LAPORAN ANTARA
PERENCANAAN ANGKUTAN
BARANG MENUJU PENURUNAN
BIAYA LOGISTIK TERHADAP PDB
DI KAWASAN INDUSTRI
DI INDONESIA
PT. AULIA SAKTI INTERNASIONAL
1
OUTLINE 01 PENDAHULUAN
02 TINJAUAN UMUM
03 METODOLOGI
04 HASIL SURVEI
05 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
2
01
PENDAHULUAN
3
LATAR BELAKANG
Persen
20
FLUKTUASI, LPI India 44 3.18 20
1.905 JUTA KM2 15
KELANGKAAN BARANG Rendah Indonesia 46 3.15 13 13
• 17.504 PULAU 15
ANTAR WILAYAH Côte d'Ivoire 50 3.08
10 8
Philippines 60 2.90
Ukraine 66 2.83 5
Egypt, Arab Rep. 67 2.82 0
Kenya 68 2.81
Lao PDR 82 2.70
Jordan 84 2.69
4
BEBERAPA REGULASI TERKAIT LOGISTIK [1]
• UU No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
• UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
• UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
• UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
UNDANG- • UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
UNDANG • UU No. 38 Tahun 2009 tentang Pos
• UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan
• UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan
• UU No. 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
• Perpres No. 48 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011 tentang
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025
• Perpres No. 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional
PERATURAN • Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019
PRESIDEN • Perpres No. 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang
Penting
5
BEBERAPA REGULASI TERKAIT LOGISTIK [2]
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN
• Kepmenhub No. 14 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan dan • Permendag No. 90 Tahun 2014 tentang Penataan dan Pembinaan
Pengusahaan Bongkar Muat Barang Dari dan Ke Kapal Pergudangan
• Permenhub KM 49 Tahun 2005 tentang Sistem Transportasi • Permendag No. 24 Tahun 2015 tentang Penetapan Harga Patokan
Nasional (Sistranas) Ekspor Atas Produk Pertanian dan Kehutanan yang Dikenakan Bea
• Permenhub No. 43 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Keluar
Perkeretaapian Nasional • Permendagri No. 96 Tahun 2016 tentang Pembayaran Ketersediaan
• Permenhub No. 8 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan dan Layanan dalam Rangka Kerjasama Pemerintah Daerah dengan
Pengusahaan Angkutan Multimoda Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur di Daerah
• Kepmenhub No. 725 Tahun 2014 tentang Rencana Induk • Peraturan Menteri Perdagangan No. 64/M-Dag/Per/9/2016 tentang
Pelabuhan Nasional Ketentuan Pemasukan dan Pengeluaran Barang Asal Luar Daerah
Pabean ke dan dari Pusat Logistik Berikat
• Permenhub No. 130 Tahun 2016 tentang Jasa Pengurusan
Transportasi
• Permenkeu No. 272 Tahun 2015 tentang Pusat Logistik • Permendag No. 90 Tahun 2014 tentang Penataan dan
Berikat Pembinaan Pergudangan
• Permenkeu No. 260 Tahun 2016 tentang Tata Cara • Permendag No. 24 Tahun 2015 tentang Penetapan Harga
Pembayaran Ketersediaan Layanan pada Proyek Kerja Sama Patokan Ekspor Atas Produk Pertanian dan Kehutanan yang
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Rangka Dikenakan Bea KeluarPerdirjen Bea dan Cukai No. Per-
Penyediaan Infrastruktur 01/BC/2016 tentang Tata Laksana Pusat Logistik Berikat
• Permenkeu No. 60 Tahun 2017 tentang Tata Cara • Perdirjen Bea dan Cukai No. Per-02/BC/2016 tentang Tata
Pemberian Jaminan Pemerintah Pusat untuk Percepatan Laksana Pengeluaran Barang Impor dari Kawasan Pabean
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional untuk Ditimbun di Pusat Logistik Berikat
• Permenkeu No. 95 Tahun 2017 tentang Ruang Lingkup dan • Perdirjen Bea dan Cukai No. Per-03/BC/2016 tentang Tata
Tata Cara Pemberian Penjaminan Pemerintah di Bidang Laksana Pengeluaran Barang Impor dari Pusat Logistik
Infrastruktur oleh Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur Berikat untuk Diimpor untuk Dipakai
7
LATAR BELAKANG & TUJUAN PEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI
8
KEK DAN PSN SEBAGAI AGENDA PRIORITAS NASIONAL
9
02
TINJAUAN UMUM
10
KINERJA SEKTOR LOGISTIK INDONESIA
11
LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI SERTA PDB INDUSTRI & LOGISTIK
TRIWULAN I TAHUN 2019 & 2020
12
DISTRIBUSI & PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK BRUTO 2019
13
PERKEMBANGAN & PROYEKSI PDB SEKTOR TRANSPORTASI DAN
PERGUDANGAN
14
PERTUMBUHAN SUB SEKTOR TRANSPORTASI
15
PERTIMBANGAN KETENTUAN KEK DAN PSN
a) Lokasi strategis sebagai pusat pertumbuhan dan distribusi a) Terintegrasinya KEK Bitung dengan konsep pengembangan
barang dan penunjang logistik kawasan timur Indonesia Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
b) Mempunyai akses internasional khususnya ke Brunei b) Pengembangan jaringan jalan tol
Darusallam, Indonesia, Malaysia, The Philippines-east c) Tersedianya jaringan Jalan Nasional
ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA), Australia-Indonesia
Development Area (AIDA), Asia Timur, dan Pasifik
c) Berdekatan dengan adanya rencana pengembangan
International Hub Port (IHP)
16
LOGISTIK, SUPPLY CHAIN DAN DAYA SAING PRODUK/KOMODITAS
KEPASTIAN KEPASTIAN
WAKTU WAKTU
PENURUNAN PENURUNAN
OPTIMASI OPTIMASI
BIAYA BIAYA
PERSEDIAAN PENGIRIMAN
PERSEDIAAN PENGIRIMAN
DAYA
DAYA SAING
EFISIENSI BIAYA
PENURUNAN SAING EFISIENSI BIAYA
PENURUNAN
HARGA POKOK HARGA POKOK
LOGISTIK LOGISTIK
PRODUKSI PENJUALAN
PENURUNAN PENURUNAN
SKALA EKONOMI SKALA EKONOMI
BIAYA BIAYA
PENGADAAN PENGIRIMAN
PENGADAAN PENGIRIMAN
KECEPATAN PENYEBARAN
PERTUMBUHAN
PELAYANAN PEMBANGUNAN
SKALA EKONOMI WILAYAH
INFRASTRUKTUR INFRASTRUKTUR
DAYA
WAKTU TEMPUH
SAING BIAYA KERUSAKAN ARMADA
KERUSAKAN
INFRASTRUKTUR 18
LOGISTICS COMPETITIVENESS INDONESIA
19
VOLUME EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2020
DAN TINGKAT PERTUMBUHANNYA TAHUN 2019 & 2020
Kriteria Kriteria
Kuantitatif Kualitatif
1) Memenuhi kebutuhan dalam negeri dan substitusi import, 1) Memperkokoh konektivitas ekonomi nasional
atau memiliki potensi pasar yang tumbuh pesat didalam
negeri 2) Menopang ketahanan pangan, Kesehatan dan energi
2) Meningkatkan kuantitas dan kualitas penyerapan tenaga 3) Mendorong penyebaran dan pemerataan industri
kerja atau mampu menciptakan lapangan kerja produktif
3) Memiliki daya saing Internasional atau memiliki potensi
untuk tumbuh dan bersaing di pasar global
4) Memberikan nilai tambah yang tumbuh progresif didalam
negeri atau memiliki potensi untuk tumbuh pesat dalam
kemandirian
5) Memperkuat, memperdalam dan menyehatkan struktur
industry
6) Memilikim keunggulan komparatif, penguasaan bahan
baku dan tekhnologi
22
03
METODOLOGI
23
LOKASI STUDI KAWASAN INDUSTRI
NO KAWASAN LOKASI
INDUSTRI
1 DEMAK DEMAK
2 GRESIK GRESIK
4 LANDAK KETAPANG
5 BANTAENG BANTAENG
6 WEDA HALMAHERA
TENGAH
7 KONAWE KONAWE
8 BATAM BATAM
24
TANTANGAN PERBAIKAN SISTEM LOGISTIK DAN RANTAI PASOK
Perencanaan dan
implementasi Sistem
Manajemen Risiko 25
Sumber: Supply Chain Indonesia
KERANGKA KONSEP
TARIF
INFRA- KUALITAS EFISIENSI KETERLAM-
REGULASI
KUALITAS
LAYANAN
COST
LOGISTICS
LOGISTICS
PERFORMANCE PDB
STRUKTUR JASA PROSES BATAN LOGISTIK
PANDEMI COVID 19
26
METODE PENELITIAN
KUALITAS
INFRASTRUKTUR ADMINISTRASI
KUALITAS
BIAYA
KUALITAS JASA LAYANAN
LOGISTIK
LOGISTIK TRANSPORTASI
EFISIENSI PROSES
KETERLAMBATAN PENYIMPANAN
KINERJA
PERUSAHAAN
REGULASI
FORMATIF
FREKUENSI
REFLEKTIF SALES
PENGIRIMAN
27
KERANGKA PENELITIAN
KUANTITATIF KUALITATIF
WAWANCARA, FGD STAKEHOLDER
PENGUMPULAN DATA STUDI DOKUMENTASI ANALISIS
SEM
ANALISIS DAN PEMBAHASAN DESKRIPTIF
AHP
PENYUSUNAN MODEL
PERENCANAAN
VISI 2025
Locally Integrated, Globally Connected for
National Competitiveness and Social
Welfare
30
DATA UMUM 8 WILAYAH STUDI
NO. URAIAN KOTA BATAM KAB. SIMALUNGUN KAB. GRESIK KAB. DEMAK
1 Letak Geografis Luas wilayah daratan Kota Batam 020 36’ – 030 18’ Lintang Utara dan 112° – 113° BT (Bujur Timur) dan 7°– 110º27’58’’-110º48’47’’ Bujur
mencapai 1.038,84 km2 dan luas antara 980 32’ − 990 35’ Bujur Timur 8° LS (Lintang Selatan). luas wilayah Timur dan 6º43’26’’-7º09’43’’
wilayah perairannya yaitu 2.791,09 dengan luas 4 372,5 km2 1.191,25 km2 Lintang Selatan luas wilayah
km2. 89.743 ha.
2 Demografis Penduduk 2020 bulan September, Penduduk Tahun 2020 sebanyak Penduduk 2020 sebanyak 1.311.215 Penduduk Demak th 2020
tercatat sebesar 1.196. 396 jiwa 990.246 jiwa jiwa sebanyak sebanyak 1.203.956
jiwa
3 Struktur Ruang komponen pembentuk struktur Sbg pusat kegiatan lokal (PKL). a. kota Pusat Kegiatan Nasional di Struktur Ruang Perkotaan PKN
ruang wilayah kota dikembangkan Pamatang Raya, kecamatan Raya. Kabupaten diarahkan di PKN (Pusat Kegiatan Nasional)
dengan Sistem Pusat Kota, Sub b. kota Perdagangan, kecamatan Gerbangkertosusila merupakan bagian dari Kawasan
Pusat Kota dan Pusat Lingkungan Bandar. Strategis Nasional
c. kota Parapat, kecamatan Girsang
Sipangan Bolon.
d. kota Saribu Dolok, kecamatan
Silimakuta
Pusat Kota, yang untuk pelayanan PPK diarahkan hampir diseluruh PKL sebagaimana dimaksud
lokal seluruh kota, regional, kecamatan dalam meliputi: a. Kawasan
nasional, dan internasional Perkotaan Demak; dan b.
Kawasan Perkotaan Mranggen
Sub Pusat Kota, yang merupakan
pusat pelayanan hirarki ke2 (dua)
untuk pelayanan lokal setingkat
wilayah kecamatan
Pusat Lingkungan setingkat wilayah
kelurahan atau setingkat satuan
lingkungan permukiman
NO. URAIAN KABUPATEN KETAPANG KAB. BANTENG KAB. KONAWE KAB. HALMAHERA TENGAH
1 Letak Geografis 0°19’26,51” Lintang Selatan (LS) sampai 5°21’13’’ 5°35’26’’ Lintang Selatan dan 02o45’ dan 04o15’ Lintang Selatan, 0° 45’ Lintang Utara0° 15’ Lintang Selatan
dengan 3°4’16,59” Lintang Selatan (LS) 119°51’42’’-120°05’27’’ Bujur Timur membujur dari Barat ke Timur antara dan 127° 45’129° 26’ Bujur Timur daratan
dan 109°47’ 36,55” Bujur Timur (BT) daratan mencapai 395.83 km2 dan luas 121o15’ dan 123o30’ BujurTimur 2.276,86 km², lautan 6.104,65 km²
sampai dengan 111°21’37,36” Bujur wilayah perairan mecapai 144 km2
Timur (BT) luas sebesar 146.807 km2.
2 Demografis penduduk Kabupaten Ketapang 2020 sensus penduduk 2020 sebanyak Kabupaten Konawe Tahun 2020 Halmahera Tengah tahun 2020 adalah
sebanyak 570.657 196.716 jiwa sebanyak 257.011 jiwa 56.802 jiwa
3 Struktur Ruang Ketapang sebagai PKW PKL, yaitu PKL Kawasan Perkotaan PKW; terdapat di Unaaha. Kabupaten Halmahera tengah merupakan
Bantaeng di Kecamatan Bantaeng. PKW yaitu kawasan perkotaan, sedangkan
PKLyaitu Kecamatan Patani Desa
Kipae, Kecamatan Pulau Gebe Desa
Kapaleo,dan Kecamatan Weda Tengah
Desa
Lelilef
Weda.
4 Pola Pemanfaatan kawasan peruntukan industri besar; Kawasan peruntukan industry besar; rencana kawasan industri rotan dan Kawasan industri besar pengilahan nikel
Ruang terdapat di Kecamatan Delta Pawan, kawasan peruntukan industri besar kayu di Kecamatan Anggaberi. Rencana dikembangkan di Desa Lelilef Kecamatan
Kecamatan Muara Pawan, Kecamatan ditetapkan di Kawasan Industri Bantaeng kawasan industri di Kecamatan Puriala, Weda Tengah dan Putal Gebe, dengan
Matan Hilir Utara, Kecamatan Matan di Kecamatan Pa’jukukang Pondidaha, Bondoala, Kapoiala dan luasan kurang lebih 538,41 Ha
Hilir Selatan, dan Kecamatan Amonggedo
Kendawangan
Sumber: Hasil survey 2021 32
Matriks Kondisi Eksisting 8 wilayah Studi
No Indikator Batam Sei Mangke Gresik Demak Ketapang Bantaeng Konawe Halmahera Tengah
1 Infrastruktur Jalan Baik Buruk Baik Cukup Baik Kurang Baik Cukup Baik Kurang Baik Kurang baik
2 Infrastruktur Rel Tidak Ada Terbatas dan masih Baik Terbatas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
dibangun
3 Infrastruktur Sangat Baik dalam Sangat baik (Kuala Baik Tidak ada Tidak ada Cukup Kurang memadai
pelabuhan laut Peningkatan Tanjung) (Terdekat
infrastruktur Makasar)
4 Infrastruktur bandar Tersedia Tidak ada Akses tol Tidak ada Terbatas dan Tidak ada Tidak Ada Tidak ada
udara rencana relokasi
5 Kawasan industri Berkembang baik Berkembang lambat Berkembang baik Berkembang Terbatas dan Cukup (Dalam Terbatas dan Terbatas dan
lambat berkembang lambat Pengembangan) berkembang berkembang lambat
lambat
6 Perusahaan jasa Berkembang baik Cuku berkembang Berkembang baik Cukup Cukup berkembang Belum Belum berkembang Belum berkembang
transportasi dan berkembang berkembang
logistik
7 Kondisi kebijakan Kawasan BATAMINDO KEK Sei Mangke Kawasan JIIPE Kawasan JIPS Kawasan Industri Cukup baik Kawasan PSN dan Kawasan PSN dan
yang masih dalam memiliki otonomi terintegrasi KI masih dalam Ketapang secara masih terbatas masih terbatas
pengembangan khusus dengan Pelabuhan pengembangan jhusus
laut
33
34
KONDISI KAWASAN INDUSTRI KOTA BATAM
Kondisi Infrastruktur Jalan di Batam
✓ Infrastruktur jalan kewilayah Kawasan industry sudah termasuk kategori baik dan layak dengan lebar
jalan 8 meter sampai dengan 12 meter.
✓ Infrastruktur jalan kewilayah Pelabuhan laut sekupang dan Pelabuhan laut Batu Ampar sangat layak
bahkan dapat dilalui oleh kendaraan sumbu 5 atau angkutan barang 40 feets
✓ Infrastruktur jalan ke pusat pusat kegiatan ekonomi seperti pasar, perkantoran dan wilayah Kawasan
pemukiman juga cukup baik dan terintegrasi
35
KONDISI KAWASAN INDUSTRI KOTA BATAM
Kebijakan regulasi dikota Batam
✓ Penyelenggaraan Pelabuhan di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam diNomor: KP 994
Tahun 2017 –Nomor:1456/SPJ/KA/11/2017kukuhkan dengan Surat Keputusan Bersama
✓ Sesuai dengan RPJMN 2019-2024 Batam merupakan kawasan strategis perdagangan bebas dan pelabuhan
bebas.
✓ Keppres No 41 tahun 1973 dan Keppres No 05 tahun 1983 yang menjadikan Batam sebagai pusat
pengembangan industry
✓ SE - KSOP.Btm 22 Tahun 2021 Tentang Pelaksanaan Perizinan Berusaha Sektor Transportasi Bidang
Kepelabuhanan Di Batam
✓ Memiliki kebijakan dalam menyelaraskan arus lalu lintas barang untuk penataan logistic dengan platform BLE
(Batam Logistik Ecosystem)
36
37
KONDISI KAWASAN INDUSTRI KABUPATEN SIMALUNGUN
Simalungun adalah salah satu lokasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia
yang dikenal dengan nama Kawasan Ekonomi Khusus Se Mangkei. KEK ini difokuskan
untuk industri kelapa sawit dan disambungkan ke Pelabuhan Internasional Kuala
Tanjung Kabupaten Batu Bara. Beberapa perusahaan yang ada di KEK ini antara lain
PT. Unilever Oleochemical, PT Industri Nabati Lestari, dan PT Aice Sumatra Industri
38
KONDISI KAWASAN INDUSTRI KABUPATEN SIMALUNGUN
Kondisi Infrastruktur Pelabuhan di Kabupaten Simalungun
✓ Infrastruktur Pelabuhan Kuala Tanjung terletak di wilayah Kabupaten Batu Bara yang
dapat ditempuh 1-2 jam perjanan darat, dibandingkan distribusi logistic ke Belawan
memakan waktu tempuh 3 jam, ini sudah melalui jalan tol yang telah tersedia mulai
dari wilayah Siantar
✓ Infrastruktur Pelabuhan Kuala Tanjung sangat siap dengan untuk melakukan bongkar
muat barang logistic yang telah ditunjang dengan 3 crane dan 3 buah fasilitas bongkar
muat curah
40
41
KONDISI KAWASAN INDUSTRI KABUPATEN DEMAK – JAWA TENGAH
Kondisi Infrastruktur Jalan di Kabupaten Demak – Jawa Tengah
✓ Infrastruktur jalan di Kabupaten Demak masih perlu dilakukan peningkatan badan jalan
yang saat ini sudah tidak seimbang dengan volume kendaraan yang melintas seiring dengan
tumbuhnya Kawasan industry di sepanjang jalan nasional.
✓ Infrastruktur jalan tol Semarang Demak belum seluruhnya dapat di akses oleh kendaraan
angkutan barang logistic.
✓ Penurunan permukaan tanah salah satu hambatan dalam meningkatkan fasilitas jalan di
wilayah kabupaten Demak, akibat tingginya penggunaan air tanah dan abrasi wilayah
pesisir di Kabupaten Demak
42
KONDISI KAWASAN INDUSTRI KABUPATEN DEMAK – JAWA TENGAH
Kebijakan regulasi Kabupaten Demak
✓ Kawasan menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 adalah Wilayah dengan fungsi utama
lindung atau budidaya. Kawasan industri menurut Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 tentang
Kawasan Industri Pasal 1, merupakan kawasan tempat pemusatan kegiatan industry pengolahan
(manufacture) yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang lainnya yang
disediakan oleh badan pengelola (pemerintah/swasta), sehingga para investor akan memiliki
semangat untuk memasukkan modalnya disektor industri.
✓ kebijakan terkait perindustrian di Kabupaten Demak yang lebih komprehensif sehingga para investor
dalam pembangunan proyeknya mendapat suatu acuan demi terciptanya kondisi yang baik dan
kondusif, tidak hanya bagi investor sendiri, namun juga lingkungan di wilayah Kabupaten Demak.
43
44
KONDISI KAWASAN INDUSTRI KABUPATEN GRESIK – JAWA TIMUR
45
KONDISI KAWASAN INDUSTRI KABUPATEN GRESIK – JAWA TIMUR
46
47
KONDISI KAWASAN INDUSTRI KABUPATEN KONAWE – SULTRA
Kondisi Infrastruktur Jalan di Kabupaten Konawe – Sultra
✓ Infrastruktur jalan Kawasan industry ke pelabuhan belum memadai, jalan propinsi dan
kabupaten kondisinya banyak yang rusak
48
49
KONDISI KAWASAN INDUSTRI KABUPATEN BANTAENG – SULSEL
Kondisi Kawasan Industri Kabupaten Bantaeng - Sulsel
• Kawasan Industri yang di rencanakan adalah 3000 hektar yang sebagian besar
masih di miliki oleh warga. Tidak ada pertentangan dari warga terhadap rencana
penggunaan lahan di kawasan Industri tersebut.
• Kawasan Industri Bantaeng terletak 110 Kilo meter dari Kota Makassar dapat di
tempuh kurang lebih 3 jam perjalanan darat dari Kota Makassar.
• Existing tenants saat ini baru PT. Huadi dengan yang menguasai lahan sebesar 600
hektar dan lahan yang digunakan saat ini seluas 200 hektar .
50
KONDISI KAWASAN INDUSTRI KABUPATEN BANTAENG – SULSEL
51
52
KONDISI KAWASAN INDUSTRI KABUPATEN KETAPANG – KALBAR
53
KONDISI KAWASAN INDUSTRI KABUPATEN KETAPANG – KALBAR
54
KONDISI KAWASAN INDUSTRI KABUPATEN KETAPANG – KALBAR
55
56
KONDISI KAWASAN INDUSTRI KABUPATEN HALMAHERA TENGAH – MALUKU
UTARA
Kondisi Infrastruktur Jalan di Kabupaten Halmahera Tengah – Maluku
Utara
✓ Infrastruktur jalan dari kabupaten Halteng – Weda menuju keibukota
provinsi Maluku utara memakan waktu 4 jam perjalanan dengan
kondisi jalan yang beberapa spot masih terdapat kerusakan dan
berlubang dan sangat tinggi biayanya bila distribusi logistic melewati
jalan darat
✓ Lebar jalan utama masih sangat kurang mengakomodir untuk
kendaraan berat dan angkutan barang dengan ukuran midle
57
KONDISI KAWASAN INDUSTRI KABUPATEN HALMAHERA TENGAH – MALUKU
UTARA
Kondisi Infrastruktur Pelabuhan di Kabupaten Halmahera Tengah
– Maluku Utara
✓ Infrastruktur Pelabuhan Weda saat ini hanya memiliki satu unit crane
mobile dan dengan fasilitas area penumpukkan barang yang sangat
minimum
✓ KSOP membawahi ada tiga Pelabuhan dengan status Tersus dalam
mengakomodasi kegiatan dari beberapa Kawasan industry yang ada di
Halmahera Tengah
58
KONDISI KAWASAN INDUSTRI KABUPATEN HALMAHERA TENGAH – MALUKU
UTARA
Kondisi Infrastruktur Bandar Udara Kabupaten Halmahera Tengah
– Maluku Utara
✓ Bandar Udara Weda belum beroperasi dengan runway tahap 1
sepanjang 1.000 m x 23 m, taxiway 85,5 m x 15 m, apron 60 m x 70
m dan gedung terminal 500m2, rencananya pada tahap awal akan
melayani pesawat Grand Caravan.
59
DATA ASAL-TUJUAN BARANG DARI BEBERAPA KOTA/KABUPATEN
DENGAN TUJUAN JAKARTA TAHUN 2016
60
05
ANALISIS DAN
PEMBAHASAN
61
SAMPEL PENGGUNA JASA LOGISTIK DI 8 KAWASAN INDUSTRI
62
SKORING PERSEPSI INDEKS
Persepsi Indeks = Penilaian Pengguna Jasa terhadap Kondisi kualitas layanan
logistic SKOR KRITERIA
Persepsi indeks = Jumlah Frequensi masing-masing kategori Penilaian dikalikan
bobot per kategori penilaian dibagi skor ideal 0 -19 Tidak Baik
Bobot penilaian menggunakan skala ordinal dari 1-5 dimana kondisi paling buruk 20-29 Kurang baik
diberi bobot 1 dan kondisi paling baik diberi bobot 5 30-49 Cukup
SKOR IDEAL = Jumlah sampel dikali bobot tertinggi 50-79 Baik
80-100 Sangat Baik
Contoh Perhitungan:
SEIMANGKEI 0,53
INDIKATOR DAN TARIF
➢ Biaya pelabuhan KONAWE 0,50
➢ Biaya bandara
GRESIK 0,53
➢ Tarif transportasi jalan
➢ Tarif transportasi KA DEMAK 0,52
➢ Biaya pergudangan/alih muat
BATAM 0,54
➢ Biaya agen
0,45 0,46 0,47 0,48 0,49 0,50 0,51 0,52 0,53 0,54 0,55
SEIMANGKEI 0,66
INDIKATOR KUALITAS INFRASTRUKTUR
KONAWE 0,55
➢ Kualitas Pelabuhan
➢ Kualitas Bandara GRESIK 0,68
➢ Kualitas Jalan DEMAK 0,65
➢ Kualitas Rel Kereta
➢ Kualitas Fasilitas pergudangan/alih BATAM 0,70
➢ Freight Forwarder
➢ Kantor Bea dan Cukai DEMAK 0,63
SEIMANGKEI 0,67
INDIKATOR EFESIENSI PROSES
➢ Izin dan pengiriman impor barang KONAWE 0,55
RATA-RATA
▪ Rata-rata persepsi pengguna jasa 0,60 0,60
KONAWE 0,56
➢ Transshipment maritim - 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80
➢ Faktor cuaca / factor alam lainnya
68
REGULASI PERSEPSI INDEKS REGULASI
Menurut Wilayah
▪ Rata-rata persepsi pengguna jasa 0,62
▪ Persepsi pengguna jasa tertinggi di RATA-RATA 0,62
➢ Regulasi Pergudangan dan distribusi 0,54 0,56 0,58 0,60 0,62 0,64 0,66
BATAM DEMAK GRESIK KONAWE SEI MANGKEI BANTAENG KETAPANG HALTENG RATA-RATA
BIAYA DAN TARIF 0,54 0,52 0,53 0,50 0,53 0,51 0,48 0,49 0,51
INFRASTRUKTUR 0,70 0,65 0,68 0,55 0,66 0,63 0,54 0,50 0,61
KUALITAS JASA 0,67 0,63 0,65 0,61 0,63 0,61 0,58 0,54 0,62
EFISIENSI PROSES 0,67 0,59 0,63 0,55 0,67 0,56 0,55 0,48 0,59
REGULASI 0,65 0,63 0,64 0,59 0,63 0,61 0,60 0,58 0,62
SUMBER
KETERLAMBATAN 0,73 0,64 0,63 0,56 0,58 0,61 0,55 0,53 0,60
RATA-RATA 0,66 0,61 0,63 0,56 0,62 0,59 0,55 0,52 0,59
70
BIAYA LOGISTIK DI 8 WILAYAH STUDI (Metode Cost of Sales)
025
023 023 023
023
Biaya Logistik
021
020 019
▪ Rata-rata biaya logistic di 8 wilayah studi
017 sebesar 0,19
▪ Biaya Logistik tertinggi berada diwilayah
015
Indonesia Timur Ketapang (23,43 %),
012 Konawe (23,33 %),Halteng (23,26 %) dan
011 011
011 011
Bantaeng (22,84 ).
010 009 009
008
009
▪ Biaya Logistik terendah berada di wilayah
006
007
006 007 007 007 Batam (8,85%), Sei Mangkei (11,95%) dan
006 Gresik (16,85%).
005 005
005
006
006
003
006 006 006 ▪ Tingginya Biaya Logistik IndonesiaTimur
005
002 004 dipicu biaya transportasi yang tinggi
002
002 ( masih diatas 10 % dari nilai penjualan)
-
BATAM DEMAK GRESIK KONAWE SEI MANKEI BANTAENG KETAPANG HALTENG TOTAL
74
MODEL PERENCANAAN PENURUNAN BIAYA ANGKUTAN
BARANG PADA WILAYAH STUDI
75
TERIMA KASIH
76