1
BAB I. TEMPERATUR
Kuantitas makroskopis (P, V, ) yang berkaitan dengan keadaan internal suatu sistem disebut
koordinat termodinamika.
Sistem temperatur adalah suatu sifat yang menentukan apakah sistem dalam kesetimbangan
termal dengan sistem lainnya.
2
BAB II. SISTEM TERMODINAMIKA
SEDERHANA
2.1. PERSAMAAN KEADAAN
Dalam keadaan nyata, sangat sulit mengungkapkan kelakuan lengkap zat dalam seluruh
pengukuran harga koordinat termodinamika (P, V, ) dengan memakai persamaan sederhana.
Terdapat lebih dari 60 persamaan keadaan yang telah diajukan untuk menggambarkan cairan
saja, uap saja dan daerah uap-cairan.
Di antaranya :
1. Persamaan gas ideal :
Pv R (2.1)
yang hanya berlaku pada tekanan (P) rendah dalam daerah uap dan gas.
Persamaan keadaan suatu sistem dapat dibayangkan bahwa persamaan keadaan tersebut dapat
dipecahkan untuk menyatakan setiap koordinatnya dalam dua koordinat lainnya.
Analisisnya :
1. V = fungsi ( , P) (2.3)
Maka diferensial parsialnya :
dV V V
d (2.4)
dP P
P
3
Jika perubahan temperatur dibuat sangat kecil, maka perubahan volume juga menjadi sangat
kecil, maka :
kemuaian volume sesaat (β) dirumuskan :
1 V
V (2.5)
P
Sebenarnya β merupakan fungsi dari ( , P), tetapi dalam percobaan menunjukkan bahwa
banyak zat yang β – nya tidak peka pada perubahan tekanan (dP) dan hanya berubah sedikit
terhadap suhu (
Efek perubahan tekanan pada volume sistem hidrostatik etjika temperaturnya dibuat tetap,
dinyatakan oleh kuantitas yang disebut ketermampatan isotermik (κ dibaca kappa) yang
dirumuskan :
1 V (2.6)
V P
2. P = fungsi ( , V) (2.7)
Maka diferensial parsialnya :
P P
dP d (2.8)
dVV
V
d P dP (2.10)
dVV
V P
5
dengan menyulihkan persamaan (2.13) ke dalam (2.12) diperoleh :
x = fungsi (y,z) maka :
x y y x
dx y x
dx z dz
dz z
(2.14)
z z x y
atau
dx x y dx x y x
y x y z z dz (2.15)
z z z x y
Sekarang dari ketiga koordinat itu hanya dua yang bebas (x,z). Jika dz = 0 dan dx ≠ 0,
diperoleh :
x y
y 1 (2.16)
z
x z
x 1
y y (2.17)
z
x z
Jika dx = 0 dan dz ≠ 0, diperoleh :
x y x
y 0 (2.18)
z z
z x y
xy y x
z z (2.19)
z x y
xy y z
z x 1 (2.20)
z x y
6
Dari persamaan (2.5) dan (2.6)
1 V
V
P
1 V
V P
disulihkan ke dalam persamaan (2.21) diperoleh :
P
(2.23)
V
dP d (2.26)
Pi i
Dan
P P (2.27)
f i f i
7
Latihan soal :
1. Persamaan keadaan gas ideal yaitu : Pv R . Buktikanlah bahwa :
1
a.
1
b.
P
Jawab :
a. Koordinat termodinamika (P, V, ), maka
V = fungsi (P, ), namun karena β terjadi pada tekanan tetap berarti V = fungsi ( ) saja.
Lalu persamaan :
Pv R
menggunakan perubahan diferensial keadaan menjadi :
v R 1 V 1 R
Pdv Rd , karena V V P , maka
P
P P
1
terbukti
v R
karena
P
,
P2
1 V x R x 1 , maka
R PV P
1 P2
V P V
1
terbukti
P
8
2. Diketahui :
air raksa 181 x 10 6 K 1
11 1
air raksa
3,82 x 10 Pa
Massa air raksa pada tekanan 1 atmosfir (1,01325x105 Pa) dan temperatur 0oC diusahakan
agar volume tetap. Temperatur dinaikkan hingga 10oC, berapa Pa tekanan akhirnya ?
Jawab :
Menggunakan persmaan (2.27)
P P
f i f i
Diperoleh :
6
5 181 x 10 x 10
Pf 1,01325x10 11
3,82 x 10
6
181 x 10 x 10 1,0132 x 105
P
5
f 11
3,82 x 10
Pf 473105 1,01325 x 105
Pf 474,01325105 Pa
9
3. Jika seutas kawat yang panjangnya L, kemuaian linier (α) dan modulus Young
isotermik (Y) mengalami perubahan sangat kecil dari keadaan setimbang awal
keadaan setimbang akhir akibat gaya (F), buktikanlah bahwa perubahan gaya
tegangannya sama dengan :
AY
dF AY d dL
L
Jawab :
F = fungsi ( , L)
Maka diferensial parsialnya :
F F
dF d L dL
L
dF
stress A L F
Y strain dL A L
L
F YA
L L
dL
1 L
dL L
F
L L
F
Berdasarkan persamaan (2.19) dan (2.20) untuk fungsi (F, θ, L) :
x y x
y 1
z x
z y
z
x y z
y z
z x
x y
Maka :
F L
1
L F
L F
F L F
L
L F
10
F AY
L L
L
F
AY
L
Kembali ke persamaan :
F F
dF d L dL
L
Akhirnya diperoleh :
AY
dF AY d dL terbukti
L
Jawab :
Berdasarkan persamaan :
AY
dF AY d dL
L
Karena tidak ada perubahan panjang berarti dL = 0, maka
dF AY d
dF x x 8,5 x x 2 x 1011 x 8 20
5 7
1,5 10 10
Fakhir – Fawal 306 x 10 1 Fakhir 30,6 20
Fakhir 50,6 N
5. Jika sebagai tambahan pada kondisi dalam soal no. 4, Dukungan tersebut saling
mendekati dengan jarak 0,012 cm, berapa N-kah gaya tegangan akhirnya ?
Jawab :
Berdasarkan persamaan :
AY
dF AY d dL
L
7
7 11 8,5x10 x2x1011 4
12
2.5. PEKERJAAN RUMAH
1. Persamaan keadaan hampiran gas nyata pada tekanan
sedang, yang dibentuk untuk memperhitungkan ukuran berhingga molekul
dirumuskan :
P v b R ,
dengan R dan b tetapan. Buktikanlah bahwa :
1
a.
bP
1
R
1
b. P
bP
1
R
2 Logam yang kemuaian voluemnya 5,0 x 10-5 K-1 dan kemampatan isotermiknya
1,2 x 10-11 Pa-1 berada dalam tekanan 1 x 105 Pa dan suhunya 20oC. Logam ini
dilingkungi secara pas oleh invar tebal yang kemuaian dan kemampatannya dapat
diabaikan.
a. Berapa Pa-kah tekanan akhrinya jika suhu dinaikkan 32oC?
b. Jika lengkungan penutup dapat menahan tekanan maksimum 1,2 x 108 Pa,
berapa oC-kah suhu tertinggi sistem itu ?
3 Logam yang kemuaian voluemnya 5,0 x 10-5 K-1 dan kemampatan isotermiknya
1,2 x 10-11 Pa-1 berada dalam tekanan 1 x 105 Pa, suhu 20oC dan volumenya 5 liter,
mengalami kenaikan suhu 12 derajat dan pertambahan volumenya 0,5 cm3. Berapa
Pa-kah tekanan akhirnya ?
13
6. Persamaan keadaan zat elastik ideal dirumuskan :
F K L – L022
L L ,
0
dengan K tetapan dan L0 (harga L pada gaya tegang nol) hanya merupakan fungsi dari
suhu.
a. Buktikanlah bahwa modulus Young isotermiknya dirumuskan :
K L 2L0 2
Y
A L0 L2
b. Buktikanlah bahwa modulus Young isotermiknya pada gaya tegangan nol
dirumuskan :
3K
Y
A
14
BAB 3. KERJA
3.1. KERJA
dW P dV W P dV (3.1)
V1 V1
15
Gas ideal PV = nRθ, maka :
nR
P , disulikah ke dalam persamaan (3.1), diperoleh :
V nR dV V2
W V2 dV nR V2 nR ln V nR ln V ln V
V1 2 1
V1
V V1
V
V2 V2
W nR (3.2)
ln 2,30 nR log
V1 V1
Latihan soal :
1. Dalam gas ideal terdapat 2 kmol gas yang dipertahankan pada suhu tetap 0oC,
dimana gas itu dimampatkan dari volume 4 m3 menjadi 1 m3. Jika R = 8,314 J/mol
K, berapa kJ-kah kerja yang timbul?
Jawab :
Berdasarkan persamaan (3.2)
V2 1
W nR ln 2x103 x 8,314 x 273 ln
V 4
1
Harga W “negatif“ berarti bahwa kerja terjadi dari lingkungan ke sistem gas.
Kasus II :
Pertambahan tekanan isotermik kuasi-statik pada zat padat, diperoleh kerja :
W P dV (3.a)
V = fungsi (θ, P), maka diferensial parsialnya :
V V
dV d (3.b)
dP P
P
Karena :
1 V
1.
V P
2. isotermik (dθ = 0), persamaan (3.a) menjadi :
V x0 V dP =
dV
P
dV V dP (3.c)
16
Lalu persamaan (3.c) disulihkan ke persamaan (3.a), diperoleh :
P2
V 2 P2
W V P dP P P1
P1 2
V 2 2 m 2 2
W P P (3.3)
P P
2 1 2 1
2 2
m
dimana : .
V
2. Tekanan pada tembaga padat bermassa 100 kg ditambah secara kuasi-statik dan
isotermik pada suhu 0oC dari 0 atm hingga 1000 atm (1 atm = 1,01325 x 105 Pa).
Jika diketahui ρ = 8930 kg/m3, κ = 7,16 x 10-12 Pa-1, berapa kJ-kah kerja yang
timbul ?
Jawab :
Berdasarkan persamaan (3.3)
m 2 12
2 7,16x10 8 2 2
x100
W P2 P1 (1,01325x10 ) (0)
2 x 8930
2
W 0,411x103 J 0,411 kJ
Harga W “negatif“ berarti kerja dilakukan dari lingkungan ke sistem tembaga.
Jawab :
Berdasarkan tabel 3.1 diketahui :
W Ed
d dE
d
Diferensial parsialnya :
E E
Karena isotermik maka dθ = 0, maka :
d E dE
17
E V E V
V E
Lalu :
d V dE , disulihkan ke persamaan :
E2 E2
W Ed EV dE V E dE
E1 E1
V 2
W E 2
E terbukti
2 1
2
Karena :
E E
, maka disulihkan :
V V
2 2
1
W E d d d
V V
1 1
1 2
W 2
terbukti
2 1
2V
4. Dalam pemuaian adiabatik gas ideal kuasi-statik, diketahui bahwa tekanannya pada
setiap saat memenuhi persamaan (3.5) :
PV K, (3.5)
CP
dimana : CP = CV + nR, dan K merupakan tetapan (Laplace).
CV
Buktikanlah bahwa kerja yang dilakukan untuk pemuaian dari keadaan (P1, V1) ke
keadaan (P2 ,V2) dirumuskan dengan persamaan :
P1V1
W (3.6)
P2V2
Jawab : 1
Berdasarkan persamaan (3.5) diperoleh :
K
PV K P KV
V2
V V2 1
W P dV dV K V 1 V 2
KV
Karena kerja
V1 V1
– 1 V1
18
1
1 KV 1
KV 1
KV – KV V
W
V
2 1 2 2 1 1
1 1
1
W PV PV terbukti
2 2 1 1
1
19
3.5. PEKERJAAN RUMAH
1. Gaya tegang seutas kawat dinaikkan secara kuasi-statik isotermik dari F1 ke F2. Jika
panjang, penampang dan modulus Young kawat itu secara praktis tetap, buktikanlah
bahwa kerja yang dilakukan dirumuskan dalam
L persamaan2 (3.5)
2 :
W F F
1 (3.7)
2
2 AY
2. Gaya tegang seutas kawat logam yang panjangnya 1 m dan luasnya 1 x 10-7 m2
dinaikkan secara kuasi-statik isotermik pada suhu 0oC dari 0 N hingga 100 N. Jika
diketahui
Y = 2,5 x 1011 N/m2, berapa joule-kah kerja yang dilakukan ?
3. Buktikanlah bahwa kerja yang dilakukan untuk meniup gelembung sabun berbentuk
bola berjejari R dalam proses isotermik kuasi-statik dari keadaan itu dirumuskan
dalam persamaan (3.6) :
W 8 R2 (3.8)
4. Tekanan pada 0,1 kg logam dinaikkan secara isotermik kuasi-statik dari 0 hingga
108 Pa. Jika diketahui : κ = 6,75 x 10-12 Pa-1 dan ρ = 104 kg/m3, berapa joule-kah
kerja yang dilakukan ?
6. Dalam pemuaian adiabatik gas ideal kuasi-statik, buktikanlah bahwa suhunya pada
setiap saat memenuhi persamaan (3.8) :
1
V K, (3.9)
CP
dimana : CP = CV + nR, dan K merupakan tetapan (Laplace).
CV
20
BAB IV. KALOR DAN HUKUM PERTAMA
TERMODINAMIKA
4.1. KALOR :
Definisi kalor ialah : berpindahnya „sesuatu“ dari benda bersuhu lebih tinggi ke benda
bersuhu lebih rendah, dan “sesuatu” ini disebut kalor.
Definisi :
Bila suatu sistem yang lingkungannya bersuhu berbeda dan kerja dapat dilakukan
padanya, mengalami suatu proses, maka energi yang dipindahkan dengan cara non
mekanis yang sama dengan perbedaan antara perubahan energi internal (U) dan kerja
(W) yang dilakukan, disebut kalor (Q).
Persamaan Hukum Pertama Termodinamika :
Q = U +W (4.1)
dQ = dU +dW (4.2)
Untuk proses kuasi statik infinitesimal darsi sistem hidrostatik, hukum pertama
menjadi:
dU = dQ - P dV (4.3)
21
Bentuk diferensial Pfaff :
Untuk mengatasi sistem yang lebih rumit, dengan cara mengganti dW dalam hukum
termodinamika dengan dua atau lebih ungkapan.
Misalnya,
Dalam kasus sistem gabungan yang terdiri dari dua bagian hidrostatik yang dipisahkan oleh
dinding diatermik, dirumuskan :
dQ = dU + PdV + P’dV’ (4.4)
Q Q
Kapasitas kalor rata-rata = (4.6)
akhir 2 1
Ketika keduanya, Q dan (θ2 – θ1) mengecil, maka
awal
Harga kapasitas kalor sesaat (C) :
C lim Q dQ (4.7)
2 1
2 l d
Kapasitas kalor molar dirumuskan :
C 1 dQ (4.8)
c
n nd
22
Tabel 4.2. Kapasitas kalor dalam sistem sederhana
Sistem sederhana Kapasitas kalor Lambang
Sistem hidrostatik Pada tekanan tetap CP
Pada volume tetap CV
Kawat teregang Pada gaya tegang tetap CF
Pada panjang tetap CL
Selaput permukaan Pada tegangan permukaan tetap Cγ
Pada luas tetap CA
Sel listrik Pada elektromontasi tetap Cε
terbalikkan Pada muatan tetap CZ
Lempengan Pada medan listrik tetap CE
dielektrik Pada polarisasi tetap CΠ
Batang Pada medan magnetik tetap CH
paramagnetik Pada magnetisasi tetap CM
Pengukuran kapasitas kalor zat padat, cair dan gas merupakan salah satu proyek percobaan
fisika modern yang paling penting, karena harga numerik kapasitas kalor memberikan sarana
paling langsung untuk membuktikan perhitungan fisikawan teoritis dan menentukan
kesahihan pengandaian beberapa teori modern.
Kasus :
(θ, V), diperoleh :
U merupakan fungsi dua peubah di antaraU
U d dV
dU
V V
Maka hukum pertama termodinamika dirumuskan :
U U dV PdV
dQ d V
V
U U
dQ d P dV
V
V
23
1. Jika V tetap, dV = 0 diperoleh :
dQ U
d V V
U
C (4.12)
V
V
Dalam bentuk integral :
2
QV CV d (4.13)
1
U
CP CV V P V
U CP CV (4.14)
V P V
U
kuantitas V tidak terukur
Latihan soal :
1. Kapasitas kalor molar suatu logam pada suhu rendah bervariasi terhadap suhu
menurut persamaan :
a
c 3
b
3
24
Jawab :
a
Diketahui :
c 3
b
3
2 2
a
Karena Q
3
cd b d
3
1 1
0,02
a 4 b 2
2 a 4
b
Q Q 2
3
4 3 2 4 2 0,01
a 4
1
4 b 2 2
Q 0,02 0,01 0,02 0,01
3
4 2
Q 3,75 x a 2
x b
8 4
10 1,5 10
v2
Tentukanlah:
a. Volume titik kritik nya (vc)
b. Suhu titik kritik nya (θc) ?
c. Tekanan titik kritik nya (Pc) ?
P cv c
d. nilai : ?
R c
Jawab : a
P v b R a
a. Karena R P
, maka :
v2 v b v2
2
P P
Lalu : 0 dan V2 0
V
T T
P R 2a R 2a
0 2 3 lalu 2
v b v v b v3
v
25
T
26
2
P 2R 6a 0 R 3a
3 lalu 3
v2 vv4 b v b v4
T
Pada titik kritis berarti :
v = vc; θ = θc; P = Pc,
Maka pemecahan di atas dibagi saja menjadi :
R 3 3a4
v b v 1 3
2v 3v 3b
R 2
2a3 v b 2v
v b v
v vc 3b
b. Mencari nilai θc; hasil v2c disulihkan ke
2
dalam persamaan
R 2a 2a v b 2a 3b b
v
2 v3 v3 R 3b
3
R
b 8a
c
27Rb
c. Mencari nilai Pc; hasil vc dan θc disulihkan ke dalam persamaan
8a 8a
R
aP R c 27bR a a 27b 8a a 2a
2
c
vc b vc 3b b 2b 9b2 54b2 9b2 54b2
a
P 3b
2
c
27b2
Pcvc
d. Mencari nilai
RTc ; hasil vc, θc dan Pc disulihkan
a 3b a
Pcvc 27b2 9b
R c 8a 8a
R
27bR 27b
Pc vc 3
R c 8
27
4.6. PENGHANTARAN KALOR
H 2 KL d , diperoleh :
r1 r 1
r2 2
H ln r 2 L
r1 1
K
r2
H ln 2 K L 1 2
r1
Akhirnya diperoleh :
H r2
ln terbukti
1 2
2 KL r1
28
4. Kalor mengalir secara radial ke arah luar melalui penyekat silindris berjejari-luar r2
yang menyelimuti pipa uap berjejari-dalam r1. Suhu permukaan dalam penyekat
sebesar θ1 dan permukaan luarnya bersuhu θ2. Pada jarak radial berapakah yang
diukur dari pusat pipa, agar suhunya tepat sama dengan tengah-tengah antara θ1 dan
θ2 ?
Jawab :
Berdasarkan persamaan (4.16) :
H ln r2
1 2
2 LK r1
Jika suhu θ3 merupakan suhu berada di tengah-tengah antara θ1 dan θ2, berarti Δθ = θ1 – θ3 =
θ3 – θ2, maka
H ln r3 H ln r2
1 3 dan 3 2 lalu
2 LK r1 2 LK r3
H ln r3 H ln r2
2 LK r1 2 KL r3
r3 r2
Berarti ln ln , akhirnya diperoleh :
r1 r3
r3 r1 r2
5. Dua cangkang sferis sepusat berjejari 0,05 m dan 0,15 m; rongga di antaranya diisi
dengan arang. Jika energi dikirimkan dengan laju tunak 10,8 W ke pemanas di
pusatnya, maka perbedaan suhu sebesar 50oC terdapat antara kedua bola itu. Berapa
mW
kah nilai konduktvitas termal arang itu ?
meter K
Jawab :
Berdasarkan persamaan (4.19) dirumuskan (dalam PR no. 4.4 silahkan dibuktikan):
H 1 1
1 2 r r
4 K 1 2
Berarti :
H 1 1 10,8 1 1
K 4 r r 4 x 50 5x10 15x10
2 2
1 2 1 2
K 229 mW
meter K
29
4.9. HUKUM STEFAN-BOLTZMANN
Kalor yang dipindahkan oleh radiasi antara benda pada suhu tinggi θ1 ke suhu rendah
θ2, dirumuskan:
P A 2 (4.18)
4 4
Latihan soal :
6. Suhu kerja filamen tungsten suatu lampu pijar sebesar 2460 K dan keserapannya 0,35.
Berapa cm2-kah luas permukaan filamen suatu lampu berdaya 100 W ?
Jawab :
Berdasarkan persamaan (4.16)
4
P A 1
P 100
A
4 8 4
0,35 x 5,67x10 2460
4
A 1,38x10 m2 1,38 cm2
30
4.10. PEKERJAAN RUMAH
1 Bila arus listrik diperthankan supaya mengalir dalam sel elekrolit air yang diasamkan
dan 1 mol air terelektrolisis menjadi hidrogen dan oksigen, muatan listrik sebesar
2 faraday dipindahkan melalui baterai dengan elektromontasi ε (1 faraday =
96.500 C). Perubahan energi sisem sebesar + 286.500 J dan 50.000 J kalor yang
diserap. Berapa volt-kah elektromontasi ?
2 Berkaitan dengan energi internal sistem hidrostatik yang merupakan fungsi dari θ, P,
buktikanlah persamaan beiut ini :
a.
U V U V dP
dQ P d P
(4.19)
P P P P P
U C PV
b. P (4.20)
P
3. Diketahui persamaan van der waals dirumuskan dalam persamaan (2.2) bab 2 yang
terdahulu :
a
P v b RT
v2
4. Andaikanlah koduksi kalor terjadi pada laju yang tetap H dalam bola berongga
dengan jejari-dalam r1 pada temperatur θ1 dan jejari-luar r2 pada temperatur θ2. Untuk
konduktivitas termal tetap K, buktikanlah bahwa perbedaan suhu antara kedua
permukaan dinding dirumuskan dalam persamaan :
H 1 1
1 2 r r (4.22)
4 K 1 2
5. Kalor mengalir secara radial ke arah luar melalui penyekat bola berjejari-luar r2 yang
menyelimuti pipa uap berjejari-dalam r1. Suhu permukaan dalam penyekat sebesar θ1
dan permukaan luarnya bersuhu θ2. Pada jarak radial berapakah yang diukur dari
pusat bola, agar suhunya tepat sama dengan tengah-tengah antara θ1 dan θ2 ?
31
6. Batang tembaga silindris padatan panjangnya 0,1 m, salah satu ujungnya
dipertahankan pada suhu 20 K. Ujung yang lain dihitamkan dan dibiarkan kena
radiasi termal dari suatu benda 300 K, tanpa ada energi yang hilang atau ditambahkan.
Ketika kesetimbangan tercapai, berapa derajakat kelvin-kah perbedaan suhu antara
kedua ujungnya ?
7. Tabung logam silindris yang dihitamkan bagian luarnya, tingginya 0,1 meter dan
diameternya 0,05 meter, berisi helium pada titik didih normalnya 4,2 K ketika kalor
penguapannya 21 KJ/kg. Tabung helium itu dilingkungi oleh dinding yang suhunya
dipertahankan pada suhu nitrogen cair 82 K dan ruang di antaranya dihampakan.
Berapa gram-kah banyaknya helium yang menguap perjam ?
32
BAB V. GAS IDEAL
Kasus I :
U merupakan fungsi (θ, V), diperoleh :
U U
dU d
dVV
V
Jika tidak ada perubahan suhu (dθ = 0) pada pemuaian bebas (dU = 0), berarti
U 0 , atau dengan perkataan lain U tidak bergantung pada V.
V
Kasus II:
U merupakan fungsi (θ, P), diperoleh
U :
U d dP
dU
P P
Jika tidak ada perubahan suhu (dθ = 0) pada pemuaian bebas (dU = 0), berarti
U 0 , atau dengan perkataan lain U tidak bergantung pada P.
P
Jadi, jika tidak ada perubahan suhu ketika terjadi pemuaian bebas, maka U tidak
bergantung pada V dan P, dan U hanya bergantung pada θ.
33
Persyaratan bahwa
U 0 dapat ditulis dengan cara lain, diperoleh :
P
U U P
V P V , karena :
P
nR , (5.3)
V V 2
P
V
U
sehingga hasilnya tidak nol, sedangkan
0, maka untuk gas ideal
P
U
V 0 (gas ideal) (5.4)
35
5.3. PROSES ADIABATIK KUASI-STATIK
Berdasarkan persamaan (5.5) dan (5.7) tapa
dQ CV d dan dQ CP d V dP
PdV
Karena dalam proses adiabatik (dQ = 0), maka
CP d V dP dan
– CV d PdV
Kedau persmaan tersebut dibagi diperoleh :
V dP CP dP CP dV
dV
P dV CV P CV V V
Lalu diintegasikan :
dP dV
–
P V
ln P ln V tetapan
ln
ln P V ln tetapan
ln
ln P ln V K
ln PV K
PV K (gas ideal) (5.9)
36
5.4. METODE RUCHHARDT UNTUK MENGUKUR γ
Metode kerja :
Gas ditempatkan dalam bejana besar bervolume V. Pada bejana itu dipasang tabung gelas
dengan lubang berpenampang sama berluas A. Ke dalam lubang itu dimasukkan bola logam
bermassa m yang tepat menutup lubang tapi masih dapat bergerak bebas sehingga berlaku
sebagai piston. Karena gas agak tertekan oleh bola baja yang ada di dalam kedudukan
kesetimbangan, tekanan gas sedikit lebih besar daripada tekanan atmosfer Po. Dengan
mengabaikan gesekan, diperoleh :
mg
P P P P gh mgh (5.11)
P P
o h o o o
V A
Simpangan positif (y) kecil menyebabkan perubahan volume yang sangat kecil pula,
sehingga:
dV yA (5.12)
Simpangan positif (y) kecil menyebabkan pula penurunan tekanan yang sangat kecil. Karena
gaya resultan (F) yang beraksi pada bola sama dengan A dP, dengan mengabaikan gesekan
diperoleh :
F
dP (5.13)
A
Perhatian : bila y positif, dP negatif, sehingga F menjadi negatif, jadi F merupakan gaya
pemulih.
Karena bola bergetar cukup cepat, perubahan P dan V berlangsung secara adiabatic. Karena
perubahannya sangat kecil, keadaan yang dilalui gas dapat dianggap mendekati keadaan
setimbang yang menunjukkan proses kuasi statik adiabatik, diperoleh :
PV K
1
Dan P V dV dP 0 (5.14)
V
Dengan menyulihkan persamaan (5.12) dan (5.13) ke dalam (5.14) diperoleh :
F
P V 1
yA 0
V A
γ-1
Dibagi dengan V diperoleh :
F FV
P y A 0 P y A
V A A
P A2
lalu : F y (5.15)
V
Persamaan (5.1) merupakan persyaratan untuk gerak selaras sederhana (Hukum Hooke),
maka periode (τ) dirumuskan :
m m m mV
2 2 2 2
2
k F P A P A2
y V
2
4 mV
37
Akhirnya : (5.16)
A2 P 2
38
5.5. Latihan soal :
5.1. Bola baja bermassa 10 gram diletakkan dalam sebuah tabung berpenampang
melintang 1 cm2. Tabung itu dihubungkan dengan tangki udara bervolume 5 liter,
yang tertekanan udaran 76 cm Hg. Berapa detik-kah periode bola bergetar ?
Jawab :
Berdasarkan persamaan (5.16) :
2 3
mV 10 x5x10
2 2
P A2 1,01325x105
2
1,18 det ik x1,4x 10 4
P K , buktikanlah bahwa :
dP d . (5.18)
P 1
39
Jawab :
1
P d P dP
1
1 1
d P 1 dP
dP
1 P
P
dP d
, maka
P 1
dP d
terbukti
P
1
5.2. c. Dari (a) dan (b), jika diketahui suatu gas ideal bermassa = 28,96 gram/mol dan
d
γ = 1,4, hitunglah berapa K/km-kah nilai ?
dy
Jawab :
1. Buktikanlah bahwa kerja yang dilakukan oleh gas ideal yang kapasitas kalornya tetap
selama pemuaian adiabatik kuasi statik dirumuskan :
a. W CV awal (5.19)
akhir
1 1
5. Buktikanlah bahwa :
a. kemuaian volume sesaat dirumuskan :
1 (5.23)
P
b. ketermampatan isotermik dirumuskan :
1
P (5.24)
41
BAB VI. ENTROPI
Konsep entropi (S) mula-mula diperkenalkan oleh : R.J. Clausius (abad 19).
Entropi suatu sistem merupakan fungsi koordinat termodinamik yang perubahannya sama
dQR
dengan integral antara keadaan awal dan akhir, diintegrasikan sepanjang lintasan dapat
T
balik (reversible) sekehendak yang menghubungkan kedua keadaan tersebut.
dQR
dS (6.1)
T
R = dapat balik (reversible)
S = entropi
dS = perubahan entropi
dQ = pemindahan kalor
T = suhu
Dalam bentuk integral :
Sakhir akhir
dQ
dS
Sawal T
R awal
akhir
dQ
S (6.2)
T
R awal
dQ
0 (6.3)
R T
Jika suatu sistem menyerap sejumlah infinitesimal kalor dQR selama proses dapat
balik, perubahan entropi sama dengan persamaan (6.1):
dQR
dS
T
Kasus I :
Tinjaulah bahwa dQR untuk gas ideal, dimana entropi gas ideal sebagai fungsi T dan P
diperoleh :
dQR CP dT V dP
Dengan membaginya dengan T, diperoleh :
dQR dT V
CP dP
T T T
dT
dS CP nR (6.4)
dP T P
42
Perubahan entropi gas ΔS antara keadaan awal dan akhir dengan pengintegrasian persamaan
T2 P2
dT dP
(6.4) diperoleh : S CP nR
T1 T P1
P
S CP T2 T1 nR P2 ln P
1
ln ln
ln 0
dT
S CP nR P S
Untuk CP tetap, ln
T
S CP T nR P (6.5)
ln
ln S 0
Kasus II :
Tinjaulah bahwa dQR untuk gas ideal, dimana entropi gas ideal sebagai fungsi T dan V
diperoleh :
dQR CV dT P dV
Dengan membaginya dengan T, diperoleh :
dQR dT P
CV
T TT
dV
dT
dS CV nR (6.6)
dV T V
Perubahan entropi gas ΔS antara keadaan awal dan akhir dengan pengintegrasian persamaan
(7.6) diperoleh :
dT
S CV nR V 0S
Untuk CV tetap, ln
T
V
S CV ln T nR 0 (6.7)
S
ln
6.3. DIAGRAM TS
dQR
Dalam persamaan :
dS , jika dalam proses adiabatik dapat balik berarti dQR
T
= 0, maka dS = 0 dan S adalah tetapan. Disebut proses isentropik (isotropik).
Jika dua keadaan setimbang berdekatan infinitesimalnya :
43
dQ dS
dQ T dS T
dT dT
Pada isokhorik (dV = 0)
dQ dS
dT CV T dT (6.8)
V V
44
Pada isobarik (dP = 0)
dQ dS
CP T (6.9)
dT dT
P P
Jika dilakukan variasi suhu CV diketahui, perubahan entropi selama proses isokhorik
(isovolumik) berlangsung dapat dihitung dari persamaan :
dT
Sakhir – Sawal CV ,
T
dalam proses isobarik :
dT
Sakhir – Sawal CP
T
Persamaan tersebut memberikan cara umum untuk menghitung perubahan entropi, tetapi
bukan cara untuk menghitung entropi mutlak suatu sistem dalam keadaan tertentu.
Jika sekumpulan tabel diperlukan untuk mendapatkan perbedaan entropi dan bukan entropi
mutlak, prosedurnya dapat dipermudah dengan memilih keadaan baku sekehendak dan
menghitung perubahan entropi sistem dari keadaan baku ke keadaaan lainnya.
Dalam kasus air, keadaan bakunya dipilih air jenuh pada 0,01oC dan tekanan uapnya 611 Pa,
maka entropinya dihitung terhadap keadaan acuan ini.
Kemiringan kurva pada diagram TS yang menggambarkan proses isokhorik dapat balik
berdasarkan persamaan (6.8) dirumuskan :
dT T
dS C (6.10)
V V
Dalam proses isokhorik dapat balik berdasarkan persamaan (6.9) dirumuskan :
dT T
dS C (6.11)
V P
45
T (Suhu)
isentalpik
isentropik
isokhorik
isobarik
isotermik
S (entropi)
Gambar 6.1. Kurva yang menggambarkan proses dapat balik sistem hidrostatik pada
diagram TS
46
6.5. Perubahan entropi semesta (total) dalam proses tidak dapat balik
(irreversible)
Jika sistem mengalami proses tidak dapat dlik (irreversible) antara keadaan setimbang awal
dan keadaan setimbang akhir, perubahan entropi sistem dirumuskan :
akhir
dQ
Ssistem S akhir
T (6.14)
S awal R awal
Tabel 6.1 Perubahan entropi semesta tidak dapat balik akibat proses alamiah
Ringkasan :
1. dSsemesta 0 perubahan entropi dapat balik
.2 dSsemesta 0 perubahan entropi tidak dapat balik
3. Pergantian fase yang terkenal yakni :
- peleburan
- penguapan
- penyubliman
4. Pergantian fase yang “relatif kurang terkenal namun sekarang sedang berkembang ”
yakni :
- perubahan bentuk kristal
5. Pada pergantian fase di atas diperoleh :
- suhu dan tekanannya selalu tetap
- entropi dan volumenya berubah
6. Pergantian fase terjadi dalam proses dapat balik, kalor (l) (biasa dikenal sebagai kalor
laten) yang dipindahkan per molnya dirumuskan :
Sakhir Sawal
l T T sak – sawal (6.17)
hir
m
Jadi keberadaan kalor laten mengandung arti fisis bahwa terdapat perubahan entropi.
T (Suhu)
uap
padat cair
Q (kalor)
48
6.7. LATIHAN SOAL
1. Dalam proses pergantian fase air menjadi uap air pada tekanan 1 atmosfir dan suhu
373 K, kalor laten l23 = 2,26 x 106 J kg-1. Berapa J kg-1 K-1-kah perubahan entropi
spesifik (s) nya ?
Jawab :
Berdasarkan persamaan (6.17) :
l T sakhir sawal , maka
2,26x106
ls23 s 6060 J kg K 1
3
T
2 373 1
2. Jika diketahui kapasitas panas pada tekanan tetap air dalam selang suhu T1 = 273 K
sampai T2 = 373 K (CP dianggap tetap) sebesar 4,18 x 103 J kg-1 K-1.
Berapa J kg-1 K-1-kah perubahan entropi spesifik (s) nya ?
Jawab :
Pada proses tekanan tetap dalam tabel 6.1, pindah panas (Q) yang terjadi sebesar CP
dT, maka : T2 T2
s s dQ C dT C ln T2 4,18x103 ln 373
2 1 P P
P
T 273
T T
T1 T1 1
s s J kg 1 K 1
1310
2 1P
3. Berapa J K-1 kah perubahan entropi dalam sistem yang mengalami proses :
a. 10 gram es pada suhu 0oC dan tekanan 1 atm yang melebur pada suhu dan
tekanan tetap ? (Diketahui : kalor laten lebur = 3,34 x 105 J kg-1 K-1)
b. 1 kg air pada suhu 100oC dan tekanan 1 atm yang menguap pada suhu dan
tekanan tetap? (Diketahui : kalor laten uap = 2,26 x 106 J kg-1 K-1)
Jawab :
a. Berdasarkan persamaan (6.17) :
Sakhir S awal
l T , maka
m
mL 0,01x3,34x105
S2 S1 21
T 273
S2 – S1 12,23 kg 1
J
b. Berdasarkan persamaan (7.15) :
S2 – S1 mL21 1x2,26x106
49
T 373
S2 – S1 J kg 1
6,06x103
50
4. P (tekanan)
274,85 C
P2 1370,85 C
b c
a d
P1 548,85 C
0,85 C
V1 V2 V (volume)
Gambar 6.2. Diagram P-V untuk sistem sederhana dapat balik dalam daur a-b-c-d-a.
Perhatikanlah gambar 6.2. Diketahui CV pada suhu bebas = 8 J K-1 dan CP pada suhu bebas =
10 J K-1. Tentukanlah :
a. Berapakah nilai tetapan laplace (
51
Tc
CP dT CP Tc Tb x 1370,85 274,85
dQb Tb 10
c
dQb c 10960 J
Td
52
.f berdasarkan hukum termodinamika II,
dQ
dS a b c d 5,54 11 5,54 11
T a
dQ
0 terbukti
T
5. Sebuah resistor 25 dialiri arus listrik A pada suhu tetap 27oC selama 1 detik.
-1
a. Berapa J K perubahan entropi pada resistor?
b. Berapa J K-1 perubahan entropi semesta?
Jika arus yang sama dipertahankan dalam resistor yang sama, tetapi resistor
sekarang disekat secara termal (adiabatik), dengan suhu awal =27 oC, massa
resistor = 10 gram, cP = 0,84 kJ/(kg K), hitunglah :
c. Berapa J K-1 perubahan entropi pada resistor?
d. Berapa J K-1 perubahan entropi semesta?
Jawab :
dQ
a. Sresistor , karena energi listrik resistor 0 J , maka
T
dQ 0
Sresistor S resistor 0 J kg 1
T 300 2 2
dQ i Rt 10 x25x1
b. Ssemesta Sresistor Slingkungan 0 300
T T
1
Ssemesta 8,33 J K
c. Karena disekat secara adiabatik berarti dalam resistor terjadi kenaikan suhu, mencari
suhu akhir menggunakan azas black :
dQlistrik mxCP T i2 Rt mCP (Takhir Tawal )
2 2
i Rt 10 x25x1
Takhir 300 598 K
mC P T 0,01x840
awal
Takhir 598
Sresistor mCP ln T 0,01x840x ln 300
awal
1
Sresistor 5,8 J K
d. Ssemesta Sresistor Slingkungan 5,8 0
1
Ssemesta 5,8 J K
53
6 .
T (K)
500
b c
a d
200
S1=R/4 S2=3R/4 S
Gambar 6.3. Diagram T-S untuk sistem sederhana dapat balik dalam daur a-b-c-d-a.
Perhatikanlah gambar 6.3. Dalam daur gambar 6.3 dapat berlaku pada mesin Carnot maupun
refrigerator. Tentukanlah :
Jawab :
dQa b Ta dS 0 (karena daur isotropik)
dQa b 0J 3R R
dQ T dS Tx S S 500x 250R daur isotermik
b c b b c a
4 4
250R J
dQb c
dQa b 0J
54
R 3R
dQ T dS100R
T x S S 200x (daur isotermik )
d a d
d a d
4 4
dQd a 100R J
55
6.8. PEKERJAAN RUMAH
1. Sebuah resistor 10 dialiri arus listrik A pada suhu tetap 27oC selama 1 detik.
-1
a. Berapa J K perubahan entropi pada resistor?
b. Berapa J K-1 perubahan entropi semesta?
Jika arus yang sama dipertahankan dalam resistor yang sama, tetapi resistor
sekarang disekat secara termal (adiabatik), dengan suhu awal =27 oC, massa
resistor = 5 gram, cP = 0,84 kJ/(kg K), hitunglah :
c. Berapa J K-1 perubahan entropi pada resistor?
d. Berapa J K-1 perubahan entropi semesta?
3. Menurut hukum Debye, kapasitas kalor molar pada colume tetap (cV) dari intan
berubah terhadap suhu menurut persamaan :
4 4 T 3
cV 3R (7.18)
5
Berapa perubahan entropi (dalam satuan R) dari intan bermassa 1,2 gram, jika
dipanaskan pada volume tetap dari 10 sampai 350 K? Diketahui massa atom karbon =
12 dan = 2230 K.
4. Satu kg air diberikan kalor dapat balik dari koil listrik dengan suhu awal 20oC
menjadi 80oC. Diketahui kalor jenis air (cair) =4180 J/kg, tentukanlah :
a. berapa J/K – kah perubahan entropi sistem?
b. berapa J/K – kah perubahan entropi lingkungan?
5. Massa air 10 kg pada suhu 20oC dicampur dengan 2 kg es pada suhu – 5oC pada
tekanan 1 atm sehingga dicapai suhu setimbang. Jika diketahui cP (air) =
4180 J/(kg K), cP (es) = 2090 J/(kg K), kalor lebur es = 3,34x105 J/kg, tentukanlah :
a. berapa derajat kelvin-kah suhu setimbang?
b. berapa J/K-kah perubahan entropi sistem ?
6. Sepuluh gram air pada suhu 20oC dikonversikan menjadi es pada suhu – 10oC pada
tekanan atmosfir sama. Jika diketahui :
cP (air) = 4180 J/(kg K), cP (es) = 2090 J/(kg K), kalor lebur es = 3,34x105 J/kg,
tentukanlah berapa J/K-kah perubahan entropi sistem ?
56
BAB VII. ENTALPI DAN ZAT MURNI
7.1. Entalpi (H)
dT
Dalam zat murni yang mengalami proses dapat balik infinitesimal, dapat dirumuskan :
dH TdS VdP (7.6)
maka diperoleh :
H
T
dan (7.7)
S P
H V
P (7.8)
S
Hubungan yang ditunjukkan dalam persamaan (7.7) dan (7.8) memberi petunjuk bahwa sifat
zat murni dapat ditampilkan secara menguntungkan pada diagram yang menggambarkan H
sebagai fungsi dari S dan P.
57
Tabel 7.1 Perbandingan antara U dan H
Energi dalam (U) Entalpi (H)
Pada umumnya Pada umumnya
dU = dQ – PdV dH = dQ + V dP
U H
C CP
V
T V T P
Proses isokhorik Proses isobarik
Uf - Ui = Q Hf - Hi = Q
Uf Ui CV dT Hf Hi CP dT
Proses adiabtik Proses adiabtik
Hf Hi V dP
U f Ui P dV
Pemuaian bebas Proses sernak
Ui = Uf Hi = Hf
Untuk gas ideal Untuk gas ideal
U CV dT tetapan H CP dT
tetapan
Keadaan setimbang yang berdekatan Keadaan setimbang yang berdekatan
U H
T T
S V S P
U H
P V
V S
P S
Ff Fi PdV (7.12)
i
Jadi perubahan fungsi Helmholtz selama proses isotermik dapat balik sama dengan kerja
yang dilakukan pada sistem.
58
Kasus II :
Untuk proses isokhorik dan isotermik dapat balik, diperoleh :
dF 0 (7.13)
F tetap (7.14)
Sifat ini sangat banyak digunakan dalam ilmu kimia dan berguna untuk meninjau reaksi
kimia yang berlangsung isotermik dan isokhorik.
Peran utama dari fungsi Helmholtz adalah dalam mekanika statistik yang berkaitan erat
dengan fungsi partisi Z (tunggu tanggal mainnya).
Hasil ini penting, khususnya dalam kaitannya dengan proses yang melibatkan perubahan fase.
Sublimasi, peleburan, penguapan berlangsung secara isotermik dan isobarik serta dapat
dipandang sebagai proses dapat balik.
Jadi ketika proses ini berlangsung, fungsi Gibbs dari sistem tetap.
Jika digunakan lambang g’, g’’, g’’’ berturut-turut untuk fungsi Gibbs molar dari zat padat
jenuh, zat cair jenuh, uang jenuh, maka persamaan kurva peleburan dirumuskan :
g' g'' Pada titik
sedangkan persamaan kurva penguapan dirumuskan : tripel kdua
persamaan itu
g'' g' '' berlaku
dan persamaan kurva sublimasih/penghabluran dirumuskan : serentak, yaitu
g' g''' :
59
g' g'' g''' (7.21)
(7.22)
(7.23)
(7.24)
60
Semua g dapat dipandang sebagai fungsi dati T dan P saja, sehingga kedua persamaan itu
dapat diapaki untuk menentukan T dan P pada titik tripel secara unik. Fungsi Gibbs sangat
penting dalam ilmu fisika-kimia dan ilmu teknik, karena reaksi kimia dapat dipandang
berlangsung pada T dan P tetap.
Teorema pertama,
Jika terdapat suatu hubungan x, y, z, maka dapat membayangkan z dinyatakan sebagai fungsi
dari x dan y, sehingga :
z dx z
dz x y dy .
y x
Anggaplah :
M z dan N z
x y
y
x
Maka : dz M dx dy ,
N
dengan z, M, N, semuanya fungsi dari x dan y.
Dengan melakukan diferensial parsial M terhadap y dan N terhadap x, diperoleh :
2 N 2
M z z
y x y dan y x
x
x y
Teorema kedua,
Jika suatu kuantitas f merupakan fungsi dari x, y, z dan terdapat suatu hubungan antara x, y, z,
maka f dapat dipandang sebagai fungsi dari setiap pasangan x, y, z.
Demikian juga salah satu dari x, y, z dapat dipandang sebagai fungsi dari f dan salah satu dari
x, y, z.
Jadi dengan memandang x sebagai fungsi dari f dan y, maka :
dx x df x
f y dy .
y f
Dengan menganggap y sebagai fungsi dari f dan z, maka :
y y
dy f df z dz .
z f
61
Dengan menyulihkan persamaan dy ke dalam persamaan dx, diperoleh :
dx x x y y
f df y f df z dz
y f z f
x x y x y
dx df dz
f y f y z
y f z f f
x y z 1
y x (7.27)
z
f f f
Dengan menggunakan dua buah teorema matematis dalam sub bab sebelumnya dapat
dinyatakan bahwa salah satu dari delapan kuantitas (koordinat termodinamik)
P, V, T, U, S, H, F, G dapat diungkapkan sebagai fungsi dari pasangan lainnya.
Sekarang diasumsikan sistem hidrostatik yang mengalami proses dapat balik infinitesimal
dari suatu keadaan setimbng ke keadaan lainnya, diperoleh :
1. Energi dalamnya berubah sebesar :
dU =dQ – P dV
dU = T dS – P dV,
dengan U, T, P dipandang sebagai fungsi dari S dan V.
2. Entalpinya berubah sebesar :
dH =dU + P dV + V dP,
dH = T dS + V dP,
dengan H, T, V dipandang sebagai fungsi dari S dan P.
62
3. Fungsi Helmholtznya berubah sebesar :
dF =dU – T dS – S dT
dF = – S dT – P dV,
dengan F, S, P dipandang sebagai fungsi dari T dan V.
4. Fungsi Gibbsnya berubah sebesar :
dG =dH – T dS – S dT
dG = – S dT + V dP,
dengan G, S, V dipandang sebagai fungsi dari T dan P.
Hubungan Maxwell sangat berguna karena menyajikan hubungan antara kuantitas yang dapat
diukur dan kuantitas yang tidak dapat diukur atau yang sukar diukur.
7.6. Persamaan T dS
64
S P
Dari hubungan Maxwell ketiga, , maka
V T
T V
P
TdS CV dT T (7.32)
dV T
V
Persamaan (7.32) dikenal dengan nama persamaan pertama T dS.
Jika Entropi zat murni dapat dipandang sebagai fungsi dari suhu dan tekanan, maka :
S S
dS T dT dP ,
P
P T
S S
dan TdS T T dT P dP
P T
karena T dS = dQ untuk proses dapat balik, maka :
S
T CP
T
P
S V
Dari hubungan Maxwell keempat, , maka
P T
T P
V
TdS CP dT T (7.33)
dP T
P
Persamaan (7.33) dikenal dengan nama persamaan kedua T dS.
Dalam termodinamika dikenal pula persamaan ketiga T dS. Dalam rangka penguasaan
mahasiswa/i terhadap konsep termodinamika buktikan persamaan ketiga T dS yang tertera
dalam sub bab pekerjaan rumah no. Soal 2 dan 3.
Kasus I :
Perubahan tekanan secara isotermik dapat balik. Jika T tetap, maka persamaan (7.33)
menjadi:
V V
TdS T T dP dan Q T T dP ,
P P
1 V Q T V dP
karena :koefisien muai volume : V T , maka
P
hal ini dapat diintergrasikan jika kebergantungan V dan pada tekanan diketahui. Jika V dan
65
tidak peka terhadap perubahan tekanan, maka berlaku V rata-rata dan rata-rata
V dan .
66
Diperoleh :
Pf
Q TV dP TV Pf (8.34)
Pi Pi
Untuk kalor yang dibebaskan selama pemampatan diperoleh :
W P dV
Karena V merupakan fungsi T dan P, maka
dV V V
T dT P dP
P T
V dP dan karena 1 V
Pada suhu tetap berlaku : dV P V P
T T
Maka kerja diperoleh :
W P V dP
Karena ketermampatan isotermik tidak peka terhadap perubahan tekanan maka digunakan
nilai ketermampatan rata-rata, diperoleh :
Pf
W V P dP
Pi
__
1 V 2 – Pi 2
W
__ (7.35)
2 Pf
Kasus II :
Perubahan tekanan secara adiabatik dapat balik. Jika S tetap, maka persamaan (8.33) menjadi:
V T V
0 CP dT T maka dT dP ,
C T
dP T
P P P
TV
dT dP (7.36)
CP
Dalam zat padat atau cair, pertambahan tekakan sebesar 1000 atm hanya menimbulkan
perubahan suhu yang kecil. Juga percobaan menunjukkan bahwa CP hampir tidah berubah
walau pertambahan tekanannya mencapai 10.000 atm. Persamaan (7.36) jika diterapkan
untuk zat padat atau cair, dapat dirumuskan :
TV –P
T P (7.36)
f i
CP
67
7.7. Persamaan Energi
Kasus I :
Berdasarkan persamaan pertama dan kedua T dS persamaan (7.32) dan (7.33)
P dV dan TdS V
TdS CV dT T CP dT T dP ,
T
T
V P
P V
maka C dT T dV CP dT T
V
T dP T
V P
Dengan mencari nilai dT, diperoleh :
P V
CP – CV dT T dV T T dP
T
V P
P V
T T T T
V P
dT dV dP
CP CV CP CV
Karena T merupakan fungsi V dan P, maka infinitesimalnya :
dT T T
V dV P dP
P V
69
T 2
V P
CP CV T (7.39)
T V
P T
70
Persamaan (7.39) merupakan salah satu yang terpenting dalam termodinamika dan
menunjukkan bahwa :
P
1. karena selalu negatif untuk semua zat
V
T
V 2
dan selalu positif, maka CP- CV selalu positif atau CP tidak pernah lebih kecil
T
P
daripada CV ,
2. Ketika T 0, CP CV atau pada suhu nol
mutlak, kedua kapasitas kalor bernilai sama.
V
3. CP = CV, jika 0.
T
P
Ini terjadi pada suhu 4oC (anomali air), ketika kerapatan air maksimum. Pengukuran
kapasitas kalor zat padat dan cair di laboratorium biasanya berlangsung pada tekanan tetap,
sehingga menghasilkan CP. Sukar sekali untuk mengukur CV secara cermat baik untuk zat
padat maupun cair. Namun harga CV perlu diketahui untuk perbandingan dengan teori.
Persamaan yang menunjukkan perbedaan kapasitas kalor (CP - CV) ini sangat berguna untuk
menghitung CV yang dinyatakan dalam CP serta kuantitas lainnya.
Kasus II
Berdasarkan persamaan pertama dan kedua T dS persamaan (8.32) dan (8.33)
P dV V
TdS CV dT T dan TdS CP dT T dP ,
T T
V P
Pada S tetap (isotropik) diperoleh :
V
CP dTS T dPS
T
P
P
CV dTS – T T dVS
V
Dengan membaginya, diperoleh
V
C T P
P P
CV PT V S
CP V T P
C T
P V
V P V S
71
Berdasarkan teorema matematis
CP V P
P V
CV T S
P
C V
P S (7.40)
CV P
V T
Ketermampatan adiabatik didefinisikan :
S 1 V
V P (7.41)
S
dan ketermampatan isotermik didefinisikan :
1 V
V P
T
Akhirnya :
CP
(7.42)
CV S
mengalami pemuaian Isotermik dapat balik dari volume vi ke vf. Buktikanlah bahwa
kalor yang dipindahkan dirumuskan :
vf – b
q RT ln v –b
i
Jawab :
Dari persamaan van der waals diperoleh :
RT P
P maka T vR b
a v b v2
V
Persamaan pertama T dS menjadi :
dv
TdS cV dT
RT v
b
72
dv
Karena T tetap, maka TdS RT dan prosesnya dapat balik, maka
v
vf
b
dv
q T dS RT
vi
v b
Akhirnya diperoleh :
vf – b
q RT ln v –b terbukti
i
2. Jika tekanan pada 15 cm3 air raksa pada 0oC ditambah secara dapat balik dan
isotermik dari 0 hingga 1000 atm, koefisien muai volume rata-rata ( )= 178 x 10-6 K-
1
, ketermampatan rata-rata ( ) = 3,38 x 10-6 atm-1, tentukanlah :
a. berapa joule-kah perpindahan kalor yang terjadi?
b. berapa joule-kah kerja yang selama pemampatan ?
c. berapa joule-kah energi dalam yang tersimpan ?
Jawab :
a. Berdasarkan persamaan (7.34), diperoleh :
6 6
Q TV P
f i P 273x15x10 x178x10 1,013x108
Q 73,8 J
b. Berdasarkan persamaan (8.35), diperoleh :
1 2 2
W V f Pi
P
2
1 5 11 2
W x1,5x10 x3,83x10 x 1,013x108 02
2
W 2,95 J
c. U Q W 73,8 2,95 ,
U 70,8 J
3. Jika tekanan pada 15 cm3 air raksa pada 0oC ditambah secara isoentropik dari nol
mejadi 1000 atm, dan kapasitas kalor rata-ratanya = 28,6 J/K, koefisien muai volume
rata-rata ( )= 178 x 10-6 K-1, ketermampatan rata-rata ( ) = 3,38 x 10-6 atm-1, berapa
K-kah perubahan suhunya ?
73
Jawab :
Berdasarkan persamaan (7.36), diperoleh :
TV
T Pf i P
CP
5 6
273x1,5x10 x178x10
T
x 1,013x108 0
28,6
T 2,58 K
4. Berdasarkan konsep persamaan pertama
Penergi
U T P
(7.37)
V T T T
Untuk gas van der
a Waals (1 mol):
P v b RT
v2
Buktikanlah bahwa energi dalam gas van der Waals bertambah ketika volumenya
bertambah pada suhu tetap yang dirumuskan :
U a
, dan
V v 2
T
a
u c dT tetapan
V
v
Jawab :
Berdasarkan konsep persamaan pertama energi
U T P
V T –P (7.37)
T T
Untuk gas van der Waals
a (1 mol):
P v b RT
v2
RT P R
P T
a v b v2 v
v
b
Dengan menyulihkan ke dalam persamaan (8.37)
U R – RT a
Tv – P T vR
b , maka
V b bv v2
T a
U terbukti
74
V T v2
75
Karena du cV dT dv , diintegrasikan
a
v2
a
du cV dT dv
v2
a
Akhirnya u c dT tetapan terbukti
V
v
V P
P T
2
TV
CP CV (7.43)
Jawab :
Diketahui bahwa :
1 V
dan
1 V maka persamaan (7.39) dapat ditulis :
V T
V P
P T
V 2 P
CP CV T
T V
P T
2
1 V
TV V T
P
CP CV 1 V
V P
T
2
TV
CP CV terbukti
76
7.10. Pekerjaan rumah
1. Berdasarkan konsep persamaan pertama energiP
U T P
(7.37)
V T T T
Buktikanlah untuk gas ideal bahwa energi dalam gas ideal tidak bergantung volume
yang dirumuskan : U
V 0
T
b. TdS CP dT V T (7.46)
dP
CV CP (7.47)
c. TdS dP dV
V
5. Dari percobaan terhadap volume air raksa sebanyak 1,47 x 10-5 m3/mol diperoleh
bahwa kapasitas kalor molar air raksa pada tekanan tetap 1 atm dan suhu 0oC (cP)
sebesar 28 J/(mol K). Jika diketahui x 10-6 K-1 dan 3,89 x 10-11 Pa-1.
Tentukanlah :
a. berapa J/(mol K)-kah kapasitas kalor molar air raksa pada volume tetap ?
b. berapa-kah tetapan Laplace nya?
77
BAB VIII. PERUBAHAN FASE
Telah kita pelajari dalam bab 7 mengenai entropi bahwa :
1. Pergantian fase yang terkenal yakni :
- peleburan
- penguapan
- penyubliman
2. Pergantian fase yang “relatif kurang terkenal
namun sekarang sedang berkembang ” yakni :
- perubahan bentuk kristal
3. Pada pergantian fase di atas diperoleh :
- suhu dan tekanannya selalu tetap
- entropi dan volumenya berubah
4. Pergantian fase terjadi dalam proses dapat balik,
kalor (l) (biasa dikenal sebagai kalor laten) yang
dipindahkan per molnya dirumuskan :
Sakhir Sawal
l T sak – sawal
hir
T
m
Jadi keberadaan kalor laten mengandung arti fisis bahwa terdapat perubahan entropi.
Kita dapat mencirikan dalam perubahan fase yang terkenal dengan salah satu pernyataan
yakni :
1. terdapat perubahan entropi dan volume;
2. turunan pertama fungsi Gibbs berubah secara
takmalar (diskrit)
3. setiap perubahan fase yang memenuhi
persyaratan tersebut dikenal sebagai perubahan fase orde pertama
Untuk perubahan fase seperti ini, variasi suhu dari G, S, V dan CP dapat diperllihatkan sesuai
gambar 8.1.
Perubahan fase dapat dianggap terjadi secara dapat balik dalam dua arah. Gambar keempat
yang memperlihatkan kelakuan CP sangatlah penting karena CP dari campuran dua fase
selama terjadi perubahan fase menjadi tak berhingga. Hal ini berlaku karena perubahan
terjadi pada T dan P yang tetap. Bila P tetap, dT = 0; atau Bila T tetap, dP = 0.
78
Jadi,
CP S
T T (8.2)
P
1 V
V T (8.3)
P
1 V
V P (8.4)
T
G S
a b
V CP Menuju ~
79
Persamaan T dS kedua memberikan hasil yang tak tertentu bla diterapkan pada perubahan
fase orde pertama. Karena :
TdS CP dT TV dP
Dimana CP dT 0 dP 0
Namun untuk persamaan T dS pertama bisa diintegraskan melalui perubahan fase. Bila 1 mol
zat diubah secara dapat balik, isotermik dan isobarik dari fase awal (f (i)) ke fase akhir (f (f)),
persamaan T dS nya adalah :
P
Tds cV dT T T dv
V
dapat diintegrasikan dengan pengertian bahwa berbagai T dan P ketika terjadi perubahan fase
memenuhi hubungan yang menyatakan bahwa P merupakan fungsi dari T saja, tak
P dP
bergantung pada V, sehingga T dT .
V
dP
Jadi Tds T s( f ) s (i) l v( f )
T v(i) dT
maka diperoleh :
dP l
(8.5)
dT T (v( f )
v(i) )
Persamaan 8.5 dikenal dengan persamaan Clapeyron yang berlaku untuk setiap perubahan
fase orde pertama dan berlangsung pada T dan P tetap.
Dengan langkah lain, dalam bab 7 bahwa fungsi Gibbs tetap selama suatu proses dapat balik
berlangsung pada T dan P tetap. Jadi suatu perubahan fase pada T dan P,
g(i ) g( f ) (8.6)
Dan untuk perubahan fase pada T + dT dan P + dP
g (i ) dg (i ) g( f ) dg ( f (8.7)
)
Dengan mensulihkan persamaan 14.6, maka :
dg (i ) dg ( f ) (8.8)
– s(i)dT v(i)dP s ( f )dT v( f ) dP
dP s ( f ) s (i )
dT v( f ) v (i )
Dengan mengalikan T, diperoleh :
dP T s( f ) s (i)
dT
T v( f ) v (i)
Akhirnya diperoleh :
dP l terbukti
(f) (i )
dT T v v
Dalam pembahasan selanjutnya diberikan perjanjian untuk fase padat, cair, uap masing-
80
masing diberi tanda aksen (’), dwi aksen (’’), tri aksen (’’’).
81
8.1. Peleburan
Metode paling sederhana untuk mengukur kalor lebur zat padat adalah dengan mengirimkan
energi listrik dengan laju tetap dan mengukur suhunya pada selang waktu tertentu yang
dirumuskan dengan persamaan :
I
lF (8.9)
n
Dalam tahun 1929 Prof. F.E. Simon dan Prof. G. Glatzel emngusulkan suatu persamaan yang
cukup berhasil untuk meyatakan data pada kurva peleburan,
c
yakni :
T
P PTP a T (8.10)
1
TP
Dengan TTP dan PTP menyatakan koordinat titik tripel dan a dan serta c merupkakan tetapan
yang bergantung pada zatnya. Pada suhu tinggi Pc TP dapat diabaikan, maka diperoleh :
P T
a T (8.11)
1
TP
Teori mengenai proses yang sebenarnya terjadi bila suatu zat padat melebur telah menarik
perhatian fisikawan/wati selama bertahun-tahun. Teori yang mua-mula diusulkan oleh Prof.
Lindemann menyatakan bahwa zat padat melebur bila amplitudo getaran kisi menjadi cukup
besar untuk mematahkan gaya tarik yang memegang kisi itu; dalam kalimat yang sederhana
”Dalam peleburan, zat padat mengguncangkan dirinya sehingga pecah”. Dengan pandangan
ini, Prof. Lindemann menurunkan rumus :
2
2
mv 3
(8.12)
TM
Dimana : m dan v merupakan massa molekul dan volume molar, suhu karakteristik Debye
dan TM suhu lebur.
82
8.2. Penguapan; persamaan Trouton
Kalor penguapan cairan titik didih normal dari 250 K sampai sekitar 550 K pada umumnya
diukur langsung dengan kalorimeter.
Sama dengan peleburan, metode paling sederhana untuk mengukur kalor uap zat cair adalah
dengan mengirimkan energi listrik dengan laju tetap dan mengukur suhunya pada selang
waktu tertentu yang dirumuskan dengan persamaan :
I
lF (8.13)
n
Hal yang lebih menarik adalah cairan kriogenik dengan titik didih normal di sekitar 100 K
atau kurang. Untuk cairan ini (Nitrogen cair dan argon cair), orang harus memilih informasi
yang terdapat dalam pegangan keteknikan yaitu tekakan, entropi, entalpi dan volume dari
cairan jenuh pada suhu titik tripel hingga titik kritis.
Jika persamaan 8.14 kita integrasi melalui selang suhu kecil sekitar TB dengan lV memiliki
harga tetap lVB, diperoleh rumus empiris :
P lVB
ln tetapan (8.15)
PC RT
lVB
5,4 TC (8.16)
R
Berdasarkan kaidah Prof Trouton, kenaikan suhu cukup kecil sehingga hampiran kasar
didapatkan dengan mengambil
lVB RTB
9
83
(8.17)
Kaidah Trouton ini sangat penting bila TC belum diketahui.
84
8.3. Sublimasi; persamaan Kirchhoff
Sublimasi biasanya terjadi pada tekanan rendah, uapnya bisa dipandang sebagai gas ideal,
maka :
RT
v' '' (8.19)
P
Karena P kecil, v’’’ menjadi besar, benar-benar jauh leih besar dari pada volume molar
padatan (v’), sehingga v’ bisa diabaikan, maka :
v' ' ' v' (8.20)
Persamaan Clapeyron (8.18) menjadi : v
dP
dP lS P lS
dT T RT dT R
P T2
dP
d ln P d log P
l R P R 2,30R
S
dT 1 1 (8.21)
T 2 d T d T
Sehingga dapat dilihat bahwa lS sama dengan – 2,30R kali kemiringan kurva yang diperoleh
bila log P dirajah terhadap 1/T.
Tekanan uap padatan biasanya diukur untuk selang suhu kecil. Dalam selang ini grafik log P
terhadap 1/T praktis merupakan gars lurus, diperoleh :
tetapan
log P (8.22)
tetapan
T
Misalnya, dalam selang suhu dari 700 K hingga 739 K, tekanan uap magnesium (Mg)
memenuhi persamaan :
7527
log P (8.23)
8,589
T
Sedangkan dalam selang suhu dari 575 K hingga 630 K, tekanan uap seng (Zn) memenuhi
persamaan :
6787 T
log P
8,972
85
( 8.24)
Jadi dari suhu dari 700 K hingga 739 K, kalor sublimasi (lS) Mg sebesar 2,30 R x 7527 =
144 kJ/mol, sedangkan dari suhu dari 575 K hingga 630 K, kalor sublimasi (lS) Zn sebesar
2,30 R x 76787 =130 kJ/mol.
86
Selanjutnya kita menurunkan persamaan Kirchhoff untuk kalor sublimasi (lS) pada suhu
sekehendak kita.
Dari bab 7, suatu perubahan infinitesimal eltalpi molar anatara dua keadaan kesetimbangan
suatu sistem kimia diberikan :
dh Tds (8.25)
vdP
Masukkan persamaan T ds kedua, diperoleh :
v
dh cP dT v T dP
TP
dh cPdT v 1 T dP
Perubahan entalpi yang berhingga antara dua keadaan PiTi dan PfTf, diperoleh :
f f
hf hi cP dT v 1 T (8.26)
dP
Karena
i i
87
8.4. Latihan soal :
01. Dalam persamaan Clayperon, proses perubahan fase orde satu, suhu titik lebur zat
timbal hitam (Pb) = 600 K dan kalor laten peleburannya = 300 kJ/mol. Jika dalam
proses tersebut selisih volume spesifik fase cair dengan volume spesifik fase padatnya
= 25 liter/mol, berapa Pa/K-kah rasio perubahan tekanan dan perubahan suhu
dP ?
dT
Jawab :
dP llebur , maka
Berdasarkan persamaan Clapeyron :
dT T v" v'
dP llebur 300x103 1 6 4
x10 2x10 Pa / K
dT T 600x 25x10 50
v" v' 3
01. Dalam proses perubahan fase orde satu, suhu titik lebur zat litium (Li) = 460 K dan
kalor laten peleburannya = 4,60 kJ/mol. Jika dalam proses tersebut rasio perubahan
dP
tekanan dan perubahan suhu 104 Pa/K, berapa liter/mol-kah selisih volume
dT
spesifik fase cair dengan volume spesifik fase padatnya ?
88
BAGIAN II : PENERAPAN KONSEP DASAR
89
BAB IX. PENDAHULUAN MEKANIKA
STATISTIK
9.1. Prinsip pokok
Dalam pembahasansebelumnya diketahui bahwa molekul suatu gas ideal tidak bisa dianggap
bebas sempurna satu terhadap lainnya, karena jika demikian, molekul tidak bisa mencapai
distribusi kecepatan setimbang.
Jadi harus ada anggapa bahwa :
terjadi antar aksi, tetapi hanya ketika bertumbukan dengan molekul lain dan dengan
dinding.
Untuk memerikan bentuk antar aksi yang terbatas diacu bahwa molekul sebagai „antar aksi
lemah“ atau „kuasi bebas“. Sedangkan pemebahasan partikel „berantar aksi kuat“ berada di
luar lingkup pembahasan sekarang (tunggu tanggal mainnya pada mata kuliah : Fisika
Statistik dan Mekanika Kuantum).
Selain memiliki sifat kuasi bebas, molekul gas ideal memiliki ciri lain, yakni :
1. semua molekul terbedakan, karena bertempat dalam ruang,
2. semua molekul memiliki kecepatan tertentu.
Sedangkan sifat kuasi statik (dalam bab sebelumnya), molekul gas ideal memiliki ciri yakni :
1. semua molekul tak terbedakan, karena tak bertempat dalam ruang,
2. semua molekul tak memiliki kecepatan tertentu.
Partikel yang menempati kedudukan kisi yang teratur dalam kristal bisa dibedakan, karena
partikel itu bergetar terbatas di sekitar titik tetap, sehingga satu partikel bisa dibedakan dari
partikel tetangganya menurut tempatnya.
Perlakuan statistik dari gas ideal sebagai sejumlah partikel kuasi-bebas (antar kasi
lemah) terbedakan. Andaikan gas ideal ekaatomik terdiri dari N partikel sekitar 1020 partikel,
berada dalam wadah berbentuk kubus yang panjang sisinya L. (Langkah pertama) seluruh
energi untuk masing-masing partikel dianggap merupakan energi kinetik translasi.
Jika partikel diandaikan bergerak bebas bolak balik antara dua bidang datar berjarak L, maka
bentuk mekanika kuantum yang paling sederhana menyatakan bahwa dalam satu daur
lengkap (dari dinding ke dinding lain dan kembali ke dinding semula), yang berjarak 2L,
momentum teptan px dikalikan dengan lintasan total 2L harus merupakan bilangan bulat
dikalikan dengan tetapan Planck h.
90
Jadi
px 2L nxh (9.2)
Dengan menyulihkan persamaan (9.2) ke dalam (9.1) diperoleh :
h2 2
x nx (9.3)
8mL
2
L
nx 8m x (9.4)
h
Harga energi kinetik x yang diperoleh adalah diskret, sesuai dengan harga bilangan bulat nx;
namun jika nx berubahn dengan satu, maka perubahan yang bersesuaian dalam x sangat kecil,
karena nx biasanya merupakan bilangan yang sangat besar.
Dengan memperhitungkan ketiga komponen momentum, untuk energi kinetik total suatu
partikel diperoleh : 2
p 2 2p p h2 2 2
x y z 2 n
x
nx y z (9.5)
2m 8mL
2 n
Perincian bilngan bulat untuk masing-masing nx, ny, nz merupakan perincian keadaan
kuantum partikel. Semua keadaan yan dicirikan dengan harga n sedemikian rupa sehingga
nx2 + ny2 + nz 2 = tetap,
akan memiliki energi kinetik yang sama.
Bagaimana pun dekatnya, tetap saja, hanya sejumlah diskret tingkat energi yang dapat
dimiliki oleh molekul gas ideal.
91
Jadi salah satu persoalan pokok dalam mekanika statistic adalah menentukan populasi tingkat
energi ini dalam kesetimbangan yakni bilangan banyaknya partikel N1 yang memiliki energi
1 banyaknya partikel N2 yang memiliki energi 2 dan seterusnya. Dengan mudah dapat
ditunjukkan bahwa banyaknya keadaan kuantum gi yang bersesuaian dengan tingkat energi i
(degenerasi tingkatan itu) jauh lebih besar daripada banyaknya partikel yang menempati
tingkatan itu.
Jadi :
gi Ni (9.6)
Dengan demikian sangatlah mustahil bahwa lebih dari satu partikel akan menempati keadaan
kauntum yang sama pada saat yang sama.
Pada setiap saat beberapa partikel bergerak sangat cepat dan beberapa yang lain bergerak
lambat, sehingga partikel tersebar di antara sejumlah besar keadaan kuantum yang berbeda.
Dengan berjalannya waktu, partikel saling bertumbukan dan bertumbukan dengan dinidng
atau memancarkan dan menyerap foton, sehingga masing-masing partikel mengalami banyak
perubahan dari satu keadaan kuantum ke keadaan kuantum lainnya.
Tinjaulah Ni partikel dalam salah satu keadaan kauntum gi yang berkaitan dengan energi i.
Setiap partikel memiliki gi pilihan untuk menempati gi keadaan kuantum yang berbeda.
Partikel kedua memiliki banyak pilihan gi yang sama, dan seterusnya. Banyaknya cara Ni
partikel terbedakan dapat didistribusikan di antara gi keadaan kuantum menjadi g i N , tetapi
N
jumlah gi terlalu besar, karena ini berlaku untuk partikel terbedakan seperti A, B, C dalam
tabel 9.2. Tabel 9.2 menunjukkan enam cara yang berbeda, bahwa tiga partikel terbedakan
(A, B, C) dapat menempati keadaan kuantum 2, 7, 10. Jika partikel tidak mempunyai
identitas, maka hanya ada satu cara saja untuk menempati keadaan kuantum khusus ini. Ini
berarti kita harus membaginya dengan 6 yaitu 3 !. Banyaknya permutasi dari Ni benda yang
Ni
terbedakan ialah Ni !. Jika kuantitas g i dibagi dengan faktor ini, maka ungkapan yang
dihasilkan akan berlaku untuk partikel takterbedakan.
Tabel 9.2. Terdapat enam cara untuk tiga partikel terbedakan (A, B, C) untuk dapat
menempati tiga keadaan kuantum yang diberikan (2, 7, 10)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A B C
A C B
B A C
B C A
C A B
C B A
92
Jadi :
banyaknyacara Ni partikel
takterbedakan dapat didistribusikan ig Ni (9.7)
Ni !
di antara keadaan kuantum g i
1 2
........ (9.8)
N1! N2!
Sedangkan banyaknya cara distribusi keadaan untuk mendapatkan suatu keadaan makro dari
N partikel terbedakan, maka peluang termodinamika suatu keadaan makro tertentu
( dirumuskan : N
g N1 g 2
1 2
N! ........ (9.9)
N 1! N 2!
93
Tabel 9.3. Banyaknya cara/kemungkinan distribusi Keadaan dari 2 partikel terbedakan
pada 3 tingkatan energi berdasarkan statistik Bose-Einstein
1 2 3
••
••
••
• •
• •
• •
Untuk masing-masing distribusi cara tingkatan energi, hanya terdapat satu kemungkinan yang
terjadi.
Sedangkan total banyaknya cara/kemungkinan distribusi keadaan atau peluang
termodinamika pada keadaan makro tertentu untuk setiap tingkatan energi berdasarkan
statistik Bose-Einstein (B-E) dirumuskan:
W W gi 1 Ni (9.11)
!
B E k i
i i g i 1 Ni!
!
Contoh :
Pada tingkatan energi p dan q dengan degenerasi pada tingkatan energi p (gp) = 3 dan
banyaknya partikel (Np) = 2, serta degenerasi pada tingkatan energi q (gq) = 2 dan banyaknya
partikel (Nq) = 1, maka peluang termodinamika pada keadaan makro ke-k yang terdapat Np =
2, Nq = 1, berdasarkan statistik B-E adalah (menggunakan persamaan 9.11) :
W W gi 1 Ni !
B E k i
i i i 1 Ni!
g !
3 1 2 1 1 !
WB E Wk
2 ! 2 1 ! 1!
3 1 !
2!
4! 2!
WB E Wk 6x2
2! 2! 1! 1!
WB E Wk 12
94
9.5. Latihan soal :
Jawab :
a. Gambar dalam bentuk tabel seluruh kedudukan partikel dalam seluruh keadaan dari
distribusi statistik B-E
k 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Ni
6 • 0,041
5 • 0,088
4 • • 0,205
3 •• • • 0,410
2 • • ••• •• • 0,830
• •• • ••• •• •• ••• 1,600
•• •••
0 ••• •• •• •• ••• ••• ••• •• •• • 2,830
•• •• •• ••
Wk 63 135 135 90 180 270 100 180 216 135 28 1532
96
3 3 3 1 4 !
WB W2 W3
E
1 1 ! 1 1 ! 3 1 ! 4!
3
3
1 ! 1!
1 ! 1!
3! 3! 6!
3x3x15
2! 1! 2! 1! 2! 4!
WB W2 W3 135
E
W W 3 1 3 1 4 ! 6! 6x15
2 ! 4!
B E 4
3 3 1 ! 2! 2! 2! 4!
1 ! 2! 4!
WB W4 90
E
3 1 3 1 3 1 1 !
WB E W5 W8
3 ! 2 ! 3 1 ! 1!
3 1 !
3 1 !
3!
2!
5! 4! 3!
10x6x3
2! 3! 2! 2! 2! 1!
WB W5 W8 180
E
3 1 3 ! 3 5! 3! 3
3
1 1 !
WB W6 3 1 ! 10x27
E
13 ! 3! 1! 2! 3! 2! 1!
WB W6 270
E
3 1 3 1 5! 5!
WB E W7 10x10
3 ! 3 ! 2! 3! 2! 3!
3 3
1 ! 3! 1 ! 3!
E
WB W7 100
97
3
1 3
2 !
3
4!
3
WB W9 3 1 ! 2! 2! 6
E 2!
WB E W9 216
3 1 3 6! 3! 2
2
4 ! 1 1 !
WB W10 3 1 ! 2! 1! 15x9
E
4! 3 1 ! 1! 2! 4!
WB W10 135
E
3 1 8!
WB W11
E 6 ! 2! 6!
3 1 !
6!
WB W11 28
E
98
d. banyaknya total peluang termodinamika ?
11
Wi 63 135 135 .. 28
1
1532
e. banyaknya rata-rata kedudukan partikel pada setiap tingkatan energi :
1
Ni N2k Wk (9.12)
k
1 4332
N0 5x63 4x135 4x135 1x135
1532 1532
N0 2,830
1
N 1x135 2x180 1x270 6x28
1
1532
N1 1,600
1
N2 1x135 1x270 3x100 1x135
1532
N2 0,830
__
1
N3 2x90 1x270 1x180
1532
N3 0,411
1
N4 1x135 1x180
1532
N4 0,205
1
1x135
N5 1532
N5 0,088
1
N6 1x63
1532
N6 0,041
99
f. banyaknya total kedudukan partikel adalah :
Ni N (9.13)
i i
Ni Ni 6
i
Jawab :
a. Gambar dalam bentuk tabel seluruh kedudukan partikel dalam seluruh keadaan dari
distribusi statistik B-E, jika sebuah partikel pada tingkatan energi kedua melompat
keluar (menghilang) dari distribusi tersebut
k 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Ni
6
5
4 • 0,129
3 • 0,259
2 •• • 0,655
• •• •• 1,400
••
0 •• ••• ••• •• • 2,560
••
Wk 45 90 60 108 45 348
100
c. banyaknya peluang termodinamika pada masing-masing keadaan makro ?
Berdasarkan persamaan (9.11) :
W W gi 1 Ni !
B E k i
i i i 1 Ni!
g !
3 3 1 3! 6!
WB E W3 4 ! 3x15
1 1 ! 2! 1! 2! 4!
3 3 1 !
1 ! 1! 4!
WB W3 45
E
3 3 3 1 3 !
WB W6
E
1 1 ! 1 1 ! 3 1 ! 3!
3
3
1 ! 1!
1 ! 1!
3! 3! 5!
3x3x10
2! 1! 2! 1! 2! 3!
WB E W6 90
W W 3 1 3 1 3 ! 5! 6x10
2 ! 4!
B E 7
3 3 1 ! 2! 2! 2! 3!
1 ! 2! 3!
WB W7 90
E
3 1 3 1 3 1 1 !
WB W9
E
2 ! 2 ! 3 1 ! 1!
3 1 !
3 1 !
2!
2!
4! 4! 3!
6x6x3
2! 2! 2! 2! 2! 1!
WB E W5 W8 108
W W 3 1 3 1 1 ! 3! 15x3
10 4 ! 6!
B E 3 1 ! 4! 3 2! 4! 2! 1!
1 ! 1!
101
WB W10 45
E
Wi 45 90 60 108 45
3
348
102
e. banyaknya rata-rata kedudukan partikel pada setiap tingkatan energi :
1
Ni N2k Wk (9.12)
k
1 4x45 891
N0 3x90 3x60 2x108 1x45
348 348
N0 2,560
1
1x90 2x108 4x45
N1 348
N1 1,400
1
2x60 1x108
N2 348
N2 0,655
1
N3 1x90
348
N3 0,256
1
N 1x45
4
348
N4 0,129
Ni Ni 5
i
103
9.6. Pekerjaan rumah :
104
BAB X. PENDAHULUAN MEKANIKA
STATISTIK
10.1. Statistik Fermi-Dirac (F-D)
i
gi ! (10.1)
g i N i ! Ni!
Syarat dalam statistik F-D bahwa gi Ni (degenerasi (gi) harus lebih besar sama dengan
partikel dalam kotak).
Contoh :
Pada tingkatan energi ke-i terdapat 3 keadaan (gi = 3) dan 2 partikel (Ni = 2), maka
banyaknya cara /kemungkinan distribusi berdasarkan persamaan (10.1) adalah :
i
gi ! 3! 3 !
gi N ! N !3 2 ! 2! 1! 2!
i i
i 3
Ketiga cara tersebut digambarkan sesuai tabel 10.1.
Untuk masing-masing distribusi cara tingkatan energi, hanya terdapat satu kemungkinan yang
terjadi. Sedangkan total banyaknya cara/kemungkinan distribusi keadaan atau peluang
termodinamika pada keadaan makro tertentu untuk setiap tingkatan energi berdasarkan
statistik Fermi-Dirac (F-D) dirumuskan:
gi !
WF Wk i (10.2)
D i i – Ni Ni!
10.2. Latihan soal : gi !
1. Jika terdapat partikel takterbedakan mengikuti
Statistik Fermi-Dirac (F-D), dimana terdapat 5 kemungkinan tingkatan energi dari
keadaan makro (macrostate) dengan kondisi N = 6, U = 6 gi = 3, Tentukanlah :
a. gambarkan dalam bentuk tabel seluruh
kedudukan partikel dalam seluruh keadaan dari distribusi statistik F-D ?
b. berapakah banyaknya keadaan makro (macrostate) yang terbentuk ?
c. banyaknya peluang termodinamika pada masing-masing keadaan makro ?
d. banyaknya total peluang termodinamika ?
e. banyaknya rata-rata kedudukan partikel pada setiap tingkatan energi ?
f. banyaknya total kedudukan partikel ?
105
Jawab :
a. Gambar dalam bentuk tabel seluruh kedudukan partikel dalam seluruh keadaan dari
distribusi statistik F-D
k 1 2 3 4 5 __
Ni
4 • 0,123
3 • • 0,494
2 • ••• •• 1,150
•• • ••• •• 1,730
0 ••• ••• ••• •• •• 2,510
Wk 9 27 1 9 27 73
WF D W2 2
27 3!
2
WF W3 3 3 ! 1
D 3!
WF D W3
3 3
1 3!
WF D W5 3
3 2 ! 2!
WF D W5 27
106
Wi 9 27 1 9 27
1
73
107
e. banyaknya rata-rata kedudukan partikel pada setiap tingkatan energi dalam statistik
M-B sama dengan B-E :
1
Ni N2k Wk (10.3)
k
1
N0 3x9 3X 27 1x3 2x9 2x27
189
__
73 73
N0 2,510
__ 1
N1 2x9 1x27 3x9 2x27
73
N1 1,730
1
1x27 3x1 2x27
N2 73
N2 1,150
__ 1
N3 1x27 1x9
73
N3 0,494
1
1x9
N4 73
__
N4 0,123
k 1 2 3 4 5
Ni
4 0,123
3 • 0,494
2 •• • 1,150
• •• 1,730
0 ••• ••• •• 2,510
Wk 27 1 27 73
WF D W2 9
3! 3!
WF D W3 1x3
3 3 ! 3! 3
WF D W3 32 ! 2!
2
WF D W5 3! 3! 2
3 2 ! 1! 3 1 ! 3 x3
2!
WF D W5 27
39
109
e. banyaknya rata-rata kedudukan partikel pada setiap tingkatan energi dalam
statistik F-D:
1
N N2k Wk (10.3)
i
k
1 90
N0 3x9 3x3 2x27
39 39
N0 2,310
1
1x9 2x27
N1 39
N1 1,620
1
2x3 1x27
N2 39
N2 0,846
1
N3 1x9
39
N3 0,231
Ni N (10.4)
i i
__
i gi N
i
(10.5)
Contoh :
Pada tingkatan energi ke-i terdapat 3 keadaan (gi = 3) dan 2 partikel (Ni = 2), maka
banyaknya cara /kemungkinan distribusi berdasarkan persamaan (12.3) adalah :
i gi N i
32
i 9
Kesembilan cara tersebut digambarkan sesuai tabel 10.2.
110
Tabel 10.2. Banyaknya cara/kemungkinan distribusi Keadaan dari 2 partikel terbedakan
pada 3 tingkatan energi berdasarkan statistik Maxwell-Boltzmann
1 2 3
ab
ab
ab
a b
b a
a b
b a
a b
b a
111
Jawab :
a. Gambar dalam bentuk tabel seluruh kedudukan partikel dalam seluruh keadaan dari
distribusi statistik M-B
k 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 __
Ni
6 • 0,013
5 • 0,065
4 • • 0,195
3 •• • • 0,455
2 • • ••• •• • 0,910
• •• • ••• •• •• ••• 1,640
•• •••
0 ••• •• •• •• ••• ••• ••• •• •• • 2,730
•• •• •• ••
Wk 18 90 90 45 180 360 60 180 270 90 3 1386x35
5 5 5 5 5 5
3 3 3 3 3 3 35 35 35 35 35
34 32 30x3x35
WM B W4 6
2! 2
!
4!
WM W4 45 x 35
B
33 32 31 120x3x35
WM B W5 W8 6!
3! 2! 1! 2
WM W5 W8 180 x 35
B 3
33 31
W W 6! 120x3x35
M B 6 3! 1!
112
WM B 360 x 35
W6
113
3
32 3x35
WM B W9 6! 6!
2! 8
WM W9 270 x 35
B
2
31 34 3x35
WM B W10 6 6!
! 1! 4! 4!
WM W10 90 x 35
B
36 5
WM B W11 6! 3x3
6!
WM W11 3 x 35
B
1386x35
e. banyaknya rata-rata kedudukan partikel pada setiap tingkatan energi :
1
Ni N 2k Wk (10.7)
k
1
N0 5x18x35 4x90x35 1x90x35
1386x3
5
N0 2,730
__
1
N1 1x90 1x360x3 .... 6x3x35
1386x3 5 5
5 x3
N1 1,640
1
N2 1x90 1x360x3 ... 1x90x35
1386x3 x35 5
5
N2 0,910
5 5
1
N3 2x45x3
1386x3
114
1x18
1x360x35
0x35
N3 0,455
115
__
1
N4 1x90 1x180x35
1386x3 x35
__ 5
N4 0,195
1
N 1x90x35
5
1386x35
N5 0,065
N 1x18x3
__
1 5
6
1386x35
N6 0,013
Ni Ni 6
i
2. Berdasarkan tabel dalam jawaban soal 1.a, jika sebuah partikel pada tingkatan energi
kedua melompat keluar (menghilang) dari distribusi tersebut, tentukanlah :
a. gambarkan dalam bentuk tabel seluruh kedudukan partikel dalam seluruh
keadaan dari distribusi statistik M-B ?
b. berapakah banyaknya keadaan makro (macrostate) yang terbentuk ?
c. banyaknya peluang termodinamika pada masing-masing keadaan makro ?
d. banyaknya total peluang termodinamika ?
e. banyaknya rata-rata kedudukan partikel pada setiap tingkatan energi ?
f. banyaknya total kedudukan partikel ?
116
Jawab :
a. Gambar dalam bentuk tabel seluruh kedudukan partikel dalam seluruh keadaan dari
distribusi statistik M-B, jika sebuah partikel pada tingkatan energi kedua melompat
keluar (menghilang) dari distribusi tersebut
k 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Ni
6
5
4 • 0,074
3 • 0,286
2 •• • 0,714
• •• •• 1,430
••
0 •• ••• ••• •• • 2,500
••
Wk 5 20 10 30 5 70x35
35 35 35 35 35
WM B 20 x 35
W6
33 32 20x35
WM B W8 5! 2! 2
3!
WM W8 10 x 35
B
2
32 31 5!x35
WM B W9 5! 1! 4
2!
M B
W
117
W6
30 x
35
118
d. banyaknya total peluang termodinamika ?
10
Wi 5x35 20x35 10x35 30x3
5
5x3
5
70x35
e. banyaknya rata-rata kedudukan partikel pada setiap tingkatan energi :
1
Ni N2k Wk (10.9)
k
1
N0 4x5 1x5x35
70x3 x35 3x20x35 3x10x35 2x30x35
5
N0 2,500
1
N1 1x20 4x5x35
70x3 x35 2x30x35
5
N1 1,430
__
1
N2 2x10 1x30x35
70x3 x35
5
__
N2 0,714
1
N 1x20x35
3
70x35
N3 0,286
1
N 1x5x35
4
70x35
N4 0,074
Ni N (10.10)
i i
__
Ni Ni 5
i
119
10.5. Pekerjaan rumah :
120
Bab XI.
Fungsi Gamma dalam termodinamika
11.1. Fungsi Gamma (fungsi Faktorial)
z e tt z Re(z)>0
1dt
0
B. Limit tak hingga
1.2.3 ........ (n 1)n.nz
z lim
n z(z 1)(z 2). .... (z n)
Bukti:
n t n z 1
F (z, n) 1 t dt
0 n
n n n n
t z 1 t z 1
lim F (z, n) lim t 1 dt lim 1 n t dt
n n 0 n 0n
n
t t
Diketahui : lim 1 n e
n
Bukti:
n
t
Ambil : lim 1 n
A , dikalikan ln sehingga menjadi
n
m
t t
ln A lim ln 1 lim n ln 1
n n n n
m t
t ln 1
ln 1
lim n ln 1 0
n 1 1 0 0 (TD)
n
121
Memakai Metode Lophital
1 t
t
ln 1 1
t n2
n n t
ln A lim lim lim
n 1 n1 n t
1
n n2 n
t t
ln A t 10 t
–
1
A e
t n
t t
Jadi lim 1 n e
n
Kasus khusus untuk t = -1 maka
( 1)
lim 1 n e 1
n n
n
1
lim 1 e
n n
Kembali ke definisi I
n
t
F z, t z 1dt
1 n
n 0
z e z
1dt (terbukti)
tt
0
F z, n 1 t dt
0 n
t
Misal u t nun
dt ndu
122
Syarat batas t1 0 u1 0
t2 n u2 1
1 n
z 1
F z, n 1 u nu ndu
0
1 n
1 n z 1 n1u z 1 du
u
0 n
1 n 1 d uz
z
un 1 uz 1
du nz 1 u
0 0 z
z 1
n n
1 d uz
z
u
0
Memakai Metode Integral Parsial
pdq p.q qdp
1 n
1 d u8 p 1 u
n
dq d uz
u
0 dp n 1 u q uz
n 1
du
1 n 1
1 d uz 1 0 – uz. n 1 u
n 1
du
0
n 1
u u .u z 1
0
1 n 1z 1 n d uz 1
n 1
u u du n 1u z 1
0 0
Kembali memakai integral parsial
n 1
p 1 u dq d uz 1
dp n 1 1 u q uz 1
n 2
du
n 2
1
n z n z 1
1 1 z 1
n 1
0
1 u du 1 u .u 0 u
z 1
123
0
. n 1 1 u d
u
1
n n z z
1
n 1 1 u u du
z 1 0
1
1
n z
n n 1 d uz 2
n
2
1 u du 1 .
0 z u z 2
0
1
.... dan seterusnya maka :
124
1
nz n
F z, 1 d uz
n
u
z 0
n n n 1 n 2 ...3.2.1
z z 1 z 2 ... z n
1.2.3... n 2 n 1 .n.n z
F z,
z z 1 z 2 ... z n
n 1.2.3... n 2 n 1 n.n z
Jadi z lim (terbukti)
n z z 1 z
2 ... z n
1.2.3... n
z nlim
1 1 n nz 1
2 n zz z 13 1 ...z n z
1.2.3... n 1 n.n3
*
3 lim
n 3.4.5... n 1 n n
1 n 2 n
3
n3
3 1.2. lim
n n 1 n 2 n 3
3 1.2 2! 2
1.2.3.4.5... n
* 4 lim
n 1 .n.n4
4.5.6...n n 1 n
2 n 3 n
4
n4
1.2.3. lim
n n 1 n 2 n 3 n 4
4 1.2.3 3!
Jadi z z z z!
1
11.2. Latihan Soal
z e z dt dapat ditulis:
1. Buktikanlah bahwa: 1
t0t
0
z –y
a. 2 e
126
y 2z 1dy
1 z 1
b. z ln 1 dy
0
y
127
Jawab :
t 2 y 2z 1
1 2
a. z e t dt 2 e y dy
0 0
misal t y2 dt 2 ydy
z – y2 y 2 z 2 ydy
e
0 1
z – y 2 y 2z
2 e , terbukti
0 1dy
2 1
t z1 1 1
b. z e t dt ln dy
y
0 0
1 1
misal t ln y ln y ln y
t
t ln y ln y t y e
dy e t e t dy
Syarat batas: dt dt
0
t1 0 y1 e 1
1
t2 y2 e 0
e
z e z 1dt
tt
0
z e z 1dt
tt
0
0 z 1
1
128
ln . dy
y
1
1 z 1
1
z ln dy , terbukti
0 y
129
2. Diketahui bahwa:
1
1 2
! 1
2 , terbukti
2
3. Diketahui bahwa
z z z
1
z! z z 1 !
z!
z 1 !
z
1!
Maka 1 0! 1
1
0! 1
0 1!
0 0
n n! , n = bilangan bulat negatif
1
Lalu didapat z! z ! z
sin z
130
4. Berdasarkan soal no. 2 dan 3, kita dapat mencari hubungan rekursi fungsi gamma
1
/fungsi faktorial pecahan . Tentukanlah:
2
3 7 3
1 5 5
a. – ! c. –
2! e. 2 !
2 2 2 2
5 1
b. 3 d. 3 !
– !
2 2 2 2
Jawab
z
a. z z z z 1z
1
z! z z 1 !
z!
z 1 !
z
1 1 1
z z –
2 1 1
1 2 2
1 1 1 2
2 2 2
1
1 21 2
– 2 !
2 2 2
z
z 1
z
3
Untuk z
2
1
– 1
1 2 1
– 2
2 2
2
1
–
2
131
z
b. z 1
z
3
– 1
3 3 2 2
untuk z –
2 2 3 1
– 3 2
2
3 2 4
–
2 23 3
z
c. z 1
z
3
–2
5 5 2
untuk z –
2 2 5 3
– 5 2
2
5 2 4 8
–
2 3 15
5
z
d. z 1
z
1 3 1 1 1
z z z Untuk
z
1 2 2 2 2 2
e. z z z
1 3 3 1
untuk z 5 3 3
2 2 2 2 2 2
5 3
2 4
132
5. Dari soal no.4, gambarkanlah sketsa fungsi gamma/fungsi faktorial
Jawab:
Dari soal no.4 didapatkan :
3
1 ! 2
–
2 2
5 4
3 !
–
2 2 3
7 8 ~ untuk z
5 z! 1,
– !
2 2 15
z = bilangan bulat negatif
1
1 !
2 2
3 1 1
2 !
5 3 32
2
2 ! 4 , dan seterusnya
2
z!
4
3
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 z
8
–
15
–2
133
11.3. Pekerjaan rumah
1. Buktikanlah bahwa :
e x4 1
a. 5
dx 4 !
0 4
1 1 3 1 4 2
2
b. x ln dx 4
0 x 3 27
134
BAB XII. Penerapan Fungsi Gamma dalam
distribusi Maxwell (Teori kinetika gas)
12.1. Penerapan fungsi gamma
N
jumlah
partikel
T3>T2>T1
T3 T2 T1
V(kecepatan)
N+dN
dN
N
dV
V V+dV V
135
12.2. LATIHAN SOAL :
Buktikan bahwa
n n 3 n n 1
2kT 2 2kT 2 !
vn 2 2
1. m m 1
3 !
2 2
8kT
2. v kecepa tan rata rata
m
3kT
3. vrms v2
m
Jawab :
32
n dN m mv2
–2kT 2
1. v v n n
v4 e v dv
0
N 0
2 kT
3 mv2
m 2
vn 4 vn 2e 2kT
dv
2 0
3
vn 2 m k 2 t2
T 2 t 2 z 1e dt
2 kT 0
1
t2 m 2 t m 2
Misal 2kT v 2kT
v
1
2kT 2
v t
m
2kT 1 2
dv dt
m
3 1 n 2 1
m 2 2kT 2 2 2kT 2
vn 2 2 t t dt
e
2 kT m m
0
136
3 1 n 2
m 2 2kT 2 2kT 2
t n 2e t2
vn 2 2 kT m 2 dt
m
0
3 1 n 2
n m 2 2kT 2 2kT 2
2 t n 2e t2
dt
v 2 2 kT
m m
0
3 n 3
n m 2 2kT 2
2 t n 2e t2
dt
v 2 2
2 kT m 0
3 3 3 n
n 1 2 m 2 2kT 2 2kT 2 t n 2e t2
dt
v 2 2
2kT m m
0
n2
n 1 2kT 2z 1 t2
v 2 2 t e dt
m 0
n n 3
2 2kT 2 2z 1 n 2 2z n 3 z
vn
m 2
n 3 n 3
n n
2kT 2 2 2kT 2 2
vn
m m 3
2 2
n 1
n !
2kT 2
21
vn TERBUKTI
m
!
2
137
2. Kecepatan rata-rata = ekspektasi kecepatan
1 1
1 ! 1
n 2kT 2 2 2kT 2 1! 2kT 2 8kT
v 1 TERBUKTI
m m 1 m m
!
2 2
v 3kT
rms
v2 TERBUKTi
m
02. Diketahui distribusi gamma dirumuskan sebagai berikut :
1
– x
f 1
x e ,x 0
1
x
f x 0, x 0
n xn n
a
b harga ekspetasi = x
c varian =
2
x2 – x 2 2
138
Jawab :
1
– x
n n 1
1. x x x x
1
e
0
1
– x
1
xn x x
1 n
e
0
Misal t 1
x x t x t
1 1
xn t e t
t
n
0
1 1 n
xn t e t
t
1 n
0
n
x n t z 1e t
t
0
n n
x z 1 1 n z n
n xn n
TERBUKTI
1
1
2. x
x TERBUKTI
2
3. x2 x 2
2
x 2 2 2
1 , maka x2 2 2 2
2
2
x 2 2
dan
2
x2 – x 2
139
2 2 2 2
x2 2
TERBUKTI
140
12.3. PEKERJAAN RUMAH
v2 e
2kT
F ,
v 2kT
buktikanlah bahwa kelajuan maksimumnya sebesar : max !
m
02. Jika diketahui peluruhan radioaktif dirumuskan sebagai berikut :
t
N t N 0e , di mana = konstanta peluruhan dan waktu rata-rata yang
141
DAFTAR PUSTAKA
1. Arfken, G.B., and H.J. Weber. Mathematical Methods for Physicists, 4th edn,
Academic Press, Inc., San Diego, (1995).
2. Debye, P. Polar Molecules. Dover Publications, Inc., New York, (1945).
3. Fraden, J. Handbook of Modern Sensors : Physics, Designs and Applications.
Springer-Verlag New York, Second Edition, (1996).
4. F.W. Sears and G.L. Salinger. Thermodynamics, kinetic and statistical mechanics.
Addison-Wesley Publishing Co, Inc., Reading. (1975).
5. Irzaman, Y. Darvina, A. Fuad, P. Arifin, M. Budiman, and M. Barmawi. Physical and
Pyroelectric Properties of Tantalum Oxide Doped Lead Zirconium Titanate
[Pb0.9950(Zr0.525Ti0.465Ta0.010)O3] Thin Films and Its Application for IR Sensor. Journal
of Physica Status Solidi (a), 199 (3), (2003).
6. M.W. Zemansky and R.H. Dittman. Heat and thermodynamics. 6th edition. McGraw
Hill Inc. 1982. (maupun terjemahannya).
7. Sze, S.M. Physics of Semiconductor Devices. 2nd edn. John Wiley & Sons,
Singapore, (1981).
8. Uchino, K. Ferroelectric Devices, Marcel Dekker, Inc. New York. (2000).
142