyron :
dP
dT T v"v' 600x 25 x10
x106 2 x10 4 Pa / K
llebur 300x103 1
3
50
01. Dalam proses perubahan fase orde satu, suhu titik lebur zat litium (Li) = 460 K dan
kalor laten peleburannya = 4,60 kJ/mol. Jika dalam proses tersebut rasio perubahan
dP
tekanan dan perubahan suhu 104 Pa/K, berapa liter/mol-kah selisih volume
dT
spesifik fase cair dengan volume spesifik fase padatnya ?
73
BAGIAN II : PENERAPAN KONSEP DASAR
74
BAB IX. PENDAHULUAN MEKANIKA
STATISTIK
9.1. Prinsip pokok
Dalam pembahasansebelumnya diketahui bahwa molekul suatu gas ideal tidak bisa dianggap
bebas sempurna satu terhadap lainnya, karena jika demikian, molekul tidak bisa mencapai
distribusi kecepatan setimbang.
Jadi harus ada anggapa bahwa :
terjadi antar aksi, tetapi hanya ketika bertumbukan dengan molekul lain dan dengan
dinding.
Untuk memerikan bentuk antar aksi yang terbatas diacu bahwa molekul sebagai „antar aksi
lemah“ atau „kuasi bebas“. Sedangkan pemebahasan partikel „berantar aksi kuat“ berada di
luar lingkup pembahasan sekarang (tunggu tanggal mainnya pada mata kuliah : Fisika
Statistik dan Mekanika Kuantum).
Selain memiliki sifat kuasi bebas, molekul gas ideal memiliki ciri lain, yakni :
1. semua molekul terbedakan, karena bertempat dalam ruang,
2. semua molekul memiliki kecepatan tertentu.
Sedangkan sifat kuasi statik (dalam bab sebelumnya), molekul gas ideal memiliki ciri yakni :
1. semua molekul tak terbedakan, karena tak bertempat dalam ruang,
2. semua molekul tak memiliki kecepatan tertentu.
Partikel yang menempati kedudukan kisi yang teratur dalam kristal bisa dibedakan, karena
partikel itu bergetar terbatas di sekitar titik tetap, sehingga satu partikel bisa dibedakan dari
partikel tetangganya menurut tempatnya.
Perlakuan statistik dari gas ideal sebagai sejumlah partikel kuasi-bebas (antar kasi
lemah) terbedakan. Andaikan gas ideal ekaatomik terdiri dari N partikel sekitar 1020 partikel,
berada dalam wadah berbentuk kubus yang panjang sisinya L. (Langkah pertama) seluruh
energi untuk masing-masing partikel dianggap merupakan energi kinetik translasi.
1 px
x m x
2 2
2
(9.1)
2m 2m
Dengan px merpakan komponen x dari momentum.
Jika partikel diandaikan bergerak bebas bolak balik antara dua bidang datar berjarak L, maka
bentuk mekanika kuantum yang paling sederhana menyatakan bahwa dalam satu daur
lengkap (dari dinding ke dinding lain dan kembali ke dinding semula), yang berjarak 2L,
momentum teptan px dikalikan dengan lintasan total 2L harus merupakan bilangan bulat
dikalikan dengan tetapan Planck h.
75
Jadi
p x 2 L nx h (9.2)
Dengan menyulihkan persamaan (9.2) ke dalam (9.1) diperoleh :
x nx
h2
2
(9.3)
8mL2
nx 8m x
L
(9.4)
h
Harga energi kinetik x yang diperoleh adalah diskret, sesuai dengan harga bilangan bulat nx;
namun jika nx berubahn dengan satu, maka perubahan yang bersesuaian dalam x sangat kecil,
karena nx biasanya merupakan bilangan yang sangat besar.
Dengan memperhitungkan ketiga komponen momentum, untuk energi kinetik total suatu
partikel diperoleh :
px p y pz
x nx ny nz
2 2 2
h2 2 2 2
2 (9.5)
2m 8mL
Perincian bilngan bulat untuk masing-masing nx, ny, nz merupakan perincian keadaan
kuantum partikel. Semua keadaan yan dicirikan dengan harga n sedemikian rupa sehingga
nx2 + ny2 + nz 2 = tetap,
akan memiliki energi kinetik yang sama.
66
h2
.
8mL2
Terdapat dua belas keadaan kuantum yang berkaitan dengan tingkat energi yang sama,
sehingga diacu terdapat tingkat energi yang memeiliki 12 degenerasi (turunan). Dalam setiap
kasus yang sebenarnya, nx2 + ny2 + nz 2 merupakan suatu bilangan yang sangat besar, sehingga
degenerasi tingkat energi yang sebenarnya juga sangat besar.
Bagaimana pun dekatnya, tetap saja, hanya sejumlah diskret tingkat energi yang dapat
dimiliki oleh molekul gas ideal.
76
Jadi salah satu persoalan pokok dalam mekanika statistic adalah menentukan populasi tingkat
energi ini dalam kesetimbangan yakni bilangan banyaknya partikel N1 yang memiliki energi
1banyaknya partikel N2 yang memiliki energi 2 dan seterusnya. Dengan mudah dapat
ditunjukkan bahwa banyaknya keadaan kuantum gi yang bersesuaian dengan tingkat energi i
(degenerasi tingkatan itu) jauh lebih besar daripada banyaknya partikel yang menempati
tingkatan itu.
gi Ni
Jadi :
(9.6)
Dengan demikian sangatlah mustahil bahwa lebih dari satu partikel akan menempati keadaan
kauntum yang sama pada saat yang sama.
Pada setiap saat beberapa partikel bergerak sangat cepat dan beberapa yang lain bergerak
lambat, sehingga partikel tersebar di antara sejumlah besar keadaan kuantum yang berbeda.
Dengan berjalannya waktu, partikel saling bertumbukan dan bertumbukan dengan dinidng
atau memancarkan dan menyerap foton, sehingga masing-masing partikel mengalami banyak
perubahan dari satu keadaan kuantum ke keadaan kuantum lainnya.
Tinjaulah Ni partikel dalam salah satu keadaan kauntum gi yang berkaitan dengan energi i.
Setiap partikel memiliki gi pilihan untuk menempati gi keadaan kuantum yang berbeda.
Partikel kedua memiliki banyak pilihan gi yang sama, dan seterusnya. Banyaknya cara Ni
partikel terbedakan dapat didistribusikan di antara gi keadaan kuantum menjadi giN , tetapi
N
jumlah g i terlalu besar, karena ini berlaku untuk partikel terbedakan seperti A, B, C dalam
tabel 9.2. Tabel 9.2 menunjukkan enam cara yang berbeda, bahwa tiga partikel terbedakan
(A, B, C) dapat menempati keadaan kuantum 2, 7, 10. Jika partikel tidak mempunyai
identitas, maka hanya ada satu cara saja untuk menempati keadaan kuantum khusus ini. Ini
berarti kita harus membaginya dengan 6 yaitu 3 !. Banyaknya permutasi dari Ni benda yang
Ni
terbedakan ialah Ni !. Jika kuantitas g i dibagi dengan faktor ini, maka ungkapan yang
dihasilkan akan berlaku untuk partikel takterbedakan.
Tabel 9.2. Terdapat enam cara untuk tiga partikel terbedakan (A, B, C) untuk dapat
menempati tiga keadaan kuantum yang diberikan (2, 7, 10)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A B C
A C B
B A C
B C A
C A B
C B A
77
Jadi :
banyaknya cara Ni partikel
gi i
N
takterbedakan dapat didistribu sikan (9.7)
di antara keadaan kuantum g Ni !
i
1 2 ........
N
g N1 g 2
(9.8)
N1! N 2!
Sedangkan banyaknya cara distribusi keadaan untuk mendapatkan suatu keadaan makro dari
N partikel terbedakan, maka peluang termodinamika suatu keadaan makro tertentu
(dirumuskan :
N! 1 2 ........
N
g N1 g 2
(9.9)
N1! N2!
gi 1 N i !
Banyaknya distibusi keadaan untuk tingkatan energi ke-i dirumuskan :
i
gi 1 ! Ni!
(9.10)
Contoh :
Pada tingkatan energi ke-i terdapat 3 keadaan (gi = 3) dan 2 partikel (Ni = 2), maka
gi 1 Ni ! 3 1 2 ! 4!
banyaknya cara /kemungkinan distribusi berdasarkan persamaan (9.10) adalah :
i
gi 1 ! Ni! 3 1! 2! 2! 2!
i 6
78
Tabel 9.3. Banyaknya cara/kemungkinan distribusi Keadaan dari 2 partikel terbedakan
pada 3 tingkatan energi berdasarkan statistik Bose-Einstein
1 2 3
••
••
••
• •
• •
• •
Untuk masing-masing distribusi cara tingkatan energi, hanya terdapat satu kemungkinan yang
terjadi.
Sedangkan total banyaknya cara/kemungkinan distribusi keadaan atau peluang
termodinamika pada keadaan makro tertentu untuk setiap tingkatan energi berdasarkan
gi 1 N i !
statistik Bose-Einstein (B-E) dirumuskan:
WB E Wk i
i i gi 1 ! Ni! (9.11)
Contoh :
Pada tingkatan energi p dan q dengan degenerasi pada tingkatan energi p (gp) = 3 dan
banyaknya partikel (Np) = 2, serta degenerasi pada tingkatan energi q (gq) = 2 dan banyaknya
partikel (Nq) = 1, maka peluang termodinamika pada keadaan makro ke-k yang terdapat Np =
g i 1 Ni !
2, Nq = 1, berdasarkan statistik B-E adalah (menggunakan persamaan 9.11) :
WB E Wk i
gi 1 ! Ni!
3 1 2! 2 1 1!
i i
WB E Wk
3 1! 2! 2 1! 1!
WB E Wk 6 x2
4! 2!
2! 2! 1! 1!
WB E Wk 12
79
9.5. Latihan soal :
Jawab :
a. Gambar dalam bentuk tabel seluruh kedudukan partikel dalam seluruh keadaan dari
distribusi statistik B-E
k 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 __
Ni
6 • 0,041
5 • 0,088
4 • • 0,205
3 •• • • 0,410
2 • • ••• •• • 0,830
• •• • ••• •• •• ••• 1,600
•• •••
0 ••• •• •• •• ••• ••• ••• •• •• • 2,830
•• •• •• ••
Wk 63 135 135 90 180 270 100 180 216 135 28 1532
gi 1 Ni !
Berdasarkan persamaan (9.11) :
WB E Wk i
gi 1 ! Ni!
3 1 1! 3 1 5! 3!
i i
WB E W1 3x 21
3 1! 1! 3 1! 5! 2! 1!
7!
2! 5!
WB E W1 63
80
WB E W2 W3
3 1 1! 3 1 1! 3 1 4!
3 1! 1! 3 1! 1! 3 1! 4!
3x3x15
3! 3! 6!
2! 1! 2! 1! 2! 4!
WB E W2 W3 135
WB E W4
3 1 2! 3 1 4! 4! 6 x15
3 1! 2! 3 1! 4! 2! 2!
6!
2! 4!
WB E W4 90
WB E W5 W8
3 1 3! 3 1 2! 3 1 1!
3 1! 3! 3 1! 2! 3 1! 1!
10 x6 x3
5! 4! 3!
2! 3! 2! 2! 2! 1!
WB E W5 W8 180
WB E W6
3 1 3! 3 1 1!
3!
3 1! 3! 3 1! 1! 2! 1! 10x 27
3 3
5!
2! 3!
WB E W6 270
WB E W7
3 1 3! 3 1 3! 5! 10 x10
3 1! 3! 3 1! 3! 2! 3!
5!
W7 100
2! 3!
WB E
3 1 2! 4!
W9 6
3 1! 2! 2! 2!
3 3
3
WBE
WB E W9 216
WB E W10
3 1 4! 3 1 1!
3!
3 1! 4! 3 1! 1! 2! 1! 15x9
2 2
6!
2! 4!
WB E W10 135
WB E W11
3 1 6!
3 1! 6!
8!
2! 6!
WB E W11 28
81
Wi 63 135 135 ...... 28
d. banyaknya total peluang termodinamika ?
11
1532
1
N2k Wk
e. banyaknya rata-rata kedudukan partikel pada setiap tingkatan energi :
Ni
__
1
k
(9.12)
N0
1
5 x63 4 x135 4 x135 ..... 1x135 4332
__
1532 1532
N 0 2,830
__
N1
1
1x135 2 x180 1x 270 ..... 6 x28
__
1532
N1 1,600
__
N2
1
1x135 1x270 3x100 ..... 1x135
__
1532
N 2 0,830
__
N3
1
2 x90 1x270 1x180
__
1532
N3 0,411
__
N4
1
1x135 1x180
__
1532
N 4 0,205
__
N5
1
1x135
__
1532
N5 0,088
__
N6
1
1x63
__
1532
N 6 0,041
__
82
Ni N
f. banyaknya total kedudukan partikel adalah :
__
(9.13)
Ni N i 6
i
__
Jawab :
a. Gambar dalam bentuk tabel seluruh kedudukan partikel dalam seluruh keadaan dari
distribusi statistik B-E, jika sebuah partikel pada tingkatan energi kedua melompat
keluar (menghilang) dari distribusi tersebut
k 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 __
Ni
6
5
4 • 0,129
3 • 0,259
2 •• • 0,655
• •• •• 1,400
••
0 •• ••• ••• •• • 2,560
••
Wk 45 90 60 108 45 348
83
c. banyaknya peluang termodinamika pada masing-masing keadaan makro ?
gi 1 N i !
Berdasarkan persamaan (9.11) :
WB E Wk i
gi 1 ! Ni !
3 1 1! 3 1 4! 3!
i i
WB E W3 3x15
3 1! 1! 3 1! 4! 2! 1!
6!
2! 4!
WB E W3 45
WB E W6
3 1 1! 3 1 1! 3 1 3!
3 1! 1! 3 1! 1! 3 1! 3!
3x3x10
3! 3! 5!
2! 1! 2! 1! 2! 3!
WB E W6 90
WB E W7
3 1 2! 3 1 3! 4! 6 x10
3 1! 2! 3 1! 3! 2! 2!
5!
2! 3!
WB E W7 90
WB E W9
3 1 2! 3 1 2! 3 1 1!
3 1! 2! 3 1! 2! 3 1! 1!
6 x 6 x3
4! 4! 3!
2! 2! 2! 2! 2! 1!
WB E W5 W8 108
WBE W10
3 1 4! 3 1 1! 6! 3!
3 1! 4! 3 1! 1! 2! 4! 2! 1! 15x3
WB E W10 45
Wi 45 90 60 108 45
d. banyaknya total peluang termodinamika ?
10
348
3
84
N2k Wk
e. banyaknya rata-rata kedudukan partikel pada setiap tingkatan energi :
Ni
__
1
k
(9.12)
N0
1
4 x45 3x90 3x60 2 x108 1x 45 891
__
348 348
N0 2,560
__
N1
1
1x90 2 x108 4 x45
__
348
N1 1,400
__
N2
1
2 x60 1x108
__
348
N 2 0,655
__
N3
1
1x90
__
348
N3 0,256
__
N4
1
1x45
__
348
N 4 0,129
__
Ni N i 5
i
__
85
9.6. Pekerjaan rumah :
86
BAB X. PENDAHULUAN MEKANIKA
STATISTIK
10.1. Statistik Fermi-Dirac (F-D)
i
g i Ni ! N i !
gi !
(10.1)
Syarat dalam statistik F-D bahwa g i Ni (degenerasi (gi) harus lebih besar sama dengan
partikel dalam kotak).
Contoh :
Pada tingkatan energi ke-i terdapat 3 keadaan (gi = 3) dan 2 partikel (Ni = 2), maka
3!
banyaknya cara /kemungkinan distribusi berdasarkan persamaan (10.1) adalah :
i
gi Ni ! Ni! 3 2! 2! 1! 2!
gi ! 3!
i 3
Ketiga cara tersebut digambarkan sesuai tabel 10.1.
Untuk masing-masing distribusi cara tingkatan energi, hanya terdapat satu kemungkinan yang
terjadi. Sedangkan total banyaknya cara/kemungkinan distribusi keadaan atau peluang
termodinamika pada keadaan makro tertentu untuk setiap tingkatan energi berdasarkan
statistik Fermi-Dirac (F-D) dirumuskan:
WF D Wk i
gi N i ! Ni !
gi !
(10.2)
i i
k 1 2 3 4 5 __
Ni
4 • 0,123
3 • • 0,494
2 • ••• •• 1,150
•• • ••• •• 1,730
0 ••• ••• ••• •• •• 2,510
Wk 9 27 1 9 27 73
WF D Wk i
g i N i ! Ni !
gi !
i i
WF D W1 W4 1x3 x3
3 3! 3! 3 2! 2! 3 1! 1!
3! 3! 3!
WF D W1 W4 9
1x3
3!
W2
3 3! 3! 3 1! 1!
3
3! 3
WF D
WF D W2 27
1
3!
WF D W3
3 3! 3!
2
2
WF D W3 1
3
3!
WF D W5
3 2 ! 2!
3
3
WF D W5 27
Wi 9 27 1 9 27
d. banyaknya total peluang termodinamika ?
11
73
1
88
e. banyaknya rata-rata kedudukan partikel pada setiap tingkatan energi dalam statistik
N2k Wk
M-B sama dengan B-E :
Ni
__
1
k
(10.3)
N0
1
3x9 3 X 27 1x3 2 x9 2x27 189
__
73 73
N0 2,510
__
N1
1
2x9 1x27 3x9 2x27
__
73
N1 1,730
__
N3
1
1x27 1x9
__
73
N3 0,494
__
N4
1
1x9
__
73
N 4 0,123
__
Ni N
f. banyaknya total kedudukan partikel (sama seperti statistik B-E) adalah :
__
(10.4)
N i N i 6,007
i
__
89
Jawab :
a. Gambar dalam bentuk tabel seluruh kedudukan partikel dalam seluruh keadaan dari
distribusi statistik F-D, jika sebuah partikel pada tingkatan energi kedua melompat
keluar (menghilang) dari distribusi tersebut
k 1 2 3 4 5 __
Ni
4 0,123
3 • 0,494
2 •• • 1,150
• •• 1,730
0 ••• ••• •• 2,510
Wk 27 1 27 73
WF D Wk i
g i N i ! Ni !
gi !
i i
1x3
3!
W2
3 3! 3! 3 1! 1!
2
3! 2
WF D
WF D W2 9
WF D W3 1x3
3 3! 3! 3 2! 2!
3! 3!
WF D W3 3
3 x3
W5
3 2! 2! 3 1! 1!
2
3! 3! 2
WF D
WF D W5 27
Wi 9 3 27
d. banyaknya total peluang termodinamika ?
5
39
90
e. banyaknya rata-rata kedudukan partikel pada setiap tingkatan energi dalam
statistik F-D:
Ni N2k Wk
__
1
k
(10.3)
N0
1
3x9 3x3 2x27 90
__
39 39
N0 2,310
__
N1
1
1x9 2x27
__
39
N1 1,620
__
N2
1
2 x3 1x 27
__
39
N 2 0,846
__
N3 1x9
__
1
39
N3 0,231
__
Ni N
f. banyaknya total kedudukan partikel adalah :
__
(10.4)
N i N i 5,007
i
__
i gi
Banyaknya distibusi keadaan untuk tingkatan energi ke-i dirumuskan :
Ni
(10.5)
Contoh :
Pada tingkatan energi ke-i terdapat 3 keadaan (gi = 3) dan 2 partikel (Ni = 2), maka
i gi N 32
banyaknya cara /kemungkinan distribusi berdasarkan persamaan (12.3) adalah :
i 9
i
91
Tabel 10.2. Banyaknya cara/kemungkinan distribusi Keadaan dari 2 partikel terbedakan
pada 3 tingkatan energi berdasarkan statistik Maxwell-Boltzmann
1 2 3
ab
ab
ab
a b
b a
a b
b a
a b
b a
WM B Wk N!
N
gi i
(10.6)
i Ni !
92
Jawab :
a. Gambar dalam bentuk tabel seluruh kedudukan partikel dalam seluruh keadaan dari
distribusi statistik M-B
k 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 __
Ni
6 • 0,013
5 • 0,065
4 • • 0,195
3 •• • • 0,455
2 • • ••• •• • 0,910
• •• • ••• •• •• ••• 1,640
•• •••
0 ••• •• •• •• ••• ••• ••• •• •• • 2,730
•• •• •• ••
3 1386x35
35
Wk 18 90 90 45 180 360 60 180 270 90
35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
WM B Wk N!
N
gi i
i Ni !
WM B W1 6 !
35 31
5! 1!
WM B W1 18 x 35
31
W2 W3 6 ! 30 x3x35
2
34
1!
WM B
4!
WM B W2 W3 90 x 35
W4 6 !
34 32 30 x3x35
WM B
4! 2! 2
WM B W4 45 x 35
WM B W5 W8 6 !
33 32 31 120 x3x35
3! 2! 1! 2
WM B W5 W8 180 x 35
31
W6 6 ! 120x3x35
3
33
1!
WM B
3!
WM B W6 360 x 35
93
32
W9 6 ! 6!
3
3x35
2!
WM B
8
WM B W9 270 x 35
31 34
W10 6 ! 6!
2
3 x35
1! 4!
WM B
4!
WM B W10 90 x 35
W11 6 ! 3 x35
36
WM B
6!
WM B W11 3 x 35
1386x35
1
N2k Wk
e. banyaknya rata-rata kedudukan partikel pada setiap tingkatan energi :
Ni
__
1
k
(10.7)
N0
1
5 x18x35 4 x90 x35 ..... 1x90 x35
__
5
1386x3
N0 2,730
__
N1
1
1x90x35 1x360x35 ..... 6 x3x35
__
5
1386x3
N1 1,640
__
N2
1
1x90x35 1x360x35 ..... 1x90x35
__
5
1386x3
N 2 0,910
__
N3
1
2 x45x35 1x360x35 1x180x35
__
5
1386x3
N3 0,455
__
94
N4
1
1x90 x35 1x180 x35
__
5
1386 x3
N 4 0,195
__
N5
1
__
5
1x90 x35
1386x3
N5 0,065
__
N6
1
__
5
1x18x35
1386x3
N 6 0,013
__
Ni N i 6
i
__
2. Berdasarkan tabel dalam jawaban soal 1.a, jika sebuah partikel pada tingkatan energi
kedua melompat keluar (menghilang) dari distribusi tersebut, tentukanlah :
a. gambarkan dalam bentuk tabel seluruh kedudukan partikel dalam seluruh
keadaan dari distribusi statistik M-B ?
b. berapakah banyaknya keadaan makro (macrostate) yang terbentuk ?
c. banyaknya peluang termodinamika pada masing-masing keadaan makro ?
d. banyaknya total peluang termodinamika ?
e. banyaknya rata-rata kedudukan partikel pada setiap tingkatan energi ?
f. banyaknya total kedudukan partikel ?
95
Jawab :
a. Gambar dalam bentuk tabel seluruh kedudukan partikel dalam seluruh keadaan dari
distribusi statistik M-B, jika sebuah partikel pada tingkatan energi kedua melompat
keluar (menghilang) dari distribusi tersebut
k 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 __
Ni
6
5
4 • 0,074
3 • 0,286
2 •• • 0,714
• •• •• 1,430
••
0 •• ••• ••• •• • 2,500
••
Wk 5 20 10 30 5 70x35
35 35 35 35 35
WM B Wk N!
N
gi i
i Ni !
31
W3 W10 5 !
34
1!
WM B
4!
WM B W3 W10 5 x 35
31
W6 5 ! 20 x35
2
33
1!
WM B
3!
WM B W6 20 x 35
32 20x35
WM B W8 5 !
33
3! 2! 2
WM B W8 10 x 35
32 31 5! x35
W9 5 !
2
2! 1!
WM B
4
WM B W6 30 x 35
96
Wi 5x35 20 x35 10 x35 30 x35 5 x35
d. banyaknya total peluang termodinamika ?
10
70x35
3
N2k Wk
e. banyaknya rata-rata kedudukan partikel pada setiap tingkatan energi :
Ni
__
1
k
(10.9)
N0
1
4 x5x35 3x20 x35 3x10x35 2 x30 x35 1x5 x35
__
5
70 x3
N 0 2,500
__
N1
1
1x20 x35 2 x30 x35 4 x5 x35
__
5
70 x3
N1 1,430
__
N2
1
2 x10x35 1x30 x35
__
5
70 x3
N2 0,714
__
N3
1
__
5
1x 20x35
70x3
N 3 0,286
__
N4
1
__
5
1x5 x35
70x3
N 4 0,074
__
Ni N
f. banyaknya total kedudukan partikel adalah :
__
(10.10)
Ni N i 5
i
__
97
10.5. Pekerjaan rumah :
98
Bab XI.
Fungsi Gamma dalam termodinamika
11.1. Fungsi Gamma (fungsi Faktorial)
n t n z 1
F ( z , n ) 1 t
dt
0 n
n t n t z 1
n
lim F ( z , n) lim 1 t dt lim 1 t
n
z 1
n n 0 n 0 n n
dt
t
et
n
Diketahui : lim 1
n n
Bukti:
t
n
Ambil : lim 1 n A , dikalikan ln sehingga menjadi
n
t t
m
ln A lim ln1 lim n ln1
n n n n
t t
m
ln 1 ln 1
n ln 1 0
lim
n 1 1 0 0 (TD)
n
99
Memakai Metode Lophital
1 t
t t 2
ln1 1 n
n n t
ln A lim lim lim
n n n 1 t
1 1
n n 2 n
t t
ln A t
t 1 0
1
A e t
t
et
n
Jadi lim 1 n
n
Kasus khusus untuk t = -1 maka
e 1
(1)
n
lim 1
n n
1
n
lim 1 e
n n
Kembali ke definisi I
t n
F z , n 1 t z 1dt
0 n
z e t t z 1dt (terbukti)
0
Kembai ke definisi II
F z, n 1 t z 1dt
n t n
0 n
u t nu
t
Misal
n
dt ndu
100
Syarat batas t1 0 u1 0
t 2 n u2 1
F z , n 1 u nu
1 n
z 1
ndu
0
1 u n
1 n
z 1
n 1u z 1 du
0
n 1 u u du n 1 u
1 n 1 n
z z 1 z d uz
z
1 u d u
0 0
z 1
n n z
z 0
1 u d u p 1 u
n
dq d u z
1
8 n
dp n1 u q uz
0
n 1
1 u .u u
du
1 u d u . n1 u
1 n 1
z n z 1 z n 1
du
0
n 1 u u du n 1 u
0 0
d u z 1
z 1
1 1
n 1 z n 1
p 1 u
0 0
Kembali memakai integral parsial
dq d u z 1
n 1
dp n 11 u q u z 1
n2
du
1 u d u
n
z 1
0
1
n 1
1
n z z 1 1 z 1 n2
1 u .u u . n 1 1 u du
0
0
n
z 1
0
1
n z z 1
n 1 1 u u du
nn 1
1 u z 1 0
1 u .
z2
z 2
1 1
n z n 2 d u
du
0
.... dan seterusnya maka :
101
F z, n 1 u d u
1
nz n z
z
n nn 1n 2...3.2.1
0
z z 1z 2... z n
1.2.3...n 1n n z 1
z 1 lim
n z 1z 2 z 3...z n z 1 n
1.2.3...n 1.n.n z
lim
n z 1 n z z 1z 2z 3...z n
n.z
.
1.2.3...n 1.n.n z
lim
n z 1 n n z z 1z 2 ...z n
n.z
. lim
z 1 z z
lim
n
n n 1
1 1 0!
102
1.2.3...n 1.n.n 2
* 2 lim 2.3.4...n.n 1n 2
n
n2 n2
lim lim
n n 1n 2 n n 2 3n 2
2 1 1!
1.2.3...n 1n.n 3
* 3 lim 3.4.5...n 1nn 1n 2 n 3
n
n3
3 1.2. lim
n n 1n 2n 3
3 1.2 2! 2
1.2.3.4.5...n 1.n.n 4
4 lim
n 4.5.6...nn 1n 2 n 3n 4
*
n4
1.2.3. lim
n n 1n 2n 3n 4
4 1.2.3 3!
Jadi z 1 z z z!
z ln
1
1 z 1
y
b. dy
0
103
Jawab :
t t 2 1dt 2 e y 2 y 2 z 1dy
a. z e
0 0
misal t y 2 dt 2 ydy
0
z 2 e y y 2 z 1dy , terbukti
2
1 1 2 1
z e tt z 1 dt ln
0
b. dy
0 y
1
t ln ln y 1 ln y
y
misal
t ln y ln y t y e t
dy e t dt e t dt dy
Syarat batas:
t1 0 y1 e 0 1
t2 y2 e 0
1
e
z e t t z 1dt
0
z e t t z 1dt
0
ln . dy
1
0 z 1
1
y
z ln
1
1 z 1
0
y
dy , terbukti
104
2. Diketahui bahwa:
z 1 z
sin z
, untuk 0<z<1.
1
Buktikanlah bahwa
2
Jawab:
z 1
1 1 1
1
sin
2 2 2 sin 90
2
1
2
2
1
! , terbukti
1
2 2
3. Diketahui bahwa
z 1 z z
z! z z 1!
z 1! z!
z
Maka 1 0! 1
1!
1
0 1!
0! 1
0 0
n 1 n! , n = bilangan bulat negatif
z
z ! z !
sin z
Lalu didapat
105
4. Berdasarkan soal no. 2 dan 3, kita dapat mencari hubungan rekursi fungsi gamma
1
/fungsi faktorial pecahan . Tentukanlah:
2
1 3 5 7 5 3
a. ! c. ! !
2 2 2 2 2 2
e.
3 5 3 1
b. ! !
2 2 2 2
d.
Jawab
z 1
a. z 1 z z z
z! z z 1!
z
z 1! z!
z
z z 1 1
1 1 1 1
2 2 2 2
1 1 1
2 2 2
1
2 2 ! 2
1 1
2 2 2
z 1
z
z
Untuk z
3
2
1
1
2 2
1 2 1
2 1 2
2
106
z 1
b.
z
z
1
3
untuk z
3 3 2 2 1
2 2 3 3 2
2
2
3 2 4
2 3 3
z 1
c. z
z
3
untuk z
5 5 2 2 3
2 2 5 5 2
2
5 2 4 8
2 5 3 15
z 1
d. z
z
z 1 z z Untuk z
1 3 1 1 1
2 2 2 2 2
e. z 1 z z
z
3 5 3 3 3 1
untuk
2 2 2 2 2 2
5 3
2 4
107
5. Dari soal no.4, gambarkanlah sketsa fungsi gamma/fungsi faktorial
Jawab:
Dari soal no.4 didapatkan :
1 3
! 2
2 2
3 5 4
!
2 2 3
5 7
!
8
z! ~ untuk z 1 ,
2 2 15
z = bilangan bulat negatif
1 1
!
2 2
3 1 1
!
2 2 2
5 3 3
! , dan seterusnya
2 2 4
z!
4
3
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 z
8
15
2
108
11.3. Pekerjaan rumah
1. Buktikanlah bahwa :
x 4 dx 1 ! 5
4
a.
e
0 4
0 x
1 1
1 3 4
2
3
2
b. x ln dx 4
27
109
BAB XII. Penerapan Fungsi Gamma dalam
distribusi Maxwell (Teori kinetika gas)
12.1. Penerapan fungsi gamma
N
jumlah
partikel
T3>T2>T1
T3 T2 T1
V(kecepatan)
N+dN
dN
N
dV
V V+dV V
N m mv 2 2
3
4 exp v dv
2kT
2
N0 2 kT
Jika harga ekspektasi (harga rata-rata) v n adalah
v vn
n dN
0 N0
110
12.2. LATIHAN SOAL :
Buktikan bahwa
n 3 n 1
!
2kT 2 2 2kT 2 2
n n
vn
1. m 3 m 1
!
2 2
v rms v 2
3kT
3.
m
Jawab :
vn vn v n 4
m 2 kT 2
3
e
mv 2
dN 2
1. v dv
0
N 0
2 kT
v
m
3
v n 4
mv 2
n2
2kT
2
e 2 kT
dv
0
m
3
v 2 2 z 1 t 2
2kT 0
2
n
2 t e dt
m
1
t2 v t v
m 2 2
Misal
2kT 2 kT
2kT
1
v t
2
m
2kT
1
dv dt
2
m
n2
2
m 2kT 2 2 2 kT
3 1 1
v n 2 m t e t dt
2 2
0
2 kT m
111
n2
2
m 2kT 2kT
3 1
v n 2 t n 2 e t dt
2kT m 0 m
2 2 2 2
n2
2 t n 2 e t dt
m 2kT 2kT
3 1
v 2
2kT m m
2 2 2 2
n
2 t n 2 e t dt
m 2kT
3 n 3
v 2
2kT m
2 2 2 2
n
2 t e dt
1 m 2kT 2kT
3 3 3 n
v 2
n 2 t 2
2kT m m 0
2 2 2 2
n
2 t e dt
1 2kT
n
v 2
2 z 1 t 2
2
m 0
n
2 2kT n3
n
vn 2z 1 n 2 2z n 3 z
2
m 2
n 3 n3
2kT 2 2 2kT 2 2
n n
vn
m m 3
2 2
n 1
!
2kT 2
n
vn
2
m 1 !
TERBUKTI
2
112
2. Kecepatan rata-rata = ekspektasi kecepatan
11
!
2 1!
1 1
vn
2 kT 2 2 kT 2kT 2 8kT
m
2
m 1 ! m 1 m TERBUKTI
2 2
2 1
1
2kT 2 2 !
2
2
vrms v2 v2
1
m 1
2
2
!
3 31
1 1
3kT 2
1
v rms
m
v2
! !
m 1 m 1
2 2
v rms v2
3kT
TERBUKTi
m
02. Diketahui distribusi gamma dirumuskan sebagai berikut :
f x
1
x 1e
,x0
x
1
f x 0, x 0
x n f x x
n
Jika harga ekspetasi jarak xn adalah x
0
Buktikanlah bahwa :
n
xn n
a
b harga ekspetasi = x
2 x2 x 2
2
c varian =
113
Jawab :
1
xn x 1e
x
x
1
1. xn
0
1
xn x 1 n e
x
1 x
0
t x x t x t
1
Misal
t e t
1 1 n t
n
x
0
t 1 n e t t
1 n
1
n
x
0
n
t z 1e t t
n
x
0
n
z 1 1 n z n
n
x
n
xn n
TERBUKTI
1
x 1
2.
x TERBUKTI
2 x2 x
2
3.
2
x2 2 2 1 x 2 2 2 2
, maka
2 2 dan x x 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2
x
x 2 2 TERBUKTI
114
12.3. PEKERJAAN RUMAH
F v2 e
mv2
2 kT
,
vmax
2kT
buktikanlah bahwa kelajuan maksimumnya sebesar : !
m
N t N 0 e t , di mana = konstanta peluruhan dan waktu rata-rata yang
02. Jika diketahui peluruhan radioaktif dirumuskan sebagai berikut :
N (t )
t
t dt
N (t )
0
. Berbantuan penyelesaian fungsi gamma,
t
dt
0
1
buktikanlah bahwa :
115
DAFTAR PUSTAKA
1. Arfken, G.B., and H.J. Weber. Mathematical Methods for Physicists, 4th edn,
Academic Press, Inc., San Diego, (1995).
2. Debye, P. Polar Molecules. Dover Publications, Inc., New York, (1945).
3. Fraden, J. Handbook of Modern Sensors : Physics, Designs and Applications.
Springer-Verlag New York, Second Edition, (1996).
4. F.W. Sears and G.L. Salinger. Thermodynamics, kinetic and statistical mechanics.
Addison-Wesley Publishing Co, Inc., Reading. (1975).
5. Irzaman, Y. Darvina, A. Fuad, P. Arifin, M. Budiman, and M. Barmawi. Physical and
Pyroelectric Properties of Tantalum Oxide Doped Lead Zirconium Titanate
[Pb0.9950(Zr0.525Ti0.465Ta0.010)O3] Thin Films and Its Application for IR Sensor. Journal
of Physica Status Solidi (a), 199 (3), (2003).
6. M.W. Zemansky and R.H. Dittman. Heat and thermodynamics. 6th edition. McGraw
Hill Inc. 1982. (maupun terjemahannya).
7. Sze, S.M. Physics of Semiconductor Devices. 2nd edn. John Wiley & Sons,
Singapore, (1981).
8. Uchino, K. Ferroelectric Devices, Marcel Dekker, Inc. New York. (2000).
116