1
BAB I. TEMPERATUR
2
1.5. KONSEP TEMPERATUR
Sistem temperatur adalah suatu sifat yang menentukan apakah sistem dalam
kesetimbangan termal dengan sistem lainnya.
3
BAB II. SISTEM TERMODINAMIKA
SEDERHANA
2.1. PERSAMAAN KEADAAN
Dalam keadaan nyata, sangat sulit mengungkapkan kelakuan lengkap zat dalam
seluruh pengukuran harga koordinat termodinamika (P, V, ) dengan memakai persamaan
sederhana.
Terdapat lebih dari 60 persamaan keadaan yang telah diajukan untuk menggambarkan
cairan saja, uap saja dan daerah uap-cairan.
Di antaranya :
1. Persamaan gas ideal :
Pv R (2.1)
yang hanya berlaku pada tekanan (P) rendah dalam daerah uap dan gas.
2. Persamaan keadaan van der Waals :
a
P v2 b R (2.2)
v
yang berlaku dengan baik dalam daerah cairan, uap dan di dekat serta di atas titik
kritis.
Persamaan keadaan suatu sistem dapat dibayangkan bahwa persamaan keadaan tersebut
dapat dipecahkan untuk menyatakan setiap koordinatnya dalam dua koordinat lainnya.
Analisisnya :
1. V = fungsi (, P) (2.3)
Maka diferensial parsialnya :
V V
dV d dP (2.4)
P
P
4
Jika perubahan temperatur dibuat sangat kecil, maka perubahan volume juga menjadi
sangat kecil, maka :
kemuaian volume sesaat (β) dirumuskan :
1 V
(2.5)
V P
Sebenarnya β merupakan fungsi dari (, P), tetapi dalam percobaan menunjukkan bahwa
banyak zat yang β – nya tidak peka pada perubahan tekanan (dP) dan hanya berubah
sedikit
terhadap suhu (
Efek perubahan tekanan pada volume sistem hidrostatik etjika temperaturnya dibuat tetap,
dinyatakan oleh kuantitas yang disebut ketermampatan isotermik (κ dibaca kappa) yang
dirumuskan :
1 V
(2.6)
V P
2. P = fungsi (, V) (2.7)
Maka diferensial parsialnya :
P P
dP d dV (2.8)
V V
d dP dV (2.10)
PV VP
5
dengan menyulihkan persamaan (2.13) ke dalam (2.12) diperoleh :
x = fungsi (y,z) maka :
x y y x
dx dx dz dz (2.14)
yz xz zx zy
atau
x y x y x
dx dx dz (2.15)
yz xz yz zx zy
Sekarang dari ketiga koordinat itu hanya dua yang bebas (x,z). Jika dz = 0 dan dx ≠
0, diperoleh :
x y
1 (2.16)
yz xz
x 1
y y (2.17)
z
xz
Jika dx = 0 dan dz ≠ 0, diperoleh
:
x y x
0 (2.18)
yz zx zy
x y x
yz zx z (2.19)
y
x y z
1 (2.20)
yz zx x y
6
Dari persamaan (2.5) dan (2.6)
1 V
V P
1 V
V P
disulihkan ke dalam persamaan (2.21) diperoleh :
(2.23)
P
V
diperoleh :
1
dP d dV (2.24)
V
Lalu pada volume tetap (dV = 0), diperoleh :
dP d (2.25)
Dengan mengintegrasikan kedua keadaan tersebut, diperoleh
:
Pf f
dP d (2.26)
Pi i
Dan
PfP i f i (2.27)
7
Latihan soal :
1. Persamaan keadaan gas ideal yaitu : Pv R . Buktikanlah bahwa :
1
a.
1
b.
P
Jawab :
a. Koordinat termodinamika (P, V, ), maka
V = fungsi (P, ), namun karena β terjadi pada tekanan tetap berarti V = fungsi ( ) saja.
Lalu persamaan :
Pv R
menggunakan perubahan diferensial keadaan menjadi :
Pdv Rd v R 1 V 1 R
, karena , maka
P P V P VP
1
terbukti
1 V 1 R R 1
x x , maka
2
V P V P PV P
1
terbukti
P
8
2. Diketahui :
6 1
air raksa 181 x 10 K
air raksa
3,82 x 1011 Pa 1
5 o
Massa air raksa pada tekanan 1 atmosfir (1,01325x10 Pa) dan temperatur 0 C
o
diusahakan agar volume tetap. Temperatur dinaikkan hingga 10 C, berapa Pa tekanan
akhirnya ?
Jawab :
Menggunakan persmaan (2.27)
Pf P i f i
Diperoleh :
181 x 10 x6 10
5
Pf 1,01325x10 11
3,82 x 10
6
181 x 10 x 10 5
Pf 11 1,01325 x 10
3,82 x 10
5 5
P 473 10 1,01325 x 10
f
Pf 474,0132510 5Pa
9
3. Jika seutas kawat yang panjangnya L, kemuaian linier (α) dan modulus
Young isotermik (Y) mengalami perubahan sangat kecil dari keadaan
setimbang awal keadaan setimbang akhir akibat gaya (F), buktikanlah bahwa
perubahan gaya tegangannya sama dengan :
dF A Y d AY
L dL
Jawab :
F = fungsi ( , L)
Maka diferensial parsialnya :
F F
dF d dL
L
L
dF
stress A L F
Y
strain dL A L
L
F YA
L L
dL
L 1 L
d L F
L
L
F
Berdasarkan persamaan (2.19) dan (2.20) untuk fungsi (F, θ, L) :
x y x
1
yz zx zy
x y z
yz zx xy
Maka :
F L
1
L LF F
F L F
L F L
1
F AY
L
L L
F
AY
L
Kembali ke persamaan :
F F
dF d dL
L
L
Akhirnya diperoleh :
AY
dF AY d dL terbukti
L
4. Seutas kawat logam dengan luas penampang
2 o
0,0085 cm , gaya tegang 20 N dan temperatur 20 C, terentang antara dua dukungan
tegar berjarak 1,2 m. Jika temperaturnya dikurangi sehingga menjadi
o -5 -1 11 2
8 C, α = 1,5 x 10 K , Y = 2,0 x 10 N/m . Berapa N-kah tegangan akhirnya :
Jawab :
Berdasarkan persamaan :
dF AY d AY
L dL
Karena tidak ada perubahan panjang berarti dL = 0, maka
dF AY d
5 7
dF 1,5 x 10 x 8,5 x 10 11
x 2 x 10 x 8 20
1
Fakhir Fawal 306 x 10 F akhir 30,6 20
Fakhir 50,6 N
5. Jika sebagai tambahan pada kondisi dalam soal no. 4, Dukungan tersebut
saling mendekati dengan jarak 0,012 cm, berapa N-kah gaya tegangan
akhirnya ?
Jawab :
Berdasarkan persamaan :
dF AY d AY
L dL
5 7 11 8,5x10 x2 x107 11
4
dF 1,5x10 x8,5x10 x2x10 x8 20 x1,2x10
1,2
Fakhir Fawal 30,6 17 Fakhir 47,6 20
Fakhir 67,6 N
1
2.5. PEKERJAAN RUMAH
1. Persamaan keadaan hampiran gas nyata pada tekanan
sedang, yang dibentuk untuk memperhitungkan ukuran berhingga molekul
dirumuskan :
Pv b R ,
dengan R dan b tetapan. Buktikanlah bahwa :
1
a. bP
1
R
1
b. P
bP
1
R
-5 -1
2 Logam yang kemuaian voluemnya 5,0 x 10 K dan kemampatan isotermiknya
-11 -1 5 o
1,2 x 10 Pa berada dalam tekanan 1 x 10 Pa dan suhunya 20 C. Logam ini
dilingkungi secara pas oleh invar tebal yang kemuaian dan kemampatannya
dapat
diabaikan.
o
a. Berapa Pa-kah tekanan akhrinya jika suhu dinaikkan 32 C?
8
b. Jika lengkungan penutup dapat menahan tekanan maksimum 1,2 x 10
o
Pa, berapa C-kah suhu tertinggi sistem itu ?
-5 -1
3 Logam yang kemuaian voluemnya 5,0 x 10 K dan kemampatan isotermiknya
-11 -1 5 o
1,2 x 10 Pa berada dalam tekanan 1 x 10 Pa, suhu 20 C dan volumenya 5
3
liter, mengalami kenaikan suhu 12 derajat dan pertambahan volumenya 0,5 cm .
Berapa
Pa-kah tekanan akhirnya ?
1
6. Persamaan keadaan zat elastik ideal dirumuskan :
2
L L
F K 0
L0 L ,
2
dengan K tetapan dan L0 (harga L pada gaya tegang nol) hanya merupakan fungsi
dari suhu.
a. Buktikanlah bahwa modulus Young isotermiknya dirumuskan :
2
K L 2L
Y 0
A L0 L2
b. Buktikanlah bahwa modulus Young isotermiknya pada gaya tegangan
nol dirumuskan :
3K
Y
A
1
BAB 3. KERJA
3.1. KERJA
dW P dV W P dV (3.1)
V1 V1
1
Gas ideal PV = nRθ, maka :
nR
P , disulikah ke dalam persamaan (3.1), diperoleh :
V
V2 V2
nR dV V2
nR ln V nR ln V ln V
V1
W V dV nR V
2 1
1
V 1
V
V2 V2
W nR ln 2,30 nR log (3.2)
V
1 V
1
Latihan soal :
1. Dalam gas ideal terdapat 2 kmol gas yang dipertahankan pada suhu tetap
o 3 3
0 C, dimana gas itu dimampatkan dari volume 4 m menjadi 1 m . Jika R = 8,314
J/mol K, berapa kJ-kah kerja yang timbul?
Jawab :
Berdasarkan persamaan (3.2)
2 1
W nR ln 2x103 x 8,314 x 273 ln
V
V1 4
3
W 6300 x 10 J 6300 kJ
Harga W “negatif“ berarti bahwa kerja terjadi dari lingkungan ke sistem gas.
Kasus II :
Pertambahan tekanan isotermik kuasi-statik pada zat padat, diperoleh kerja :
W P dV (3.a)
V = fungsi (θ, P), maka diferensial parsialnya :
V V
dV d dP (3.b)
P P
Karena :
1 V
1.
V P
2. isotermik (dθ = 0), persamaan (3.a) menjadi :
V
dV x 0 V dP =
P
(3.c)
dV V dP
1
Lalu persamaan (3.c) disulihkan ke persamaan (3.a), diperoleh :
P2
V 2
P2
W V P dP P
P1
2 P
V 2 2 m 2 2
W P2 P1 P P1 (3.3)
2 2 2
m
dimana : .
V
Jawab :
Berdasarkan persamaan (3.3)
m 2 2 7,16 x10 x100
1
W P2 P1
8 2
(1,01325x10 ) (0)
2
2 2 x 8930
3
W 0,411x10 J 0,411 kJ
Harga W “negatif“ berarti kerja dilakukan dari lingkungan ke sistem tembaga.
Jawab :
Berdasarkan tabel 3.1 diketahui :
W Ed
Diferensial parsialnya : d d dE
E E
Karena isotermik maka dθ = 0, maka :
d dE
E
1
E V E V
V E
Lalu :
d V dE , disulihkan ke persamaan :
E2 E2
W E d E V dE V E dE
E1 E1
V 2 2
W E 2 E 1 terbukti
2
Karena :
E E , maka disulihkan :
V V
1
2 2
W E d d d
V V 1
1
1 2 2
W 2 terbukti
2V 1
W 1 1
V2
Karena kerja P dV K V dV K V V1
V1 V1 1
1
1 1 1 1
W KV
2 KV
1 KV V 2 2 KV1 V 1
1 1
1
W P V P V terbukti
1 2 2 1 1
1
3.5. PEKERJAAN RUMAH
1. Gaya tegang seutas kawat dinaikkan secara kuasi-statik isotermik dari F1 ke F2.
Jika panjang, penampang dan modulus Young kawat itu secara praktis tetap,
buktikanlah bahwa kerja yang dilakukan dirumuskan dalam persamaan (3.5) :
L 2 2
W F F1 (3.7)
2 AY 2
-7
2. Gaya tegang seutas kawat logam yang panjangnya 1 m dan luasnya 1 x 10
2 o
m dinaikkan secara kuasi-statik isotermik pada suhu 0 C dari 0 N hingga 100 N.
Jika diketahui
11 2
Y = 2,5 x 10 N/m , berapa joule-kah kerja yang dilakukan ?
4. Tekanan pada 0,1 kg logam dinaikkan secara isotermik kuasi-statik dari 0 hingga
8 -12 -1 4 3
10 Pa. Jika diketahui : κ = 6,75 x 10 Pa dan ρ = 10 kg/m , berapa joule-
kah kerja yang dilakukan ?
1
BAB IV. KALOR DAN HUKUM PERTAMA
TERMODINAMIKA
4.1. KALOR :
Definisi kalor ialah : berpindahnya „sesuatu“ dari benda bersuhu lebih tinggi ke
benda bersuhu lebih rendah, dan “sesuatu” ini disebut kalor.
Definisi :
Bila suatu sistem yang lingkungannya bersuhu berbeda dan kerja dapat dilakukan
padanya, mengalami suatu proses, maka energi yang dipindahkan dengan cara non
mekanis yang sama dengan perbedaan antara perubahan energi internal (U) dan kerja
(W) yang dilakukan, disebut kalor (Q).
Persamaan Hukum Pertama
Termodinamika :
Q = U +W (4.1)
dQ = dU +dW (4.2)
pertama
menjadi:
dU = dQ - P dV (4.3)
2
Bentuk diferensial Pfaff :
Untuk mengatasi sistem yang lebih rumit, dengan cara mengganti dW dalam hukum
termodinamika dengan dua atau lebih
ungkapan. Misalnya,
Dalam kasus sistem gabungan yang terdiri dari dua bagian hidrostatik yang dipisahkan
oleh dinding diatermik, dirumuskan :
dQ = dU + PdV + P’dV’ (4.4)
sedangkan untuk kasus gas paramagnetik :
dQ = dU + PdV + μ0H dM (4.5)
maka
Harga kapasitas kalor sesaat (C) :
Q dQ
C lim (4.7)
21
2 l d
Kapasitas kalor molar dirumuskan :
C 1 dQ
c (4.8)
n nd
dV
CV
Umumnya CV merupakan fungsi (V, θ).
Setiap kapasitas kalor merupakan fungsi dari dua peubah. Namun dalam selang kecil
variasi koordinat, kapasitas kalor dapat dianggap praktis tetap.
2
Tabel 4.2. Kapasitas kalor dalam sistem sederhana
Sistem sederhana Kapasitas kalor Lambang
Sistem hidrostatik Pada tekanan tetap CP
Pada volume tetap CV
Kawat teregang Pada gaya tegang tetap CF
Pada panjang tetap CL
Selaput permukaan Pada tegangan permukaan tetap Cγ
Pada luas tetap CA
Sel listrik Pada elektromontasi tetap Cε
terbalikkan Pada muatan tetap CZ
Lempengan Pada medan listrik tetap CE
dielektrik Pada polarisasi tetap CΠ
Batang Pada medan magnetik tetap CH
paramagnetik Pada magnetisasi tetap CM
Pengukuran kapasitas kalor zat padat, cair dan gas merupakan salah satu proyek percobaan
fisika modern yang paling penting, karena harga numerik kapasitas kalor memberikan
sarana paling langsung untuk membuktikan perhitungan fisikawan teoritis dan
menentukan kesahihan pengandaian beberapa teori modern.
θ). Kasus :
U merupakan fungsi dua peubah di antara (θ, V), diperoleh
:
U U
dU d dV
V V
Maka hukum pertama termodinamika dirumuskan :
U U
dQ d dV PdV
V V
U U
dQ d PdV
V
V
2
1. Jika V tetap, dV = 0 diperoleh :
dQ U
d V V
U
CV (4.12)
V
Dalam bentuk integral :
2
QV C V d (4.13)
1
ddQP U
V
U
V P
V
P
dQ
Karena CP dan bentuk integral nya :
d P
2
V
QP C P d serta V , maka :
1
P
U
C C P V
P V V
U C P CV
P (4.14)
V V
U
kuantitas tidak terukur
V
namun kauntitas CP , CV , bisa diukur
Latihan soal :
1. Kapasitas kalor molar suatu logam pada suhu rendah bervariasi terhadap
suhu menurut persamaan :
a 3
c 3 b
Dengan a, b, Θ tetapan. Berapakah banyaknya kalor per mol dipindahkan
selama berlangsungnya proses sehingga suhunya berubah dari 0,01 Θ menjadi 0,02 Θ
?
2
Jawab :
a 3
Diketahui : c 3 b
2 2
Q a 3
Karena cd 3 b d
1
1
2
0,02
a b a b
Q Q
2 2
4 4
3 3
4 2 1 4 2 0,01
a 0,01 b
Q 0,02 0,02 0,01
4 4 2 2
3
4 2
2
Q 3,75 x 108 a 1,5 4
x 10 b
2. Pada suhu kritis diketahui bahwa :
2
P P
0 dan 0
VT V T
2
Diketahui persamaan van der waals dirumuskan dalam persamaan (2.2) bab 2
yang terdahulu:
a
P 2 v b R
v
Tentukanlah:
a. Volume titik kritik nya (vc)
b. Suhu titik kritik nya (θc) ?
c. Tekanan titik kritik nya (Pc) ?
P c
v c
d. nilai : ?
R c
Jawab :
a. Karena P a2 v b R , maka : R av b
v P v
2
2
P P
Lalu : 0 dan 0
VT V T
2
P R 2a R 2a
2 3
0 lalu 2 3
v T v b v v b v
2
2
P 2R 6a R 3a
2 3 4
0 lalu
v T v b v v b
3
v 4
2
4.6. PENGHANTARAN KALOR
H ln r2 L12
2K
r1
Akhirnya diperoleh :
H r2
1 2 ln terbukti
2 KL r1
2
4. Kalor mengalir secara radial ke arah luar melalui penyekat silindris berjejari-luar
r2 yang menyelimuti pipa uap berjejari-dalam r1. Suhu permukaan dalam penyekat
sebesar θ1 dan permukaan luarnya bersuhu θ2. Pada jarak radial berapakah
yang diukur dari pusat pipa, agar suhunya tepat sama dengan tengah-tengah antara
θ1 dan θ2 ?
Jawab :
Berdasarkan persamaan (4.16) :
H r
1 2 ln 2
2LK r1
Jika suhu θ3 merupakan suhu berada di tengah-tengah antara θ1 dan θ2, berarti Δθ = θ1 – θ3 =
θ3 – θ2, maka
H r H r
13 ln 3 dan 32 ln 2 lalu
2LK r1 2LK r3
H r H r
ln 3 ln 2
2LK r1 2KL r3
r3 r2
Berarti ln ln , akhirnya diperoleh :
r1 r3
r3 r1 r2
5. Dua cangkang sferis sepusat berjejari 0,05 m dan 0,15 m; rongga di antaranya
diisi dengan arang. Jika energi dikirimkan dengan laju tunak 10,8 W ke
o
pemanas di pusatnya, maka perbedaan suhu sebesar 50 C terdapat antara kedua
bola itu. Berapa
mW
kah nilai konduktvitas termal arang itu ?
meter K
Jawab :
Berdasarkan persamaan (4.19) dirumuskan (dalam PR no. 4.4 silahkan dibuktikan):
12
H 1 1
4K r1 r2
Berarti :
H 1 1 10,8 1 1
K
2
4 1 2
r1 r2 2
4 x
K 229 mW
meter K
Kalor yang dipindahkan oleh radiasi antara benda pada suhu tinggi θ1 ke suhu rendah
θ2, dirumuskan:
4 4
P A 1 2 (4.18)
P = daya kalor yang mengalir, A = luas penampang,
-8 2 4
α = keserapan bahan, σ = tetapan Stefan-Boltzmann = 5,67 x 10 W/(m K )
Latihan soal :
6. Suhu kerja filamen tungsten suatu lampu pijar sebesar 2460 K dan keserapannya 0,35.
2
Berapa cm -kah luas permukaan filamen suatu lampu berdaya 100 W
? Jawab :
Berdasarkan persamaan (4.16)
P A 1
4
P 100
A 4 8 4
0,35 x 5,67x10 2460
A 1,38x104 m 2 1,38 cm2
2
4.10. PEKERJAAN RUMAH
1 Bila arus listrik diperthankan supaya mengalir dalam sel elekrolit air yang
diasamkan dan 1 mol air terelektrolisis menjadi hidrogen dan oksigen, muatan
listrik sebesar
2 faraday dipindahkan melalui baterai dengan elektromontasi ε (1 faraday =
96.500 C). Perubahan energi sisem sebesar + 286.500 J dan 50.000 J kalor
yang diserap. Berapa volt-kah elektromontasi ?
2 Berkaitan dengan energi internal sistem hidrostatik yang merupakan fungsi dari θ, P,
buktikanlah persamaan beiut ini :
a.
U V U V
dQ P d P dP (4.19)
P
P P P
P
U
b. C PPV (4.20)
P
3. Diketahui persamaan van der waals dirumuskan dalam persamaan (2.2) bab 2
yang terdahulu :
a
P v2 b RT
v
a. Buktikanlah bahwa kemuaian volume sesaat (β) dirumuskan dalam persamaan
(4.21) :
2
Rv v b
3 2 (4.21)
RTv 2av b
b. Dari persamaan (4.21) jika a = b = 0,
berapakah nilai β ?
4. Andaikanlah koduksi kalor terjadi pada laju yang tetap H dalam bola
berongga dengan jejari-dalam r1 pada temperatur θ1 dan jejari-luar r2 pada
temperatur θ2. Untuk konduktivitas termal tetap K, buktikanlah bahwa perbedaan
suhu antara kedua permukaan dinding dirumuskan dalam persamaan :
H 1 1
1 2 (4.22)
4K r1 r2
5. Kalor mengalir secara radial ke arah luar melalui penyekat bola berjejari-luar r2
yang menyelimuti pipa uap berjejari-dalam r1. Suhu permukaan dalam penyekat
sebesar θ1 dan permukaan luarnya bersuhu θ2. Pada jarak radial berapakah yang
diukur dari pusat bola, agar suhunya tepat sama dengan tengah-tengah antara θ1 dan
θ2 ?
2
6. Batang tembaga silindris padatan panjangnya 0,1 m, salah satu
ujungnya dipertahankan pada suhu 20 K. Ujung yang lain dihitamkan dan
dibiarkan kena radiasi termal dari suatu benda 300 K, tanpa ada energi yang hilang
atau ditambahkan. Ketika kesetimbangan tercapai, berapa derajakat kelvin-kah
perbedaan suhu antara kedua ujungnya ?
7. Tabung logam silindris yang dihitamkan bagian luarnya, tingginya 0,1 meter
dan diameternya 0,05 meter, berisi helium pada titik didih normalnya 4,2 K ketika
kalor penguapannya 21 KJ/kg. Tabung helium itu dilingkungi oleh dinding yang
suhunya dipertahankan pada suhu nitrogen cair 82 K dan ruang di antaranya
dihampakan. Berapa gram-kah banyaknya helium yang menguap perjam ?
P v b e vRT RT (4.23)
Tentukanlah:
a. Volume titik kritik nya (vc)
b. Suhu titik kritik nya (Tc) ?
c. Tekanan titik kritik nya (Pc) ?
Pcvc
d. nilai :
RTc ?
3
BAB V. GAS IDEAL
Kasus I :
U merupakan fungsi (θ, V), diperoleh :
U U
dU d dV
V V
Jika tidak ada perubahan suhu (dθ = 0) pada pemuaian bebas (dU = 0), berarti
U
0 , atau dengan perkataan lain U tidak bergantung pada V.
V
Kasus II:
U merupakan fungsi (θ, P), diperoleh :
U U
dU d dP
P
P
Jika tidak ada perubahan suhu (dθ = 0) pada pemuaian bebas (dU = 0), berarti
U
0 , atau dengan perkataan lain U tidak bergantung pada P.
P
Jadi, jika tidak ada perubahan suhu ketika terjadi pemuaian bebas, maka U
tidak bergantung pada V dan P, dan U hanya bergantung pada θ.
3
U
Persyaratan bahwa 0 dapat ditulis dengan cara lain, diperoleh :
P
U U P
, karena :
V P V
P nR P
V 2 , (5.3)
V V
U
sehingga hasilnya tidak nol, sedangkan 0 , maka untuk gas ideal
P
U
0 (gas ideal) (5.4)
V
U fungsi saja (gas ideal) (5.5)
Untuk proses kausi statik infinitesimal dari sistem hidrostatik, hukum
pertama termodinamika :
dQ dU PdV
U
CV
V
Dalam kasus khusus untuk gas ideal, U merupakan fungsi dari θ saja,
sehingga turunan parsial terhadap θ sama dengan turunan totalnya. Jadi
dU
CV
d
Diperoleh :
dQ CV d PdV (gas ideal) (5.6)
Berdasarkan : PV nR , untuk proses kuasi statik infinitesimalnya diperoleh :
P dV V dP nR d P dV nR d V dP
Dengan menyulihkan ke dalam persamaan (5.6) diperoleh :
dQ CV d nR d V dP
dQ CV nR d V dP
Dibagi dθ diperoleh :
dQ dP
CV nR V
d d
Pada tekanan tetap (dP = 0) dperoleh :
dQ 0
C nR V
dP V d
nR
C C (gas ideal) (5.7)
P V
Lalu :
dQ CP d V dP (gas ideal) (5.8)
3
5.3. PROSES ADIABATIK KUASI-STATIK
Berdasarkan persamaan (5.5) dan (5.7) tapa
dQ CV d PdV dan dQ CP d V dP
Karena dalam proses adiabatik (dQ = 0), maka
CP d V dP dan
CV d PdV
Kedau persmaan tersebut dibagi diperoleh :
V dP C P dP CP dV dV
P dV CV P CV V V
Lalu diintegasikan :
dP dV
P V
ln P ln V ln tetapan
ln P ln V ln tetapan
ln P ln V K
ln PV K
PV K (gas ideal) (5.9)
3
5.4. METODE RUCHHARDT UNTUK MENGUKUR γ
Metode kerja :
Gas ditempatkan dalam bejana besar bervolume V. Pada bejana itu dipasang tabung
gelas
dengan lubang berpenampang sama berluas A. Ke dalam lubang itu dimasukkan bola
logam bermassa m yang tepat menutup lubang tapi masih dapat bergerak bebas sehingga
berlaku sebagai piston. Karena gas agak tertekan oleh bola baja yang ada di dalam
kedudukan kesetimbangan, tekanan gas sedikit lebih besar daripada tekanan atmosfer Po.
Dengan mengabaikan gesekan, diperoleh :
mgh mg
P oP Ph P ogh P o P o (5.11)
V A
Simpangan positif (y) kecil menyebabkan perubahan volume yang sangat kecil
pula, sehingga:
dV y A (5.12)
Simpangan positif (y) kecil menyebabkan pula penurunan tekanan yang sangat kecil.
Karena gaya resultan (F) yang beraksi pada bola sama dengan A dP, dengan mengabaikan
gesekan diperoleh :
F
dP
(5.13)
A
Perhatian : bila y positif, dP negatif, sehingga F menjadi negatif, jadi F merupakan
gaya pemulih.
Karena bola bergetar cukup cepat, perubahan P dan V berlangsung secara adiabatic.
Karena perubahannya sangat kecil, keadaan yang dilalui gas dapat dianggap mendekati
keadaan setimbang yang menunjukkan proses kuasi statik adiabatik, diperoleh :
PV K
1
Dan P V dV V dP 0 (5.14)
Dengan menyulihkan persamaan (5.12) dan (5.13) ke dalam (5.14) diperoleh :
F
P V 1y A V 0
γ-1
A
Dibagi dengan V diperoleh :
P yA V F FV A P yA
0 A
P A2
lalu : F y (5.15)
V
Persamaan (5.1) merupakan persyaratan untuk gerak selaras sederhana (Hukum
Hooke), maka periode (τ) dirumuskan :
m m 2 m mV
2 2 2 2 2
k F P A P A
y V
4 2 mV
Akhirnya : (5.16)
A2 P 2
3
5.5. Latihan soal :
5.1. Bola baja bermassa 10 gram diletakkan dalam sebuah tabung berpenampang
2
melintang 1 cm . Tabung itu dihubungkan dengan tangki udara bervolume 5
liter, yang tertekanan udaran 76 cm Hg. Berapa detik-kah periode bola bergetar ?
Jawab :
Berdasarkan persamaan (5.16) :
mV 2
10 x5x10
3
2 2 2
P A
2
1,01325x105 x1,4x104
1,18 detik
P K , buktikanlah bahwa :
dP d
. (5.18)
P 1
3
Jawab :
1
Pemuaian adiabatik : P K memiliki diferensial parsial :
1 1
1 1
P d P dP 0
1 1
1 1
P d P dP
1
1
1
d P
1 dP
dP
1
P
P
dP d
, maka
P 1
dP d
terbukti
P 1
5.2. c. Dari (a) dan (b), jika diketahui suatu gas ideal bermassa = 28,96 gram/mol dan
d
γ = 1,4, hitunglah berapa K/km-kah nilai ?
dy
Jawab :
dP mg dP d
Karena : dy dan ,maka
P R P 1
mg d
dy
R 1
d 1 mg 1,4 1 28,96x103 x 10
dy R 1,4 8,314
d 3
9,95 x 10 K / meter
dy
d
9,95 K/
dy
km
3
5.6. PEKERJAAN RUMAH
1. Buktikanlah bahwa kerja yang dilakukan oleh gas ideal yang kapasitas kalornya
tetap selama pemuaian adiabatik kuasi statik dirumuskan :
a. W CV (5.19)
awal akhir
W P V P V
b. (5.20)
1
1
Pakhir Vakhir Pawal
c. W 1 (5.21)
1 P akhir
5. Buktikanlah bahwa :
a. kemuaian volume sesaat dirumuskan :
1
(5.23)
P
b. ketermampatan isotermik dirumuskan :
(5.24)
1
P
3
BAB VI. ENTROPI
Konsep entropi (S) mula-mula diperkenalkan oleh : R.J. Clausius (abad 19).
Entropi suatu sistem merupakan fungsi koordinat termodinamik yang perubahannya sama
dQR
dengan integral antara keadaan awal dan akhir, diintegrasikan sepanjang lintasan dapat
T
balik (reversible) sekehendak yang menghubungkan kedua keadaan
tersebut.
dQR (6.1)
dS
T
R = dapat balik (reversible)
S = entropi
dS = perubahan entropi
dQ = pemindahan kalor
T = suhu
Dalam bentuk integral :
S akhir akhir
dQ
dS
S awal R awal
T
akhir
S dQ
T (6.2)
R awal
dQ
0 (6.3)
R T
6.2. ENTROPI GAS IDEAL
Jika suatu sistem menyerap sejumlah infinitesimal kalor dQR selama proses
dapat balik, perubahan entropi sama dengan persamaan (6.1):
dQR
dS
T
Kasus I :
Tinjaulah bahwa dQR untuk gas ideal, dimana entropi gas ideal sebagai fungsi T dan P
diperoleh :
dQR CP dT V dP
Dengan membaginya dengan T, diperoleh :
d QR
CP dT V
T T T dP
dS CP dT dP (6.4)
T nR P
3
Perubahan entropi gas ΔS antara keadaan awal dan akhir dengan pengintegrasian persamaan
T2 P
S CP dT dP
(6.4) diperoleh :
T1
T nR P
1P
S CP ln T ln T 1 nR ln P2 ln P 1
2
dT PS
S CP nR ln 0
T
Untuk CP tetap,
S CP ln T nR ln PS (6.5)
0
Kasus II :
Tinjaulah bahwa dQR untuk gas ideal, dimana entropi gas ideal sebagai fungsi T dan V
diperoleh :
dQR CV dT P dV
Dengan membaginya dengan T, diperoleh :
d QR
CV dT P
T T T dV
dS CV dT dV (6.6)
T nR V
Perubahan entropi gas ΔS antara keadaan awal dan akhir dengan pengintegrasian persamaan
(7.6) diperoleh :
dT V S
S CV nR ln
T
Untuk CV tetap, 0
S CV ln T nR ln V S (6.7)
0
6.3. DIAGRAM TS
dQR
Dalam persamaan : dS , jika dalam proses adiabatik dapat balik berarti dQR
T
= 0, maka dS = 0 dan S adalah tetapan. Disebut proses isentropik (isotropik).
Jika dua keadaan setimbang berdekatan infinitesimalnya :
dQ dS
dQ T dS T
dT dT
Pada isokhorik (dV = 0)
dQ dS
C T
(6.8)
dT V V dT V
3
Pada isobarik (dP = 0)
dQ dS
C T
(6.9)
dT P P dT P
Jika dilakukan variasi suhu CV diketahui, perubahan entropi selama proses isokhorik
(isovolumik) berlangsung dapat dihitung dari persamaan :
dT
Sakhir Sawal CV ,
T
dalam proses isobarik :
dT
Sakhir S awal CP
T
Persamaan tersebut memberikan cara umum untuk menghitung perubahan entropi,
tetapi bukan cara untuk menghitung entropi mutlak suatu sistem dalam keadaan tertentu.
Jika sekumpulan tabel diperlukan untuk mendapatkan perbedaan entropi dan bukan entropi
mutlak, prosedurnya dapat dipermudah dengan memilih keadaan baku sekehendak dan
menghitung perubahan entropi sistem dari keadaan baku ke keadaaan lainnya.
o
Dalam kasus air, keadaan bakunya dipilih air jenuh pada 0,01 C dan tekanan uapnya 611
Pa,
maka entropinya dihitung terhadap keadaan acuan
ini.
4
T (Suhu)
isentropik isentalpik
isokhorik
isobarik
isotermik
S (entropi)
Gambar 6.1. Kurva yang menggambarkan proses dapat balik sistem hidrostatik
pada diagram TS
4
6.5. Perubahan entropi semesta (total) dalam proses tidak dapat balik
(irreversible)
Jika sistem mengalami proses tidak dapat dlik (irreversible) antara keadaan setimbang
awal dan keadaan setimbang akhir, perubahan entropi sistem dirumuskan :
akhir
dQ
S sistem S akhir S awal
T (6.14)
R awal
Tabel 6.1 Perubahan entropi semesta tidak dapat balik akibat proses alamiah
4
b. Unjuk kerja mesin refreigerator (c)
Q1 Q1 T1
c (6.16)
W Q2 Q1 T2 T1
W = kerja yang dilakukan mesin
Q1 = kalor yang diserap mesin pada suhu
rendah T1
Q2 = kalor yang terbentuk dalam mesin
pada suhu tinggi T2
T1 = suhu rendah mesin
T2 = suhu tinggi mesin
Ringkasan :
1. dS semesta 0 perubahan entropi dapat balik
2. dSsemesta 0 perubahan entropi tidak dapat balik
3. Pergantian fase yang terkenal yakni :
- peleburan
- penguapan
- penyubliman
4. Pergantian fase yang “relatif kurang terkenal namun sekarang sedang berkembang ”
yakni :
- perubahan bentuk kristal
5. Pada pergantian fase di atas diperoleh :
- suhu dan tekanannya selalu tetap
- entropi dan volumenya berubah
6. Pergantian fase terjadi dalam proses dapat balik, kalor (l) (biasa dikenal sebagai kalor
laten) yang dipindahkan per molnya dirumuskan :
Sakhir Sawal sakhir sawal
l T T (6.17)
m
Jadi keberadaan kalor laten mengandung arti fisis bahwa terdapat perubahan entropi.
T (Suhu)
uap
padat cair
Q (kalor)
4
6.7. LATIHAN SOAL
1. Dalam proses pergantian fase air menjadi uap air pada tekanan 1 atmosfir dan suhu
6 -1 -1 -1
373 K, kalor laten l23 = 2,26 x 10 J kg . Berapa J kg K -kah perubahan
entropi spesifik (s) nya ?
Jawab :
Berdasarkan persamaan (6.17) :
l T sakhir sawal , maka
6
s 3 s2 l23 2,26 x10
6060 J kg 1 K 1
T 373
2. Jika diketahui kapasitas panas pada tekanan tetap air dalam selang suhu T1 = 273 K
3 -1 -
sampai T2 = 373 K (CP dianggap tetap) sebesar 4,18 x 10 J kg K
1 -1 -1
. Berapa J kg K -kah perubahan entropi spesifik (s) nya ?
Jawab :
Pada proses tekanan tetap dalam tabel 6.1, pindah panas (Q) yang terjadi sebesar CP
dT, maka :
T
2 T
2
dTdQ T2
4,18x10
3
ln
373
s2 s1 P CP CP ln
T
T T1
T T1 273
1
s 2 s1 P
1310 J kg1 K1
-1
3. Berapa J K kah perubahan entropi dalam sistem yang mengalami proses :
o
a. 10 gram es pada suhu 0 C dan tekanan 1 atm yang melebur pada suhu dan
5 -1 -1
tekanan tetap ? (Diketahui : kalor laten lebur = 3,34 x 10 J kg K )
o
b. 1 kg air pada suhu 100 C dan tekanan 1 atm yang menguap pada suhu dan
6 -1 -1
tekanan tetap? (Diketahui : kalor laten uap = 2,26 x 10 J kg K )
Jawab :
a. Berdasarkan persamaan (6.17) :
S akhir S awal
l T , maka
m
mL 0,01x3,34 x10 5
S 2 S 1 21
T 273
S2 S1 12,23 J kg 1
4
4.
P (tekanan)
274,85 C
P2 1370,85 C
b c
a d
P1 548,85 C
0,85 C
V1 V2 V (volume)
Gambar 6.2. Diagram P-V untuk sistem sederhana dapat balik dalam daur a-b-c-d-a.
-1
Perhatikanlah gambar 6.2. Diketahui CV pada suhu bebas = 8 J K dan CP pada suhu bebas =
-1
10 J K . Tentukanlah :
a. Berapakah nilai tetapan laplace (
b. berapa joule-kah pindah panas dQ pada setiap daurnya ?
c. berdasarkan hukum termodinamika I, berapa joule-kah jumlah pindah panas (W)
dalam keseluruhan daur ?
d. Jika V1 = 9 liter dan V2 = 20 liter, berapa Pa-kah perbedaan tekanannya (P2 – P1) ?
-1
dQ
e. berapa J K -kah perubahan entropi pada setiap daurnya ?
T
f. berdasarkan hukum termodinamika II, buktikanlah bahwa jumlah perubahan entropi
dQ
dapat balik dalam keseluruhan daur dirumuskan : 0?
T
Jawab :
a.
CP 10
, maka 1,25
CV 8
Tb
4
Tc
dQbc CP dT C P Tc Tb 10 x 1370,85 274,85
Tb
dQbc 10960 J
Td
dQc d CV dT C V Tc Td Tc 8 x 548,85 1370,85
dQab 6576 J
Ta
dSbc 11 J K
1
Td
dT T 548,85 273
C ln d 8 ln
cd
V V
Tc
T T
c 1370,85 273
dSbc 5,54 J 1
K
Ta
dT Ta 0,85 273
dSd a CP CP ln 10 ln
TT Td 548,85 273
d
dSd a J K
11
1
4
f. berdasarkan hukum termodinamika II,
dQ dS 5,54 11 5,54 11
abcda
T
dQ 0 terbukti
T
o
5. Sebuah resistor 25 dialiri arus listrik A pada suhu tetap 27 C selama 1 detik. a.
-1
Berapa J K perubahan entropi pada resistor?
-1
b. Berapa J K perubahan entropi semesta?
Jika arus yang sama dipertahankan dalam resistor yang sama, tetapi
resistor sekarang disekat secara termal (adiabatik), dengan suhu awal
o
=27 C, massa resistor = 10 gram, cP = 0,84 kJ/(kg K), hitunglah :
-1
c. Berapa J K perubahan entropi pada resistor?
-1
d. Berapa J K perubahan entropi semesta?
Jawab :
dQ
a. Sresistor , karena energi listrik resistor 0 J, maka
T
dQ 0
S resistor S 0 J kg
1
T 300 resistor
dQ i Rt2 10 x25x1
2
b. S semesta S resistor S lingkungan 0
T T 300
S semesta 8,33 J K 1
c. Karena disekat secara adiabatik berarti dalam resistor terjadi kenaikan suhu,
mencari suhu akhir menggunakan azas black :
dQlistrik mxCP T i 2 Rt mC (Takhir Tawal )
P
2
10 x225x1
Takhir i Rt Tawal 300 598 K
mCP 0,01x840
Takhir 598
Sresistor mCP ln 0,01x840x ln
Tawal 300
Sresistor 5,8 J K 1
4
6.
T (K)
500
b c
a d
200
S1=R/4 S2=3R/4 S
Gambar 6.3. Diagram T-S untuk sistem sederhana dapat balik dalam daur a-b-c-d-a.
Perhatikanlah gambar 6.3. Dalam daur gambar 6.3 dapat berlaku pada mesin Carnot
maupun refrigerator. Tentukanlah :
a. berapa-kah (dalam satuan R) pindah panas dQ yang dilakukan pada setiap
daurnya ?
b. berdasarkan hukum termodinamika I, berapa-kah (dalam satuan R) jumlah
pindah panas (W) dalam keseluruhan daur ?
c. berapa %-kah efisiensi mesin Carnotnya ?
d. berapa %-kah unjuk kerja refrigeratornya ?
Jawab :
dQab Ta dS 0 (karena daur isotropik)
dQab 0 J
dQbc R3 R
Tb dS Tb xS c Sa 500x 250R daur isotermik
4 4
dQbc 250R J
dQc d Tc dS 0 (karena daur isotropik)
dQab 0 J
4
dQd a Td dS T xS R 3R
S 200x 100R (daur isotermik )
4 4
dQd a 100R J
c 67 %
4
6.8. PEKERJAAN RUMAH
o
1. Sebuah resistor 10 dialiri arus listrik A pada suhu tetap 27 C selama 1 detik. a.
-1
Berapa J K perubahan entropi pada resistor?
-1
b. Berapa J K perubahan entropi semesta?
Jika arus yang sama dipertahankan dalam resistor yang sama, tetapi
resistor sekarang disekat secara termal (adiabatik), dengan suhu awal
o
=27 C, massa resistor = 5 gram, cP = 0,84 kJ/(kg K), hitunglah :
-1
c. Berapa J K perubahan entropi pada resistor?
-1
d. Berapa J K perubahan entropi semesta?
S V dP S P
3. Menurut hukum Debye, kapasitas kalor molar pada colume tetap (cV) dari
intan berubah terhadap suhu menurut persamaan :
4 3
4 T
c 3R (7.18)
5V
Berapa perubahan entropi (dalam satuan R) dari intan bermassa 1,2 gram,
jika dipanaskan pada volume tetap dari 10 sampai 350 K? Diketahui massa atom
karbon =
12 dan = 2230 K.
4. Satu kg air diberikan kalor dapat balik dari koil listrik dengan suhu awal
o
20 C
o
menjadi 80 C. Diketahui kalor jenis air (cair) =4180 J/kg, tentukanlah :
a. berapa J/K – kah perubahan entropi sistem?
b. berapa J/K – kah perubahan entropi lingkungan?
o o
5. Massa air 10 kg pada suhu 20 C dicampur dengan 2 kg es pada suhu – 5 C
pada tekanan 1 atm sehingga dicapai suhu setimbang. Jika diketahui cP (air) =
5
4180 J/(kg K), cP (es) = 2090 J/(kg K), kalor lebur es = 3,34x10 J/kg, tentukanlah :
a. berapa derajat kelvin-kah suhu setimbang?
b. berapa J/K-kah perubahan entropi sistem ?
o o
6. Sepuluh gram air pada suhu 20 C dikonversikan menjadi es pada suhu – 10 C
pada tekanan atmosfir sama. Jika diketahui :
5
cP (air) = 4180 J/(kg K), cP (es) = 2090 J/(kg K), kalor lebur es = 3,34x10
J/kg, tentukanlah berapa J/K-kah perubahan entropi sistem ?
5
BAB VII. ENTALPI DAN ZAT MURNI
7.1. Entalpi (H)
Entalpi (H) dirumuskan :
H U PV (7.1)
Tinjaulah perubahan entalpi () yang terjadi jika sistem mengalami proses infinitesimal
dari keadaan setimbang awal ke keadaan setimbang akhir, diperoleh :
dH dU PdV VdP (7.2)
Dalam bab sebelumnya diketahui ; dQ = dU + P dV, maka
dH dQ VdP (7.3)
Dengan membagi kedua ruas persamaan dengan dT, diperoleh
:
dH dQ dP
V
dT dT dT
Pada tekanan tetap, diperoleh :
H Q
T P CP
TP
Seperti dalam konsep entropi, bahwa perubahan entalpi selama proses isobarik sama dengan
kalor yang dipindahkan, yang dinamakan kalor laten (l), yang diukur ketika terjadi
perubahan fase pada tekanan tetap, maka :
H akhir H awal Q CP dT
(7.5)
Dalam zat murni yang mengalami proses dapat balik infinitesimal, dapat dirumuskan :
dH TdS VdP (7.6)
maka diperoleh :
H
T dan (7.7)
S P
H
V (7.8)
P S
Hubungan yang ditunjukkan dalam persamaan (7.7) dan (7.8) memberi petunjuk bahwa sifat
zat murni dapat ditampilkan secara menguntungkan pada diagram yang menggambarkan H
sebagai fungsi dari S dan P.
5
Tabel 7.1 Perbandingan antara U dan H
Energi dalam (U) Entalpi
Pada (H)
Pada
umumnya umumnya
dU = dQ – dH = dQ + V
V
PdV dP
U H
Proses Proses
isokhorik isobarik
Uf - Ui = Hf - Hi = Q
Q H f H i CP dT
Proses Proses
adiabtik adiabtik
U f U i P dV H f H i V dP
Pemuaian Proses
bebas sernak
U i=U
Untuk gas
f H
Untuki=Hgas
f
ideal ideal
U CV dT tetapan H C dT tetapan
Keadaan setimbang yang KeadaanP setimbang yang
berdekatan berdekatan
U H
T T
SV SP
U H
P V
VS PS
7.2. Fungsi Helmholtz
Fungsi Helmholtz ( sering disebut energi bebas Helmholtz) dirumuskan ;
F U TS (7.9)
Untuk proses dapat balik infinitesimal diperoleh :
dF dU TdS SdT
Karena TdS dU PdV , maka :
dF PdV SdT (7.10)
Kasus I:
Untuk proses isotermik dapat balik, diperoleh :
dF PdV (7.11)
f
Ff Fi PdV (7.12)
i
Jadi perubahan fungsi Helmholtz selama proses isotermik dapat balik sama dengan
kerja yang dilakukan pada sistem.
5
Kasus II :
Untuk proses isokhorik dan isotermik dapat balik, diperoleh
:
(7.13)
dF 0
(7.14)
F tetap
Sifat ini sangat banyak digunakan dalam ilmu kimia dan berguna untuk meninjau
reaksi kimia yang berlangsung isotermik dan isokhorik.
Peran utama dari fungsi Helmholtz adalah dalam mekanika statistik yang berkaitan erat
dengan fungsi partisi Z (tunggu tanggal mainnya).
F
P (7.16)
VT
Hasil ini penting, khususnya dalam kaitannya dengan proses yang melibatkan perubahan
fase. Sublimasi, peleburan, penguapan berlangsung secara isotermik dan isobarik serta dapat
dipandang sebagai proses dapat balik.
Jadi ketika proses ini berlangsung, fungsi Gibbs dari sistem
tetap.
Jika digunakan lambang g’, g’’, g’’’ berturut-turut untuk fungsi Gibbs molar dari zat
padat
jenuh, zat cair jenuh, uang jenuh, maka persamaan kurva peleburan dirumuskan
:
g' g''
sedangkan persamaan kurva penguapan dirumuskan :
g'' g' ''
dan persamaan kurva sublimasih/penghabluran dirumuskan
:
5
g' g''' (7.21)
Pada titik tripel kdua persamaan itu berlaku serentak, yaitu
: (7.22)
g' g'' g'''
(7.23)
(7.24)
5
Semua g dapat dipandang sebagai fungsi dati T dan P saja, sehingga kedua persamaan itu
dapat diapaki untuk menentukan T dan P pada titik tripel secara unik. Fungsi Gibbs sangat
penting dalam ilmu fisika-kimia dan ilmu teknik, karena reaksi kimia dapat dipandang
berlangsung pada T dan P tetap.
Teorema pertama,
Jika terdapat suatu hubungan x, y, z, maka dapat membayangkan z dinyatakan sebagai
fungsi dari x dan y, sehingga :
z z
dz dx dy .
x y
y x
Anggaplah :
z z
M dan N
xy yx
Maka : dz M dx N dy ,
dengan z, M, N, semuanya fungsi dari x dan y.
Dengan melakukan diferensial parsial M terhadap y dan N terhadap x, diperoleh :
2 2
M z N z
dan
y x xy xy yx
Karena ruas kanan bernilai sama bersar, maka
M N
(7.25)
y x xy
Persamaan ini dikenal sebagai persyaratan untuk diferensial seksama.
Teorema kedua,
Jika suatu kuantitas f merupakan fungsi dari x, y, z dan terdapat suatu hubungan antara x, y,
z,
maka f dapat dipandang sebagai fungsi dari setiap pasangan x, y, z.
Demikian juga salah satu dari x, y, z dapat dipandang sebagai fungsi dari f dan salah satu dari
x, y, z.
Jadi dengan memandang x sebagai fungsi dari f dan y, maka :
x x
dx df dy .
fy y f
Dengan menganggap y sebagai fungsi dari f dan z, maka :
y y
dy df dz .
f z z f
5
Dengan menyulihkan persamaan dy ke dalam persamaan dx, diperoleh :
x x y y
dx df df dz
f y f zf
y f z
x x y x y
dx df dz
f y
y f
f z
y f
z f
x y z
1 (7.27)
y f z f x f
Dengan menggunakan dua buah teorema matematis dalam sub bab sebelumnya
dapat dinyatakan bahwa salah satu dari delapan kuantitas (koordinat termodinamik)
P, V, T, U, S, H, F, G dapat diungkapkan sebagai fungsi dari pasangan lainnya.
Sekarang diasumsikan sistem hidrostatik yang mengalami proses dapat balik
infinitesimal dari suatu keadaan setimbng ke keadaan lainnya, diperoleh :
1. Energi dalamnya berubah sebesar :
dU =dQ – P dV
dU = T dS – P dV,
dengan U, T, P dipandang sebagai fungsi dari S dan V.
2. Entalpinya berubah sebesar :
dH =dU + P dV + V dP,
dH = T dS + V dP,
dengan H, T, V dipandang sebagai fungsi dari S dan P.
5
3. Fungsi Helmholtznya berubah sebesar :
dF =dU – T dS – S dT
dF = – S dT – P dV,
dengan F, S, P dipandang sebagai fungsi dari T dan V.
4. Fungsi Gibbsnya berubah sebesar :
dG =dH – T dS – S dT
dG = – S dT + V dP,
dengan G, S, V dipandang sebagai fungsi dari T dan P.
1. dU T dS P dV T P
(7.28)
VS SV
2. dH T dS V dP T V
(7.29)
PS SP
S P
3. dF S dT P dV (7.30)
VT TV
S V
4. dG S dT V dP (7.31)
PT TP
Keempat persamaan di sebelah kanan dikenal sebagai hubungan Maxwell.
Hubungan Maxwell sangat berguna karena menyajikan hubungan antara kuantitas yang
dapat diukur dan kuantitas yang tidak dapat diukur atau yang sukar diukur.
7.6. Persamaan T dS
Jika Entropi zat murni dapat dipandang sebagai fungsi dari suhu dan tekanan, maka :
S S
dS dT dP ,
TP PT
S S
dan TdS T dT dP
TP PT
karena T dS = dQ untuk proses dapat balik, maka :
S
T CP
T P
S V
Dari hubungan Maxwell keempat, , maka
PT TP
V
TdS CP dT T dP (7.33)
TP
Dalam termodinamika dikenal pula persamaan ketiga T dS. Dalam rangka penguasaan
mahasiswa/i terhadap konsep termodinamika buktikan persamaan ketiga T dS yang tertera
dalam sub bab pekerjaan rumah no. Soal 2 dan 3.
Kasus I :
Perubahan tekanan secara isotermik dapat balik. Jika T tetap, maka persamaan
(7.33)
menjadi:
V V
TdS T dP dan Q T dP ,
TP TP
1 V
karena :koefisien muai volume : , maka Q T V dP
V TP
hal ini dapat diintergrasikan jika kebergantungan V dan pada tekanan diketahui. Jika V dan
tidak peka terhadap perubahan tekanan, maka berlaku V rata-rata dan rata-rata
V dan .
5
5
Diperoleh :
Pf
Q TV dP T V P P
f i
(8.34)
Pi
Untuk kalor yang dibebaskan selama pemampatan diperoleh :
W P dV
Karena V merupakan fungsi T dan P, maka
V V
dV dT dP
TP PT
V 1 V
Pada suhu tetap berlaku : dV dP dan karena
PT V P T
Maka kerja diperoleh :
W P V dP
Karena ketermampatan isotermik tidak peka terhadap perubahan tekanan maka
digunakan nilai ketermampatan rata-rata, diperoleh :
Pf
W V P dP
Pi
1 2
W VP Pi 2
(7.35)
2 f
Kasus II :
Perubahan tekanan secara adiabatik dapat balik. Jika S tetap, maka persamaan (8.33) menjadi:
V
0 CP dT T dP maka dT dP ,
TP CP T P
TV
dT dP (7.36)
CP
Dalam zat padat atau cair, pertambahan tekakan sebesar 1000 atm hanya
menimbulkan perubahan suhu yang kecil. Juga percobaan menunjukkan bahwa CP hampir
tidah berubah walau pertambahan tekanannya mencapai 10.000 atm. Persamaan (7.36)
jika diterapkan untuk zat padat atau cair, dapat dirumuskan :
TVκ P
T P (7.36)
f i
CP
6
7.7. Persamaan Energi
6
7.8. Persamaan kapasitas kalor
Kasus I :
Berdasarkan persamaan pertama dan kedua T dS persamaan (7.32) dan (7.33)
P V
TdS CV dT T dV dan TdS CP dT T dP ,
TV TP
P V
maka CV dT T dV CP dT T dP
TV TP
Dengan mencari nilai dT, diperoleh
:
CP C dT T P dV T
V
dP
V
TV TP
P V
T T
TV TP
dT dV dP
CP CV C P CV
Karena T merupakan fungsi V dan P, maka infinitesimalnya :
T T
dT dV dP
VP PV
6
Persamaan (7.39) merupakan salah satu yang terpenting dalam termodinamika
dan menunjukkan bahwa :
P
1. karena VT selalu negatif untuk semua zat
2
V
dan selalu positif, maka CP- CV selalu positif atau CP tidak pernah lebih kecil
TP
daripada CV ,
2. Ketika T 0, CP CV atau pada suhu nol
mutlak, kedua kapasitas kalor bernilai
sama.
V
3. CP = CV, jika 0.
TP
o
Ini terjadi pada suhu 4 C (anomali air), ketika kerapatan air maksimum. Pengukuran
kapasitas kalor zat padat dan cair di laboratorium biasanya berlangsung pada tekanan tetap,
sehingga menghasilkan CP. Sukar sekali untuk mengukur CV secara cermat baik untuk zat
padat maupun cair. Namun harga CV perlu diketahui untuk perbandingan dengan
teori. Persamaan yang menunjukkan perbedaan kapasitas kalor (CP - CV) ini sangat berguna
untuk menghitung CV yang dinyatakan dalam CP serta kuantitas lainnya.
Kasus II
Berdasarkan persamaan pertama dan kedua T dS persamaan (8.32) dan (8.33)
P
TdS CV dT T dV dan TdS CP dT T V dP ,
TV T P
Pada S tetap (isotropik) diperoleh :
V
CP dTS T dPS
TP
P
CV dTS T dVS
TV
Dengan membaginya, diperoleh
V
CP T P P
C P
V
T
V
CP V T P
CV TP PV VS
6
Berdasarkan teorema matematis
CP V P
CV P T
VS
P
CP VS
CV P (7.40)
VT
Ketermampatan adiabatik didefinisikan
:
1 V
S (7.41)
V PS
dan ketermampatan isotermik didefinisikan :
1 V
V PT
Akhirnya :
CP
(7.42)
CV S
Jawab :
Dari persamaan van der waals diperoleh :
RT a κP R
P 2 maka
v b v TV v b
Persamaan pertama T dS menjadi :
dv
TdS cV dT RT
v b
6
dv
Karena T tetap, maka TdS RT dan prosesnya dapat balik, maka
v b
vf
q T dS RT dv
vi b
v
Akhirnya diperoleh :
vf b
q RT ln terbukti
vi b
3 o
2. Jika tekanan pada 15 cm air raksa pada 0 C ditambah secara dapat balik
-
dan isotermik dari 0 hingga 1000 atm, koefisien muai volume rata-rata ()= 178 x 10
6 -
K
1 -6 -1
, ketermampatan rata-rata () = 3,38 x 10 atm , tentukanlah :
a. berapa joule-kah perpindahan kalor yang terjadi?
b. berapa joule-kah kerja yang selama pemampatan ?
c. berapa joule-kah energi dalam yang tersimpan ?
Jawab :
a. Berdasarkan persamaan (7.34), diperoleh :
1 5 11 82 2
W x1,5x10 x3,83x10 x1,013x10 0
2
W 2,95 J
c. U QW 73,8 2,95 ,
U 70,8 J
3 o
3. Jika tekanan pada 15 cm air raksa pada 0 C ditambah secara isoentropik dari
nol mejadi 1000 atm, dan kapasitas kalor rata-ratanya = 28,6 J/K, koefisien muai
-6 -1 -6 -1
volume rata-rata ()= 178 x 10 K , ketermampatan rata-rata () = 3,38 x 10 atm ,
berapa K-kah perubahan suhunya ?
6
Jawab :
Berdasarkan persamaan (7.36), diperoleh :
TVκ
T P P
f i
CP
5 6 8
273x1,5 x10 x178x10 x1,013x10 0
T
28,6
T 2,58 K
4. Berdasarkan konsep persamaan pertama energi
U P
T P (7.37)
VT TT
Untuk gas van der Waals (1 mol):
a
P 2 v b RT
v
Buktikanlah bahwa energi dalam gas van der Waals bertambah ketika
volumenya bertambah pada suhu tetap yang dirumuskan :
U a , dan
VT 2
v
u a
cV dT tetapan
v
Jawab :
Berdasarkan konsep persamaan pertama energi
U P
T P (7.37)
V T TT
6
a
Karena du cV dT dv
v 2 , diintegrasikan
du cV dT a
2 dv
v
u a
Akhirnya cV dT tetapan terbukti
v
1 V 1 V
dan maka persamaan (7.39) dapat ditulis :
V TP V P T
2
V P
C P CV T
TP VT
2
V
TV
VTP
C P CV
1 V
V P T
2
TV
CP CV terbukti
6
7.10. Pekerjaan rumah
1. Berdasarkan konsep persamaan pertama energi
U P
T P (7.37)
VT TT
Buktikanlah untuk gas ideal bahwa energi dalam gas ideal tidak bergantung volume
U
yang dirumuskan : 0
VT
b. TdS CP dT VT dP (7.46)
C C
c. TdS V dP P dV (7.47)
V
c. dF PV S dT PV dP (7.50)
-5 3
5. Dari percobaan terhadap volume air raksa sebanyak 1,47 x 10 m /mol
diperoleh bahwa kapasitas kalor molar air raksa pada tekanan tetap 1 atm dan suhu
o -6 -1 -11 -1
0 C (cP) sebesar 28 J/(mol K). Jika diketahui x 10 K dan 3,89 x 10 Pa .
Tentukanlah :
a. berapa J/(mol K)-kah kapasitas kalor molar air raksa pada volume tetap ?
b. berapa-kah tetapan Laplace nya?
6
BAB VIII. PERUBAHAN FASE
Telah kita pelajari dalam bab 7 mengenai entropi bahwa :
1. Pergantian fase yang terkenal yakni :
- peleburan
- penguapan
- penyubliman
2. Pergantian fase yang “relatif kurang terkenal
namun sekarang sedang berkembang ” yakni
:
- perubahan bentuk kristal
3. Pada pergantian fase di atas diperoleh :
- suhu dan tekanannya selalu tetap
- entropi dan volumenya berubah
4. Pergantian fase terjadi dalam proses dapat
balik, kalor (l) (biasa dikenal sebagai kalor
laten) yang
dipindahkan per molnya dirumuskan :
Sakhir Sawal sakhir sawal
l T T
m
Jadi keberadaan kalor laten mengandung arti fisis bahwa terdapat perubahan entropi.
Kita dapat mencirikan dalam perubahan fase yang terkenal dengan salah satu
pernyataan yakni :
1. terdapat perubahan entropi dan
volume;
2. turunan pertama fungsi Gibbs berubah
secara takmalar (diskrit)
3. setiap perubahan fase yang
memenuhi
persyaratan tersebut dikenal sebagai perubahan fase orde pertama
Untuk perubahan fase seperti ini, variasi suhu dari G, S, V dan CP dapat diperllihatkan
sesuai gambar 8.1.
Perubahan fase dapat dianggap terjadi secara dapat balik dalam dua arah. Gambar
keempat
yang memperlihatkan kelakuan CP sangatlah penting karena CP dari campuran dua
fase selama terjadi perubahan fase menjadi tak berhingga. Hal ini berlaku karena
perubahan terjadi pada T dan P yang tetap. Bila P tetap, dT = 0; atau Bila T tetap, dP = 0.
7
Jadi,
S
CP T (8.2)
TP
1 V
(8.3)
V TP
1 V
(8.4)
V PT
G S
Fungsi Gibbs entropi
a b
V CP Menuju ~
7
Persamaan T dS kedua memberikan hasil yang tak tertentu bla diterapkan pada
perubahan fase orde pertama. Karena :
TdS CP dT TV dP
Dimana CP dT 0 dP 0
Namun untuk persamaan T dS pertama bisa diintegraskan melalui perubahan fase. Bila 1
mol zat diubah secara dapat balik, isotermik dan isobarik dari fase awal (f (i)) ke fase akhir
(f (f)), persamaan T dS nya adalah :
P
Tds cV dT T dv
TV
dapat diintegrasikan dengan pengertian bahwa berbagai T dan P ketika terjadi perubahan
fase memenuhi hubungan yang menyatakan bahwa P merupakan fungsi dari T
saja, tak
P dP
bergantung pada V, sehingga .
TV dT
(f) (i)
Jadi Tds T s s l T dP ( f ) (i)
v v
maka diperoleh : dT
dP l
(f) (i) (8.5)
dT T (v v )
Persamaan 8.5 dikenal dengan persamaan Clapeyron yang berlaku untuk setiap
perubahan fase orde pertama dan berlangsung pada T dan P tetap.
Dengan langkah lain, dalam bab 7 bahwa fungsi Gibbs tetap selama suatu proses dapat
balik berlangsung pada T dan P tetap. Jadi suatu perubahan fase pada T dan P,
(i) (f) (8.6)
g g
Dan untuk perubahan fase pada T + dT dan P + dP
(i) (i) (f) (f) (8.7)
g dg g dg
Dengan mensulihkan persamaan 14.6, maka :
(i) (f) (8.8)
dg dg
(i ) (i ) (f) (f)
s dT v dP s dT v dP
dP ( f ) (i)
s s
dT (f) (i)
v v
Dengan mengalikan T, diperoleh :
(f) (i )
dP Ts s
(f) (i)
dT Tv v
Akhirnya diperoleh :
dP l
terbukti
dT T v( f ) v (i)
Dalam pembahasan selanjutnya diberikan perjanjian untuk fase padat, cair, uap
masing- masing diberi tanda aksen (’), dwi aksen (’’), tri aksen (’’’).
7
8.1. Peleburan
Metode paling sederhana untuk mengukur kalor lebur zat padat adalah dengan mengirimkan
energi listrik dengan laju tetap dan mengukur suhunya pada selang waktu tertentu yang
dirumuskan dengan persamaan :
I
F l (8.9)
n
Dalam tahun 1929 Prof. F.E. Simon dan Prof. G. Glatzel emngusulkan suatu persamaan
yang cukup berhasil untuk meyatakan data pada kurva peleburan, yakni :
c
T
P PTP a 1 (8.10)
TP
Dengan TTP dan PTP menyatakan koordinat titik tripel dan a dan serta c merupkakan
tetapan yang bergantung pada zatnya. Pada suhu tinggi PTP dapat diabaikan, maka diperoleh :
c
P T
1 (8.11)
a TTP
Teori mengenai proses yang sebenarnya terjadi bila suatu zat padat melebur telah menarik
perhatian fisikawan/wati selama bertahun-tahun. Teori yang mua-mula diusulkan oleh Prof.
Lindemann menyatakan bahwa zat padat melebur bila amplitudo getaran kisi menjadi cukup
besar untuk mematahkan gaya tarik yang memegang kisi itu; dalam kalimat yang
sederhana
”Dalam peleburan, zat padat mengguncangkan dirinya sehingga pecah”. Dengan pandangan
ini, Prof. Lindemann menurunkan rumus :
2
2
mv 3
(8.12)
TM
Dimana : m dan v merupakan massa molekul dan volume molar, suhu karakteristik Debye
dan TM suhu lebur.
7
8.2. Penguapan; persamaan Trouton
Kalor penguapan cairan titik didih normal dari 250 K sampai sekitar 550 K pada
umumnya diukur langsung dengan kalorimeter.
Sama dengan peleburan, metode paling sederhana untuk mengukur kalor uap zat cair adalah
dengan mengirimkan energi listrik dengan laju tetap dan mengukur suhunya pada
selang waktu tertentu yang dirumuskan dengan persamaan :
I
F l (8.13)
n
Hal yang lebih menarik adalah cairan kriogenik dengan titik didih normal di sekitar 100
K
atau kurang. Untuk cairan ini (Nitrogen cair dan argon cair), orang harus memilih informasi
yang terdapat dalam pegangan keteknikan yaitu tekakan, entropi, entalpi dan volume dari
cairan jenuh pada suhu titik tripel hingga titik kritis.
T P P
dP P
d ln
lV P d ln P PC
R dT (8.14)
1 1
d d
T 2
T T
Di mana PC = tekanan titik kritis.
Jika persamaan 8.14 kita integrasi melalui selang suhu kecil sekitar TB dengan lV
memiliki harga tetap lVB, diperoleh rumus empiris :
P lVB
lnP tetapan (8.15)
C RT
l VB
5,4 TC (8.16)
R
Berdasarkan kaidah Prof Trouton, kenaikan suhu cukup kecil sehingga hampiran
kasar didapatkan dengan mengambil
lVB
9
RTB
7
Kaidah Trouton ini sangat penting bila TC belum
diketahui. (8.17)
7
8.3. Sublimasi; persamaan Kirchhoff
Persamaan Clapeyron untuk sublimasi :
dP lS
''' ' (8.18)
dT Tv v
Sublimasi biasanya terjadi pada tekanan rendah, uapnya bisa dipandang sebagai gas
ideal, maka :
RT
v' ''
P (8.19)
Karena P kecil, v’’’ menjadi besar, benar-benar jauh leih besar dari pada volume
molar padatan (v’), sehingga v’ bisa diabaikan, maka :
v'''v' v (8.20)
Persamaan Clapeyron (8.18) menjadi
: dP
dP lS P lS
dT R
dT
T R 2
T T
P
dP
S
l R P R d ln P 2,30R d log P
dT 1 1 (8.21)
d d
T 2
T T
Sehingga dapat dilihat bahwa lS sama dengan – 2,30R kali kemiringan kurva yang
diperoleh bila log P dirajah terhadap 1/T.
Tekanan uap padatan biasanya diukur untuk selang suhu kecil. Dalam selang ini grafik log P
terhadap 1/T praktis merupakan gars lurus, diperoleh :
tetapan
log P tetapan (8.22)
T
Misalnya, dalam selang suhu dari 700 K hingga 739 K, tekanan uap magnesium (Mg)
memenuhi persamaan :
7527
log P 8,589 (8.23)
T
Sedangkan dalam selang suhu dari 575 K hingga 630 K, tekanan uap seng (Zn)
memenuhi persamaan :
6787
log P 8,972 (8.24)
T
Jadi dari suhu dari 700 K hingga 739 K, kalor sublimasi (lS) Mg sebesar 2,30 R x 7527 =
144 kJ/mol, sedangkan dari suhu dari 575 K hingga 630 K, kalor sublimasi (lS) Zn sebesar
2,30 R x 76787 =130 kJ/mol.
7
Selanjutnya kita menurunkan persamaan Kirchhoff untuk kalor sublimasi (lS) pada
suhu sekehendak kita.
Dari bab 7, suatu perubahan infinitesimal eltalpi molar anatara dua keadaan
kesetimbangan suatu sistem kimia diberikan :
dh Tds vdP (8.25)
Masukkan persamaan T ds kedua, diperoleh :
v
dh cP dT v T dP
TP
dh cP dT v1 T dP
Perubahan entalpi yang berhingga antara dua keadaan PiTi dan PfTf, diperoleh :
f f
h f hi cP dT v1 T dP (8.26)
i i
Karena
lS h' ''h' (8.27)
Maka :
T T
'''
lS c dT cP ' dT l0 (8.28)
P
0 0
l0 adalah kalor sublimasi pada nol mutlak.
Persamaan 8.28 dikenal dengan persamaan Kirchhoff.
7
8.4. Latihan soal :
01. Dalam persamaan Clayperon, proses perubahan fase orde satu, suhu titik lebur zat
timbal hitam (Pb) = 600 K dan kalor laten peleburannya = 300 kJ/mol. Jika
dalam
proses tersebut selisih volume spesifik fase cair dengan volume spesifik fase padatnya
= 25 liter/mol, berapa Pa/K-kah rasio perubahan tekanan dan perubahan suhu
dP
?
dT
Jawab :
dP llebur
Berdasarkan persamaan Clapeyron : , maka
dT T v"v'
dP l 300x103 1 6 4
10 2 10 /
lebur
3
x
dT T v"v' 600x25x10 50
x Pa K
01. Dalam proses perubahan fase orde satu, suhu titik lebur zat litium (Li) = 460 K
dan kalor laten peleburannya = 4,60 kJ/mol. Jika dalam proses tersebut rasio
perubahan
dP 4
tekanan dan perubahan suhu 10 Pa/K, berapa liter/mol-kah selisih volume
dT
spesifik fase cair dengan volume spesifik fase padatnya ?
7
BAGIAN II : PENERAPAN KONSEP DASAR
74
BAB IX. PENDAHULUAN MEKANIKA
STATISTIK
9.1. Prinsip pokok
Dalam pembahasansebelumnya diketahui bahwa molekul suatu gas ideal tidak bisa
dianggap bebas sempurna satu terhadap lainnya, karena jika demikian, molekul tidak bisa
mencapai distribusi kecepatan setimbang.
Jadi harus ada anggapa bahwa :
terjadi antar aksi, tetapi hanya ketika bertumbukan dengan molekul lain dan dengan
dinding.
Untuk memerikan bentuk antar aksi yang terbatas diacu bahwa molekul sebagai „antar
aksi
lemah“ atau „kuasi bebas“. Sedangkan pemebahasan partikel „berantar aksi kuat“ berada di
luar lingkup pembahasan sekarang (tunggu tanggal mainnya pada mata kuliah : Fisika
Statistik dan Mekanika Kuantum).
Selain memiliki sifat kuasi bebas, molekul gas ideal memiliki ciri lain, yakni
:
1. semua molekul terbedakan, karena bertempat dalam
ruang,
2. semua molekul memiliki kecepatan
tertentu.
Sedangkan sifat kuasi statik (dalam bab sebelumnya), molekul gas ideal memiliki ciri yakni
:
1. semua molekul tak terbedakan, karena tak bertempat dalam
ruang,
2. semua molekul tak memiliki kecepatan
tertentu.
Partikel yang menempati kedudukan kisi yang teratur dalam kristal bisa dibedakan, karena
partikel itu bergetar terbatas di sekitar titik tetap, sehingga satu partikel bisa dibedakan dari
partikel tetangganya menurut tempatnya.
Perlakuan statistik dari gas ideal sebagai sejumlah partikel kuasi-bebas (antar kasi
20
lemah) terbedakan. Andaikan gas ideal ekaatomik terdiri dari N partikel sekitar 10
partikel, berada dalam wadah berbentuk kubus yang panjang sisinya L. (Langkah pertama)
seluruh energi untuk masing-masing partikel dianggap merupakan energi kinetik translasi.
Dalam arah x energinya :
2
m( x) 2
1 2 x p
mx (9.1)
x 2 2m 2m
Dengan px merpakan komponen x dari
momentum.
75
Jika partikel diandaikan bergerak bebas bolak balik antara dua bidang datar berjarak L,
maka bentuk mekanika kuantum yang paling sederhana menyatakan bahwa dalam satu
daur lengkap (dari dinding ke dinding lain dan kembali ke dinding semula), yang berjarak
2L, momentum teptan px dikalikan dengan lintasan total 2L harus merupakan bilangan
bulat dikalikan dengan tetapan Planck h.
76
Jadi
px 2L nx h (9.2)
Dengan menyulihkan persamaan (9.2) ke dalam (9.1) diperoleh :
2 h 2
x n x 2 (9.3)
8mL
L
nx 8mx (9.4)
h
Harga energi kinetik x yang diperoleh adalah diskret, sesuai dengan harga bilangan bulat nx;
namun jika nx berubahn dengan satu, maka perubahan yang bersesuaian dalam x sangat kecil,
karena nx biasanya merupakan bilangan yang sangat besar.
Dengan memperhitungkan ketiga komponen momentum, untuk energi kinetik total suatu
partikel diperoleh :
px p2y pz 2 h 2
2
2
x 2 nx n y2 n2 z (9.5)
2m 8mL
Perincian bilngan bulat untuk masing-masing nx, ny, nz merupakan perincian
keadaan kuantum partikel. Semua keadaan yan dicirikan dengan harga n sedemikian rupa
sehingga
2 2 2
nx + ny + nz = tetap,
akan memiliki energi kinetik yang sama.
Bagaimana pun dekatnya, tetap saja, hanya sejumlah diskret tingkat energi yang dapat
dimiliki oleh molekul gas ideal.
2 2 2
Tabel 9.1 Keadaan kuantum dengan harga nx + ny + nz =
66 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
nx 8 1 1 7 7 4 4 1 1 5 5 4
ny 1 8 1 4 1 7 1 7 4 5 4 5
nz 1 1 8 1 4 1 7 4 7 4 5 5
77
Jadi salah satu persoalan pokok dalam mekanika statistic adalah menentukan populasi
tingkat energi ini dalam kesetimbangan yakni bilangan banyaknya partikel N1 yang
memiliki energi
1banyaknya partikel N2 yang memiliki energi 2 dan seterusnya. Dengan mudah dapat
ditunjukkan bahwa banyaknya keadaan kuantum gi yang bersesuaian dengan tingkat energi i
(degenerasi tingkatan itu) jauh lebih besar daripada banyaknya partikel yang
menempati tingkatan itu.
Jadi :
gi Ni (9.6)
Dengan demikian sangatlah mustahil bahwa lebih dari satu partikel akan menempati
keadaan kauntum yang sama pada saat yang sama.
Pada setiap saat beberapa partikel bergerak sangat cepat dan beberapa yang lain bergerak
lambat, sehingga partikel tersebar di antara sejumlah besar keadaan kuantum yang berbeda.
Dengan berjalannya waktu, partikel saling bertumbukan dan bertumbukan dengan
dinidng atau memancarkan dan menyerap foton, sehingga masing-masing partikel
mengalami banyak perubahan dari satu keadaan kuantum ke keadaan kuantum lainnya.
Tinjaulah Ni partikel dalam salah satu keadaan kauntum gi yang berkaitan dengan energi i.
Setiap partikel memiliki gi pilihan untuk menempati gi keadaan kuantum yang berbeda.
Partikel kedua memiliki banyak pilihan gi yang sama, dan seterusnya. Banyaknya cara
Ni
N
partikel terbedakan dapat didistribusikan di antara gi keadaan kuantum menjadi , tetapi
gi
jumlah g i terlalu besar, karena ini berlaku untuk partikel terbedakan seperti A, B, C dalam
N
tabel 9.2. Tabel 9.2 menunjukkan enam cara yang berbeda, bahwa tiga partikel
terbedakan (A, B, C) dapat menempati keadaan kuantum 2, 7, 10. Jika partikel tidak
mempunyai identitas, maka hanya ada satu cara saja untuk menempati keadaan kuantum
khusus ini. Ini berarti kita harus membaginya dengan 6 yaitu 3 !. Banyaknya permutasi
dari Ni benda yang
terbedakan ialah Ni !. Jika kuantitas g i i dibagi dengan faktor ini, maka ungkapan yang
N
Tabel 9.2. Terdapat enam cara untuk tiga partikel terbedakan (A, B, C) untuk
dapat menempati tiga keadaan kuantum yang diberikan (2, 7, 10)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A B C
A C B
B A C
B C A
C A B 78
C B A
Jadi :
banyaknya cara Ni partikel
N
i g i
takterbedakan dapat didistribusikan (9.7)
Ni !
di antara keadaan kuantum gi
i 6
79
Tabel 9.3. Banyaknya cara/kemungkinan distribusi Keadaan dari 2 partikel
terbedakan pada 3 tingkatan energi berdasarkan statistik Bose-Einstein
1 2 3
••
••
••
• •
• •
• •
Untuk masing-masing distribusi cara tingkatan energi, hanya terdapat satu kemungkinan
yang terjadi.
Sedangkan total banyaknya cara/kemungkinan distribusi keadaan atau
peluang termodinamika pada keadaan makro tertentu untuk setiap tingkatan energi
berdasarkan
statistik Bose-Einstein (B-E) dirumuskan:
gi 1 N i !
WB E Wk i (9.11)
i i gi 1 ! Ni !
Contoh :
Pada tingkatan energi p dan q dengan degenerasi pada tingkatan energi p (gp) = 3 dan
banyaknya partikel (Np) = 2, serta degenerasi pada tingkatan energi q (gq) = 2 dan
banyaknya partikel (Nq) = 1, maka peluang termodinamika pada keadaan makro ke-k yang
terdapat Np =
2, Nq = 1, berdasarkan statistik B-E adalah (menggunakan persamaan 9.11)
:
g i 1 Ni !
W B E Wk i
i i gi 1 ! Ni!
3 1 2! 2 1 1!
WB E Wk 2 1! 1!
3 1! 2!
4! 2!
W B E Wk 6x2
2! 2! 1!
WB E Wk 12 1!
80
9.5. Latihan soal :
Jawab :
a. Gambar dalam bentuk tabel seluruh kedudukan partikel dalam seluruh keadaan dari
distribusi statistik B-E
k 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Ni
6 • 0,041
5 • 0,088
4 • • 0,205
3 •• • • 0,410
2 • • ••• •• • 0,830
• •• • ••• •• •• ••• 1,600
•• •••
0 ••• •• •• •• ••• ••• ••• •• •• • 2,830
•• •• •• ••
Wk 63 135 135 90 180 270 100 180 216 135 28 1532
81
3 11! 3 11! 3 1 4!
WB E W2 W3 3 1! 1! 3 1! 1! 3 1! 4!
3! 3! 6!
3x3x15
2! 1! 2! 2! 4!
1!
WB E W2 W3 135
3 1 2! 3 1 4! 4! 6!
WB E W4 3 1! 2! 3 1! 4! 6x15
2! 2! 2! 4!
WB E W4 90
3 1 3! 3 1 2! 3 1 1!
W B E W5 W8 3 1! 3! 3 1! 2! 3 1! 1!
5! 4! 3!
10x6x3
2! 3! 2! 2! 2!
1!
WBE W5 W8 180
3
3 1 3! 3 1 1! 5! 3! 3
W B E W6 10x27
3 1! 3! 3 1! 1! 2! 3! 2! 1!
WB E W 270
6
3 1 3! 3 1 3! 5! 5!
WB E W7 3 1! 3! 3 1! 3! 10x10
2! 2! 3!
3!
WB E W7 100
3 3
3 1 2! 4! 3
W BE W 9 6
3 1! 2! 2! 2!
WB E W9 216
2
3 1 4! 3 1 1! 6! 3! 2
WBE W10 15x9
3 1! 4! 3 1! 1! 2!
1!
WB E W10 135
3 1 6! 8!
WBE W11
3 1! 6! 2! 6!
82
WB E W11 28
83
d. banyaknya total peluang termodinamika ?
11
Wi 63 135 135 ...... 28
1
1532
e. banyaknya rata-rata kedudukan partikel pada setiap tingkatan energi :
1
Ni N kW
2k (9.12)
k
1 4332
N
0 5 x63 4x135 4x135 ..... 1x135
1532 1532
N 0 2,830
1
N1 1x135 2x180 1x270 ..... 6x28
1532
N1 1,600
1
N2 1x135 1x270 3x100 ..... 1x135
1532
N 2 0,830
__ 1
N3 2x90 1x270 1x180
1532
N3 0,411
1
N4 1x135 1x180
1532
N 4 0,205
1
N5 1x135
1532
N5 0,088
1
N6 1x63
1532
N 6 0,041
84
f. banyaknya total kedudukan partikel adalah
:
(9.13)
Ni N
i i
Ni N i 6
i
Jawab :
a. Gambar dalam bentuk tabel seluruh kedudukan partikel dalam seluruh keadaan dari
distribusi statistik B-E, jika sebuah partikel pada tingkatan energi kedua
melompat keluar (menghilang) dari distribusi tersebut
k 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Ni
6
5
4 • 0,129
3 • 0,259
2 •• • 0,655
• •• •• 1,400
••
0 •• ••• ••• •• • 2,560
••
Wk 45 90 60 108 45 348
85
c. banyaknya peluang termodinamika pada masing-masing keadaan makro ?
Berdasarkan persamaan (9.11) :
g 1N !
W B E Wk i i i
i i gi 1 ! Ni !
3 11! 3 1 4! 3! 6!
WB E W3 3x15
3 1! 1! 3 1! 4! 2! 1! 2! 4!
WB E W3 45
3 11! 3 11! 3 1 3!
WB E W6
3 1! 1! 3 1! 1! 3 1! 3!
3! 3! 5!
3x3x10
2! 1! 2! 2! 3!
1!
WB E W6 90
3 1 2! 3 1 3! 4! 5!
W B E W7 3 1! 3! 6x10
3 1! 2! 2! 2! 2! 3!
WBE W7 90
3 1 2! 3 1 2! 3 1 1!
WB E W9
3 1! 2! 3 1! 2! 3 1! 1!
4! 4! 3!
6x6x3
2! 2! 2! 2! 2!
WB E W5 W8 108 1!
3 1 4! 3 1 1! 6! 3!
3 1! 4! 3 1! 1! 2! 4! 2!
1!
WBE W10 15x3
WB E W10 45
348
86
e. banyaknya rata-rata kedudukan partikel pada setiap tingkatan energi :
1
Ni N 2k Wk (9.12)
k
1 891
N0 4x45 3x90 3x60 2x108 1x45
348 348
N0 2,560
1
N1 1 x90 x2 108x 4 45
348
N1 1,400
1
N2 2x60 1x108
348
N 2 0,655
1
N3 x1 90
348
N3 0,256
1
N4 1x45
348
N 4 0,129
f. banyaknya total kedudukan partikel adalah
:
__ (9.13)
Ni N
i i
Ni N i 5
i
87
9.6. Pekerjaan rumah :
88
BAB X. PENDAHULUAN MEKANIKA
STATISTIK
10.1. Statistik Fermi-Dirac (F-D)
Contoh :
Pada tingkatan energi ke-i terdapat 3 keadaan (gi = 3) dan 2 partikel (Ni = 2),
maka banyaknya cara /kemungkinan distribusi berdasarkan persamaan (10.1) adalah :
gi ! 3! 3!
g Ni !
i
N! 3 2! 2! 1! 2!
i i
i 3
Ketiga cara tersebut digambarkan sesuai tabel 10.1.
Untuk masing-masing distribusi cara tingkatan energi, hanya terdapat satu kemungkinan
yang terjadi. Sedangkan total banyaknya cara/kemungkinan distribusi keadaan atau peluang
termodinamika pada keadaan makro tertentu untuk setiap tingkatan energi berdasarkan
statistik Fermi-Dirac (F-D) dirumuskan:
gi !
WF D Wk i (10.2)
i i gi N i ! Ni !
10.2. Latihan soal :
1. Jika terdapat partikel takterbedakan mengikuti
Statistik Fermi-Dirac (F-D), dimana terdapat 5 kemungkinan tingkatan energi
dari keadaan makro (macrostate) dengan kondisi N = 6, U = 6gi = 3, Tentukanlah :
a. gambarkan dalam bentuk tabel seluruh
kedudukan partikel dalam seluruh keadaan dari distribusi statistik F-D ?
b. berapakah banyaknya keadaan makro (macrostate) yang terbentuk ?
c. banyaknya peluang termodinamika pada masing-masing keadaan makro ?
d. banyaknya total peluang termodinamika ?
e. banyaknya rata-rata kedudukan partikel pada setiap tingkatan energi ?
f. banyaknya total kedudukan partikel ?
89
Jawab :
a. Gambar dalam bentuk tabel seluruh kedudukan partikel dalam seluruh keadaan dari
distribusi statistik F-D
k 1 2 3 4 5 __
Ni
4 • 0,123
3 • • 0,494
2 • ••• •• 1,150
•• • ••• •• 1,730
0 ••• ••• ••• •• •• 2,510
Wk 9 27 1 9 27 73
WF D W5 27
90
e. banyaknya rata-rata kedudukan partikel pada setiap tingkatan energi dalam statistik
M-B sama dengan B-E :
1
Ni N kW
2k
(10.3)
k
1 3x9 3X 27 1x3 2x9 2x27 189
N0
73 73
__
N0 2,510
1 2x9 1x27 3x9 2x27
N1
73
N1 1,730
1 1x27 3x1 2x27
N2
73
N 2 1,150
1 1x27 1x9
N3
73
N3 0,494
1
N4 1x9
73
__
N 4 0,123
f. banyaknya total kedudukan partikel (sama seperti statistik B-E) adalah
:
(10.4)
Ni N
i i
91
Jawab :
a. Gambar dalam bentuk tabel seluruh kedudukan partikel dalam seluruh keadaan dari
distribusi statistik F-D, jika sebuah partikel pada tingkatan energi kedua
melompat keluar (menghilang) dari distribusi tersebut
k 1 2 3 4 5
Ni
4 0,123
3 • 0,494
2 •• • 1,150
• •• 1,730
0 ••• ••• •• 2,510
Wk 27 1 27 73
3! 3! 2
W W x
2
FD
3 3! 3! 3 1! 1!
1 3
WF D W2 9
WF D W3 3! 3!
1x3
3 3! 3! 3 2! 2!
WF D W3 3
2
3! 3! 2
WF D W5 3 x3
3 2! 2! 3 1! 1!
WF D W5 27
39
92
e. banyaknya rata-rata kedudukan partikel pada setiap tingkatan energi
dalam statistik F-D:
1
N N W (10.3)
i 2k k
k
1 90
N0 3x9 3x3 2x27
39 39
N0 2,310
1
N1 1x9 2x27
39
N1 1,620
1 2x3 1x27
N2
39
N 2 0,846
1
N3 1x9
39
N3 0,231
i
9
Kesembilan cara tersebut digambarkan sesuai tabel 10.2.
93
Tabel 10.2. Banyaknya cara/kemungkinan distribusi Keadaan dari 2 partikel
terbedakan pada 3 tingkatan energi berdasarkan statistik Maxwell-
Boltzmann
1 2 3
ab
ab
ab
a b
b a
a b
b a
a b
b a
94
Jawab :
a. Gambar dalam bentuk tabel seluruh kedudukan partikel dalam seluruh keadaan dari
distribusi statistik M-B
k 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 __
Ni
6 • 0,013
5 • 0,065
4 • • 0,195
3 •• • • 0,455
2 • • ••• •• • 0,910
• •• • ••• •• •• ••• 1,640
•• •••
0 ••• •• •• •• ••• ••• ••• •• •• • 2,730
•• •• •• ••
5
Wk 18 90 90 45 180 360 60 180 270 90 3 1386x3
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
4 2 5
3 3 30 x3x3
WM B W4 6 !
4! 2! 2
WM B W4 45 x 3 5
33 32 31 120 x3x3 5
WM B W5 W8 6 !
3! 2! 2
1!
WM B W5 W8 180 x 3 5
3 1 3 5
3 3
WM B W6 6 ! 120x3x3
1!
WM B W6 360 x 3 5
95
2 3
3 3x35
WM B W 9 6 ! 6!
2! 8
WM B W9 270 x 3 5
1
3 243 3 x53
WM B W10 6 ! 6!
1! 4! 4!
WM B W10 90 x 3 5
6
WM B W11 6 ! 3 3x3 5
6!
WM B W11 3 x 3 5
N0 1 5 5
5 5x18x3 4x90x3 ..... 1x90x3 5
1386x3
N0 2,730
__
1
N1 1x90x3
5
1x360x35 ..... 6x3x3 5
1386x3
5
N1 1,640
1
N2 1x90x35 1x360x35 .....1x90x3 5
1386x3
5
N 2 0,910
1
N3 5
2x45x35 1x360x3 5
1x180x3 5
1386x3
N3 0,455
96
__
1
N4 1x90x3
5
1x180x3
5
1386x3
5
__
N 4 0,195
1 5
N5 1x90x3
5
1386x3
N5 0,065
__
1
N6 51x18x3
5
1386x3
N 6 0,013
f. banyaknya total kedudukan partikel adalah
:
(10.8)
Ni N
i i
Ni N i 6
i
2. Berdasarkan tabel dalam jawaban soal 1.a, jika sebuah partikel pada tingkatan
energi kedua melompat keluar (menghilang) dari distribusi tersebut, tentukanlah :
a. gambarkan dalam bentuk tabel seluruh kedudukan partikel dalam
seluruh keadaan dari distribusi statistik M-B ?
b. berapakah banyaknya keadaan makro (macrostate) yang terbentuk ?
c. banyaknya peluang termodinamika pada masing-masing keadaan makro ?
d. banyaknya total peluang termodinamika ?
e. banyaknya rata-rata kedudukan partikel pada setiap tingkatan energi ?
f. banyaknya total kedudukan partikel ?
97
Jawab :
a. Gambar dalam bentuk tabel seluruh kedudukan partikel dalam seluruh keadaan dari
distribusi statistik M-B, jika sebuah partikel pada tingkatan energi kedua
melompat keluar (menghilang) dari distribusi tersebut
k 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Ni
6
5
4 • 0,074
3 • 0,286
2 •• • 0,714
• •• •• 1,430
••
0 •• ••• ••• •• • 2,500
••
5
Wk 5 20 10 30 5 70x3
5 5 5 5 5
3 3 3 3 3
2
3 1
3 3 5
WM B W6 5! 20 x3
3! 1!
WM B W6 20 x 3 5
3
32 3
20x53
WM B W8 5!
3! 2! 2
WM B W8 10 x 3 5
3 2 3 12 5!5 x3
WM B W 9 5 !
2! 1! 4
WM B W6 30 x 3 5
98
d. banyaknya total peluang termodinamika ?
10
5 5 5 5 5
Wi 5x3 20x3 10x3 30x3 5x3
3
70x35
e. banyaknya rata-rata kedudukan partikel pada setiap tingkatan energi :
1
Ni 2k
N kW (10.9)
k
1 5
N0 4x5x3 3x20x35 3x10x35 2x30x3 5 1x5x3 5
70x35
N 0 2,500
1 5
N1 1x20x3 2x30x3 5
4x5x3 5
70x35
N1 1,430
1
N2 5
2x10x3
5
1x30x35
70x3
__
N2 0,714
1 5
N3 1x20x3
5
70x3
N 3 0,286
1
N4 1x5x3
5
70x35
N 4 0,074
f. banyaknya total kedudukan partikel adalah
:
(10.10)
Ni N
i i
__
N i N i 2,500 1,430 0,714 0,286 0,074
i
Ni N i 5
i
99
10.5. Pekerjaan rumah :
10
Bab XI.
Fungsi Gamma dalam termodinamika
11.1. Fungsi Gamma (fungsi Faktorial)
n n
F (z, n) t 1 t z 1dt
n
0
n n n n
t z1 t z1
lim F (z, n) lim 1 t dt lim 1 t dt
n n 0 n n n
0
n
t t
Diketahui : lim 1 e
n n
Bukti:
n
t
Ambil :
lim 1 A , dikalikan ln sehingga menjadi
n n
m t
t
ln A lim ln1 lim n ln 1
n n n n
m
t t
ln1 ln1
n ln 1 0
lim
n 1 1 0 0 (TD)
n
10
Memakai Metode Lophital
1 t
t t 2
ln1 1 n
n n t
ln A lim lim lim
n 1 n 1 t
n 1
n 2 n
n
t t
ln A t
t 10
1
t
A e
t n
t
Jadi lim 1 e
n n
Kasus khusus untuk t = -1 maka
n
(1) 1
lim 1 e
n n
n
1
lim 1 e
n n
Kembali ke definisi I
n
t
F z, n 1 t z 1dt
0 n
t
z e t z 1dt (terbukti)
0
Kembai ke definisi II
n n
t z1
F z, n 1 t dt
n
0
t
Misal u t nu n
dt ndu
10
Syarat batas t1 0 u1 0
t 2 n u2 1
1 n
z1
F z, n 1 u nu ndu
0
1 n
1 u n z 1 n 1u z 1 du
0
n z1 u u z1 du n 1 u du
1 n 1 n
z
z
0 0
z
z 1
n1 u n d u z
z 0
Memakai Metode Integral Parsial
pdq p.q qdp
1 n
1 u du8 p 1 u
n
dq d u
z
0
n1
dp n1 u du q u
z
n 1
1
1 n1
1 u d u z 1 u .u z
n
0
z
u . n1 u du
0 0
n1 u u du n1 u
n1 z n1
du
1
0
1
0
z 1z1
Kembali memakai integral parsial
n1
p 1 u dq d u
z1
n2
dp n 11 u du q u
z1
1
1
1 u
n
z n z1
1
z1 . n 11 u n2
du 1 u n1
.u u du
0
0 z 1 0
1
nn 1 1 u nz
z1 du
z 1 u
0
1
n nn 1
1 1z
z
0 10
u
n2 du z 1 z 2
. 1 u du
0
.... dan seterusnya maka :
10
n z 1
n
Fz, n 1 u duz
z 0
n nn 1n 2...3.2.1
z z 1z 2...z n
z
Fz, n 1.2.3...n 2n 1.n.nκ
zz 1z 2...z n
z
1.2.3...n 2n 1n.n
Jadi z lim zz 1z 2...z n (terbukti)
n
z 1 z z
Fungsi Gamma merupakan fungsi faktorial untuk z 1 (bilangan bulat)
harga
z
1.2.3...n 1.n.n
* 1 lim 1.2.3...nn 1
n
n
lim
n n 1
1 1 0!
10
2
1.2.3...n 1.n.n
* 2 lim
2.3.4...n.n 1n 2
n
2 2
n n
n 1n 2
n li lim
n n 2 3n 2
2 1 1!
3
3 1.2.3...n 1n.n
* lim
n 3.4.5...n 1nn 1n 2n 3
3
n
3 1.2. lim n 1n 2n 3
n
3 1.2 2! 2
1.2.3.4.5...n 1.n.n 4
4 lim
* n 4.5.6...nn 1n 2n 3n 4
4
n
1.2.3. lim n 1n 2n 3n 4
n
4 1.2.3 3!
Jadi z 1 z z z!
11.2. Latihan Soal
t
1. Buktikanlah bahwa: z e t z 1dt dapat ditulis:
0
y 2z 1
a. z 2 e y dy
0
1 z1
1
b. z ln dy
0 y
10
Jawab :
z t 21 dt 2 e y 2 2z 1
a. e t y dy
0 0
2
misal t y dt 2 ydy
e y 2z 1
2
z y 2ydy
0
2
z 2 e y 2z 1
y dy , terbukti
0
1 21
t 1
b. z e t z1 dt ln dy
0 0
1 1
misal t ln ln y ln y
y
t
t ln y ln y t y e
t
t
dy e dt e dt dy
Syarat batas:
0
t1 0 y1 e 1
1
t2 y2 e 0
e
t
z e t z 1dt
0
t
z e t z 1dt
0
0 z1
1
ln . dy
1y
1 z1
1
z ln dy , terbukti
0
y
10
2. Diketahui bahwa:
z 1 z , untuk 0<z<1.
sin z
1
Buktikanlah bahwa
2
Jawab:
1 1 1
z 1
2 2 2 1 sin 90
sin
2
2
1
2
1 1
! , terbukti
2 2
3. Diketahui bahwa
z 1 z z
z! zz 1!
z!
z 1!
z
1!
Maka 1 0! 1
1
0! 1
0 1!
0 0
n 1 n! , n = bilangan bulat negatif
z
Lalu didapat z! z!
sin z
10
4. Berdasarkan soal no. 2 dan 3, kita dapat mencari hubungan rekursi fungsi gamma
1
/fungsi faktorial pecahan . Tentukanlah:
2
1 3
! 5 7 5 3
a. c. ! e. !
2 2 2 2 2 2
3 5 3 1
b. ! d. !
2 2 2 2
Jawab
z 1
a. z 1 z z z
z
z! zz 1!
z!
z 1!
z
1 1 1 1
z z 1 1
2 2 2 2
1 1 1
2 2 2
1 1 1
2
2 !2
2 2
z 1 2
z
z
3
Untuk z
2
1
1
1 2 1
2 2
2 1 2
2
10
z 1
b. z
z
3
1
3 3 2 2 1
untuk z 3
2 2 3 2
2
3 2 4
2
2 3 3
z 1
c. z
z
3
5 5 2 2 3
untuk z
2 2 5 5 2
2
5 2 4 8
2 5 3 15
z 1
d. z
z
1 3 1 1 1
z 1 z z Untuk z
2 2 2 2 2
e. z 1 z z
3 5 3 3 3 1
untuk z
2 2 2 2 2 2
5 3
2 4
11
5. Dari soal no.4, gambarkanlah sketsa fungsi gamma/fungsi faktorial
Jawab:
Dari soal no.4 didapatkan :
1 3
!2
2 2
3 5 4
!
2 2 3
5 7 8
! z! ~ untuk z 1 ,
2 2 15
z = bilangan bulat negatif
1 1
!
2 2
3 1 1
!
2 2 2
5 3 3
!
, dan seterusnya
2 2 4
z!
4
3
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 z
8
15
11
11.3. Pekerjaan rumah
1. Buktikanlah bahwa :
4
1 5
a. ex dx !
4 4
0
3 4
1 1 2
b. 1 2 dx 4
x ln x 3 27
0
11
BAB XII. Penerapan Fungsi Gamma dalam
distribusi Maxwell (Teori kinetika gas)
12.1. Penerapan fungsi gamma
T3 T2 T1
V(kecepatan)
N+dN
dN
N
dV
V V+dV V
n n dN
v v
0
N0
11
12.2. LATIHAN SOAL :
Buktikan bahwa
n n
3 n
1
n !
2kT 2 2 2kT
v
n 2 2
1. m
3 m 1
!
2 2
8kT
2. v kecepa tan rata rata
m
3kT
3. vrms v2
m
Jawab :
3
2
mv
n n dN n m 2
1. v v v 4 e 2kT
v 2 dv
0
N 0 2kT
3
mv 2
n m 2 n2
v 4 v e 2kT
dv
2kT 0
3
v
n
2 m 2
2t
2 z1 t
e dt
2kT 0
1
m 2 m 2
Misal t
2
v t v
2kT 2kT
1
2kT 2
v t
m
1
2kT 2
dv dt
m
1 n2 1
3
m 2
vn 2 2
11
2 kT m
0
m
11
3 1 n2
11
n m 2 2kT 2 2kT 2 n2 t
t e dt
2
v 2 2
2kT m 0
m
3 1 n2
n m 2 2kT 2 2kT 2
v 2 n2 t
2
2 t e dt
2kT m m 0
3 n 3
n n2 t
v 2 t e dt
m 2 2kT 2 2 2
2
2kT m 0
3 3 3 n
n 1 2 m 22kT 2 2kT 2 n2 t
t e dt
2
v 2 2
2kT m m 0
n
n 1 2kT 2 2z1 t
v 2 2 t e dt
2
m 0
n
2 2
kT n
m 2
n 3 n 3
n n
2kT 2 2 2kT 2 2
vn
m m 3
2 2
n 1
n !
n 2 2
2
v kT 1
!
m TERBUKTI
2
11
2. Kecepatan rata-rata = ekspektasi kecepatan
11
1 ! 1
2kT 2 2 2kT 2 1!
v
n
2kT 2 8kT
m m TERBUKTI
m 1 m 1
2 ! 2
3. vrms = Kecepatan root mean square
1
2 1 2
1
2 !
vrms v v 2kT 2 2
2 2 2 m 1
!
1 2
1
3 2
3 1 2
! 2 ! 1
2 2kT 2 kT 2 2 3kT 2
vrms v 1 1
m ! m ! m
2 2
2 3kT
v rms v TERBUKTi
m
02. Diketahui distribusi gamma dirumuskan sebagai berikut :
1
1 1
x
fx x e ,x 0
f x 0, x 0
n
n x
n
x f xx
Jika harga ekspetasi jarak x adalah
0
Buktikanlah bahwa :
nxn
n
a
b harga ekspetasi = x
11
2
c varian = x2 x 22
11
Jawab :
1
1 x
1.
x n
x n 1 x
x e
0
1
1 x
n
x x 1n e x
0
t 1
Misal x x t x t
n 1 1n t
x t e t
0
n 1 1n 1n t
x t e t
0
n
n z1 t
x t e t
0
n
n
x z1 1 n z n
nxn
n
TERBUKTI
1
1
x
2.
x TERBUKTI
2 2 2
3. x x
2 2
2 2 2 2 2 2
x 1 , maka x
2 2 2 2 2 2 2 2 2
x 2 2 2
dan x x
2 2
x TERBUKTI
12
12.3. PEKERJAAN RUMAH
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Arfken, G.B., and H.J. Weber. Mathematical Methods for Physicists, 4th edn,
Academic Press, Inc., San Diego, (1995).
2. Debye, P. Polar Molecules. Dover Publications, Inc., New York, (1945).
3. Fraden, J. Handbook of Modern Sensors : Physics, Designs and Applications.
Springer-Verlag New York, Second Edition, (1996).
4. F.W. Sears and G.L. Salinger. Thermodynamics, kinetic and statistical mechanics.
Addison-Wesley Publishing Co, Inc., Reading. (1975).
5. Irzaman, Y. Darvina, A. Fuad, P. Arifin, M. Budiman, and M. Barmawi. Physical
and Pyroelectric Properties of Tantalum Oxide Doped Lead Zirconium Titanate
[Pb0.9950(Zr0.525Ti0.465Ta0.010)O3] Thin Films and Its Application for IR Sensor. Journal
of Physica Status Solidi (a), 199 (3), (2003).
th
6. M.W. Zemansky and R.H. Dittman. Heat and thermodynamics. 6 edition. McGraw
Hill Inc. 1982. (maupun terjemahannya).
7. Sze, S.M. Physics of Semiconductor Devices. 2nd edn. John Wiley & Sons,
Singapore, (1981).
8. Uchino, K. Ferroelectric Devices, Marcel Dekker, Inc. New York. (2000).
12