Kajian 20210813083456analisis Permasalahan Pengawasan Post Border
Kajian 20210813083456analisis Permasalahan Pengawasan Post Border
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmatNya, laporan Analisis Permasalahan Pengawasan Post
Border dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam Paket Kebijakan
Ekonomi XV berfokus pada pengembangan usaha serta peningkatan daya
saing para penyedia jasa logistik nasional dimana salah satu yang menjadi
poin pentingnya menyangkut penyederhanaan tata niaga impor melalui
pergeseran pengawasan dari border ke post border. Dalam rangka
mendukung kebijakan tersebut, Kementerian Perdagangan menerbitkan
Permendag Nomor 51 Tahun 2020. Pada pelaksanaannya, pengawasan
post border memiliki potensi terjadinya kebocoran barang-barang yang tidak
sesuai dengan ketentuan karena barang yang sudah tidak berada di
kawasan pabean akan dapat dengan bebas beredar di pasar dalam negeri.
Hal ini tentu perlu mendapat perhatian pemerintah agar bisa dilakukan
optimalisasi pengawasan post border sehingga tujuan pengawasan post
border dapat tercapai dengan baik.
Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi
pelaksanaan dan permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan
pengawasan post border saat ini, sehingga diperoleh rumusan usulan
kebijakan yang terkait dengan pengawasan post boder sehingga
implementasinya menjadi lebih optimal, efektif dan efisien. Analisis ini
merupakan analisis mandiri yang dilakukan secara swakelola oleh Pusat
Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri.
Kami sadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan,
namun kami harapkan agar analisis ini dapat menjadi bahan masukan bagi
pimpinan dalam merumuskan kebijakan terutama di bidang perdagangan
khususnya perlindungan konsumen dan tertib niaga.
ABSTRAK
ABSTRACT
In order to support the XV Economic Policy Package, the Ministry of Trade
issued Regulation of the Minister of Trade Number 51 of 2020 concerning
Inspection and Supervision of Import After Passing through the Customs Area
(Post Border), where supervision and inspection of compliance with import system
requirements shifts from border to post border. In its implementation there is
potential for leakage of goods that are not in accordance with the provisions. This
analysis aims to identify problems in the implementation of post border supervision.
The method used for this analysis is descriptive qualitative methods. Data was
collected through a survey through an online questionnaire with two parties, (1)
importers and (2) post border supervisors. The results showed an overview of the
problems in the implementation of post border supervision such as: the connectivity
of the INSW system with the INATRADE system, the competence of supervisory
officers, the number of supervisory personnel who have not been able to keep up
with the speed of the flow of goods in and out, and the coordination for the follow-
up of the inspection results with DJBC is not optimal.
Keywords: supervision, post border, importer, supervisory officer
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah Analisis .......................................................... 3
1.3. Tujuan Analisis................................................................................ 3
1.4. Output Analisis ................................................................................ 3
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak ..................................................... 4
1.6. Ruang Lingkup Analisis .................................................................. 4
1.7. Sistematika Laporan ....................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .................. 6
2.1. Tinjauan Pustaka…………...…………………………………………….6
2.1.1. Kebijakan terkait Post Border……………………………………6
2.1.2. Penelitian Terdahulu……………………………………….…...16
2.2. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 19
BAB III METODOLOGI..............................................................................21
3.1 Data, Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data ...................... 21
3.1.1. Data dan Sumber Data ......................................................... 21
3.1.2. Metode Pengumpulan Data .................................................. 22
3.2 Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................... 23
BAB IV HASIL ANALISIS ......................................................................... 26
4.1. Gambaran Umum Pelaksanaan Pengawasan Post Border ........... 26
4.2. Analisis Permasalahan Pengawasan Post Border dari sisi Importir 27
4.3. Analisis Permasalahan Pengawasan Post Border dari sisi Petugas30
4.4. Harapan dan Masukan Pelaksanaan Pengawasan Post Border…..36
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ........................................... 37
5.1. Kesimpulan .................................................................................... 37
5.2. Rekomendasi……………………………………………………………38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Gambar 2. Alur Data Pengawasan Tata Niaga Post Border Untuk Produk
SNI Wajib ........................................................................................... 10
Khusus untuk produk SNI wajib, alur proses pengawasan post border
sesuai dengan petunjuk teknis yang tercantum dalam keputusan Dirjen
PKTN No 292 tahun 2018 dapat dilihat pada gambar 2.
Pada prinsipnya pengawasan post border dilakukan untuk
mempercepat pengeluaran barang dari pelabuhan tanpa menghilangkan
rantai tata niaga. PengawasanpPost border dilakukan bagi :
a. Bahan baku dilakukan dengan sistem post audit terhadap industri
pemakainya.
b. Barang konsumsi dilakukan sistem risk management atau persyaratan
pra edar seperti ML BPOM.
c. Post border tidak diberlakukan untuk ekspor .
Penguatan kelembagaan dan kewenangan Indonesia National
Single Window (INSW) dilakukan dengan kebijakan antara lain :
1. Memberikan fungsi independensi INSW untuk dapat mengembangkan
sistem elektronik pelayaran dan pengawasan ekspor impor kepabean
dari kepelabuhan di seluruh Indonesia.
2. Mengawasi kegiatan ekspor impor yang berpotensi sebagai illegal
trading.
3. Membangun single risk management untuk kelancaran arus barang dan
penurunan dwelling time.
SISTEM SDM
SANKSI
• Pengurusan dokumen masih
berbelit
• Peraturan masih multitafsir • Masih lemahnya penegakan
antara importir dan petugas hukum terhadap importir yang
pengawas tidak mematuhi peraturan
• Keterlambatan proses
pengawasan
• Barang di gudang importir
sudah beredar sebelum
dilakukan pengawasan
• Jumlah kantor Balai Pengawas
Tertib Niaga belum mencukupi
• Tindak lanjut pemeriksaan
petugas pengawas masih
terlalu lambat untuk direspon
oleh DJBC
5.1. Kesimpulan
Hasil analisis ini diperoleh gambaran permasalahan yang ditemui
dalam pelaksanaan pengawasan post border dari sisi importir dan petugas
pengawas. Beberapa poin permasalahan yang diperoleh sebagai berikut:
1. Masih terjadi kegagalan konektivitas antara sistem INSW dan
INATRADE. Hal tersebut mengakibatkan pelaku usaha
mendapatkan teguran dari petugas pengawas.
2. Masih kurangnya koordinasi dan keterlambatan respon atau tindak
lanjut hasil pemeriksaan yang disampaikan oleh petugas pengawas
kepada instansi yang berwenang (DJBC) terkait rekomendasi
pencabutan Nomor Induk Berusaha (NIB). Hal tersebut
mengakibatkan importir masih dapat melakukan importasi meskipun
sudah diberikan sanksi.
3. Pemahaman petugas pengawas terkait jenis/kategori barang yang
masuk dalam aturan larangan dan pembatasan (lartas) impor
sehingga masih ditemukan importir yang tidak sepaham dengan
petugas pengawas terkait barang yang diawasi.
4. Pelaksanaan pengawasan post border masih belum bisa mengikuti
kecepatan arus masuk dan keluarnya barang sehingga pada saat
pengawasan post border dilakukan, barang yang diawasi sudah tidak
ada di gudang importir.
5. Jumlah petugas pengawas tertib niaga yang melakukan
pengawasan post border masih sangat kurang sehingga frekuensi
dan kecepatan pelaksanaan pengawasan belum optimal.
MEMO KEBIJAKAN
ANALISIS PERMASALAHAN PENGAWASAN POST BORDER
I. Isu Kebijakan
1. Dalam rangka meningkatkan kemudahan berusaha, Kementerian
Perdagangan melakukan pergeseran pengawasan pra pasar untuk
larangan dan pembatasan (lartas) Impor dari kawasan pabean
(border) ke luar kawasan pabean (post border) melalui Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 28 Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan
Pemeriksaan Tata Niaga Impor di Luar Kawasan Pabean (Post
border) yang kemudian diubah dengan Permendag Nomor 51 Tahun
2020. Dengan perubahan tersebut, pengawasan dan pemeriksaan
atas pemenuhan persyaratan tata niaga impor tidak dilakukan di
daerah pabean, melainkan dilakukan setelah barang yang diimpor
tersebut melewati kawasan pabean (post border) di gudang importir.
2. Pelaksanaan pengawasan post border memiliki potensi terjadinya
kebocoran barang-barang yang tidak sesuai dengan ketentuan
karena barang yang sudah tidak berada di kawasan pabean akan
dapat dengan bebas beredar di pasar dalam negeri. Selain itu,
banyak stakeholder yang menganggap pelaksanaan pengawasan
post border masih kurang efektif dan efisien. Hal ini harus
mendapatkan perhatian pemerintah agar bisa dilakukan optimalisasi
pengawasan post border sehingga pengawasan post border dapat
mencapai tujuan untuk melindungi konsumen.
3. Untuk lebih meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengawasan post
border, maka perlu mendapatkan gambaran permasalahan yang
timbul dalam pelaksanaan pengawasan post border sehingga dapat
dilakukan perbaikan pelaksanaannya.