KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nya, sehingga laporan ANALISIS EFEKTIVITAS
SISTEM RESI GUDANG MELALUI INTEGRASI PASAR LELANG
FORWARD KOMODITI dapat diselesaikan. Analisis ini dilatar belakangi
Pemanfaatan SRG yang kurang optimal disebabkan adanya kendala
dihadapi dalam implementasi SRG seperti kurangnya pemahaman
masyarakat terhadap mekanisme SRG, kurangnya komitmen pemerintah
daerah dalam pengembangan SRG, terbatasnya pengelola gudang yang
memiliki kecukupan modal operasional, dan terbatasnya lembaga Penguji
Mutu Komoditi tertentu di beberapa daerah. Untuk mengatasi tersebut
dibutuhkan suatu inovasi untuk pengembangan SRG guna mendorong
optimalisasi pemanfaatan SRG. Bappebti bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan SRG menyusun strategi pengembangan SRG dengan
mengembangkan model bisnis SRG integratif (pra-Resi gudang) hingga
hilir (termasuk jaringan logistik dan pemasarannya) melalui pasar lelang.
Kajian ini diselenggarakan secara swakelola oleh Pusat Kebijakan
Perdagangan Dalam Negeri, dengan tim peneliti terdiri dari Firman
Mutakin, Bagus Wicaksena, Yudha Hadian Nur, Riffa Utama dan Nasrun
serta dibantu tenaga ahli
Disadari bahwa laporan ini masih terdapat berbagai kekurangan,
maka kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Dalam kesempatan ini tim mengucapkan terima kasih terhadap berbagai
pihak yang telah membantu terselesainya laporan ini. Sebagai akhir kata
semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pemimpin dalam
merumuskan kebijakan di pengembangan SRG
Indonesia.
Jakarta,
Oktober 2015
ABSTRAK
Analisis Efektivitas Sistem Resi Gudang Melalui Integrasi Pasar
Lelang Forward Komoditi dilatarbelakangi pemanfaatan SRG yang kurang
optimal disebabkan adanya kendala yang harus dihadapi dalam
implementasi SRG, untuk mengatasi kendala ini maka dibutuhkan suatu
inovasi untuk pengembangan SRG guna mendorong optimalisasi
pemanfaatan SRG. Bappebti bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
SRG menyusun strategi pengembangan SRG dengan mengembangkan
model bisnis SRG integratif (pra-Resi gudang) hingga hilir (termasuk
jaringan logistik dan pemasarannya) melalui pasar lelang. Analisis ini
bertujuan mereviu implementasi SRG dan PL komoditi saat ini,
merumuskan mekanisme pengintegrasian SRG dan PL dan merumuskan
rekomendasi kebijakan dalam rangka pengintegrasian SRG dengan PL.
Hasil analisis menunjukkan Implementasi SRG dan PL belum berjalan
optimal yang disebabkan belum terbukanyanya mindset petani dan pelaku
usaha terkait pemanfaatan SRG dan PL dalam mendapatkan harga yang
wajar, transparan dan berkeadilan. Integrasi SRG dan PL memerlukan
mekanisme yang jelas terkait kelembagaan, keamanan dan
professionalitas dari para pihak yang terlibat. Mekanisme perlu aturan
tersendiri sehingga tidak menimbulkan ambigu dalam pelaksanaannya.
Kata kunci: Sistem Resi Gudang (SRG), Pasar Lelang Komoditi (PLK),
model bisnis Integrasi
ABSTRACT
Analysis Background of Effectiveness Warehouse Receipt System
(WRS) Through Integration to Forward Commodity Auction Market is
unoptimal utilization of WRS implementation. to overcome we need an
innovation for the development of WRS. to optimalize use of WRS. Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) implement
development strategy WRS developing business models WRS integrative
(pre-Receipt warehouse) to downstream (including network logistics and
marketing) through the utilization of an Auction Market (AM). This analysis
aims at reviewing the implementation of WRS and commodity AM,
Bappebti formulating integration mechanism WRS and AM then formulate
policy recommendations and the Government's strategy (Bappebti) in
order to SRG integration with PL. the results of the analysis,
Implementation of WRS and AM have not run optimally because closed
mindset of farmers and businessmen institution with the utilization of WRS
and AM in order to get a reasonable price, transparent and equitable.
WRS and AM integration requires clear mechanisms institution, security
and professionalitas of the parties involved in it. This mechanism needs to
be set in its own rules so as to avoid ambiguous in its implementation.
Key words: Warehouse Receipt System (WRS), Commodity Auction
Market (CAM), Integrated business model
ii
DAFTAR ISI
iii
6.1 Kesimpulan.............................................................................. 70
6.2 Rekomendasi .......................................................................... 70
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
terdapat gudang SRG yang belum beroperasi sejak didirikan (25 gudang
dari 117 gudang).
Pemanfaatan SRG yang kurang optimal disebabkan adanya kendala
yang harus dihadapi dalam implementasi SRG seperti kurangnya
pemahaman masyarakat terhadap mekanisme SRG, kurangnya komitmen
pemerintah daerah dalam pengembangan SRG, terbatasnya pengelola
gudang yang memiliki kecukupan modal operasional, dan terbatasnya
lembaga Penguji Mutu Komoditi tertentu di beberapa daerah (Bappebti,
2015). Untuk mengatasi kendala ini maka dibutuhkan suatu inovasi untuk
pengembangan SRG guna mendorong optimalisasi pemanfaatan SRG.
Untuk itu Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti)
selaku unit kerja yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan SRG
menyusun
strategi
pengembangan
SRG
antara
lain
dengan
Pelaksanaan
menginstruksikan
jajaran
Sistem
Resi Gudang
Pemerintah
Daerah
di
Jawa
untuk
Tengah
menyusun
dan peran PL di hilir. Namun tantangan yang dihadapi saat ini adalah baik
SRG maupun PL belum termanfaatkan secara optimal. Pasar lelang
dalam implementasinya menghadapi berbagai hambatan, antara lain:
belum
sempurnanya
kelembagaan
penyelenggaraan
pasar
lelang
adanya
sistem
informasi
yang
terintegrasi
serta
belum
pengembangan
dan
penguatan
SRG
dan
PL,
perlu
aspek
operasional
dan
aspek
finansial.
Untuk
itu
rekomendasi
kebijakan
dan
strategi
Pemerintah
pada
pengoptimalisasian
pemanfaatan
SRG
oleh
kebijakan
implementasinya
:
yang
Peraturan
berkaitan
dan
dengan
kebijakan
SRG
dan
serta
PL;
b. Analisis SRG dan PL yang terdapat pada Provinsi Jawa Barat dan
Jawa Tengah. Pemilihan Jawa Barat dan Jawa Tengah dilakukan
karena
1) Seperti yang telah dijelaskan dalam subbab pendahuluan bahwa
provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah merupakan provinsi yang
telah memiliki nota kesepakatan dan perda pengintegrasian SRG
dan PL.
2) Provinsi Jawa Barat merupakan pilot project bagi PT.Pos
Indonesia selaku pengelola gudang SRG serta merupakan salah
satu dari lima provinsi dimana PLnya telah direvitalisasi oleh
Bappebti.
SRG
dengan
pasar
lelang
agar
dapat
menyampaikan
rekomendasi
kebijakan
yang
perlu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
oleh
seorang
operator
gudang
yang
telah
terakreditasi,
kewenangan secara sah menilai barang itu jika terjadi kehilangan, atau
rusak karena kebakaran dan bencana lainnya. Namun operator gudang
tidak boleh mempunyai kepentingan di dalamnya.
Bagaimanapun,
10
Badan Pengawas
Gudang
Penjaminan
atau asuransi
Asuransi
Penilaian
barang
Lembaga
Penilai
Kesesuaian
Pusat Registrasi
Pengelola
Gudang
Deposit
Barang
Pendaftaran
Dokumen RG
Dokumen RG
Petani/
Kelompok
Tani
Lembaga
Keuanganbank, koperasi,
kreditur
Pinjaman
Penjualan
Pasar (Spot,
Future)
Pembayaran/
Pelunasan
Pembelian
Pengeluaran/
pengambilan barang
Pembeli, Pengolah,
Pedagang, Spekulan
sistem,
dan/atau
personel
terpenuhi.
Sedangkan
yang
11
Komoditi,
maka
persyaratan
komoditas
yang
dapat
dengan
kebijakan
mengenai
perlindungan
kepentingan
12
berjangka;
(c)
memerintahkan
penyidikan
terhadap
setiap
pihak
yang
pemeriksaan
diduga
dan
melakukan
berdasarkan
UU
tentang
SRG
dan
atau
aturan
melakukan
usaha
pelaksanaannya.
b. Pengelola
Gudang
adalah
pihak
yang
yang
disimpan
oleh
pemilik
barang
serta
berhak
pengelolaan
barang;
(b)
membuat
perjanjian
13
Pengawas
dan/atau
instansi
yang
berwenang;
(h)
data
dan
informasi
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Gudang yang dipergunakan oleh Pengelola
mendapat
persetujuan
dari
Badan
Gudang wajib
Pengawas
(ketentuan
melakukan
serangkaian
kegiatan
untuk
menilai
atau
14
Penilaian
Kesesuaian
yang telah
persetujuan
Badan
Pengawas
untuk
yang
melakukan
15
16
Menteri Perdagangan
Badan Pengawas
Sistem Resi Gudang
Pengelola Gudang
Koordinasi
Pusat Registrasi
Pemerintah Daerah
Gudang
Penerbit Derivatif SRG
Bank
Lembaga Keuangan
Non Bank
Pedagang Berjangka
nasional,
peningkatan
kesejahteraan
petani,
penguatan
17
tani.
Untuk
itu,
langkah
penting
yang
harus
dilakukan
adalah
18
Kemudian,
hasil
studi
yang
dilakukan
yang
dapat
dimanfaatkan.
Hal
oleh
Ashari
(2011)
tersebut
terutama
dalam
lemahnya
kelembagaan
petani.
Dengan
masih
lemahnya
19
pendapatan petani produsen. Pasar leleng ini sangat penting bagi petani
selaku
produsen
dari
komoditas
agro
dimana
perannya
sering
lelang
ini
dibangun
untuk
menjawab
permasalahan
20
dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi para petani produsen
maka dibentuk sistem pemasaran baru yaitu pasar lelang.
Sama seperti pengertian pasar pada umumnya, pasar lelang juga
merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli, dimana penjual
adalah
petani/produsen
dan
pembeli
adalah
pengolah/pedagang.
sarana
perdagangan
termasuk
pasar
lelang
komoditas.
21
SK
Menteri
Perindustrian
dan
Perdagangan
RI
No.
kelembagaan
dan
komite
dalam
pasar
lelang
forward,
oleh
Bappebti
dan
mengalami
perubahan-perubahan.
22
di
bidang
pelaksanaan
lelang,
keanggotaan
serta
sistem,
mekanisme
operasional,
tata
tertib
dan
23
tani/usaha,
koperasi,
pedagang,
pabrikan,
industri,
uang
simpanan
anggota
dan
biaya
layanan
Penawaran jual beli di pasar lelang forward dilakukan secara terbuka dan
atas dasar contoh dana tau spesifikasi mutu yang telah ditetapkan. Hari
dan jam dulakukannya lelang setiap haru kerja atau pada waktu yang
telah ditetapkan oleh penyelenggara pasar lelang forward. Setiap lelang
diadakan dalam 2 (dua) sesi yaitu sesi pagi (pukul 09.00 12.00) dan sesi
sore (13.00 16.00) dan waktu lain sesuai kebutuhan yang ditetapkan
oleh penyelenggara pasar lelang forward.
24
hal
sistem
maupun
dalam
hal kelembagaan.
Berikut
ini
elektronik
lelang.
Dalam
sistem
lelang
ketidakefisienan
pelaksanaannya,
disperindag
dimana
provinsi
mendatangkan
para
dan
dalam
setiap
menggunakan
peserta
ketidakefektifan
lelang
kali
APBN
penyelenggaraan,
dan
sebagai
dalam
APBD
undangan
untuk
dan
25
bergantung
pada
dana
APBN/APBD
dan
focus
pada
26
27
BAB III
METODOLOGI
28
pemikiran dari penelitian ini seperti yang dapat dilihat pada gambar
berikut.
Mekanisme
Perdagangan
Tercipta
Sistem
Perdagangan
yang Efektif
dan Efisien
29
30
31
e. SK
Menteri
Perindustrian
dan
Perdagangan
RI
No.
menghadapkan
pewawancara
dengan
informan
melalui
32
dari
stakeholder
terkait/instansi
terkait
yang
berperan
Peraturan
Bupati
33
No
1
2
No
1
2
Strenght
Skor
Bobot
Total
Total Strenght
Weakness
Skor
Bobot
Total
Bobot
Total
Bobot
Total
Total Weakness
No
1
2
No
1
2
Opportunity
Total O
Threat
Selisih S-W=x
Skor
Skor
Total T
Selisih O-T=y
Sumber : Pearce dan Robinson (1997)
34
merumuskan
push
strategy,
organisasi
menemukan,
35
selaku
pengguna
kebijakan.
Dalam
rangka
halnya
dengan
pull
strategy,
strategi
ini
dirumuskan
Artinya,
masyarakat
menstimulasi
pemerintah
untuk
sumber
daya
yang
dimilikinya
dalam
rangka
Tujuan Analisis
Metode analisis
Reviu kondisi
pelaksanaan SRG dan
pasar lelang komoditi
saat ini.
SWOT
Data
Sumber
Primer :
Hasil
kuesioner
terbuka dan
wawancara
Hasil Kajian
dan
Narasumber
Primer :
Hasil
kuesioner
terbuka dan
wawancara
Seluruh
stakeholder
SRG
36
Tujuan Analisis
3
Metode analisis
Data
Sumber
Merumuskan
Sinstesa [1] dan [2]
rekomendasi kebijakan
dan strategi Pemerintah
(Bappebti)
dalam
pengintegrasian
SRG
dengan pasar lelang
komoditi.
37
BAB IV
ANALISIS INTEGRASI SISTEM RESI GUDANG DAN PASAR LELANG
38
yang terbit pada tahun 2015 (hingga Juni 2015) hanya 107 resi gudang
dengan nilai 2.747,6 ton. Data ini menunjukkan bahwa kapasitas barang
yang tersimpan di 92 gudang masih jauh dari jumlah yang dapat
ditampung oleh gudang itu sendiri. Apabila kapasitas masing-masing
gudang sebesar 1.500 ton maka jumlah barang yang tersimpan 138.000
ton pada kapasitas maksimal.
Volume ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2014, dimana
jumlah RG yang terbit sebanyak 624 RG dengan volume penyimpanan
22.456,626 ton. Tahun 2014 merupakan tahun tertinggi dari jumlah RG
yang diterbitkan selama 6 tahun terakhir (tabel 4.1). Meskipun demikian
jumlah ini masih di bawah kapasitas yang diharapkan. Untuk itu diperlukan
suatu upaya untuk meningkatkan pemanfaatan SRG oleh para petani.
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
Juni 2015
Jumlah RG
Terbit
57
268
383
531
624
107
Nilai RG (Rp)
Pembiayaan
(Rp)
8,678,733,500
39,305,723,603
93,884,855,305
108,536,226,106
120,570,534,600
23,337,239,200
3,015,650,000
26,080,530,950
59,164,986,823
66,566,956,000
77,692,104,400
11,190,480,760
Berat (Kg)
2,299,936
8,715,619
18,281,865
20,698,229
22,456,626
2,747,616
39
40
41
42
dan
perdagangan
berjangka
komoditi,
alternative
b.
43
44
45
46
pasar
lelang
hanya
dilakukan
oleh
Dinas
melewati
satu
dekade,
kinerja
pasar
lelang
tidak
mengalami
fluktuasi
yang
tidak
stabil.
Gambar
4.1
47
48
Dinas Indag ke Koperasi Pasar Lelang Jawa Barat yang diketuai oleh Prof.
Ronny S. Natawidjaja.
Komoditas yang diperjualbelikan di pasar lelang ini antara lain kopi,
teh, gabah, beras, jahe dan gula semut. Meskipun banyak komoditas yang
diperdagangkan, pengelola pasar lelang saat ini menfokuskan pada
komoditas kopi dan teh. Komoditas ini dipilih karena komoditas kopi dan
teh termasuk komoditas unggulan di Provinsi Jawa Barat.
Untuk menjadi peserta lelang, calon peserta lelang harus menjadi
anggota peserta lelang. Anggota peserta pasar lelang memiliki kewajiban
membayar iuran pokok sebesar Rp. 25.000 per bulan yang digunakan
sebagai kebutuhan modal operasional lelang. Pasar lelang Jawa barat
memiliki target transaksi Rp. 80 100 miliar per tahun atau Rp. 6 8
Miliar per bulan. Namun target ini tidak dapat tercapai karena sampai
dengan periode Agustus 2015, nilai transaksi lelang belum mencapai 10%
dari tahun 2014. Adapun lelang yang dilakukan pada Maret 2015 terjadi
transaksi sebesar Rp. 1,2 M untuk komoditas Beras dan Kopi. Sedangkan
untu lelang yang dilakukan pada bulan April 2015, tidak ada transaksi tang
terjadi.
Selain itu juga, penyelenggaraan pasar lelang belum dilengkapi
dengan lembaga kliring dan penjaminan sebagaimana dipersyaratkan
dalam
SK
Menteri
650/MPP/KEP/10/2004.
Perindustrian
Tidak
dan
terdapatnya
Perdagangan
lembaga
RI
kliring
No.
ini
49
sebesar Rp. 5 juta bagi penjual dan pembeli. Koperasi pasar lelang
menggunakan BNI sebagai bank penjamin. Apabila tercapai kesepakatan
harga antara penjual dan pembeli maka penyelenggara melakukan
pencatatan kesepakatan dan menerima fee dari pembeli dan penjual
sebesar 1% dari nilai transaksi.
Dalam penyelenggaraan pasar lelang, koperasi pasar lelang Jawa
Barat menghadapi kendala sebagai berikut:
a. Minimnya biaya operasional yang dimiliki oleh koperasi
Sebagai lembaga yang baru menyelenggarakan pasar lelang, koperasi
pasar lelang memiliki dana yang terbatas untuk membiayai operasional
pasar lelang seperti melakukan sosialisasi dan melakukan pendekatan
kepada para penjual dan pembeli.
b. Belum terciptanya trust antara penjual, pembeli dan penyelenggara
pasar lelang
Adanya trauma terjadinya gagal serah dan gagal bayar setelah
dilakukan transaksi di pasar lelang membuat pasar lelang kehilangan
kepercayaan dari penjual dan pembeli. Risiko gagal serah dihadapi
oleh pembeli ketika barang yang diserahkan kualitasnya tidak sesuai
dengan contoh yang diberikan pada saat lelang. Sedangkan risiko
gagal bayar dihadapi oleh pembeli ketika pembeli melakukan
wanprestasi dan membatalkan perjanjian jual beli secara sepihak.
c. Mindset penjual dan pembeli bahwa lelang bukan merupakan suatu
kebutuhan
Adanya minset dari penjual maupun pembeli bahwa lelang bukanlah
suatu kebutuhan karena baik penjual maupun pembeli telah memiliki
rantai distribusi yang sudah terbangun selama bertahun-tahun. Rantai
distribusi ini tidak dapat dipotong secara revolusioner, melainkan harus
melalui suatu proses sosialisasi yang mengedepankan manfaat pasar
lelang bagi para penjual dan pembeli.
d. Lokasi penyelenggaraan lelang yang berjauhan dengan sentra
porduksi.
50
akomodasi
untuk
datang
ke
tempat
lelang,
sedangkan
51
itu,
masih
belum
tersedianya
lembaga
kliring
dan
harga
yang
wajar,
transparan
dan
berkeadilan.
52
kebijakan
pemerintah
daerah
dalam
mendukung
53
54
Variabel
Sarana gudang SRG memadai
Keberadaan badan pengawas yang kredibel
Keberadaan lembaga penilai kesesuaian yang efektif
Keberadaan lembaga pembiayaan yang dapat dipercaya
Keberadaan pusat registrasi yang kredibel
Total
Skor
Bobot
Total
2,5
3,0
3,0
3,0
3,0
0,087179
0,092308
0,092308
0,092308
0,092308
0,45641
0,217949
0,276923
0,276923
0,276923
0,276923
1,325641
Skor
Bobot
Total
2,5
3,0
3,5
3,0
4,0
2,5
0,092308
0,087179
0,092308
0,087179
0,092308
0,092308
0,54359
0,230769
0,261538
0,323077
0,261538
0,369231
0,230769
1,676923
-0,35128
KELEMAHAN (WEAKNESS)
No
Variabel
1
2
3
4
5
6
Keterangan: Untuk Kekuatan, nilai skor (persepsi) 1=sangat negatif; 4=sangat positif.
Sementara untuk Kelemahan, nilai skor (persepsi) 1=sangat positif; 4=sangat negatif
55
Variabel
Minat petani yang semakin besar dalam memanfaatkan SRG
Upaya peningkatan produksi komoditas unggulan di daerah
Arah kebijakan swasembada pangan yang efektif
Hubungan kelembagaan pusat dan daerah relatif baik
Kebijakan pemerintah daerah yang mendukung pelaksanaan SRG
Peningkatan konsumsi per kapita masyarakat atas komoditas pertanian
Arah kebijakan penciptaan pasar komoditas yang efisien
Situasi pasar global yang berdampak efektif pada fluktuasi harga komoditas
dalam negeri
Total
Skor
2,5
2,8
3,0
2,7
3,0
2,8
3,0
2,2
Bobot
Total
0,090909091
0,085858586
0,080808081
0,085858586
0,080808081
0,075757576
0,080808081
0,085858586
0,227272727
0,243265993
0,242424242
0,228956229
0,242424242
0,214646465
0,242424242
0,186026936
0,666666667
1,827441077
ANCAMAN (THREAT)
No
1
2
3
4
Variabel
Peningkatan impor komoditas pertanian yang menurunkan minat menanam
petani
Peran pedagang perantara dalam tataniaga komoditas semakin besar
Kepastian hukum yang terjamin
Perubahan iklim yang berdampak pada penurunan produksi komoditas dalam
negeri
Total
Selisih O-T
Skor
Bobot
Total
3,3
3,0
2,7
0,080808081
0,085858586
0,085858586
0,269360269
0,257575758
0,228956229
4,0
0,080808081
0,333333333
0,323232323
1,079124579
0,748316498
56
Opportunity
0.8
0.6
0.4
0.2
Weakness
0
-0.5
-0.3
-0.1
-0.2
Strenght
0.1
0.3
0.5
-0.4
-0.6
-0.8
Threat
57
lembaga
penilai
kesesuaian,
lembaga
pembiayaan,
dan
pasar
lelang
yang
sesuai,
dan
kemampuan
jejaring
58
Variabel
Skor
3,0
3,0
0,115
0,115
0,346153846
0,346153846
4,0
0,109
0,340
0,435897436
1,128205128
2
3
Bobot
Total
KELEMAHAN (WEAKNESS)
No
Variabel
1
2
3
4
5
6
Skor
3,0
3,0
2,5
2,0
3,0
2,5
Bobot
0,109
0,115
0,109
0,115
0,109
0,1026
0,558
Selisih S-W
Total
0,326923077
0,346153846
0,272435897
0,230769231
0,326923077
0,256410256
1,503205128
-0,375
Keterangan: Untuk Kekuatan, nilai skor (persepsi) 1=sangat negatif; 4=sangat positif.
Sementara untuk Kelemahan, nilai skor (persepsi) 1=sangat positif; 4=sangat negatif
59
Variabel
Skor
Bobot
Total
2,0
0,10738255
0,214765101
3,0
3,0
3,0
3,0
3,0
0,10738255
0,11409396
0,10738255
0,10738255
0,11409396
0,322147651
0,342281879
0,322147651
0,322147651
0,342281879
0,65771812
1,865771812
Total
ANCAMAN (THREAT)
No
1
2
3
Variabel
Skor
Bobot
Total
3,0
3,0
0,11409396 0,342281879
0,11409396 0,342281879
4,0
0,11409396
0,456375839
0,34228188
1,140939597
0,724832215
Total
Selisih O-T
60
Weakness
-0.4
-0.3
-0.2
Opportunity
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
-0.1
-0.1
0
0.1
-0.2
-0.3
-0.4
-0.5
-0.6
-0.7
-0.8
Strenght
0.2
0.3
0.4
Threat
61
BAB V
RUMUSAN MEKANISME INTEGRASI SISTEM RESI GUDANG DAN
PASAR LELANG KOMODITI AGRO
PL
perlu
merumuskan
ulang
strategi
agar
optimalisasi
62
kelembagaan
dan
menjalin
kerja
sama
antar
PL
misalnya
calon
pengelola
gudang
SRG
dan
calon
penyelenggara PL.
h. Pembuatan media komunikasi melalui pamflet dan brosur untuk
memperkenalkan SRG dan PL kepada masyarakat.
63
tersebut yaitu strategi push dan strategi pull. Dengan kombinasi ini
diharapkan pelaksanaan integrasi dapat cepat terimplementasi.
integrasi
SRG
dan
PL
yang
mengatur
mengenai
64
iklan
di
media
massa
dan
lainnya
untuk
lebih
65
KUKM &
KOPERASI
BAPPEBTI
Pengelola
Gudang SRG
Penyelenggara
PL
Kebijakan
Sistem Informasi
Lembaga Kliring
Perbankan
Kelembagaan
Data Komoditas di
Gudang
Pencatatan Transaksi
Bank Penjamin
Mekanisme Transaksi
Penjaminan Transaksi
Pembiayaan
Data Harga
Sanksi
Data Jumlah
Transaksi
Iklan Media
Elektronik
Iklan
Outdoor
tahap
awal.
Dalam
hal
ini,
pengelola
SRG
harus
66
67
Penambahan
Komoditi
Petani dan
Kelompok Tani
Pengelola
Gudang SRG
Pembiayaan
Penyelenggara
PL
Buyer
Komunikasi Intensif
Media
Sosial
Person to
Person
PLK:
keberadaan
lembaga
penjamin
transaksi,
68
69
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang terdapat pada Bab IV, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Implementasi SRG dan PL belum berjalan optimal. Hal ini disebabkan
karena belum terbukanyanya mindset petani dan pelaku usaha terkait
dengan sisi positif pemanfaatan SRG dan PL dalam rangka
mendapatkan harga yang wajar, transparan dan berkeadilan.
b. Integrasi SRG dan PL memerlukan mekanisme yang jelas terkait
dengan kelembagaan, keamanan dan professionalitas dari para pihak
yang terlibat di dalamnya. Mekanisme ini perlu diatur dalam aturan
tersendiri
sehingga
tidak
menimbulkan
ambigu
dalam
pelaksanaannya.
6.2 Rekomendasi
Dalam
rangka
mencapai
sinergitas
yang
optimal
pada
saat
lainnya
implementasi
yang
SRG
dan
terkait
PLK
seperti
Bank
sehingga
Indonesia
program
kerja
dalam
yang
dilaksanakan tidak tumpang tindih dan tepat sasaran, tepat waktu dan
tepat biaya.
70
koordinasi
antar
dinas
terkait,
seperti
penyelenggara
menyelenggarakan
lelang
pasar
yang
lelang
terjadwal,
untuk
dapat
memberikan
transparan
mengenai
penyelenggaraan
lelang.
71
kerjasama
dengan
para
buyer
potensial
dan
menjaga
atau
tengkulak
akan
sangat
sulit
untuk
adanya
mekanisme
aturan
yang
jelas
yang
mengatur
72
73
yang
diinisiasi
Pemerintah
(push
strategy),
diantaranya:
a) Kebijakan integrasi SRG dan PLK yang mengatur mengenai
penyederhanan kelembagaan, mekanisme transaksi yang
efisien, hak dan kewajiban dari SRG dan PLK, serta sanksi
apabila terdapat wanprestasi dari salah satunya.
b) Fasilitasi pembuatan nota kerjasama antara SRG dengan
PLK dalam rangka integrasi SRG dan PLK. Sebagai tahap
awal, pembuatan nota kesepahaman dapat dilakukan di
beberapa wilayah percontohan yang telah dilakukan program
revitalisasi PLK.
c) Dalam pelaksanaannya, perlu dilakukan evaluasi secara
berkala
terhadap
pengelola
SRG
dan
PLK
dalam
profesionalisme,
dalam
kemandirian,
mendukung
rantai
dan
kepemilikan
pasok
dapat
74
75
DAFTAR PUSTAKA
Ashari. 2012. Potensi dan Kendala Sistem Resi Gudang (SRG) Untuk
Mendukung Pembiayaan Usaha Pertanian di Indonesia. Forum
Penelitian Agro Ekonomi. Vol. 29, No. 2. Pusat Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian.
Aviliani dan Usman Hidayat. 2005. Menuju Skim Pembiayaan Resi
Gudang
yang
Atraktif.
Diunduh
dari:
http://www.indef.or.id/xplod/upload/arts/Resi%20Gudang.HTM
pada
Bisnis.
Rabu,
Agustus
2012.
Diunduh
dari
Alternatif
Pembiayaan
melalui
Sistem
Resi
76
77