Anda di halaman 1dari 27

PERANAN FREIGHT FORWARDER DALAM PELAKSANAAN EKSPOR

PADA PT. PURINDO LOGISTICS DI SUKOHARJO

MAKALAH

Dosen Pengampu Bpk. Hendrikus Ola Mukin, S.Tr.

NAMA : ARYANTO
NIT : 1722108

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN PELABUHAN


AKADEMI MARITIM NUSANTARA
CILACAP
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PERANAN
FREIGHT FORWARDER DALAM PELAKSANAAN EKSPOR PADA PT.
PURINDO LOGISTICS DI SUKOHARJO
” Karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai

dengan yang diharapkan.

Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan semua pihak

yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah. Kami menyadari bahwa

makalah ini tidak akan terwujud seperti sekarang tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca.

Cilacap, 10 Februari 2020

Aryanto,

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1


1.1. Latar Belakang .................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................. 2
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................. 3
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................... 3
1.5. Metode penelitian ................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 7
2.1. Pengertian Freight forwarder ............................................... 7
2.2. Aktivitas Freight Forwarder ................................................ 7
2.3. Peranan Freight Forwarder Pada Kegiatan ekspor .............. 8
2.4. Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Freight Forwarder
Dalam Pelaksanaan Ekspor ................................................ 17
2.5. Cara Mengatasi Hambatan Yang Dihadapi Pihak Freight
Forwarder ............................................................................ 18

BAB III PENUTUP .................................................................................. 21


3.1. Kesimpulan .......................................................................... 21
3.2. Saran .................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Aktivitas sektor perdagangan yang akhir-akhir ini terus meningkat,


memberikan dampak pada kegiatan pasar Internasional yang juga terus
berkembang pesat. Berbeda dengan perdagangan domestik, perdagangan
Internasional ini melibatkan dua negara atau lebih dalam kegiatannya, yang
dalam pelaksanaannya harus memenuhi peraturan-peraturan yang ditetapkan
oleh masing-masing negara. Perdagangan yang melibatkan negara lain atau
yang lebih dikenal dengan istilah ekspor-impor ini memegang peranan yang
sangat penting dalam kehidupan bisnis di Indonesia, tidak saja ditinjau dan segi
lalu lintas devisa melainkan juga atas sumbangannya kepada pendapatan
nasional.

Untuk itu peranan pemerintah juga dibutuhkan untuk peningkatan


jumlah ekspor. Pemerintah harus memberikan kemudahan-kemudahan yang
mendorong para eksportir untuk terus mengembangkan kegiatan ekspornya.
Semakin ketatnya kompetisi antar pengusaha juga mendorong para
pengusaha/eksportir untuk terus memperbaiki mutu dan pelayanan yang
diberikan kepada importir. Dengan mempertahankan mutu serta pelayanan
yang memuaskan bagi importir maka eksportir dapat mempertahankan
hubungan kerjasama dengan importir dibeberapa negara (PPEI, 2011:2).

Semakin banyaknya pengusaha yang melakukan kegiatan ekspor, maka


hal ini juga memberikan dampak pada bisnis freight forwarding yang juga ikut
berkembang secara pesat. Hal ini disebabkan karena dalam era perdagangan
Internasioanal sekarang ini arus barang masuk dan keluar sangat cepat. Maka
untuk memperlancar bisnis, para pengusaha bisnis dituntut untuk memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai prosedur ekspor dan impor, baik dari segi
peraturan yang selalu di update terutama yang berhubungan dengan informasi

1
perdagangan internasional, kepabeanan, shipping maupun perbankan yang
semuanya ini berkaitan antara satu sama lain dan hal ini sangat sering terjadi
permasalahan di lapangan.

Untuk itu PT PURINDO LOGISTICS sebagai freight forwarder yang


berlokasi di Sukoharjo akan memberikan masukan ,pertimbangan, penilaian
dan pemahaman secara profesional terhadap situasi-situasi tertentu serta
permasalahan yang sering terjadi dilapangan dengan tujuan agar segala proses
kepengurusan dapat berjalan dengan lancar. Selain itu PT PURINDO
LOGISTICS juga berperan dalam hal penyediaan jasa pengurusan dokumen
ekspor dan pengurusan transportasi ekspor. Berdasarkan uraian tersebut maka
tugas akhir inioleh penulis diberi judul : ” PERANAN FREIGHT
FORWARDER DALAM PELAKSANAAN EKSPOR PADA PT PURINDO
LOGISTICS DI SUKOHARJO”

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk dijadikan


pedoman bagi penulis dalam melakukan penelitian secara cermat dan tepat
sesuai dengan prinsip-prinsip suatu penelitian yang ilmiah. Dengan perumusan
masalah diharapkan dapat mengetahui obyek-obyek yang diteliti, serta
bertujuan agar tulisan dan ruang lingkup penelitian uraiannya terbatas dan
terarah pada hal-hal yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

Untuk memudahkan pembahasan masalah dan pemahamannya, maka


penulis merumuskan permasalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan Freight Forwarder dalam pelaksanaan ekspor ?


2. Hambatan-hambatan yang dihadapi Freight forwarder dalam pelaksanaan
ekspor serta bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan tersebut ?

2
1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan agar penelitian dapat


memberikan manfaat yang sesuai dengan apa yang dikehendaki dan juga dapat
menambah wawasan serta pengalaman pada bidang yang diteliti. Adapun tujuan
dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peranan PT Purindo Logistics sebagai Freight


Forwarder dalam pelaksanaan kegiatan ekspor.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi Freight
forwarder dalam pelaksanaan ekspor serta bagaimana cara mengatasi
hambatan-hambatan tersebut

1.4. Manfaat Penelitian

Selain mempunyai tujuan penelitian, penelitian ini juga mempunyai


manfaat penelitian. Manfaat penelitian yang ada dalam penelitian ini, sebagai
berikut :

1. Bagi penulis
Melalui penelitian ini penulis dapat menerapkan ilmu tentang
kegiatan dan pengurusan dokumen-dokumen ekspor yang diperoleh
dibangku kuliah dalam dunia praktek atau nyata.
2. Bagi perusahaan

Memberikan masukan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan


kegiatan ekspor yang dapat digunakan sebagai salah satu bahan evaluasi
bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan serta penentuan kebijakan
dibidang jasa ekspor dan untuk pengembangan usaha.

3. Bagi mahasiswa dan pembaca lainnya

Memberikan tambahan referensi bacaan dan informasi khususnya


bagi mahasiswa jurusan Bisnis Internasional maupun Manajemen

3
Perdagangan yang sedang menyusun Tugas Akhir dengan pokok
permasalahan yang sama dan sebagai masukan untuk pengembangan
penelitian lebih lanjut.

1.5. Metode Penelitian

Suatu penelitian pada dasarnya adalah kegiatan yang dilakukan untuk


mendapatkan pemahaman mengenai obyek yang diteliti, dengan cara mencari,
mendapatkan data untuk selanjutnya dilakukan penyusunan dalam bentuk
laporan hasil penelitian. Supaya dalam proses penyusunan dapat berjalan lancar,
maka diperlukan metode penelitian .

Beberapa metode yang dilakukan dalam penelitian ini, antara lain


sebagai berikut :

1. Ruang lingkup penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah


studi kasus. Studi kasus dilakukan pada PT Purindo Logistics yang berada
di daerah Sukoharjo. Studi kasus ini berisi mengenai diskripsi umum
peranan PT Purindo Logistics.

2. Jenis dan Alat Pengumpul Data

a. Jenis Data

1) Data primer

Yaitu data yang dikumpulkan/dipublikasikan oleh orang atau


lembaga yang menerbitkan.

Data ini diperoleh dari keterangan – keterangan dari beberapa


pihak staf / karyawan PT Purindo Logistics Sukoharjo dengan cara
mewawancarai pihak yang bersangkutan.

4
2) Data Sekunder

Yaitu data yang dikumpulkan/dipublikasikan bukan dari


orang atau lembaga yang menerbitkan.

Data ini diperoleh dari sumber bacaan dan referensi yang ada
pada PT Purindo Logistics Sukoharjo antara lain data mengenai
sejarah perusahaan serta struktur organisasi.

b. Metode Pengumpulan Data

1) Observasi

Merupakan teknik mengumpulkan data yang dilakukan


dengan melalui pengamatan terhadap obyek yang diteliti. Penulis
melihat secara langsung mengenai kegiatan yang dilakukan PT
Purindo Logistics.
Contoh : Forwarder memiliki peran yang lengkap dalam proses
Penanganan cargo, mencakup: cargo handling, transportasi,
dokumen release dan bahkan bisa berperan sebagai pengangkut
(dalam multimoda transport)

2) Wawancara

Merupakan cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan


cara mengajukan pertanyaan tanpa disertai alternative jawaban
dengan beberapa staf/karyawan PT Purindo Logistics.
Contoh : Apa saja hambatan yang dihadapi PT Purindo sebagai
Freight Forwarder ?
3) Kuisoner

Merupakan cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan


cara mengajukan pertanyaan yang disertai alternative jawaban.
Contoh: Apakah peraturan mengenai ekspor rotan yang baru saja
diberlakukan oleh pemerintah pada awal tahun 2012 ini
menguntungkan perusahaan PT Purindo Logistics ?

5
4) Studi Pustaka

Merupakan cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan


cara membaca buku-buku yang relevan dengan topik penelitian yang
akan dibahas.
Contoh : Freight Forwarder adalah suatu usaha yang bertujuan untuk
mewakili tugas pengriman barang (consigner/shipper/eksportir)
atau mewakili tugas penerima barang (consignee/importir) yang
diperlukan untuk terlaksannya pengiriman barang ekspor maupun
impor baik melalui darat, laut maupun udara (Amir MS,2003:119).

3. Sumber Data

a. Sumber data primer

Yaitu data yang dikumpulkan/dipublikasikan oleh orang atau


lembaga yang menerbitkan. Data ini diperoleh dengan cara wawancara
langsung pada Freight Forwarder Purindo Logistics yaitu pada
pimpinan dan staff/karyawan Freight Forwarder Purindo Logistics.

b. Sumber data sekunder

Yaitu data yang dikumpulkan/dipublikasikan bukan dari orang


atau lembaga yang menerbitkan. Data ini diperoleh dari buku maupun
sumber bacaan lain yaitu makalah simulasi ekspor impor, buku
dokumen-dokumen ekspor.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Freight Forwarder

Perusahaan Freight Forwarder selalu berkaitan dengan tugas sebagai


pengelola jasa transportasi. Oleh sebab itu pengertian freight forwarder yang
diketemukan pada International Maritime Dictionary antara lain: (International
Maritime Dictionary, 2000:156)

1. Seseorang yang melakukan pekerjaan atas nama kapal atau eksportir dan
memberikan perincian secara mendetail tentang pengiriman tersebut,
2. Pengapalan, asuransi dan pengurusan dokumen-dokumen barang tersebut,
3. Pengiriman barang dari pelabuhan ke daerah yang dituju,
4. Pelayanan jasa termasuk pajak bea cukai,
5. Menyewa tempat untuk barang tersebut, mempersiapkan L/C,
6. Membuat invoice dan seluruh surat-surat yang berkaitan dengan barang
yang akan dikirim.

Selain itu pengertian Freight Forwarder juga dijelaskan sebagai


berikut:

Freight Forwarder adalah badan usaha yang bertujuan untuk


memberikan jasa pelayanan/pengurusan atas seluruh kegiatan yang diperlukan
bagi terlaksananya pengiriman, pengangkutan dan penerimaan barang dengan
menggunakan multimoda transport baik melalui darat, laut, udara.

2.2. Aktivitas Freight Forwarder

Aktifitas Freight Forwarder menurut Suyono dalam Pengangkutan


Intermodal Export-Import melalui laut (2003: 156) secara menyeluruh adalah:

1. Memilih rute perjalanan barang, modal transportasi dan pengangkutan yang


sesuai, kemudian memesan ruang muat.

7
2. Melaksanakan penerimaan barang, menyortir, mengepak, menimbang berat,
mengukur dimensi, kemudian menyimpan barang ke dalam gudang.
3. Mempelajari Letter of Credit barang, peraturan negara tujuan ekspor,
4. negara transit, negara impor kemudian menyiapkan dokumen-dokumen lain
yang diperlukan.
5. Melaksanakan transportasi barang ke pelabuhan laut atau udara, mengurus
izin bea cukai, kemudian menyerahkan barang-barang kepada pihak
pengangkut.
6. Membayar biaya-biaya handling serta membayarkan freight.
7. Mendapat bill of lading atau air waybill dari pihak pengangkut.
8. Mengurus asuransi transportasi barang dan membantu mengajukan klaim
kepada pihak asuransi bila terjadi kehilangan atau kerusakan atas barang.
9. Memonitor perjalanan barang sampai ke pihak penerima, berdasarkan info
dari pihak pengangkutan dan agen forwarding di negara transit atau tujuan.
10. Melaksanakan penerimaan barang dari pihak pengangkut.
11. Mengurus izin masuk pada Bea dan Cukai serta menyelesaikan bea masuk
dan biaya-biaya yang timbul di pelabuhan transit atau tujuan.
12. Melaksanakan transportasi barang dari pelabuhan ke tempat penyimpanan
barang di gedung.
13. Melaksanakan penyerahan barang kepada pihak consignee, dan
14. Melaksanakan pendistribusian barang bila diminta.

2.3. Peranan Freight Forwarder Pada Kegiatan Ekspor

Dalam menjalankan kepengurusan transportasinya freight forwarder


mempunyai beberapa peran yang meliputi (R.P. Suyono,2007:255) :

1. Peran Freight Forwarder dalam konsolidasi muatan

Konsolidasi muatan (cargo consolidation) adalah pengumpulan


beberapa kiriman barang dari beberapa eksportir/shipper di tempat asal
yang akan dikirimkan untuk beberapa consignee di tempat tujuan yang
dikemas dalam satu unit paket muatan, kemudian muatan terkonsolidasi

8
tersebut dikapalkan dan di tujukan ke agen konsolidator di tempat tujuan.
Agen kemudian melaksanakan penyerahan barang ke pihak consignee
masing-masing.

Adapun bentuk pelayanan jasa dalam hal pengangkutan muatan


yang ditawarkan oleh Freight Forwarder adalah :

a. Less Than Container Load

Istilah LCL dapat diartikan sebagai muatan yang dimasukkan


kedalam peti kemas yang membongkarnya kembali. Dapat dikerjakan oleh
perusahaan pelayaran cargo consolidation maupun EMKL dan mereka
yang bertanggung jawab untuk memuat dan membongkar isi dari
petikemas .

Konsolidasi muatan (cargo consolidation) atau groupe merupakan


pengumpulan beberapa kiriman barang dari beberapa eksportir/ Shipper di
tempat asal yang dikemas dalam satu unit paket muatan, kemudian muatan
konsolidasi tersebut dikapalkan dan ditujukan keagen konsolidator di
tempat tujuan. Agen tersebut kemudian melaksanakan penyerahan barang
kepada pihak consignee masing- masing LCL mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:

1) Berisi muatan dari beberapa shipper untuk dikirim kepada


satu/beberapa consignee
2) Muatan diterima oleh Carrier/Konsolidator dalam keadaan breakbulk
di CFS dan proses stuffing dilakukan Carrier/Konsolidator.
3) Perusahaan pelayaran (Carrier) tidak bertanggung jawab atas
kerusakan dan kehilangan barang yang ada di dalam container.

9
b. Full Container Load

Full Container Load memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


1) Berisi muatan dari satu shipper untuk dikirim kepada satu consignee.
2) Proses stuffing dilakukan oleh shipper dan diserahkan kepada
Carrier di CY.
3) Perusahaan pelayaran (Carrier) tidak bertanggung jawab atas
kerusakan dan kehilangan barang yang ada di dalam Container.
Perusahaan perkapalan liner mengatakan untuk petikemas yang
diangkut dengan pola FCL adalah bahwa shipper dan consignee
bertanggung jawab untuk mengisi dan membongkar petikemas.

Setelah memahami status petikemas dalam pengangkutan barang


ekspor,keuntungan dalam pemakaian petikemas, yaitu :

a) Cepat dan ekonomis dalam penanganan petikemas, terutama dalam


bongkar/muat petikemas di pelabuhan atau interface.
b) Keamanan terhadap kerusakan dan pencurian lebih terjaga, terutama
untuk barang-barang kecil atau berharga.
c) Pembungkus barang tidak perlu terlalu kuat, karena
tumpukan (stocking) dapat dibatasi setinggi dalamnya petikemas.
d) Bisa untuk angkutan door to door.

2. Peran freight forwarder sebagai pengangkut.

Freight forwarder bertindak sebagi operator dan bertanggung jawab


penuh dalam melaksanakan pengangkutan meskipun tidak memiliki kapal
sendiri. Yang dimaksud dengan operator disini adalah BHI ( Badan Hukum
Indonesia) yang melaksanakan kegiatan usaha pelayanan jasa terhadap
kapal dan barang di pelabuhan dalam rangka menunjang kegiatan angkutan
laut. Selain itu freight forwarder, juga bertindak sebagai :

1) Vessel-operating Multimodal Transport Operator secara penuh yang


melaksanakan berbagai jenis pengangkutan barang dengan cara door-

10
to-door dengan satu dokumen intermodal yang biasamya berbentuk
FBL.
2) Non Vessel Operator (NVO) yaitu operator muatan yang mengurus
pengangkutan lewat laut dari pelabuhan ke pelabuhan dengan
menggunakan satu house bill of lading.
3) Non-Vessel-Operating Common Carrier (NVOCC) yang mempunyai
jadwal pelayaran yang tetap dan melaksanakan konsolidasi atau
melayani multimodal transport dengan house bill of lading (HBL) atau
bill of lading dari FIATA.

3. Peran freight forwarder dalam dokumentasi

Dengan belum adanya kekuatan konvensi Internasional, maka


operator multimodal transport bebas untuk membuat kontrak maupun syarat
kondisi yang dapat diterima oleh para pelanggannya. Sebagian besar
operator mengikuti ketentuan yang disusun oleh gabungan Internasional
Chambere of Commerce (ICC) yang dikenal Uniform Rules for Combined
Tranport Document. Berdasarkan ketentuan tersebut, dokumen-dokumen
multimodal Transport telah dikembangkan oleh BIMCO (Baltic
International Maritime Conference) dan FIATA (The International
Federation of Freight Forwarder Association).

Dokumen yang dikenal sebagai multimodal transport document


dapat diberikan kekuatan hukum sesuai dengan kontrak yang dibuat. Jenis
dokumen yang dipakai adalah Fiata Combined Transport Bill of Lading
(FBL) yang dimasukkan dalam golongan freight forwarder document. FBL
adalah dokumen pengangkutan antar moda yang dipakai oleh International
Freight Forwarder yang bertindak sebagi badan jasa angkutan bersambung
atau Intermodal Transport Operator. Dalam mengeluarkan FBL, freight
forwarder bertanggungjawab tidak hanya dalam memenuhi perjanjian
pengangkutan penyerahan barang ditempat tujuan, tetapi juga harus
bertanggungjawab atas segala tindakan dan juga keteledoran dari
pengangkut atau pihak ke-3 yang dikerjakan olehnya.

11
Dokumen yang diperlukan freight forwarder dalam kegiatan ekspor
adalah (Andi Susilo,2007:80) :

1) Bill of Lading

Bill of Lading merupakan dokumen pengapalan yang paling


penting karena mempunyai sifat jaminan. Fungsi bill of lading sebagai
tanda terima (kuitansi) barang-barang sebagai bukti adanya perjanjian
pengangkutan laut.

2) Shipping Instruction

Merupakan dokumen yang dibuat oleh eksportir mengenai


pemesanan ruang kapal berikut container yang dapat pula menjadi dasar
pembuatan bill of lading. Shipping Intruction antara lain memuat
tentang : shipper, consignee, notify party, final destination, volume,
delivery term, L/C No, date of stuffing, closing time, vessel.

3) Packing List

Dokumen ini adalah dokumen ekspor yang memuat informasi


mengenai barang yang akan diekspor. Informasi tersebut berupa tulisan
packing list beserta nomor packing list, tanggal dibuatnya packing list,
data lengkap nama eksportir dan alamatnya, data lengkap nama importir
dan alamatnya, data lain jika disyaratkan dalam L/C, misalnya nama
purchase order, nomor L/C, description of good (nama barang),
quantity (jumlah barang), gross weight dan nett weight (berat kotor dan
berat bersih), dan measurement (ukuran dimensi dalam volume m atau
cbm).

4) Invoice

Invoice merupakan dokumen ekspor yang memuat data dan


informasi barang yang akan diekspor serta nilai barangnya dalam mata
uang asing. Invoice berisi tentang tulisan invoice beserta nomor
invoice, tanggal dibuatnya invoice, data lengkap nama eksportir dan

12
alamatnya, data lain jika disyaratkan dalam L/C, description of goods,
quantity, unit price, total amount.

5) Certificate of Origin

COO dikeluarkan oleh Desperindag yang mewakili pemerintah


yang menyatakan bahwa barang yang akan diekspor benar-benar
diproduksi di Indonesia. Surat ini menjelaskan keterangan-keterangan
barang, pada transaksi dimana barang-barang tersebut dikaitkan,
keterangan asal barang dan bahwa barang-barang tersebut benar hasil
atau produksi dari negara eksportir.

6) Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

Dokumen yang dibuat eksportir dan harus mendapat


persetujuan petugas bea cukai sebelum dilakukan pemuatan di kapal.
PEB menyebutkan tentang jenis barang ekspor (umum, terkena pajak
ekspor, mendapat fasilitas pembebasan dan pengembalian bea masuk,
dan barang ekspor lainnya), nama importir, NPWP, izin khusus, berat
barang, negara tujuan, provinsi asal barang, cara penyerahan barang,
merk kemasan dan lain sebagainya.

7) Dokumen Asuransi

Dokumen yang melindungi pengiriman barang keluar negeri.


Dalam kegiatan ekspor impor, dokumen asuransi juga penting karena
membuktikan bahwa barang-barang yang disebut didalamnya telah
diasuransikan. Apabila terdapat kerusakan dalam perjalanan, pihak
asuransi akan mengganti kerugian tersebut.

8) Dokumen Fumigasi

Dokumen yang menunjukkan bahwa barang yang diekspor


sudah dilakukan penyemprotan, hal ini dilakukan untuk membersihkan
barang-barang agar terhindar dari hama, jamur atau sejenis rayap yang
dapat merusak mutu produk tersebut. Barang yang berada didalam

13
container dengan kondisi suhu yang tidak menentu serta waktu yang
cukup lama dalam proses pengiriman dapat menimbulkan tumbuhnya
jamur pada produk sejenis kayu. Untuk itulah perlu dilakukan fumigasi
agar kualitas produk tetap terjaga setelah sampai di negara tujuan.

9) Laporan Surveyor/Certificate of Inspection

Sertifikat ini merupakan keterangan tentang keadaan barang


yang dibuat oleh independent surveyor, juru pemeriksa barang atau
badan resmi yang disahkan oleh pemerintah dan dikenal oleh dunia
internasional. Pihak yang bertanggungjawab untuk melakukan
pemeriksaan barang ekspor yang bermuatan rotan ataupun kayu olahan
akan diteliti/disurvei oleh sucofindo

4. Peran Freight Forwarder dalam Pembungkusan (packing)

Pengiriman maupun penerimaan barang selalu mengharapkan agar


barang sampai kepada pihak yang dituju dengan memenuhi syarat 3K, yaitu:

a) Keamanan
b) Keaslian
c) Kepuasan

Syarat ini mengandung tuntutan bahwa barang yang dikirim dan


diterima tidak mengalami perubahan bentuk, sifat maupun rupa dan tidak
ada kekurangan dalam jumlahnya, tidak berkeringat, basah dan lain-lain.
Pada umumnya yang bertanggungjawab langsung terhadap keadaan barang
adalah pengirim. Dengan demikian pengirim akan berusaha agar bungkusan
bisa memenuhi tuntutan 3 K tersebut.

Jenis bungkusan yang diperlukan untuk membungkus barang yang


merupakan kesatuan atau dalam jumlah yang banyak akan tergantung dari :

a) Sifat dan jenis barang.


b) Volume
c) Berat

14
d) Jumlah jenis barang
e) Cara mengirim
f) Tujuan

Dalam bungkus juga harus diperhatikan letak dari merk barang dan
segala keterangan yang sesuai dengan shipping mark yang akan dicatat
dalam dokumen. Tujuan dari shipping mark adalah agar barang bisa lebih
mudah dikenal. Oleh karena itu, peran freight forwarder dalam hal ini juga
kuat karena mereka sangat paham dan lebih berpengalaman mengenai cara
pembungkusan yang lebih baik, sifat dan karakteristik barang-barang
ekspor tersebut. Selain itu, International Trade Centre (ITC) yang
merupakan salah satu badan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga bersedia
memberi nasehat mengenai cara pembungkusan ekspor.

Untuk memilih jenis pembungkus, ada beberapa yang harus


diperhatikan antara lain :

1) Untuk kepentingan pengirim (shipper)

Perlindungan, keaslian dan penampilan dalam ekspor dari


barangnya sebagai tujuan utama, dan uang tambang yang serendah
mungkin.

2) Untuk kepentingan pengangkut (Carrier)

Bungkus berfungsi sebagai perlindungan dari kehilangan,


pencurian, kerusakan serta optimalisasi daya muat kapal.

Eksportir biasanya bertanggung jawab untuk memilih jenis


bungkusan yang sesuai untuk muatan ekspor, dimana muatan yang semula
merupakan kesatuan (consolidated) akan dibongkar sebelum dibagi ke
beberapa consignee atau penerima. Jenis pembungkus untuk suatu barang
dapat bervariasi sesuai dengan sifat dan besar dari barang itu sendiri. Selain
itu, tergantung dari angkutan yang digunakan untuk membawa ke tempat
tujuan yang terakhir, yaitu consignee atau importir. Secara umum,

15
jenis bungkusan yang dipergunakan dan muatan di dalamnya dapat
dipaparkan sebagai berikut :

1) Karung

Isi atau muatan dari karung itu sendiri harus cukup kuat untuk
menahan tekanan luar dari segala penjuru karena bahan yang terbuat
dari karung hanya dapat menahan isi yang didalam dan tidak
melindungi dari kerusakan yang berasal dari luar. Isi dari karung dapat
berupa pupuk, beras, jagung, gula kopra, kopi, dan sebagainya.

2) Bahan fiber atau karton

Kotak pembungkus yang dibuat dari bahan fiber atau karton


dapat dipakai secara luas demi efisiensi dan ekonomi. Meskipun relatife
murah, namun dapat menahan tekanan dan bantingan yang secara
umum akan terjadi dalam pengangkutan. Selain itu dapat menjaga
isinya terhadap kerusakan atau kehilangan.

3) Peti kayu

Peti kayu merupakan bungkusan yang terbaik untuk barang


karena dinding-dindingnya cukup kuat untuk menahan isi maupun
tekanan dari luar. Peti kayu paling sesuai untuk pengangkutan barang
secara konvensional. Selain itu, juga sesuai untuk menahan panas atau
kelembaban. Barang didalamnya dapat terlindungi bila dibungkus
dengan lapisan-lapisan pelindung, seperti lapisan plastik, kertas
minyak, dan sebagainya.

Untuk muatan berbahaya dan muatan yang mengganggu


memerlukan pembungkusan khusus serta marking dan labeling yang
harus dilakukan oleh eksportirnya sendiri. Dalam memasukkan barang
ke petikemas, kesulitan yang dihadapi oleh banyak eksportir adalah
tidak tersedianya alat pengangkat berupa forklift berkapasitas untuk
mengangkat barang berat. Padahal berat petikemas setelah diisi berkisar

16
antara 20 hingga 30ton sehingga jarang dilakukan pengisian petikemas
diatas (groundlevel). Untuk memudahkan hal itu, maka pengisian
petikemas dilakukan diatas kendaraan pengangkut, yang disebut juga
on chasis atau platform level loading.

2.4. Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Freight Forwarder Dalam


Pelaksanaan Ekspor Serta Cara Mengatasi Hambatan-Hambatan
Tersebut.

Dalam kegiatan perusahaan yang membantu pelaksanaan ekspor bagi


para eksportir, PT Purindo Logistics yang berperan sebagai freight forwarder
menghadapi beberapa hambatan antara lain :

a. Adanya sistem EDI (Electronic Data Inchange) yang mengatur bahwa


persiapan maksimal 2 (dua) hari sebelum stuffing data megenai Invoice dan
Packinglist harus sudah masuk di Bea Cukai.

Dengan adanya sistem EDI, maka untuk mengurus dokumen-


dokumen ekspor seperti invoice dan packinglist waktunya sangat terbatas.
Dengan adanya dokumen invoice dan packinglist yang telah masuk ke Bea
Cukai, maka Bea Cukai juga dapat mempercepat penerbitan PEB
(Persetujuan Ekspor Barang) dan dapat menerbitkan pajak ekspor.

Cara mengatasi hambatan tersebut adalah melakukan pengurusan


dokumen ekspor secara efektif dan efisien agar dokumen- dokumen ekspor
seperti invoice dan packinglist sudah berada di Bea Cukai sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan dengan sistem EDI.

b. Sulit menentukan kapal Feeder yang terdekat dengan closing time.

PT Purindo Logistics sebagai Freight Forwarder untuk membantu


eksportir dalam pengurusan transportasi ekspor mengalami kesulitan dalam
menentukan kapal Feeder yang terdekat dengan closing time (batas waktu
terakhir barang yang berada didalam container masuk ke kapal). Artinya

17
jika eksportir melebihi batas waktu closing time dari kapal feeder yang telah
ditentukan/ditunjuk, maka container tidak dapat masuk ke kapal feeder yang
ditunjuk tadi dan akan dialihkan (realokasi kapal) ke feeder vessel terdekat.
Jika shipper sudah menentukan sendiri feeder vessel yang ditunjuk, maka
shipper harus memperhatikan batas waktu terakhir container bisa masuk ke
kapal Feeder tersebut. Jika feeder vessel berubah jadwal, maka kapal
penerus (nother vessel) juga dapat berubah. Hal ini akan mengakibatkan
barang tidak dapat sampai ke Consignee sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati.

Cara menghadapi hambatan tersebut adalah Shipper atau dalam hal


ini adalah PT Purindo Logistics sebagai perusahaan penyedia jasa
transportasi bagi eksportir harus memperhatikan closing time, agar kapal
Feeder dapat ditentukan meskipun dialihkan ke feeder vessel terdekat
sehingga barang dapat masuk ke consignee sesuai dengan perjanjian yang
telah disepakati antara shipper dan consignee.

c. Penentuan schedule kapal dan harga kapal yang sulit dipastikan.

Walaupun jadwal keberangkatan kapal telah ditetapkan terkadang


ada perubahan jadwal keberangkatan kapal secara tiba-tiba sehingga
jadawal keberangkatan kapal tersebut sulit dipastikan dan tidak ada
kepastian mengenai harga kapal karena adanya perubahan harga kapal yang
berpengaruh pada jenis container dan schedule yang digunakan perusahaan
pelayaran, sehingga biaya kapal yang dikeluarkan oleh eksportir juga
berubah.

2.5. Cara Mengatasi Hambatan Yang Dihadapi Pihak Freight Forwarder

Cara mengatasi hambatan tersebut adalah eksportir maupun PT


Purindo Logistics harus mengetahui secara pasti mengenai jadwal
keberangkatan kapal meskipun jadwal keberangkatan kapal mengalami
perubahan agar biaya yang dikeluarkan eksportir tidak bertambah dan

18
barang ekspor sampai di tempat consignee sebelum atau tepat pada batas
waktu yang ditentukan.

d. Sulitnya menentukan waktu yang dibutuhkan untuk proses stuffing.

Dalam proses stuffing /proses memasukkan barang ke dalam


container ini membutuhkan waktu yang sulit untuk diperkirakan. Untuk
barang yang memerlukan survei dari Sucofindo seringkali proses tersebut
memakan banyak waktu yang mengakibatkan terkendalanya penerbitan
Laporan Surveyor. Apabila Laporan Surveyor ini terlambat diterbitkan
maka proses bongkar muat yang akan dilakukan dipelabuhan juga akan
terlambat.

Cara mengatasi hambatan tersebut adalah freight forwarder harus


mengkonfirmasi jumlah tenaga yang akan membantu dalam proses stuffing
dan mempertimbangkan jumlah barang yang akan dimasukkan ke dalam
container. Agar waktu yang dibutuhkan untuk proses stuffing dapat
ditentukan. Merundingkan kepada pihak bea dan cukai agar memberikan
kebijakan bahwa Laporan Surveyor original dapat dikirimkan melalui Fax.
Mengingat bahwa berlakunya proses survey yang dilakukan oleh Sucofindo
untuk setiap kegiatan ekspor rotan yang pada awaltahun 2012 ini
diberlakukan.

e. Terbatasnya jumlah tenaga survei yang ada pada Sucofindo.

Kebijakan pemerintah mengenai ekspor rotan yang berlaku pada


awal tahun 2012 ini juga dapat menjadi hambatan untuk freight forwarder
dalam proses pengurusan dokumen. Hal ini dikarenakan keberadaan
Sucofindo di kota Solo baru sebagai cabang pembantu dari Sucofindo yang
berada di kota Semarang. Adanya survei untuk rotan ini akan menambah
kerja dari Sucofindo sedangkan tenaga survey yang dimiliki masih terbatas,
karena hal itu akibatnya satu surveyor dapat mendatangi beberapa eksportir
dalam satu hari. Apabila freight forwarder kurang mengkonfirmasi kepada
pihak surveyor maka akan mengakibatkan terlambatnya proses survei.

19
Cara mengatasinya adalah freight forwarder harus cepat
mengkonfirmasi waktu memulai stuffing serta penyelesaian proses stuffing
kepada pihak surveyor agar tim surveyor dapat membagi waktu secara jelas
dan dokumen Laporan Surveyor juga dapat terbit secara tepat waktu.

20
BAB IV

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai peranan freight forwarder dalam


pelaksanaan ekspor pada PT Purindo Logistics Sukoharjo, dimana perusahaan
ini bergerak dalam pelayanan jasa freight forwarder yang bertugas menangani
transportasi barang baik yang akan diekspor maupun yang akan diimpor.
Berdasarkan dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :

1. Peranan freight forwarder dalam pelaksanaan ekspor

a. Peranan freight forwarder dalam konsolidasi muatan yaitu freight


forwarder dapat membantu para eksportir yang akan mengirim barang
dalam jumlah kecil atau kurang dari 1 (satu) container.

Terutama para pengrajin rotan ataupun handycraft yang berada di


Sukoharjo, mereka dapat terbantu dengan adanya pelayanan konsolidasi
muatan yang ditawarkan freight forwarder ini. Freight forwarder akan
mengumpulkan barang dari beberapa shipper yang kemudian akan
dimasukkan dalam 1 container dengan status FCL (Full Container Load).

b. Peranan freight forwarder sebagai pengangkut yaitu freight forwarder


dapat bertindak sebagai operator muatan yang bertanggung jawab penuh
dalam pelaksanaan pengangkutan barang dan dokumen-dokumen yang
terlibat dalam pengangkutan tersebut.

c. Peranan freight forwarder dalam pengurusan dokumen ekspor yaitu


membantu para eksportir untuk mengurus dokumen-dokumen yang
dibutuhkan dalam kegiatan ekspor. Regulasi dari pemerintah yang dapat
berganti sewaktu-waktu tidak akan mengurangi kinerja perusahaan
ekspor dikarenakan adanya perusahaan freight forwarder yang dapat
membantu pengurusan dokumen ekspor.

21
2. Hambatan-hambatan freight forwarder dalam membantu pelaksanaan
ekspor serta cara mengatasinya, antara lain :

a. Adanya system EDI (Electronic Data Inchange) yang mengatur bahwa


persiapan maksimal dua hari sebelum stuffing data mengenai Invoice dan
Packing List harus sudah masuk di Bea Cukai. Cara mengatasinya yaitu
dengan melakukan pengurusan dokumen ekspor secara efektif dan
efisien.

b. Sulit menentukan Kapal Feeder yang terdekat dengan closing time. Cara
mengatasinya yaitu Shipper harus memperhatikan closing time agar
kapal Feeder dapat ditentukan meskipun dialihkan ke Feeder Vessel
terdekat.

c. Penentuan jadwal keberangkatan kapal dan harga kapal yang sulit


dipastikan. Cara mengatasinya yaitu jadwal keberangkatan kapal harus
diketahui dengan pasti meskipun mengalami perubahan, agar biaya kapal
tidak naik.

d. Sulitnya menentukan waktu yang dibutuhkan untuk proses stuffing. Cara


mengatasinya adalah mengkonfirmasi kepada shipper mengenai
jumlah tenaga yang akan membantu dalam proses stuffing dan
mempertimbangkan jumlah barang yang akan dimasukkan ke dalam
container serta merundingkan kepada pihak bea dan cukai agar
memberikan kebijakan bahwa Laporan Surveyor original dapat
dikirimkan melalui Fax.

e. Terbatasnya jumlah tenaga survei yang ada pada Sucofindo. Cara


mengatasinya adalah freight forwarder harus cepat mengkonfirmasi
waktu memulai stuffing serta penyelesaian proses stuffing kepada pihak
surveyor agar tim surveyor dapat membagi waktu secara jelas dan
dokumen Laporan Surveyor juga dapat terbit secara tepat waktu.

22
3.2. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka dalam


penulisan Tugas Akhir ini terdapat beberapa saran demi kemajuan dan
suksesnya PT Purindo Logistics sebagai freight forwarder. Adapun saran dari
penulis adalah sebagai berikut :

1. Sebagai perusahaan freight forwarder, PT Purindo Logistics harus dapat


membantu pelaksanaan ekspor dan bertanggung jawab penuh sebagai wakil
eksportir, maka kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) harus lebih
ditingkatkan, peningkatan SDM dapat dilakukan dengan mengadakan
pelatihan ekspor impor dalam bidang shipping maupun dokumen. Agar
semua tugas dan kewajibannya dapat diselesaikan dengan baik serta
hambatan-hambatan yang dihadapi dapat ditentukan solusi yang tepat dan
dapat diantisipasi dengan baik.

2. Dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggannya,


sebaiknya PT Purindo Logiatics melakukan peningkatan dalam beberapa hal
yaitu :

a. Meningkatkan mutu/kualitas sarana dan prasarana perusahaan seperti


komputer, printer, mesin fax, telepon. Agar kinerja perusahaan dapat
berjalan secara lancar, efektif dan efisien.
b. Peningkatan kerjasama antar pegawai yang harus diimbangi dengan
control emosional. Hal ini sangat berpengaruh dalam membentuk team
working yang professional, dengan tujuan meminimalisir resiko
sehingga perusahaan dapat berkembang sesuai dengan target yang
diharapkan.
c. Peningkatan kecermatan dan ketelitian dalam pengisian dokumen
ekspor, agar pelaksanaan ekspor dapat berjalan dengan lancar, sehingga
kepercayaan eksportir kepada perusahaan lebih besar

23
DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Subekti, R., & Tjitrosudibio, R. (1997). Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Hakim. (2008). "Asuransi Laut".
Sinyal, J. (n.d.). "Shipping".
Sari, E. K., & Simangunsong, A. (2007). Hukum Dalam Ekonomi. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana.
Yessi Wulandari, (2015) “Mengelola Bisnis Transportasi Laut”
Dian Damayanti, (2011) makalah : “ASURANSI LAUT”.
S.Y SIREGAR, (2015) makalah “Makalah Klaim”
http://prabukancil.wordpress.com
http://www.maritimeworld.web.id
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=1626
http://ikarnedi.blogspot.co.id/2012/11/asuransi-laut.html

24

Anda mungkin juga menyukai