Porter berpendapat bahwa perlunya strategi karena tidak ada satu pun perusahaan
yang dapat berprestasi pada semua bidang keunggulan. Untuk itu organisasi harus
mampu menemukan strategi untuk mencapai keunggulan kompetitif atas organisasi
pesaing lainnya. Kompetensi inti atau core competencies itu sendiri yaitu
kombinasi dari sumber daya dan kapabilitas yang membedakan perusahaan dari
para pesaingnya.
c. Fokus
Strategi ini hanya bergerak pada konsumen yang sempit, berbeda dengan dua
strategi lainnya yang bergerak dalam wilayah yang luas. Organisasi akan berusaha
mencapai biaya yang rendah (low Cost leadership) sekaligus mencoba meraih
keunggulan-keunggulan perbedaan pada segmen pasar yang sempit.
Dari ketiga jenis yang ditawarkan oleh Porter lalu yang ditawarkan oleh Miles dan
Snow memiliki kesamaan yaitu harus selalu melakukan Inovasi dan
pengembangan untuk mampu bersaing dengan sisi yang berlawanan tersebut,
tetapi analyzer berusaha mencapai stabilitas dan fleksibilitas sedangkan yang
dikemukakan oleh Porter harus memberikan arti yang khusus bagi konsumen
sehingga harga yang harus dibayar oleh konsumen sesuai dengan tingkat
kepuasan yang diterimanya.
Lalu di luar dari ketiganya yang disebutkan oleh Porter ada 1 kondisi dimana
organisasi tidak menerapkan ketiganya, mirip reactor ada tipologi Miles dan Snow
kondisi tersebut dinamakan stuck in the middle atau bisa disebut terjepit di
tengah. Istilah ini digunakan untuk organisasi yang tidak mampu meraih
keunggulan bersaing melalui salah satu dari tiga strategi yang dikemukakan oleh
Porter. Organisasi yang berada dalam posisi ini sulit sekali meraih keunggulan
dalam jangka panjang.
(resources) dan bidang organisasi. Dari sisi sumber daya perusahaan, maka untuk
menerapkan strategi ini dibutuhkan kekuatan-kekuatan yang tinggi dalam hal:
pemasaran produk, kreativitas dan bakat, perekayasaan produk (product
engineering), riset pasar, reputasi perusahaan, distribusi, dan ketrampilan kerja.
Sedangkan dari sisi organisasi, perusahaan harus kuat dan mampu untuk
melakukan: koordinasi antar fungsi manajemen yang terkait, merekrut tenaga yang
berkemampuan tinggi, dan mengukur insentif yang subyektif di samping yang
obyektif. (Umar, 1999)