Anda di halaman 1dari 33

PUSAT LOGISTIK BERIKAT

( PLB )

Diajukan oleh:

Agustiani
Awang Fanungky (5)
Brenda Amalia (7)
Gladysbet Diana Simanungkalit (15)
M. Rizky Fadhila (24)
Naufal Baehaki (27)
R. Yunan Andhara Hikam (29)
Riza Leyla Larasati (31)

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat


Guna Menyelsaikan Tugas Akhir Fasilitas Kepabeanan
pada Politeknik Keuangan Negara STAN
2018

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................. 8


DAFTAR TABEL .......................................................................................................... 9
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... 10
DAFTAR LAMPIRAN ................................................ Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 11
1.1 Latar Belakang Penelitian ............................................................................. 11
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 13
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................... 15
2.1 Konsep Pusat Logistik Berikat (PLB) ........................................................... 15
2.2 Dasar Hukum Pusat Logistik Berikat ............................................................ 19
2.3 Syarat dan Aturan Untuk Mendirikan Pusat Logistik Berikat ...................... 29
2.4 Pusat Logistik Berikat yang Berada di Indonesia ......................................... 32
2.5 Dampak PLB terhadap Biaya ........................................................................ 35
2.6 Dampak PLB Terhadap Waktu ..................................................................... 36
BAB IV SIMPULAN ................................................................................................ 38
A. Simpulan........................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 39
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perbedaan Gudang Berikat dan PLB ............................................................. 16


Tabel 2 Beberapa Dokumen Pemberitahuan Pabean Terkait PLB ............................. 18
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Skema Pemasukan dan Pengeluaran Barang di PLB ................................ 17
Gambar 2 Lokasi Pusat Logistik Berikat (1) ............................................................... 32
Gambar 3 Lokasi Pusat Logistik Berikat (2) ............................................................... 32
Gambar 4 Lokasi Pusat Logistik Berikat (3) ............................................................... 32
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Tingkat ketergantungan industri nasional terhadap impor bahan baku dan


penolong membuat industri nasional rentan dengan gejolak ekonomi global.
Selain itu kesulitan impor juga dialami industri nasional karena harus transaksi
dengan pemasok di Luar Negeri, di mana pemesanan/kontrak barang,
pengiriman, proses perdagangan, bea cukai, dan lain-lain membutuhkan waktu
minimal 3-4 bulan sampai barang tiba di Indonesia. Hal Ini berakibat biaya
tinggi, termasuk bunga pinjaman bank yang dihitung sejak L/C dibuka atau
bahkan sebagian harus membayar di muka.
Selain itu, Indonesia mempunyai sektor Industri Kecil dan Menengah (IKM)
yang cukup berkontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan
penyerapan tenaga kerja dengan kinerja ekspor yang masih sangat rendah.
Ekspor yang dilakukan IKM selama ini dirasa belum optimal karena IKM
menghadapi kendala baik internal maupun eksternal. Kendala eksternal yang
dihadapinya antara lain adalah ketidakstabilan suplai dan harga bahan baku.
IKM masih sulit untuk mendapatkan bahan baku yang dibutuhkan terutama
yang belum tersedia di dalam negeri, serta keterbatasan akses pasar terutama
ekspor.
Untuk mengatasi masalah di atas, Pemerintah berinisiatf untuk membangun
Pusat Logistik Berikat (PLB) pada akhir September 2015. Esensi dari
kebijakan ini yaitu menciptakan gudang penimbunan di dalam negeri untuk
barang impor terutama bahan baku dan bahan penolong yang berlokasi di
kawasan dekat dengan industri dengan insentif penundaan bea masuk dan
pajak sampai dengan 3 tahun serta belum diberlakukan ketentuan pembatasan
saat pemasukan barang. Dengan demikian bahan baku dan barang penolong
yang ditimbun di PLB mempunyai keistimewaan dimana barang tersebut
sudah berada di dalam negeri dan dekat dengan industri pengguna, namun
barang tersebut masih berstatus barang negara asal yang belum dikenai
kewajiban bea masuk, cukai dan pajak serta belum dikenai ketentuan
pembatasan di bidang impor. Dengan pusat logistik berikat pemerintah
berharap dapat mengefisienkan sektor logistik dan dapat mengambil peran
sebagai hublogistik untuk kawasan Asia Tenggara. Adapun, pembangunan
PLB ini akan diserahkan ke pihak swasta karena berhubungan langsung
dengan peluang bisnis. Dari pemerintah, terutama DJBC, hanya akan
menyediakan fasilitas berupa pembebasan bea masuk atau pajak dalam rangka
impor bagi barang yang ditimbun sebelum di keluarkan dari PLB.
Selain fasilitas penundaan bea masuk dan pajak, PLB juga diberikan
fleksibilitas dalam hal pemasukan dan pengeluaran barang. Barang yang akan
ditimbun di PLB bukan hanya bisa berasal dari impor (luar daerah pabean
/LDP) saja, namun bisa juga berasal dari Tempat Penimbunan Berikat (TPB)
lain, PLB di lokasi lain (satu izin), kawasan bebas, Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) dan dari dalam negeri (tempat lain dalam daerah pabean/TLDDP).
Demikian pula barang yang dikeluarkan dari PLB bukan hanya bisa
dikeluarkan untuk diimpor untuk dipakai di dalam negeri (TLDDP) tapi bisa
diteruskan ke TPB lain, PLB di lokasi lain (satu izin), kawasan bebas,
kawasan ekonomi khusus (KEK) dan di ekspor ke negara lain (LDP)..
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah Pusat Logistik Berikat (PLB) itu ?
2. Apa saja dasar hukum dibuatnya Pusat Logistik Berikat (PLB) ?
3. Apa saja persyaratan dan peraturan untuk mendirikan Pusat Logistik
Berikat (PLB) ?
4. Dimana saja Pusat Logistik Berikat (PLB) yang ada di Indonesia ?
5. Bagaimana dampak Pusat Logistik Berikat (PLB) terhadap biaya logistik
industri nasional ?
6. Bagaimana dampak Pusat Logistik Berikat (PLB) terhadap waktu pasokan
bahan baku bagi
industri nasional ?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apakah Pusat Logistik Berikat (PLB) itu
2. Mengetahui dasar hukum dibuatnya Pusat Logistik Berikat (PLB)
3. Mengetahui syarat dan aturan untuk mendirikan Pusat Logistik Berikat
(PLB)
4. Mengetahui lokasi Pusat Logistik Berikat (PLB) yang ada di Indonesia
5. Mengetahui apa manfaat Pusat Logistik Berikat (PLB) terhadap terhadap
efisiensi biaya
logistik industri nasional.
6. Mengetahui apa manfaat PLB terhadap terhadap efisiensi waktu
logistik industri nasional.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Pusat Logistik Berikat (PLB)

PLB merupakan salah satu bentuk Tempat Penimbunan Berikat (TPB)


yang dikembangkan dan diperluas fungsinya. Dalam PP No. 85
Tahun 2016 Tentang Perubahan atas PP No. 32 Tahun 2009 Tentang
Tempat Penimbunan Berikat, TPB didefinisikan sebagai bangunan
tempat atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu yang
digunakan untuk menimbun barang dengan tujuan tertentu dengan
mendapatkan penangguhan bea masuk. Menurut Supomo (2016)
Definisi PLB adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun
barang asal luar daerah pabean dan/atau barang yang berasal dari
tempat lain dalam daerah pabean, dapat disertai 1 (satu) atau lebih
kegiatan sederhana dalam jangka waktu tertentu untuk dikeluarkan
kembali. Sebelum kebijakan insentif PLB diluncurkan, sudah ada jenis
TPB lainnya yang juga mendapat fasilitas penundaan bea masuk dan
pajak sebagaimana diatur dalam PP No.85 Tahun 2016 Tentang
Perubahan atas PP No. 32 Tahun 2009 Tentang Tempat Penimbunan
Berikat yaitu: Gudang Berikat, Kawasan Berikat, Tempat
Penyelenggaraan Pameran Berikat, Toko Bebas Bea, Tempat Lelang
Berikat, dan Kawasan Daur Ulang Berikat.

PLB adalah perluasan fungsi dari Gudang Berikat. Namun keduanya


memiliki perbedan. Dalam Tabel 2.1 akan dijabarkan perbedaan antara Pusat
Logstik Berikat dengan Gudang Berikat.
No. Konsep Gudang Berikat Pusat Logistik Berikat
1. Definisi Tempat Penimbunan TPB untuk menimbun
Berikat (TPB) untuk barang asal luar daerah
menimbun barang impor, pabean dan/atau barang
dapat disertai 1 (satu) atau yang berasal dari tempat
lebih kegiatan sederhana lain dalam daerah
dalam jangka waktu pabean, dapat disertai 1
tertentu untuk dikeluarkan (satu) atau lebih kegiatan
keembali sederhana dalam jangka
waktu tertentu untuk
dikeluarkan kembali
2. Kepemilikan Kepemilikan sendiri Kepemilikan sendiri,
Barang konsinyasi, atau titipan.
3. Masa Timbun 1 tahun 3 tahun
4. Nilai Pabean Untuk menghitung bea Untuk menghitung bea
masuk digunakan nilai masuk digunakan nilai
pabean saat pemasukan pabean saat pengeluaran
5. Surat Keterangan Diterima dan satu kali Diterima dan bisa
Asal (SKA) pengeluran pengeluaran fiskal
6. Pengenaan Fiskal Bea masuk, pajak impor Bea masuk dan pajak impor
saat Pengeluaran an PPN penyerahan lokal
7. Jangka Waktu Izin Penyelenggara s.d 5 Seumur hidup, sampai
tahun; dicabut
Pengusaha s.d 3
tahun
Tabel 1 Perbedaan Gudang Berikat dan PLB

Selain fasilitas penundaan bea masuk dan pajak, PLB juga


diberikan fleksibilitas dalam hal pemasukan dan pengeluaran barang
(one to many, many to one, many to many) sebagaimana ditunjukkan
oleh Gambar 2.1. Barang yang akan ditimbun di PLB bukan hanya bisa
berasal dari impor (luar daerah pabean /LDP), namun bisa juga berasal
dari TPB lain, PLB di lokasi lain (satu izin), kawasan bebas, kawasan
ekonomi khusus (KEK) dan dari dalam negeri (tempat lain dalam daerah
pabean/TLDDP). Demikian pula barang yang dikeluarkan dari PLB
bukan hanya bisa dikeluarkan untuk diimpor untuk di pakai di dalam
negeri (TLDDP) tapi bisa diteruskan ke TPB lain, PLB di lokasi lain (satu
izin), kawasan bebas, kawasan ekonomi khusus (KEK) dan di ekspor ke
negara lain (LDP). Adapun keterangan mengenai dokumen
pemberitahuan pabean dari setiap pemindahan barang pada Gambar 2.1
bisa dilihat pada Tabel 2.2.

Gambar 1 Skema Pemasukan dan Pengeluaran Barang di PLB

Sumber Ditjen Bea Cukai 2016


Kode
Keterangan
Formulir
Inward manifest/ manifes yang
memuat daftar muatan barang
niaga
BC 1.1
yang diangkut oleh sarana
pengangkut saat memasuki
kawasan pabean
Pemberitahuan pabean pemasukan
BC 1.6 barang impor untuk ditimbun di
PLB
PIB (Pemberitahuan Impor
Barang)/ Pemberitahuan pabean
BC 2.0 untuk
pengeluaran barang yang diimpor
untuk dipakai
Pemberitahuan Pengeluaran
Barang untuk Diangkut dari TPB
BC 2.7
ke TPB
lainnya
PIB PLB/ Pemberitahuan pabean
untuk pengeluaran barang dari
BC 2.8 PLB
untuk diimpor untuk dipakai/
diimpor sementara
PEB (Pemberitahuan Ekspor
BC 3.0
Barang)
Pemberitahuan Ekspor Barang
atau Transhipment Melalui atau
BC 3.3
Dari
PLB
Pemberitahuan pemasukan barang
asal tempat lain dalam daerah
BC 4.0
pabean ketempat penimbunan
berikat.
Pemberitahuan Pengeluaran
Kembali Barang Asal Tempat
BC 4.1 Lain
Dalam Daerah Pabean dari
Tempat Penimbunan Berikat
Pemberitahuan Pabean
pengeluaran barang dari PLB di
PPB PLB satu lokasi
ke PLB di lokasi lain yang masih
satu izin pengusahaan.
Pemberitahuan Pabean untuk
pemasukan dan pengeluaran
barang ke
PP-FTZ
dan dari Kawasan Bebas dari dan
02
ke Tempat Penimbunan Berikat,
Kawasan Bebas lainnya, dan
Kawasan Ekonomi Khusu
Tabel 2 Beberapa Dokumen Pemberitahuan Pabean Terkait PLB
Dari sisi pelaksana PLB, pelaku usaha PLB berdasarkan fungsinya
dibedakan menjadi Penyelenggara PLB, Pengusaha PLB dan
Pengusaha di Dalam PLB (PDPLB). Penyelenggara PLB adalah badan
hukum yang melakukan kegiatan menyediakan dan mengelola kawasan
untuk kegiatan pengusahaan PLB. Jika kegiatan pengusahaan PLB
tersebut dilakukan oleh entitas yang sama dengan penyelenggara PLB
maka entitas tersebut disebut Pengusaha PLB. Jika kegiatan
pengusahaan PLB tersebut dilakukan oleh entitas yang berbeda dengan
penyelenggara PLB, maka entitas tersebut disebut PDPLB. Pengusaha
PLB dan PDPLB sama-sama merupakan pengusaha penimbunan
berikat, namun bedanya PDPLB melakukan kegiatan pengusahaan
penimbunan berikat di dalam PLB perusahaan lainnya.

2.2 Dasar Hukum Pusat Logistik Berikat

2.2.1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 2015 tentang


Tempat Penimbunan Berikat
Tempat Penimbunan Berikat adalah kawasan pabean berupa bangunan,
tempat, atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu yang
digunakan untuk menimbun barang dengan tujuan tertentu dengan
mendapatkan penangguhan bea masuk dan sepenuhnya berada di
bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Menurut PP
No. 85 Tahun 2015, tempat penimbunan berikat dapat berbentuk
Gudang Berikat, Kawasan Berikat, Tempat Penyelenggaraan
Pameran Berikat, Toko Bebas Bea, Tempat Lelang Berikat, Kawasan
Daur Ulang Berikat, Pusat Logistik Berikat (PLB).
Salah satu tempat penimbunan berikat yang dibahas di PP No.
85 Tahun 2015 adalah Pusat Logistik Berikat (PLB) melakukan
kegiatan menyediakan dan mengelola kawasan untuk kegiatan
pengusahaan Pusat Logistik Berikat. Pengusaha PLB dan Pengusaha
di PLB melakukan kegiatan menimbun barang impor dan/atau barang
yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean dalam jangka
waktu tertentu. Pemberian izin Penyelenggara Pusat Logistik Berikat
(PLB), Pengusaha PLB dan Pengusaha di dalam PLB (PDPLB) untuk
jangka waktu tertentu di tetapkan dengan Keputusan Menteri.

2.2.2 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.


272/PMK.4/2015 tentang Pusat Logistik Berikat
Tahun 2015, pemerintah mulai mengembangkan Pusat Logistik
Berikat (PLB) sebagai tempat penimbunan produk atau barang
industri dan perdagangan di Indonesia, sehingga mampu menurunkan
biaya logistik. Pusat Logistik Berikat (PLB)
adalah tempat penimbunan berikat untuk menimbun barang asal luar
daerah pabean dan/atau barang yang berasal dari tempat lain dalam
daerah pabean, dapat disertai 1 (satu) atau lebih kegiatan sederhana
dalam jangka waktu tertentu untuk dikeluarkan kembali.
Penyelenggara PLB melakukan kegiatan menyediakan dan
mengelola kawasan untuk kegiatan pengusahaan PLB. Dalam 1
(satu) penyelenggaraan PLB dapat dilakukan 1 (satu) atau lebih
pengusahaan PLB. Pengusahaan PLB dilakukan oleh Pengusaha
PLB dan/atau PDPLB. Penyelenggara PLB dan/atau Pengusaha PLB
dapat memiliki lebih dari 1 (satu) lokasi penyelenggaraan dan/atau
pengusahaan PLB dalam 1 (satu) izin penyelenggaraan dan/atau
pengusahaan PLB. Dalam satu pengusahaan PLB yang diusahakan
oleh pengusaha PLB atau PDPLB harus memiliki tujuan distribusi
lebih dari 1 (satu) perusahaan, pemasok lebih dari 1 (satu) di luar
daerah pabean, dan/atau tujuan distribusi barang ke luar daerah
pabean.
Barang yang ditimbun dalam PLB diberikan waktu paling lama 3
(tiga) tahun, terhitung sejak tanggal pemasukan ke PLB dan dapat
diperpanjang 3 (tiga) tahun apabila barang tersebut adalah untuk
keperluan operasional minyak dan gas bumi, pertambangan, industri
tertentu dan industri lainnya dengan izin kepala kantor pabean.
Kegiatan penimbunan dalam PLB dapat disertai dengan 1 (satu) atau
lebih kegiatan sederhana, seperti pengemasan, penyortiran,
pelabelan, pemasangan, pemeriksaan, perawatan, lelang barang
modal asal luar daerah perbatasan dan kegiatan sederhana lainnya
yang dapat ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Apabila
dalam kegiatan sederhana menghasilkan barang sisa (waste/scrap),
barang sisa tersebut bisa dikeluarkan ke tempat lain dalam daerah
pabean dengan dikenakan PDRI (berdasarkan harga jual) serta bea
masuk sebesar 5 persen atau sesuai tarif yang berlaku apabila tarif
bea masuk umum lebih rendah dari 5 persen.
Barang asal luar daerah pabean (luar negeri) yang ditimbun di
PLB dapat dikeluarkan untuk:
1. Mendukung kegiatan industri di Kawasan Berikat, KEK, Kawasan Bebas,
atau kawasan ekonomi lainnya yang ditetapkan pemerintah.
2. Mendukung kegiatan industri di tempat lain dalam daerah pabean.
3. Dimasukkan ke Tempat Penimbunan Berikat lainnya.
4. Diekspor
5. Mendukung kegiatan industri yang mendapat fasilitas
pembebasan, keringanan dan/atau pengembalian bea masuk
serta fasilitas bea masuk ditanggung pemerintah.
6. Mendukung kegiatan distribusi dan ketersediaan barangbarang tertentu
di dalam negeri.
7. Mendukung kegiatan IKM di tempat lain dalam daerah Pabean.
Pengeluaran barang dari PLB ke tempat lain dalam daerah
pabean dikenakan bea masuk, cukai dan PDRI dengan ketentuan:
1. Bea masuk berdasarkan nilai pabean, klasifikasi dan pembebanan yang
berlaku pada saat barang impor dikeluarkan dari PLB;
2. Cukai berdasarkan ketentuan cukai yang berlaku; dan/atau
3. Pungutan Dalam Rangka Impor (PDRI) , berdasarkan :
a. Tarif pada saat Pemberitahuan Pabean Impor didaftarkan
b. Nilai impor yang berlaku pada saat barang impor dikeluarkan dari
PLB, penjumlahan nilai pabean pada saat dikeluarkan dari dalam PLB
ditambah bea masuk dan/atau cukai.
Barang yang dimasukan ke dalam PLB diberikan fasilitas
penangguhan bea masuk, pembebasan cukai serta tidak dipungut
Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI), PPN, dan PPnBM. Barang asal
luar daerah pabean yang dikeluarkan dari PLB ke tempat lain dalam
daerah pabean dengan tujuan diimpor untuk dipakai, harus dilunasi
bea masuk, PDRI dan cukainya untuk barang yang kena cukai.

2.2.3 Perdirjen Bea Cukai No.1 Tahun 2016 Tentang Tata Laksana
Pusat Logistik Berikat
Perdirjen Bea Cukai No.1 Tahun 2016 menjelaskan lebih detail
mengenai PLB. PLB merupakan Kawasan Pabean dan sepenuhnya
berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Penyelenggara PLB, pengusaha PLB dan PDPLB dapat diberikan
kemudahan pelayanan kepabeanan dan cukai berupa kemudahan
pelayanan perizinan, kegiatan operasional serta kepabeanan dan
cukai.
Untuk mendapatkan penetapan tempat sebagai PLB, izin
Penyelenggara PLB, izin Pengusaha PLB dan izin PDPLB, pihak
pemohon harus mengajukan permohonan kepada Direktur Fasilitas
Kepabeanan melalui Kepala Kantor Pabean yang mengawasi dengan
melengkapi dan memenuhi dokumen serta persyaratan yang
ditentukan. Kepala Kantor Pabean wajib mengirimkan berkas
permohonan yang telah lengkap kepada Direktur Fasilitas
Kepabeanan dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari
sejak permohonan diterima. Direktur Fasilitas Kepabeanan atas nama
Menteri memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan
dalam jangka waktu 10 hari kerja sejak softcopy berkas permohonan
diterima dari Kepala Kantor Pabean.
Perpindahan barang ke PLB harus disertai dengan pemasangan
tanda pengaman elektronik, kecuali apabila pemasangan tanda tidak
dapat dilakukan. Pemasukan barang asal luar daerah pabean ke PLB
dilakukan dengan menggunakan dokumen Pemberitahuan Pabean
Pengeluaran Barang Dari Kawasan Pabean Untuk Ditimbun di PLB
oleh penyelenggara PLB (khusus untuk keperluan pengusahaan
PLB), Pengusaha PLB, PDPLB, atau Penyelenggara Pos.
Pemasukan barang dari PLB lain atau dari TPB lain ke PLB dilakukan
dengan menggunakan dokumen pemberitahuan pengeluaran barang
untuk diangkut dari Tempat Penimbunan Berikat ke Tempat
Penimbunan Berikat lainnya. Apabila barang dipindahkan ke PLB
yang masih dalam 1 (satu) izin PLB maka dokumen yang digunakan
adalah dokumen pemberitahuan perpindahan barang antar tempat
penimbunan dalam satu PLB. Pemasukan barang dari tempat lain
dalam daerah pabean ke PLB hanya dapat dilakukan terhadap:
1. Barang untuk mendukung barang asal luar daerah pabean yang
ditimbun di PLB.
2. Barang yang dibutuhkan untuk kegiatan sederhana dalam PLB.
3. Barang untuk tujuan ekspor dalam rangka konsolidasi ekspor
atau penyediaan barang ekspor.
4. Barang untuk tujuan khusus di tempat lain dalam daerah pabean.
Pemasukan barang dari tempat lain dalam daerah pabean ke
PLB dilakukan dengan dokumen pemberitahuan pemasukan barang
asal tempat lain dalam daerah pabean ke TPB. Untuk Pemasukan
barang dari tempat lain dalam daerah pabean ke PLB dengan tujuan
ekspor, pemenuhan ketentuan ekspor dapat diselesaikan pada saat
pemasukan barang ke PLB dan dengan menggunakan dokumen
pemberitahuan pabean pemasukan barang asal tempat lain dalam
daerah pabean ke PLB dengan tujuan ekspor. Pemasukan barang dari
Kawasan Bebas ke PLB dilakukan dengan menggunakan dokumen
pemberitahuan pabean pengeluaran barang dari kawasan bebas ke
TPB. Barang tersebut harus sampai ke PLB dalam jangka waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak barang dikeluarkan dari
kawasan bebas.
Sedangkan pengeluaran barang asal luar daerah pabean dari
PLB untuk mendukung industri di kawasan bebas hanya dapat
ditujukan kepada pengusaha yang telah mendapat izin usaha industri
atau sejenisnya dari Badan Pengusahaan Kawasan Bebas dan
diberitahukan dengan dokumen pemberitahuan impor barang dari
PLB. Barang tersebut harus sampai ke Kawasan Bebas dalam jangka
waktu 30 hari sejak barang dikeluarkan dari PLB. Pengeluaran barang
asal luar daerah pabean dari PLB ke tempat lain dalam daerah pabean
dilakukan dengan menggunakan dokumen pemberitahuan impor
barang dari PLB. Atas pengeluaran barang tersebut dilakukan
pemeriksaan pabean dan berlaku ketentuan kepabeanan di bidang
impor. Pengeluaran barang dari PLB ke luar daerah pabean dilakukan
dengan menggunakan dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang yang
diajukan oleh Penyelenggara PLB, Pengusaha PLB dan PDPLB. Atas
pengeluaran barang tersebut berlaku ketentuan kepabeanan di
bidang ekspor.
Pengeluaran barang asal tempat lain dalam daerah pabean dari
PLB ke tempat lain dalam daerah pabean dilakukan menggunakan
dokumen pemberitahuan pengeluaran kembali barang asal tempat
lain dalam daerah pabean dari TPB. Barang yang dimasukan dari
tempat lain dalam daerah pabean ke PLB yang ditujukan untuk
ekspor, tujuan khusus dan mendukung kegiatan sederhana tidak
dipungut PPN dan PPnBM.
Untuk barang yang dimasukan ke dalam PLB diberikan fasilitas
penangguhan bea masuk, pembebasan cukai serta tidak dipungut
Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI), PPN, dan PPnBM, kecuali untuk
barang modal konstruksi PLB/ perluasan PLB, peralatan kantor dan
barang untuk dikonsumsi di PLB. Sedangkan untuk barang asal luar
daerah pabean yang dikeluarkan dari PLB ke tempat lain dalam
daerah pabean dengan tujuan diimpor untuk dipakai, harus dilunasi
bea masuk, PDRI dan cukainya untuk barang yang kena cukai.

2.2.4 Perdirjen Bea Cukai No.2 Tahun 2016 Tentang Tata Laksana
Pengeluaran Barang Impor dari Kawasan Pabean untuk Ditimbun
di Pusat Logistik Berikat
Dalam persyaratan penimbunan barang, barang impor dapat
dikeluarkan dari kawasan pabean atau tempat lain yang diperlakukan
sama dengan tempat penimbunan sementara untuk ditimbun di PLB
apabila penyelenggara PLB atau pengusaha PLB atau PDPLB
bertindak sebagai pembeli atau pihak pembeli mempunyai kontrak
penimbunan barang dengan penyelenggara PLB/pengusaha
PLB/PDPLB. Untuk pengeluaran barang impor dari kawasan pabean
atau tempat lain yang diperlakukan sama dengan tempat penimbunan
sementara untuk ditimbun di PLB diberitahukan dengan
menggunakan Pemberitahuan Pabean Pemasukan Barang Impor
Untuk Ditimbun di Pusat Logistik Berikat (BC 1.6) yang dibuat oleh
penyelenggara PLB, pengusaha PLB, PDPLB atau penyelenggara
pos berdasarkan Dokumen Pelengkap Pabean untuk disampaikan ke
kantor pengawas dengan menggunakan sistem PDE/MPDE. Barang
yang ditimbun di PLB dengan pemberitahuan BC 1.6 mendapatkan
fasilitas penangguhan bea masuk, pembebasan cukai, dan/atau tidak
dipungut PDRI. Dokumen Pelengkap Pabean disampaikan kepada
pejabat yang menangani pemeriksaan dokumen dalam hal barang
impor akan menggunakan tarif preferensi pada saat dikeluarkan dari
PLB untuk diimpor untuk dipakai.
Terhadap BC 1.6 yang telah disampaikan, diterbitkan Surat
Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB) PLB dan Surat
Pemberitahuan Pengawasan Pembongkaran dan Penimbunan (SP4)
PLB melalui Sistem Komputer Pelayanan Pabean (SKP) saat
melakukan pengawasan pemasukan barang ke PLB. Pengeluaran
barang impor dilakukan setelah diterbitkan SPPB PLB. Apabila
terdapat kekurangan jumlah barang yang diimpor dari BC 1.6, harus
dilakukan pengeluaran atas barang yang kurang dengan
menggunakan BC 1.6 semula dalam jangka waktu paling lama 60 hari
sejak tanggal SPPB PLB. Pemasukan barang impor ke PLB dari
kawasan pabean atau tempat lain yang diperlakukan sama dengan
tempat penimbunan sementara dilakukan dengan menggunakan
SPPB PLB dan dengan dilakukan pengawasan pemasukan,
pelepasan tanda pengaman, dan pengawasan pembongkaran dan
penimbunan barang.
Apabila hasil pengawasan menunjukan ada ketidaksamaan
jumlah atau jenis kemasan, SKP meneruskan BC 1.6 kepada unit
pengawasan, apabila hasil penelitian lebih lanjut menunjukan
ketidaksesuaian terjadi bukan di luar kemampuannya, terhadap
kekurangan atau kelebihan barang dipungut bea masuk, cukai, PDRI
serta sanksi administrasi berupa denda. Setelah pungutan tersebut
dilunasi, pejabat menerbitkan Surat Tagihan di Bidang Cukai (STCK-
1). Penyelenggara PLB, pengusaha PLB, PDPLB harus melaporkan
kegiatan pengawasan pemasukan, pelepasan tanda pengaman,
pengawasan pembongkaran dan penimbunan dengan sistem
otomasi.

2.2.5 Perdirjen Bea Cukai No.3 Tahun 2016 Tentang Tata Laksana
Pengeluaran Barang Impor dari Pusat Logistik Berikat untuk Diimpor
untuk Dipakai
Untuk mengeluarkan barang impor dari PLB untuk dipakai,
importir harus menyampaikan pemberitahuan pabean berupa BC 2.8
atau Dokumen Pelengkap Pabean (apabila dibutuhkan pergerakan
barang secara cepat dan singkat, BC 2.8 dapat disampaikan setelah
pengeluaran barang impor paling lama 2 hari kerja). BC 2.8
disampaikan ke kantor pengawas setiap kali pengeluaran barang dari
PLB untuk diimpor untuk dipakai.
Pengeluaran barang dari PLB untuk diimpor untuk dipakai
dimana harus dilakukan pemeriksaan fisik, dokumen pelengkap
pabean harus disampaikan paling lama 3 hari sejak Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Fisik. Untuk dapat mengeluarkan
barang menggunakan dokumen pelengkap pabean, importir
mengajukan permohonan kepada kepala kantor pengawas dengan
melampirkan daftar jenis barang, nomor HS, perkiraan jumlah dan
jenis barang serta contoh bentuk dokumen pelengkap pabean.
Persetujuan penggunaan dokumen pelengkap pabean diberikan oleh
kepala kantor pengawas dan berlaku sampai dengan dilakukan
pencabutan oleh kepala kantor pengawas.
Importir wajib menyerahkan jaminan sebesar bea masuk, cukai,
dan/atau pajak dalam rangka impor sebelum melakukan pengeluaran
barang impor. Importir melakukan pembayaran bea masuk, cukai dan PDRI
berdasarkan BC 2.8 yang dibuat oleh importir dan telah diajukan
ke kantor pengawas. Pembayaran bea masuk dan PDRI dilakukan
secara tunai atau berkala. Berdasarkan BC 2.8 pejabat Bea dan
Cukai/SKP menerbitkan kode billing untuk pembayaran. Pembayaran
harus dilunasi paling lambat akhir bulan setelah bulan pendaftaran BC
2.8. kewajiban pembayaran tersebut dikecualikan untuk barang impor
yang mendapatkan fasilitas pembebasan bea masuk, PDRI dan cukai.
Nilai pabean adalah nilai transaksi dari barang yang
bersangkutan pada saat diimpor untuk dipakai dan dihitung
berdasarkan Cost Insurance Freight (CIF). Penghitungan bea masuk,
cukai dan PDRI dipergunakan NDPBM yang berlaku saat BC 2.8 atau
dokumen pelengkap pabean disampaikan ke kantor pengawas.
Barang impor yang dilarang atau dibatasi hanya dapat
dikeluarkan dari PLB untuk diimpor untuk dipakai setelah persyaratan
yang diwajibkan terpenuhi, hal tersebut harus dicantumkan dalam BC
2.8. Penelitian ketentuan pembatasan dan jumlah barang dilakukan
oleh SKP atau pejabat Bea dan Cukai. Hasil penelitian tersebut
disampaikan ke portal INSW. Apabila BC 2.8 telah melakukan
pembayaran bea masuk, cukai, PDRI atau jaminan serta telah
memenuhi persyaratan ketentuan pembatasan maka dapat diberikan
nomor pendaftaran. Setelah mendapatkan nomor dan tanggal
pendaftaran, SKP atau pejabat Bea dan Cukai melakukan
pemeriksaan pabean secara selektif melalui penelitian dokumen dan
pemeriksaan fisik barang.
Pemeriksaan fisik dilakukan berdasarkan metode acak atau
informasi intelijen. Pengeluaran barang dari PLB untuk diimpor untuk
dipakai dilakukan setelah mendapat persetujuan berupa SPPB PLB
dari SKP atau pejabat Bea dan Cukai. Pelaksanaan pengeluaran
barang dilakukan oleh pejabat yang mengawasi pengeluaran barang,
penyelenggara PLB, Pengusaha PLB, atau PDPLB. Perubahan dan
pembatalan BC 2.8 dapat dilakukan dengan persetujuan Kepala
Kantor Pengawas.

2.2.6 Peraturan Menteri Keuangan NO. 28/PMK.04/2018 Tentang Perubahan


Atas Peraturan Menteri Keuangan 272/PMK.04/2015

2.3 Syarat dan Aturan Untuk Mendirikan Pusat Logistik Berikat


Berdasarkan Pasal 28 Peraturan Menteri Keuangan NO. 28/PMK.04/2018
persaratan dan aturan untuk mendirikan PLB adalah sebagai berikut :
(1) Pengusaha PLB dan PDPLB wajib:
a. memasang tanda nama perusahaan serta nomor dan tanggal izin sebagai
Pengusaha PLB atau PDPLB pada tempat yang dapat dilihat dengan jelas oleh
umum;
b. mendayagunakan Sistem lnformasi Persediaan Berbasis Komputer (IT
Inventory) dalam pengelolaan barang pada PLB;
c. menyediakan sarana dan prasarana untuk penyelenggaraan pertukaran data
secara elektronik untuk Pengusaha PLB atau PDPLB yang diawasi oleh
Kantor Pabean yang menerapkan sistem Pertukaran Data Elektronik (PDE);
d. melakukan pencatatan secara realtime dan daring pada Sistem Informasi
Persediaan Berbasis Komputer (IT Inventory) atas pemasukan dan
pengeluaran barang dari dan ke PLB yang memiliki sistem penelusuran barang
(traceability) dalam pengelolaan barang pada PLB;
e. memasang Closed Circuit Television (CCTV) yang bisa diakses dari Kantor
Pabean secara realtime dan daring serta memiliki data rekaman paling singkat
7 (tujuh) hari sebelumnya, yang dapat memberikan gambaran mengenai
pemasukan dan pengeluaran barang; ·
f. memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC) dalam
hal jenis barang yang ditimbun berupa Barang Kena Cukai (BKC) sesuai
ketentuan yang mengatur tentang cukai;
g. melakukan pencacahan (stock opname) terhadap barang yang ditimbun di
PLB, bersama dengan Pejabat Bea dan Cukai dari Kantor Pabean yang
mengawasi, paling sedikit 1 (satu) kali pencacahan (stock opname) dalam
kurun waktu 1 (satu) tahun;
h. menyimpan dan menatausahakan barang yang ditimbun di dalam PLB
secara tertib, yang dapat diketahui jenis, spesifikasi, jumlah pemasukan dan
pengeluaran sediaan barang secara sistematis, serta posisinya apabila
dilakukan pencacahan (stock opname);
i. menyimpan dan memelihara dengan baik buku dan catatan serta dokumen
yang berkaitan dengan kegiatan usahanya dalam kurun waktu 10 (sepuluh)
tahun;
j. menyelenggarakan pembukuan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia;
k. mengajukan perubahan (update) data dalam hal terdapat data yang berubah
terkait perizinan PLB;
l. memberikan akses terhadap data dan dokumen seluruh kegiatan PLB yang
dibutuhkan dalam rangka pemeriksaan pabean oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai;
m. menyerahkan dokumen yang berkaitan dengan kegiatan PLB apabila
dilakukan audit oleh Direktorat J enderal Bea dan Cukai;
n. menyampaikan laporan dampak ekonomi (economy impact) secara
periodik, yang bentuknya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Direktur Jenderal;
o. menyampaikan laporan pencapaian target KPI (Key Performance
Indicators) setiap tahun, yang bentuknya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal; dan
p. secara berkala menyampaikan salinan (copy) laporan keuangan tahunan
yang disusun berdasarkan prinsip akutansi yang berlaku umum paling lambat
pada akhir bulan ke-4 (empat) setelah akhir tahun pajak.
(2) Dalam hal PLB merupakan PLB Industri Besar atau PLB E-commerce,
selain memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) , Pengusaha
PLB atau PDPLB juga wajib:
a. mengakomodir penimbunan barang untuk kepentingan industri kecil dan
menengah bagi PLB Industri Besar; atau
b. mengakomodir penimbunan barang hasil industri kecil dan menengah untuk
tujuan ekspor pada Platform E-Commerce bagi PLB E- Commerce.

Kemudian dalam Pasal 28A PMK NO.28/PMK.04/2018 dijelaskan bahwa :


(1) Dalam hal Sistem Informasi Persediaan Ber basis Komputer (IT
Inventory) telah diselenggarakan oleh Penyelenggara PLB, PDPLB dapat
mendayagunakan Sistem lnformasi Persediaan Berbasis Komputer (IT
Inventory) yang diselenggarakan oleh Penyelenggara PLB.
(2) Sistem Informasi Persediaan Berbasis Komputer (IT Inventory) yang
diselenggarakan oleh Penyelenggara PLB, Pengusaha PLB, atau PDPLB harus
dapat diakses oleh Direktcrat Jenderal Bea dan Cukai serta Direktorat Jenderal
Pajak.

Berdasarkan pasal 30 PMK N0.28/PMK.04/2018 Penyelenggara PLB,


Pengusaha PLB dan/atau PDPLB, dilarang:
a. memasukkan barang selain:
1. untuk tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2);
dan/atau
2. barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) dan ayat (3) ;
b. memasukkan barang yang dilarang untuk diimpor atau diekspor;
c. mengeluarkan barang dengan tujuan yang berbeda dengan tujuan yang
tercantum dalam izin PLB; dan/atau
d. menimbun Barang Kena Cukai bagi PLB E- Commerce.
2.4 Pusat Logistik Berikat yang Berada di Indonesia

Berdasarkan data yang kami dapatkan di Indonesia terdapat 11 Perusahaan


yang menerima fasilitas PLB, adapun perusahaan tersebut adalah sebagai
berikut :

Gambar 2 Lokasi Pusat Logistik Berikat (1)

Gambar 3 Lokasi Pusat Logistik Berikat (2)

Gambar 4 Lokasi Pusat Logistik Berikat (3)


Berikut ini adalah beberapa Pusat Logistik Berikat yang baru diresmikan pada
2016 berdasarkan website resmi Bea Cukai RI. : [1]
1. PT Cipta Krida Bahari, berlokasi di Cakung Jakarta, menimbun barang
untuk supporting Industri migas & pertambangan.
2. PT Petrosea Tbk., berlokasi di Balikpapan Kalimantan Timur, menimbun
barang untuk supporting Industri migas & pertambangan.
3. PT Pelabuhan Panajam Banua Taka, berlokasi di Balikpapan Kalimantan
Timur, menimbun barang untuk supporting Industri Migas & Pertambangan.
4. PT Kamadjaja Logistics, berlokasi di Cibitung Jawa Barat, menimbun
barang untuk supporting industri Makanan & Minuman.
5. PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, berlokasi di Karawang Jawa
Barat, menimbun barang untuk supporting supporting Industri Otomotif.
6. PT Agility International, berlokasi di Halim Jakarta dan Pondok Ungu Jawa
Barat, menimbun barang untuk supporting industri personal care/home care.
7. PT Gerbang Teknologi Cikarang (Cikarang Dry Port), berlokasi di Cikarang
Jawa Barat, menimbun barang untuk supporting industri tekstil (kapas).
8. PT Dunia Express, berlokasi di Sunter Jakarta dan Karawang Jawa Barat,
menimbun barang untuk supporting industri tekstil (kapas). [1]
9. PT Khrisna Cargo International, berlokasi di Benoa dan Denpasar Bali,
menimbun barang untuk supporting Industri Kecil dan Menengah.
10. PT Vopak Terminal Merak, berlokasi di Merak Banten, menimbun barang
untuk supporting industri tekstil sintetis (bahan kimia).
11. PT Dahana (Persero), berlokasi di Subang Jawa Barat, menimbun barang
untuk industri Migas & Pertambangan (bahan peledak).
Dibawah ini adalah beberapa PLB yang ada diindonesia berdasarkan sumber
yang kami dapatkan :
1. PT Pertamina Drilinng, supporting industri migas,
2. PT United Tractors, lokasi di Balikpapan, supporting industri migas dan
pertambangan.
3. PT Mexis, lokasi Balikpapan, supporting industri Migas dan Pertambangan.
4. PT Indocafco, lokasi Karawang, supporting industri permintalan/tekstil.
5. PT Lautan Luas, lokasi Jakarta/Bekasi, supporting industri.
6. PT Linc Logistic, lokasi Jakarta/Bekasi, supporting industri.
7. PT BKDI / PT Tantra Karya Sejahtera, lokasi pangkal pinang, bursa timah -
ekspor.
8. PT GMF Aerosia , lokasi Cengkareng, supporting maintenance pesawat.
9. PT Damco Indonesia, lokais Marunda, ekspor.
10. PT Honda Prospect Motor, Karawang, supporting industi otomotif.
11. PT Nikawai, lokasi Karawang, supporting industri permintalan/tekstil.
12. PT BP Indonesia /CKB, lokasi Tanggug, supporting industri migas dan
pertambangan.
13. PT Trakindo Utama /CKB, lokasi Balikpapan, supporting industri migas
dan pertambangan.
14. PT CKB, lokasi Balikpapan, supporting industri migas dan pertambangan.
15. PT Megasetia, lokasi Jakarta/Bekasi, supporting farmasi.
16. PT Pertamina NG, lokasi Arun, supporting industri migas.

Berdasarkan data dari Perkumpulan Pusat Logistik Berikat Indonesia (PPLBI)


terdapat beberapa PLB yang belum tercantum diatas antara lain :
1. PT. Adhiraksha Tama, Lokasi Jakarta Selatan
2. PT. Bina Sinar Amity, Lokasi Cilincing, Jakarta
3. PT. Agility, Lokasi Jakarta Timur
4. PT. Bumimerak Terminalindo, Lokasi Cengkareng, Jakarta Barat
5. PT. Schlumberger, Lokasi Jakarta
6. PT. ICDX Logistik Berikat, Lokasi Jakarta
7. PT. Kawasan Berikat Nusantara, Cilincing, Jakarta Utara
8. PT. Perta Arun Gas, Lokasi Aceh
9. PT. Pindad, Lokasi Bandung
10.PT. Seamless Pipe Indonesia Jaya, Cilegon, Jakarta
11.PT. Sumisho Gobal Logistics, Lokasi Bekasi, Jawa Barat
12.PT. Sumitronics Indonesia, Lokasi Bekasi,Jawa Barat
13.PT. Taruna Bina Sarana, Lokasi Jakarta Selatan
14.PT. Transcon Indonesia, Lokasi Cilincing, Jakarta Utara

2.5 Dampak PLB terhadap Biaya

Dampak terhadap efisiensi biaya logistik meliputi kegiatan logistik dari


pengiriman barang yang dimulai dari pemasok sampai ke penerima
(pemesan). Analisa biaya logistik tersebut termasuk biaya yang
dikeluarkan pada saat pengeluaran barang dari pabean sebelum
dipergunakan. Analisa ini membandingkan biaya logistik pengiriman
barang dari pemasok sampai penerima (pemesan) sebelum adanya
PLB dan sesudah adanya PLB, serta biaya untuk persediaan yang
harus dikeluarkan.
Untuk industri nasional yang sudah menerapkan sistem produksi just
in time dan ketersediaan bahan baku sudah terjamin atau tidak sulit
dalam pencariannya serta dalam proses pabean dipelabuhan masuk
kategori jalur hijau maka keberadaan PLB kurang begitu
berpengaruh, karena nilai persediaannya kecil, karena pemasok siap
menyediaan barangnya sesuai waktu yang dibutuhkan pemesan.
Sedangkan untuk industri yang mengalami kesulitan dalam
memperoleh bahan baku dan membutuhkan waktu lama untuk
ketersediaan bahan baku sehingga stok bahan baku cukup tinggi
sehingga nilai persediaan cukup tinggi maka dengan adanya PLB
maka biaya dari nilai persediaan bahan baku akan menjadi lebih kecil
dan lebih efisien, karena bahan baku tersebut tersedia di PLB dan
dilakukan pembayaran apabila dibutuhkan.
Dampak terhadap biaya logistik ini untuk mendapatkan gambaran
bahwa dengan adanya PLB maka terdapat efisiensi biaya logistik
yang meliputi antara lain; biaya pengiriman barang dari pemasok
sampai diterima oleh pemesan, biaya pengiriman barang dari
pelabuhan sampai ke PLB, biaya pengiriman barang dari PLB ke
pemesan dan biaya penyimpanan barang di PLB dibandingkan
dengan sebelum adanya PLB.
Dampak ini tidak dapat memperoleh hasil yang optimal apabila
informasi atau data yang diperoleh tidak lengkap atau kurang,
sehingga perbedaan atau terjadinya perubahan yang berhubungan
dengan efisiensi biaya logistik antara sebelum terdapat PLB dan
sesudah terdapat PLB tidak terlihat dengan jelas. Akan tetapi hasil
analisa ini dapat menjadi acuan sementara yang perlu ditindaklanjuti,
agar efesiensi biaya logistik bisa terwujud sesuai dengan harapan
dengan adanya PLB.

2.6 Dampak PLB Terhadap Waktu


Efisiensi waktu logistik meliputi kegiatan logistic dari pengiriman
barang yang dimulai dari pemasok sampai ke
penerima (pemesan). Analisa ini membandingkan waktu logistik
pengiriman barang dari pemasok sampai penerima (pemesan)
sebelum adanya PLB dan sesudah adanya PLB.
Untuk industri nasional yang sudah menerapkan sistem produksi just
in time dan ketersediaan bahan baku sudah terjamin atau tidak sulit
dalam pencariannya serta dalam proses pabean dipelabuhan masuk
kategori jalur hijau maka keberadaan PLB kurang begitu
berpengaruh. Sedangkan untuk industri yang mengalami kesulitan
dalam memperoleh bahan baku dan membutuhkan waktu lama
untuk ketersediaan bahan baku sehingga stok bahan baku cukup
tinggi sehingga nilai persediaan cukup tinggi maka dengan adanya
PLB waktu maka perolehan bahan baku akan menjadi lebih pendek
dan lebih efisien
Efisiensi terhadap waktu logistik ini untuk mendapatkan gambaran
bahwa dengan adanya PLB maka terdapat efisiensi waktu logistik
yang meliputi antara lain; waktu kedatangan barang yang dipesan
kemudian dikirim oleh pemasok sampai diterima oleh pemesan,
waktu pengiriman atau pengeluaran barang dari pelabuhan sampai
ke PLB, waktu pengiriman barang dari PLB ke pemesan dan waktu
penyimpanan barang di PLB dibandingkan dengan sebelum adanya
PLB.
Efisiensi ini tidak dapat memperoleh hasil yang optimal apabila
informasi atau data yang diperoleh tidak lengkap atau kurang,
sehingga perbedaan atau terjadinya perubahan yang berhubungan
dengan efisiensi waktu logistik antara sebelum terdapat PLB dan
sesudah terdapat PLB tidak terlihat dengan jelas. Akan tetapi hasil
analisa ini dapat menjadi acuan sementara yang perlu ditindaklanjuti,
agar efesiensi waktu logistik bisa terwujud sesuai dengan harapan
dengan adanya PLB.
BAB IV
SIMPULAN

A. Simpulan
1) Dalam kurun waktu 1 tahun sejak diresmikannya PLB hingga saat ini
telah terdapat 41 perusahaan PLB (berdasarkan data yang kami dapatkan),
dimana pada saat diresmikan baru
terdapat 11. Kondisi demikian menunjukan bahwa potensi
pemanfaatan PLB oleh industri/perusahaan akan terus diminati
kedepannya karena dapat memberikan manfaat bagi
industri/perusahaan yang melakukan impor bahan baku dan atau
bahan penolongnya untuk menghasilkan produknya.
2) Sampai saat ini perusahaan yang sudah terdaftar menjadi PLB
sebanyak 41 PLB dalam kurun waktu satu tahun dan perusahaan yang
terdaftar untuk memanfaatkan fasilitas PLB untuk mendukung
kelancaran operasionalnya lebih dari 300 perusahaan. Dengan
banyaknya industri/perusahaan yang terdaftar akan memanfaatkan
PLB, maka PLB tersebut diyakini mampu memberikan manfaat
terhadap industri/perusahaan tersebut baik terhadap biaya maupun
waktu perolehan bahan baku dan atau bahan penolong yang diimpor.
Sehingga tujuan memindahkan tempat penyimpanan sementara bahan
baku dan atau bahan penolong di negara lain seperti; Singapura,
Thailand, Malaysia atau Vietnam, bisa dipindahkan ke PLB yang
berada di Indonesia

38
39

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Ditjen Bea Cukai 2016


https://www.researchgate.net/profile/Avif_Haryana/project/Evaluation-of-the-
Benefits-of-Bonded-Logistics-Center-in-Promoting-National-Industry-
Competitiveness/attachment/59c9d00a4cde2682b60b7291/AS:542687613128704@1
506398217877/download/Technical+Report+2017a.pdf?context=ProjectUpdatesLog
http://beacukai.go.id/berita/-11-perusahaan-resmi-jadi-pusat-logistik-berikat.html
https://economy.okezone.com/read/2016/04/25/320/1371700/daftar-16-pusat-logistik-
berikat-baru
http://www.pplbi.or.id/member

Anda mungkin juga menyukai