Anda di halaman 1dari 67

PENGGUNAAN TEKNOLOGI UNTUK

MENDAPATKAN BIAYA INVESTASI YANG


OPTIMUM PADA JALAN TOL SUMATERA
LATAR BELAKANG
Kontribusi SUMATERA sebagai Sentra Produksi dan
Nasional Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung
22 % Energi Nasional
Gas Bumi

Diperlukan Infrastruktur Pendukung berupa


73 % Karet 1. Bandara/Pelabuhan
2. Jalan/Jalur Kereta Api
3. Pembangkit Listrik

64 % Minyak Bumi

78 % Sawit

50 % Batu Bara

72 % Kopi
LATAR BELAKANG
100000
Infrastructure Index Rank PERBANDINGAN
89030 JALAN TOL DI
2015 (Out Of 140 Countries) 90000
BERBAGAI NEGARA
India 81
Vietnam 76
80000 (Km)
Sri Langka 64
Indonesia 62 70000
Thailand 44 65065
China 39
Malaysia 24 60000
Singapura 2
0 20 40 60 80 100 50000

40000
Goods Market Efficiency
Index 2015 Rank (Out Of 140 30000

Countries)
20000
India 91
Vietnam 83
China 58 10000
Indonesia 55 2623 2350 918
Sri Langka 51
0
Thailand 30
Malaysia 6 US China Korea Selatan Malaysia Indonesia
Singapura 1
Sumber : BPJT 2014
0 20 40 60 80 100

Sumber : The Global Competitiveness Report 2015–


2016 (World Economic Forum)
LATAR BELAKANG

Dalam rangka mendorong pengembangan kawasan di Pulau


Sumatera dan untuk mendukung pertumbuhan perekonomian
nasional, Pemerintah melakukan percepatan pembangunan jalan
tol di Sumatera melalui penugasan kepada BUMN dengan skema
sebagai berikut…….

Pengusahaan Jalan Tol

EIRR tinggi EIRR tinggi


FIRR tinggi FIRR rendah

Kerjasama Pemerintah Dibangun Pemerintah, KPS/KPBU dengan Penugasan


Swasta (KPS)/KPBU O&M oleh badan usaha dukungan Pemerintah

Dasar Hukum Penugasan:


Pemerintah melalui Peraturan Presiden No.100 Tahun 2014 dan telah dirubah melalui Peraturan Presiden No.117 Tahun 2015
menugaskan PT Hutama Karya (Persero) untuk melaksakan pengusahaan 24 ruas Jalan Tol di Sumatera. Tahap Pertama yang
didahulukan adalah 8 ruas dan harus beroperasi pada tahun 2019.
DASAR PENUGASAN PT HUTAMA KARYA
Selain penugasan kepada HK, Peraturan Presiden No. 117/2015 jo. No.100/2014 (“Perpres
Penugasan”) juga mengatur mengenai berbagai bentuk dukungan Pemerintah untuk pembiayaan
terkait penugasan tersebut
Ringkasan Perpres Penugasan
Ruas penugasan 24 ruas jalan tol
Ruas tahap pertama 1. Medan-Binjai 5. Terbanggi Besar – Pematang Panggang
(pengoperasian akhir 2. Palembang-Indralaya 6. Pematang Panggang – Kayu Agung
tahun 2019) 3. Pekanbaru- Dumai 7. Palembang – Tanjung Api-api
4. Bakauheni-Terbanggi Besar 8. Kisaran – Tebing Tinggi
Lingkup penugasan Pendanaan, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan

Masa konsesi 40 tahun

Sumber pendanaan  PMN


 Penerusan pinjaman dari Pemerintah
 Obligasi perusahaan dijamin oleh Pemerintah
 Pinjaman dari lembaga keuangan, termasuk lembaga keuangan multilateral, dijamin oleh
Pemerintah
 Pinjaman/ bentuk pendanaan lain dari badan investasi Pemerintah,
 Pendanaan lain sesuai peraturan perundang-undangan
Lain-lain • Menteri, kepala lembaga, gubernur dan/atau bupati memberikan dukungan sesuai dengan
kewenangan masing-masing
• Pembangunan tahap berikutnya ditetapkan oleh Menteri PUPR
• Setelah konstruksi jalan tol selesai dilakukan, PT Hutama Karya (Persero) dapat mengalihkan
hak pengusahaan jalan tol kepada anak perusahaan dan/atau pihak lain atas persetujuan
Menteri PUPR
LINGKUP PENUGASAN

PEMENUHAN PEMENUHAN
Perencanaan EKUITAS PINJAMAN

BASIC BUSINESS
Pendanaan FS & AMDAL DESIGN PLAN
DED

PELAKSANAAN PEMENUHAN
Pembangunan KONSTRUKSI
PENGAWASAN
SPM

Pengoperasian PELAYANAN
TRANSAKSI
PELAYANAN LALU
LINTAS

Pemeliharaan PEMELIHARAAN
RUTIN
PEMELIHARAAN
BERKALA
PERENCANAAN
PERENCANAAN
PRA STUDI

BASIC LALU BIAYA


AMDAL FS ROW PLAN O&M
DESIGN LINTAS INVESTASI

PENLOK BUSINESS PENETAPAN


MENTERI
PPJT
PLAN
PROSES
S/D UGR
FINANCIAL
SPMK DED
PENYERAHAN CLOSE
LAHAN

KONSTRUKSI
FLOW CHART PENGUSAHAAN
JALAN TOL SPM

Pemanfaatan teknologi OPERASI


PERENCANAAN

FOTO UDARA

BUILDING INFORMATION MODELLING (BIM)

Vacuum Consolidation Method


PERENCANAAN
PEMETAAN Menggunakan Teknologi:

1. Foto udara adalah hasil pemotretan suatu daerah dari ketinggian,


namun masih dalam lingkup ruang atmosfer
2. Citra Satelit adalah hasil pemotretan dari luar angkasa (satelit), bisa
berupa foto biasa maupun foto inframerah (berdasarkan panas).
3. Peta Digital adalah membuat gambar daerah berdasarkan data lokasi.
Jadi di perangkat lunaknya diberikan input berupa koordinat, ketinggian,
dan data lainnya.
PERENCANAAN
PEMETAAN
Beberapa Metode memperoleh Gambaran Rupa Bumi:
1. Citra Satelit
Menggunakan citra dari pemotretan satelit
Ketelitian : berdasarkan ukuran pixel
Hasil : Gambar citra (perlu kombinasi Radar untuk mendapat kontur)
Kegunaan : digunakan untuk pemilihan trase awal (Feasibility Study)
2. Survey Fotogrametri
Pemetaan menggunakan pemotretan dari udara
Ketelitian : cukup teliti
Hasil : peta garis dan peta foto
Kegunaan : sumber data untuk Basic Design
3. Survey Terestik
Pemetaan menggunakan theodolit, waterpass atau total station
Ketelitian : sangat teliti
Hasil : Peta garis
Kegunaan : sumber data untuk Detail Design
PERENCANAAN
PEMETAAN

Hasil dari FOTO UDARA


• Data orthophoto original geo-reference (softcopy).

• Data true orthophoto mosaie dengan resolusi 10 cm (softcopy).

• Koordinat Definitif dari titik Ground Control Point (GCP) Hasil pengamatan
titik kontrol berupa pengolahan baseline dan perataan jaring GPS.

• Peta garis kontur elevasi ketinggian

• Peta situasi yang menggambarkan kenampakan jalan, sungai, pemukiman


penduduk dan bagunan penting lainnya.
PERENCANAAN
FOTO UDARA
Hasil foto Udara berupa:

Data Orthophoto Peta Garis Kontur


PERENCANAAN

BUILDING INFORMATION MODELLING (BIM)


Building Information Modeling (BIM) adalah suatu proses dalam menghasilkan dan
mengelola data suatu bangunan selama siklus hidupnya. BIM menggunakan software
3D, real-time, dan pemodelan bangunan dinamis untuk meningkatkan produktivitas
dalam desain dan konstruksi bangunan.

BIM merupakan proses dengan menggunakan 3D model untuk mendapatkan


informasi dan berkomunikasi untuk suatu keputusan setiap proyek

BIM :
- Mengetahui problem masalah dalam bentuk digital dan visual - sebelum itu
dibangun.
- Koordinasi, informasi yang konsisten digunakan untuk:
1. Disain
2. Visualisasi, Simulasi, & Analisa
3. Dokumentas
BUILDING INFORMATION MODELLING (BIM)
PERENCANAAN
BUILDING INFORMATION MODELLING (BIM)
3
1
4
2
PERENCANAAN
BUILDING INFORMATION MODELLING (BIM)

1. Memudahkan dan meningkatkan proses Value Engineering untuk


a. DED

b. Monitoring Quality Assurance (QA)

c. Monitoring Quality Control (QC)

2. Mempercepat dan memudahkan proses Review Feasibility Study (FS)


dan Basic Design

3. Meningkatkan kualitas dari laporan dalam bentuk gambar desain berupa


struktur 2D, 3D maupun 3D movie.

4. Desain yang optimum


PERENCANAAN
BUILDING INFORMATION MODELLING (BIM)

Volume
Trase Setelah
Perencanaan Galian
Profil
Rencana
Trase
Alignment dan
Template Timbunan
dan Melintang
ditambahkan Jalandan
Koridor
Trase
Alignment Template
Horizontal
Vertical
PERENCANAAN
BUILDING INFORMATION MODELLING (BIM)
Rencana Penggunaan Teknologi

JALAN TOL RUAS PALEMBANG-INDRALAYA


Data Teknis

Panjang : 21,93 km
Kecepatan Rencana : 100 km/jam
Konstruksi : Atgrade dgn perbaikan tanah
Jumlah lajur awal : 2x2
Jumlah lajur akhir : 2x3
Arah pelebaran : keluar
Lebar jalur lalu lintas : 3,6 m
Lebar bahu dalam : 1,5 m
Lebar bahu luar : 3m
Jumlah simpang susun : 2 buah
Jumlah Struktur:
- Underbridge : 13 buah
- Underpass : 3 buah
- Overpass : 7 buah
- Box pedestrian : 5 buah
- Box culvert : 43 buah
- JPO : 10 buah
Kondisi Geoteknik dan Hidrologi

Kondisi Tanah
Depth
BH-01 BH-02 BH-03 BH-04 BH-05 BH-06 BH-07 BH-08 BH-09 BH-10 BH-11 BH-12 BH-13 BH-14
(m)
STA 1+000 1+850 3+650 5+900 7+125 8+050 9+625 12+000 14+100 16+100 17+650 19+000 20+050 21+400

1.5 0 0 0 0 0 0 2 4 0 19 1 5 0 18
3.0 0 1 0 2 0 0 0 8 0 13 0 7 2 16
4.5 1 1 2 2 0 1 0 9 2 16 0 8 6 16
6.0 3 1 0 5 1 5 0 12 2 18 0 7 13 13

Lapisan Tanah
7.5 0 1 2 9 1 5 6 9 3 20 4 8 19 14
9.0 0 2 4 17 5 5 6 7 10 17 3 6 31 18
10.5 1 3 7 13 5 2 8 1 7 19 2 11 36 15
12.0 2 4 9 4 7 3 0 1 8 53 2 14 40 18
13.5 6 4 12 9 7 10 2 2 3 56 18 14 40 21
15.0 14 12 14 9 15 11 2 3 10 58 13 32 32 15
16.5 8 13 35 9 20 19 4 8 15 36 14 25 35 16
18.0 10 14 50 23 20 18 5 17 24 41 10 26 38 17
19.5 23 16 50 22 20 25 6 15 24 40 14 27 40 21
21.0 24 18 8 26 50 27 13 16 30 34 15 23 41 20
22.5 28 22 43 29 50 40 31 15 27 49 11 21 39 34
24.0 25 24 27 20 50 62 35 17 36 41 50 21 40 39
No CONSISTENCY SPT (N)
1 Very soft <2
2 Soft 2-4
3 Medium Stiff 4-8
4 Stiff 8 - 15

Muka Air banjir


Kondisi Geoteknik dan Hidrologi

Kondisi Tanah
Kondisi Geoteknik dan Hidrologi
KONDISI TANAH ASLI DI LAPANGAN
Depth
BH-01 BH-02 BH-03 BH-04 BH-05 BH-06 BH-07 BH-08 BH-09 BH-10 BH-11 BH-12 BH-13 BH-14
(m)
STA 1+000 1+850 3+650 5+900 7+125 8+050 9+625 12+000 14+100 16+100 17+650 19+000 20+050 21+400

1.5 0 0 0 0 0 0 2 4 0 19 1 5 0 18
3.0 0 1 0 2 0 0 0 8 0 13 0 7 2 16
4.5 1 1 2 2 0 1 0 9 2 16 0 8 6 16
6.0 3 1 0 5 1 5 0 12 2 18 0 7 13 13
7.5 0 1 2 9 1 5 6 9 3 20 4 8 19 14
9.0 0 2 4 17 5 5 6 7 10 17 3 6 31 18
10.5 1 3 7 13 5 2 8 1 7 19 2 11 36 15
12.0 2 4 9 4 7 3 0 1 8 53 2 14 40 18
13.5 6 4 12 9 7 10 2 2 3 56 18 14 40 21
15.0 14 12 14 9 15 11 2 3 10 58 13 32 32 15
16.5 8 13 35 9 20 19 4 8 15 36 14 25 35 16
18.0 10 14 50 23 20 18 5 17 24 41 10 26 38 17
19.5 23 16 50 22 20 25 6 15 24 40 14 27 40 21
21.0 24 18 8 26 50 27 13 16 30 34 15 23 41 20
22.5 28 22 43 29 50 40 31 15 27 49 11 21 39 34
24.0 25 24 27 20 50 62 35 17 36 41 50 21 40 39

No CONSISTENCY SPT (N)


1 Very soft <2
2 Soft 2-4
3 Medium Stiff 4-8
4 Stiff 8 - 15
Kondisi Geoteknik dan Hidrologi

Lapisan Tanah
Kondisi Geoteknik dan Hidrologi

Muka Air banjir

• Kondisi tanah rawa dengan kedalaman air pada musim penghujan antara
1,5 sampai 2 m (di Sta 0 s/d Sta 17), dan pada musim banjir 5 tahunan
permukaan air banjir meningkat sekitar 1 m dari elevasi tersebut, sehingga
wilayah genangan air akan lebih luas lagi sampai mendekati Sta 18.
PROBLEM PEMBANGUNAN PADA TANAH LUNAK
PROBLEM PEMBANGUNAN PADA TANAH LUNAK

Kelongsoran Tepi Sungai


PROBLEM PEMBANGUNAN PADA TANAH LUNAK

Kelongsoran Badan Jalan


PROBLEM PEMBANGUNAN PADA TANAH LUNAK

Keruntuhan Jembatan
PROBLEM PEMBANGUNAN PADA TANAH LUNAK

Kerusakan Perkerasan Lentur


SYARAT TANAH SEBAGAI PENDUKUNG
BANGUNAN
SYARAT TANAH SEBAGAI PENDUKUNG
BANGUNAN

Kriteria konsolidasi untuk analisa penurunan timbunan badan jalan


Kelas I, menurut Buku Panduan 4 : Disain dan Konstruksi Timbunan
Jalan pada Tanah Lunak (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Prasarana Transportasi, DPU, tahun 2001) :
a. Penurunan selama masa konstruksi > 90 %
b. Penurunan setelah masa konstruksi < 20 mm / tahun

KONSOLIDASI > 90% KONSOLIDASI < 20 mm/th


PROBLEM PEMBANGUNAN PADA TANAH LUNAK
PEMILIHAN SISTEM KONSTRUKSI

JALAN TOL RUAS PALEMBANG-INDRALAYA


PEMILIHAN SISTEM KONSTRUKSI
UPAYA ENGINEERING alternative penggunaan
metode:

1. Penggunaan Concrete pile untuk mencapai permukaan tanah


baik/keras,

2. Mengganti konstruksi perkerasan dengan “Konstruksi system


Cakar Ayam”,

3. Soil Improvement
a. PVD dengan preloading timbunan tanah
b. PVD dengan system vacuum (Vacuum Consolidation Method)
PEMILIHAN SISTEM KONSTRUKSI

• Pile Slab
PEMILIHAN SISTEM KONSTRUKSI

KONSTRUKSI PILE SLAB

ASUMSI YANG DIGUNAKAN:


• PILE SLAB DIGUNAKAN TERUTAMA PADA MAIN ROAD STA 0+000 SAMPAI
17+800
• UNTUK STA 17+800 SAMPAI 21+943 KONSTRUKSI BERUPA AT GRADE
• MENGGUNAKAN TIANG PANCANG DIAMETER 0.6 M
• SECARA KESELURUHAN DIBAGI MENJADI 3 TIPE PILE SLAB:
– PILE SLAB TIPE 1, JARAK ANTAR TIANG 2.7 M
– PILE SLAB TIPE 2, JARAK ANTAR TIANG 1.8 M
– PILE SLAB TIPE 3, JARAK ANTAR TIANG 1.4 M
PEMILIHAN SISTEM KONSTRUKSI

Rencana Potongan Melintang Pile Slab Tipe 1


25.40

3.00 7.20 1.50 1.00 1.50 7.20 3.00

2.70 2.70 2.70 2.70 2.70 2.70 2.70 2.70 2.70 5.00 5.00

STA PANJANG JALAN


STA 2+300 s/d 2+400 100
STA 2+400 s/d 5+550 3150

5.00
STA 5+550 s/d 6+250 700
STA 9+550 s/d 9+650 100
STA 9+650 s/d 11+950 2300
STA 11+950 s/d 12+050 100
STA 12+050 s/d 13+200 1150
5.00

STA 13+200 s/d 13+300 100


STA 13+300 s/d 17+600 4300
STA 17+600 s/d 17+800 200
Total 12200
PEMILIHAN SISTEM KONSTRUKSI

Penerapan Konstruksi Pile Slab di Indonesia

Jembatan Martadipura Kota Baru Kukar


PEMILIHAN SISTEM KONSTRUKSI

• Cakar Ayam
PEMILIHAN SISTEM KONSTRUKSI

KONSTRUKSI CAKAR AYAM

Asumsi yang digunakan:

• Cakar ayam digunakan terutama pada main road sta 0+000 sampai

17+800

• Cakar ayam yang digunakan dibagi menjadi 2 tipe:


– Sistem cakar ayam dengan beton pentagon

– Sistem cakar ayam dengan balok dan kolom

• Untuk elevasi finish grade kurang dari 3 m, digunakan sistem

pentagon, sedangkan lebih dari 3 m digunakan balok kolom


PEMILIHAN SISTEM KONSTRUKSI
Tipikal Konstruksi Cakar Ayam

CAKAR AYAM SISTEM BETON PENTAGON

CAKAR AYAM SISTEM BALOK KOLOM


PEMILIHAN SISTEM KONSTRUKSI

Penerapan Konstruksi Cakar Ayam di Indeonesia

Sungai Penuh Jambi


PEMILIHAN SISTEM KONSTRUKSI

Penerapan Konstruksi Cakar Ayam di Indeonesia

Jalan Akses Lubuk Gaung Riau


PEMILIHAN SISTEM KONSTRUKSI

• Soil Improvement
PVD dengan preloading PVD dengan system vacuum
timbunan tanah (Vacuum Consolidation Method)
PEMILIHAN SISTEM KONSTRUKSI

KONSTRUKSI SOIL IMPROVEMENT

Asumsi yang digunakan:

• Untuk tanah dengan kondisi yang tidak baik digunakan soil improvement

• Soil improvement digunakan terutama pada main road STA 0+000 sampai
17+800

• Soil improvement menggunakan


– Pre loading dan vertical drain

– Pre loading dengan sistem vakum (vacuum consolidation method)


PEMILIHAN SISTEM KONSTRUKSI

PVD dengan Pre Loading Timbunan Tanah

Sangat tergantung pada :


1. Cuaca pada waktu pelaksanaan,
2. Kerapihan pemasangan vertical drain,
3. Ketersediaan selected material Untuk
pelaksanaan Pre Loading pada bidang
PEMILIHAN SISTEM KONSTRUKSI
PVD dengan Pre Loading Timbunan Tanah
PEMILIHAN SISTEM KONSTRUKSI

Vacuum Consolidation Method


Beban tanah diganti dengan tekanan atmosfer
Vacuum Consolidation Method (VCM) terdiri dari:
• sistem drainase vertikal melalui Perforated Vertical Drain (PVD)
• sistem drainase horisontal melalui media pasir & Perforated Horizontal Pipe (PHD).
Keseluruhan sistem kemudian ditutup dengan geomembrane supaya kedap terhadap air
dan udara dari luar.
Geomembrane tersebut selanjutnya dikunci kedalam lapisan kedap di sekeliling area
yang akan di vakum.
PEMILIHAN SISTEM KONSTRUKSI

Vacuum Consolidation Method


PEMILIHAN SISTEM KONSTRUKSI

Penerapan Vacuum Consolidation Method di Indonesia


PEMILIHAN SISTEM KONSTRUKSI

Soil Improvement
Kriteria Pile Slab Cakar Ayam Modifikasi
PVD dengan Pre Loading PVD dengan Sistem Vacuun (VCM)
Timbunan Tanah
Estimasi biaya konstruksi
1. Murah
2. Mahal 3 2 1 2
3. Paling mahal
Kriteria stabilitas
 SF > 1.1  Dapat dicapai  Dapat dicapai  Dapat dicapai  Dapat dicapai
selama kontruksi

 SF > 1.3  Dapat dicapai  Dapat dicapai  Dapat dicapai  Dapat dicapai
selama operasional
Kriteria penurunan

 Penurunan > 90%  Dapat dicapai  Tidak dapat dicapai  Dapat dicapai  Dapat dicapai
konsolidasi selama
konstruksi1
 Kecepatan penurunan  Dapat dicapai  Tidak dapat dicapai  Dapat dicapai  Dapat dicapai
< 2cm/tahun
selama operasional1
 Penurunan < 10cm  Dapat dicapai  Tidak dapat dicapai  Dapat dicapai  Dapat dicapai
selama operasional2
Catatan : Catatan : Catatan: Catatan:
 Pondasi harus  Perkiraan penurunan maksimum • Dibutuhkan material • Dapat menggunakan material
dipancang hingga sebesar 2-3m terjadi selama masa tanahdalam jumlah hasil normalisasi sungai
tanah keras agar operasional besar
tidak terjadi  Pada jangka panjang, penambahan • Dampak Lingkungan
penurunan perumahan dan penurunan air
tanah akibat pemompaan dapat
menambah penurunan tersebut.
 Masalah perbedaan penurunan
pada oprit jembatan dan jembatan
belum clear
PEMILIHAN SISTEM KONSTRUKSI

Soil Improvement
Kriteria Pile Slab Cakar Ayam Modifikasi
PVD dengan Pre Loading PVD dengan Sistem Vacuun (VCM)
Timbunan tanah
Estimasi waktu pelaksanaan
konstruksi
1. Paling cepat 1 2 3 2
2. Cepat
3. Lama
4. Paling lama
Constructibility  Metoda konstruksi  Metoda konstruksi sederhana  Metoda konstruksi  Diperlukan kontraktor
sederhana dan sederhana dan spesialis yang tidak
 Membutuhkan desain dari
sudah jamak sudah jamak banyak di Indonesia
pemegang paten
dilakukan di dilakukan di
Indonesia Indonesia
Kebutuhan tanah timbunan
dengan quarry yang sangat
terbatas 1 2 4 3
1. Paling sedikit
2. Sedkit
3. Banyak
4. Paling banyak
Potensi masalah  Relatif tidak ada  Ruang di bawah jalan akibat  Banjir, diperlukan  Banjir, diperlukan
sosial/lingkungan yang konstruksi kolom spasi 2.5m dan perencanaan perencanaan drainase
ditimbulkan tinggi 3.0m dapat digunakan drainase
sebagai tempat tinggal dan
berpotensi terjadi kebakaran
Right of Way  Tidak ada masalah  Tidak ada masalah ROW  Membutuhkan  Tidak ada masalah ROW
ROW area signifikasi
untuk
counterweight
berm
PEMILIHAN SISTEM KONSTRUKSI

200%

180%

160%

140%

120%

100%

80%

60%

40%

20%

0%

Pile Slab Cakar Ayam PVD dengan PVD dengan


timbunan VCM
Tanah
Vacuum Consolidation Method
JALAN TOL RUAS PALEMBANG-INDRALAYA
Vacuum Consolidation Method
Keunggulan Vacuum Consolidatin Method
• Bisa menggunakan material apa saja seperti pasir dari hasil normalisai sungai di sekitar lokasi
proyek

• Konsolidasi bersifat isotropik sehingga risiko ketidakstabilan lereng dapat dieliminir.

• Membutuhkan proses konsolidasi yang singkat, antara 3 – 4 bulan per area kerja.

• Memiliki gangguan yang rendah terhadap kegiatan pekerjaan lainnya, bahkan dapat
melakukan overlap dengan pekerjaan lain sehingga jadwal konstruksi secara keseluruhan
dapat dipersingkat.

• Ramah lingkungan, perbaikan tanah bersifat mekanis tanpa penggunaan bahan-bahan kimia.
Tidak menyebabkan kerusakan pada lingkungan berupa:
– Polusi Udara

– Kemacetan

– Kerusakan Jalan

Kekurangan/hal-hal yang perlu diperhatikan:

• Metode belum dikenal secara umum di Indonesia.

• Pengawasan yang terus menerus


Vacuum Consolidation Method
Spesifikasi dan Acuan Persyaratan
• Panduan Geoteknik 4, Desain dan Konstruksi Timbunan Jalan pada Tanah Lunak. Pedoman
Kimpraswil No: Pt T-10-2002-B, 2002.

• Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02/M/BM/2013. Dirjen Bina Marga Kementerian PU

spesifikasi yang ditetapkan adalah sebagai berikut :

1. Penurunan pasca konstruksi kurang dari 10 cm dalam waktu 10 tahun (diukur dari elevasi subgrade
final).

2. Derajat konsolidasi mencapai minimum 90% (Perhitungan menggunakan metode Asaoka didasarkan
saat urugan pada elevasi subgrade final).

3. Faktor keamanan kestabilan lereng timbunan minimum sebesar 1.5 (perhitungan dilakukan pada
kondisi layanan dengan beban perkerasan dan beban lalu lintas).

4. Daya dukung ijin di atas lapisan subgrade minimum 110 kPa dengan faktor keamanan 2 (pengujian
menggunakan Plate Load Test dengan ukuran pelat 1 x 1 m).

5. Ketebalan material subgrade dengan menggunakan material urugan biasa adalah minimum 1 m
(spesifikasi material urugan mengacu standar nasional yang ditetapkan).
PEMILIHAN KONSTRUKSI DI ATAS TANAH SETELAH
DILAKUKAN SOIL IMPROVEMENT

JALAN TOL RUAS PALEMBANG-INDRALAYA


Pemilihan Konstruksi di atas Soil Improvement

Beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan perkerasan jalan,


antara lain :

1. Jenis perkerasan, yaitu : Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) atau Perkerasan


Kaku (Rigid/Concrete Pavement)

2. Biaya konstruksi dan efisiensi investasi

3. Dalam pemilihan jenis perkerasan diatas, kadang-kadang perlu mempertimbangkan


biaya konstruksi dalam kaitannya dengan efisiensi investasi yang ditanamkan

4. Kondisi lokal yang ada


Pemilihan Konstruksi di atas Soil Improvement

Berdasarkan studi-studi terdahulu, perbandingan perkerasan lentur dengan perkerasan kaku,


adalah sebagai berikut :

 Biaya konstruksi perkerasan kaku relatif lebih mahal dibandingkan perkerasan lentur

 Perkerasan kaku tidak mudah rusak dan relatif tidak memerlukan perawatan sedangkan
perkerasan lentur relatif lebih mudah rusak dan memerlukan pemeliharaan yang kontinyu

 Biaya investasi total konstruksi dengan biaya pemeliharaan jalan, maka penggunaan
perkerasan kaku akan lebih efisien bila dibandingkan dengan perkerasan lentur

Tetapi dikarenakan kondisi tanah pada ruas jalan tol Palembang – Simpang Indralaya
yang merupakan tanah lempung dengan plastisitas yang tinggi dan penggunaan
teknologi Vacuum Consolidation Method sedang dalam proses pengamatan sisa
konsolidasi maka perkerasan jalan yang digunakan sementara adalah perkerasan lentur
Pemilihan Konstruksi di atas Soil Improvement

Tipikal Potongan Melintang Jalan

ROUNDING

ROUNDING
BAHU LUAR JALAN UTAMA MEDIAN JALAN UTAMA BAHU LUAR

BAHU DALAM

BAHU DALAM
-4% -2% -2% -4%
PAGAR ROW

PAGAR ROW
1:2
1:2
PEMBANGUNAN
Video Pemasangan Vertical Drain
Video Progres Jalan Tol Palembang-Indralaya
67

Anda mungkin juga menyukai