Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KUNJUNGAN INDUSTRI

PERENCANAAN BISNIS PERUSAHAAN YANG AKAN BERMITRA


DENGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Disusun Oleh :
Kamesya Nurajijah Malik (202023014)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS MANDIRI
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

PERENCANAAN BISNIS PERUSAHAAN


DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Diajukan untuk melengkapi persyaratan Mata Kuliah Kunjungan Studi dan telah
diujikan pada tanggal………………

Subang, Desember 2023


Telah disetujui dan disahkan oleh

Dosen Pembimbing

............................................
NIDN. .......................

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, karunia, dan pertolongan-Nya, sehingga tim penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Kunjungan Studi ini dengan judul ” PERENCANAAN
BISNIS PERUSAHAAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI”
sebagai syarat untuk memperoleh nilai Mata Kuliah Kunjungan Studi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Mandiri.
Tim penyusun menyadari bahwa penulisan laporan ini masih terdapat
kekurangan dan kelemahan, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun
akan penulis terima, demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, semoga laporan Kunjungan Studi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Subang, 7 Desember 2023

Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................ii

KATA PENGANTAR......................................................................................iii

DAFTAR ISI....................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR........................................................................................v

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1


B. Gambaran Umum Objek.....................................................................2
C. Permasalahan Objek...........................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Profil Direktorat Jenderal Bea Cukai..................................................4


B. Regulasi dan Prosedur Bea Cukai......................................................7
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data.......................................................................................10
B. Pembahasan........................................................................................18

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................21
B. Saran...................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22

LAMPIRAN-LAMPIRAN.............................................................................23

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Logo Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 – Foto-foto pelaksaanaan Kunjungan ke Direktorat Jenderal Bea dan


Cukai

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi ini, perusahaan dituntut untuk memahami
dan mengikuti regulasi yang berlaku dalam kegiatan ekspor dan impor.
Direktorat Jenderal Bea Cukai memiliki peran strategis dalam memastikan
kepatuhan terhadap peraturan yang berkaitan dengan kepabeanan.
Kunjungan industri ke Direktorat Jenderal Bea Cukai diinisiasi untuk
mendapatkan pemahaman mendalam tentang regulasi dan prosedur yang
diterapkan oleh lembaga ini, serta bagaimana pengaruhnya terhadap
perencanaan bisnis perusahaan.
Pentingnya perencanaan bisnis yang berbasis pada pemahaman
yang baik terhadap regulasi kepabeanan tidak hanya membantu
perusahaan mematuhi ketentuan hukum, tetapi juga memastikan
kelancaran operasional dalam konteks perdagangan internasional. Oleh
karena itu, laporan ini bertujuan untuk merinci hasil kunjungan industri ke
Direktorat Jenderal Bea Cukai dengan fokus pada pengaruh regulasi
tersebut terhadap perencanaan bisnis suatu perusahaan.
Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) merupakan salah satu
instansi pemerintah yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia.
DJBC bertanggung jawab untuk memungut bea masuk, pajak impor, dan
cukai dari barang-barang yang masuk ke Indonesia. DJBC juga
bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengamankan lalu lintas barang
dan orang di perbatasan.
Pelaksanaan perencanaan bisnis perusahaan perlu memperhatikan
peraturan dan kebijakan yang berlaku di Indonesia. Oleh karena itu,
perusahaan perlu memahami peran dan fungsi DJBC dalam perekonomian
Indonesia.
Laporan ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang
komprehensif dan praktis bagi perusahaan dalam mengembangkan strategi

1
perencanaan bisnis yang sesuai dengan regulasi kepabeanan yang berlaku.
Kunjungan industri ke DJBC dapat menjadi sarana bagi perusahaan untuk
mempelajari peraturan dan kebijakan DJBC, serta mendapatkan informasi
dan konsultasi dari petugas DJBC.
B. Gambaran Umum Objek
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah suatu instansi yang
memiliki peran yang cukup penting dari negara dalam melakukan tugas
dan fungsinya untuk :
1. Melindungi masyarakat dari masuknya barang-barang berbahaya;
2. Melindungi industri tertentu di dalam negeri dari persaingan yang
tidak sehat dengan industri sejenis dari luar negeri;
3. Memberantas penyelundupan;
4. Melaksanakan tugas titipan dari instansi-instansi lain yang
berkepentingan dengan lalu lintas barang yang melampaui batas-
batas negara;
5. Memungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor secara
maksimal untuk kepentingan penerimaan keuangan negara.
C. Permasalahan Objek
Secara ekonomi, perusahaan menyadari potensi pertumbuhan pasar
di luar negeri dan kebutuhan untuk mengoptimalkan proses kepabeanan
agar dapat bersaing secara efektif. Berkolaborasi dengan Direktorat
Jenderal Bea Cukai dapat menjadi langkah strategis untuk mempercepat
proses bea cukai, meminimalkan hambatan perdagangan, dan
meningkatkan arus barang yang efisien.
Dari segi hukum, perusahaan perlu memahami aturan dan regulasi
kepabeanan yang berlaku. Keterlibatan Direktorat Jenderal Bea Cukai
dapat membantu perusahaan memastikan kepatuhan terhadap ketentuan
hukum yang kompleks ini, sehingga mengurangi risiko terkait dengan
masalah kepabeanan, bea masuk, dan ketentuan perdagangan internasional
lainnya.

2
Selain itu, aspek strategis perencanaan bisnis ini mungkin
mencakup tujuan jangka panjang seperti menciptakan hubungan yang
kokoh dengan otoritas bea cukai, memperluas pasar lintas batas, dan
meningkatkan daya saing di pasar global. Kolaborasi ini juga dapat
membawa manfaat bagi Direktorat Jenderal Bea Cukai, seperti
peningkatan pendapatan negara dan pengelolaan risiko kepabeanan yang
lebih baik.
Dalam latar belakang ini, perusahaan dapat merinci tantangan
spesifik yang dihadapi, seperti kompleksitas regulasi, ketidakpastian
kebijakan perdagangan internasional, atau perubahan norma kepabeanan.
Di samping itu, peluang seperti pemanfaatan fasilitas perdagangan bebas,
peningkatan efisiensi logistik, dan potensi pertumbuhan pasar juga dapat
menjadi poin penting dalam perencanaan bisnis tersebut.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Profil Direktorat Jenderal Bea Cukai


1. Sejarah Direktorat Jenderal Bea Cukai
CUSTOMS (Instansi Kepabeanan) di mana pun di dunia ini
adalah suatu organisasi yang keberadaannya sangat essensial bagi
suatu negara, demikian pula dengan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai (Instansi Kepabeanan Indonesia) adalah suatu instansi yang
memiliki peran yang cukup penting pada suatu negara.
Bea dan Cukai (selanjutnya kita sebut Bea Cukai)
merupakan institusi global yang hampir semua negara di dunia
memilikinya. Bea Cukai merupakan perangkat negara
“konvensional” seperti halnya kepolisian, kejaksaan, pengadilan,
ataupun angkatan bersenjata, yang eksistensinya telah ada
sepanjang masa sejarah negara itu sendiri. Fungsi Bea Cukai di
Indonesia diyakini sudah ada sejak zaman kerajaan dahulu, namun
belum ditemukan bukti-bukti tertulis yang kuat. Kelembagaannya
pada waktu itu masih bersifat “lokal” sesuai wilayah kerajaannya.
Sejak VOC masuk, barulah Bea Cukai mulai terlembagakan
secara “nasional”. Pada masa Hindia Belanda tersebut, masuk pula
istilah douane untuk menyebut petugas Bea Cukai (istilah ini
acapkali masih melekat sampai saat ini). Nama resmi Bea Cukai
pada masa Hindia Belanda tersebut adalah De Dienst der Invoer en
Uitvoerrechten en Accijnzen (I. U & A) atau dalam terjemah
bebasnya berarti “Dinas Bea Impor dan Bea Ekspor serta Cukai”.
Tugasnya adalah memungut invoer-rechten (bea impor/masuk),
uitvoer-rechten (bea ekspor/keluar), dan accijnzen (excise/ cukai).
Tugas memungut bea (“bea” berasal dari bahasa Sansekerta), baik
impor maupun ekspor, serta cukai (berasal dari bahasa India) inilah
yang kemudian memunculkan istilah Bea dan Cukai di Indonesia.

4
Peraturan yang melandasi saat itu di antaranya
Gouvernment Besluit Nomor 33 tanggal 22 Desember 1928 yang
kemudian diubah dengan keputusan pemerintah tertanggal 1 Juni
1934. Pada masa pendudukan Jepang, berdasarkan Undang-undang
Nomor 13 tentang Pembukaan Kantor-kantor Pemerintahan di
Jawa dan Sumatera tanggal 29 April 1942, tugas pengurusan bea
impor dan bea ekspor ditiadakan, Bea Cukai sementara hanya
mengurusi cukai saja. Lembaga Bea Cukai setelah Indonesia
merdeka, dibentuk pada tanggal 01 Oktober 1946 dengan nama
Pejabatan Bea dan Cukai. Saat itu Menteri Muda Keuangan,
Sjafrudin Prawiranegara, menunjuk R.A Kartadjoemena sebagai
Kepala Pejabatan Bea dan Cukai yang pertama. Jika ditanya kapan
hari lahir Bea Cukai Indonesia, maka 1 Oktober 1946 dapat
dipandang sebagai tanggal yang tepat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 1948,
istilah Pejabatan Bea Cukai berubah menjadi nama menjadi
Jawatan Bea dan Cukai, yang bertahan sampai tahun 1965. Setelah
tahun 1965 hingga sekarang, namanya menjadi Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai (DJBC).
2. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Bea Cukai
Visi
Menjadi Institusi Kepabeanan dan Cukai Terkemuka di Dunia.
Misi
a. Memfasilitasi perdagangan dan industri;
b. Menjaga perbatasan dan melindungi masyarakat Indonesia
dari penyelundupan dan perdagangan ilegal, dan;
b. Mengoptimalkan penerimaan negara di sektor kepabeanan
dan cukai.

5
Logo Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Gambar 1. Logo Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


3. Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Bea Cukai
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan fasilitasi,
serta optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan
cukai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Tugas Direktorat Jenderal Bea Cukai antara lain:
a. Customs Service.
 Fasilitasi perdagangan & industri
 Ease Of Doing Busines (EODB)
 Dwelling Time (DT)
b. Customs Control
 Perlindungan masyarakat
 Pencegahan penyelundupan
 Optimalisasi penerimaan
Fungsi Utama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, antara lain:
a. Meningkatkan pertumbuhan industri dalam negeri melalui
pemberian fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai yang
tepat sasaran;

6
b. Mewujudkan iklim usaha dan investasi yang kondusif
dengan memperlancar logistik impor dan ekspor melalui
penyederhanaan prosedur kepabeanan dan cukai;
c. Melindungi masyarakat, industri dalam negeri, dan
kepentingan nasional melalui pengawasan dan/atau
pencegahan masuknya barang impor dan keluarnya barang
ekspor yang berdampak negatif dan berbahaya yang
dilarang dan/atau dibatasi oleh regulasi;
d. Melakukan pengawasan kegiatan impor, ekspor dan
kegiatan di bidang kepabeanan dan cukai lainnya secara
efektif dan efisien melalui penerapan sistem manajemen
risiko yang handal, intelijen, dan penyidikan yang kuat,
serta penindakan yang tegas dan audit kepabeanan dan
cukai yang tepat;
e. Membatasi, mengawasi, dan/atau mengendalikan produksi,
peredaran dan konsumsi barang tertentu yang mempunyai
sifat dan karakteristik dapat membahayakan kesehatan,
lingkungan, ketertiban, dan keamanan masyarakat melalui
instrumen cukai yang memperhatikan aspek keadilan dan
keseimbangan; dan
f. Mengoptimalkan penerimaan negara dalam bentuk bea
masuk, bea keluar, dan cukai guna menunjang
pembangunan nasional.
B. Regulasi dan Prosedur Bea Cukai
1. Ekspor dan Impor
a. Ekspor
Ekspor adalah kegitan mengeluarkan barang keluar daerah
pabean sesuai dengan UU Kepabeanan. Barang ekspor adalah
barang yang telah diajukan pemberitahuan ekspor barang dan
telah mendapatkan nomor pendaftaran. Eksportir adalah orang
perseorangan atau badan hukum yang melakukan ekspor.

7
Barang ekspor yang terkena bea keluar, antara lain:
a. Kulit dan Kayu;
b. Biji kakao;
c. Kelapa sawit, Crude Palm Oil (CPO), dan produk
turunannya;
d. Produk hasil pengolahan mineral logam; dan
e. Produk mineral logam dengan kriteria tertentu.
b. Impor
Impor adalah kegiatan memasukkan barang dari Luar
Daerah Pabean (luar negeri) ke Dalam Daerah Pabean (dalam
negeri. Pengawasan oleh petugas Bea Cukai terhadap barang
meliputi:
a. Dilarang, artiny sama sekali tidak diperbolehkan impor.
b. Diperbolehkan dengan syarat rekomendasi atau izin.
c. Diperbolehkan dengan bayar pajak / tanpa bayar pajak.
2. Bea Cukai
Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap
Barang Kena Cukai. Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan
terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau
karakteristik yang ditetapkan dalam Undang-undang Cukai. Cukai
dikenakan terhadap Barang Kena Cukai yang terdiri dari:
a. Etil alkohol atau etanol, dengan tidak mengindahkan bahan
yang digunakan dan proses pembuatannya.
b. Minuman yang mengandung etil alkohol dalam kadar
berapa pun, dengan tidak mengindahkan bahan yang
digunakan dan proses pembuatannya, termasuk konsentrat
yang mengandung etil alkohol.
c. Hasil tembakau, yang meliputi sigaret, cerutu, rokok daun,
tembakau iris, dan hasil pengolahan tembakau lainnya,
dengan tidak mengindahkan digunakan atau tidak bahan
pengganti atau bahan pembantu dalam pembuatannya.

8
Barang kena cukai adalag barang-barang tertentu yang
mempunyai sifat atau karakteristik, yang:

a. konsumsinya perlu dikendalikan,


b. peredarannya perlu diawasi,
c. pemakaiannya dapat menimbulkan efek negatif bagi
masyarakat atau lingkungan hidup,
d. atau pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara
demi keadilan dan keseimbangan
Sehubungan dengan penetapan jenis barang kena cukai
sebagaimana disebutkan di atas sesuai Undang-Undang 11 Tahun
1995 Tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 11 Tentang Cukai, maka saat ini untuk sementara
waktu kita baru mengenal tiga jenis barang kena cukai secara
umum, yaitu etil alkohol, minuman yang mengandung etil alkohol,
dan hasil tembakau. Tidak menutup kemungkinan perubahan jenis
Barang Kena Cukai.

9
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data
Data yang digunakan dalam perencanaan bisnis ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui survei kepada
perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan impor dan ekspor. Data
sekunder diperoleh dari berbagai sumber, seperti website DJBC, website
perusahaan, dan jurnal ilmiah.
1. Pengalaman Perusahaan dan UMKM dalam Berurusan
dengan Bea Cukai
Perusahaan dan mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
memiliki peran strategis dalam menopang laju ekonomi negara,
karena mampu memberikan kontribusi positif dalam beberapa
aspek di antaranya perputaran roda perekonomian, penyerapan
tenaga kerja, sumbangan terhadap pendapatan daerah dan nasional,
serta pemanfaatan sumber daya lokal.
Sinergi dengan berbagai kementerian/lembaga dan instansi
terkait pun menjadi faktor penting untuk peningkatan kapabilitas
UMKM memasuki pasar internasional dan akselerasi ekspor. Bea
Cukai tak hanya menjadi garda terdepan pengawasan perdagangan
negara, tetapi juga mitra strategis dalam mengantarkan perusahaan
dan UMKM Indonesia ke panggung global.
Bea Cukai memiliki peran penting dalam keberlangsungan
industri di dalam negeri termasuk perusahaan dan UMKM. Peran
penting Bea Cukai ini akan semakin terasa hasilnya jika
dilaksanakan secara kolaboratif dalam bentuk sinergi dengan
akademisi, pelaku usaha, dan pemangku kepentingan lainnya,
dalam hal ini pemerintah daerah melaui dinas-dinas yang terlibat
secara langsung dalam proses pengembangan perusahaan dan
UMKM.

10
Beberapa kolaborasi Bea Cukai dengan pemerintah daerah
dan UMKM setempat antara lain.
a. Bea Cukai Yogyakarta bersama Kemenkeu bersinergi
dengan LPEI dan Pemerintah DIY untuk
menyelenggarakan CPNE. Tujuannya ialah untuk
menciptakan eksportir baru dan menjadi UMKM yang
bankable. Selain perwakilan Bea Cukai Yogyakarta, yang
memberikan materi tentang ketentuan kepabeanan di
bidang ekspor, acara ini juga turut mengundang narasumber
dari Ditjen. Pajak, Bank Indonesia (BI), serta praktisi
ekspor.
Dengan adanya pelatihan CPNE ini, diharapkan
semakin banyak UMKM di Yogyakarta yang naik kelas
menjadi eksportir. Bea Cukai akan dengan senang hati
memberikan asistensi bagi para calon pelaku ekspor.
b. Di Surabaya, Bea Cukai Juanda, Bea Cukai Tanjung Perak,
Bea Cukai Sidoarjo, dan Balai Laboratorium Bea Cukai
(BLBC) Kelas II Surabaya, berkolaborasi memfasilitasi
pertumbuhan UMKM melalui acara UMKM Week dengan
menggabungkan edukasi kepabeanan dan bazar produk
UMKM (09/08).
Berpusat di area selasar pelayanan Bea Cukai
Tanjung Perak, para peserta UMKM Week berkesempatan
menampilkan beragam produk hasil kerja UMKM kepada
masyarakat luas serta menerima sosialisasi pengenalan
ekspor.
c. Di wilayah Jawa Timur, Bea Cukai Kediri mengadakan
sosialisasi UMKM bertajuk ‘Bersama Bea Cukai, UMKM
Bisa’, Rabu (09/08). Bertempat di Aula Jenggala lantai 3
kantor Bea Cukai Kediri, kegiatan ini turut mengundang
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, serta Pemerintah

11
Kabupaten Kediri. Dalam kesempatan ini dijelaskan kepada
pra UMKM terkait langkah ekspor dan program dukungan
UMKM ekspor. Juga digelar sharing session kepada para
peserta untuk membagikan pengalaman maupun kendala
dalam melakukan ekspor.
d. Sementara itu, kolaborasi KPP Pratama Maumere Bea
Cukai Labuan Bajo mengadakan kegiatan sosialisasi
UMKM Week kepada para pelaku UMKM binaan di
wilayah Kabupaten Sikka dengan beragam produk
unggulannya (08/08). Dengan tema “Bea Cukai Kawan
UMKM & Bersama Bea Cukai UMKM Bisa Ekspor”,
kegiatan ini merupakan bukti sinergi Kemenkeu Satu dalam
mendorong perkembangan produk-produk lokal UMKM di
pasar internasional.
Selain kolaborasi-kolaborasi diatas Direktorat Jendral Bea
Cukai juga membuka dengan kerjasama dengan berbagai
perusahaan dan UMKM di Indonesia dalam berbagai bidang, baik
ekonomi, kesehatan, kesenian, hingga bidang politik dan
pertahanan negara.
Kerjasama antara perusahaan dengan DJBC dapat
memberikan banyak manfaat bagi kedua belah pihak. Manfaat-
manfaat tersebut antara lain:
1. Peningkatan efisiensi kegiatan impor dan ekspor.
2. Peningkatan kepatuhan terhadap peraturan dan ketentuan
kepabeanan.
3. Peningkatan peluang untuk mendapatkan fasilitas
kepabeanan.
Namun, kerjasama antara perusahaan dengan DJBC juga
dapat menghadapi beberapa tantangan, antara lain:
1. Kesulitan dalam memahami peraturan dan ketentuan
kepabeanan.

12
2. Biaya yang dibutuhkan untuk menjalin kerjasama.
3. Kerjasama yang tidak memberikan manfaat bagi kedua
belah pihak.
Oleh karena itu, perusahaan perlu mempertimbangkan
secara matang sebelum menjalin kerjasama dengan DJBC.
Perusahaan perlu memahami manfaat dan risiko dari kerjasama
tersebut, serta mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi
tantangan-tantangan yang mungkin dihadapi.
2. Tantangan dan Solusi yang Ditemui
a. Tantangan dan masalah yang mungkin terjadi dan harus
dihadapi perusahaan selama kerjasama dengan DJBC
1) Kesulitan dalam memahami peraturan dan ketentuan
kepabeanan
Peraturan dan ketentuan kepabeanan di Indonesia
cukup kompleks dan sering berubah. Hal ini dapat
menyulitkan perusahaan untuk memahami dan
mematuhi peraturan dan ketentuan tersebut.
2) Biaya yang dibutuhkan untuk menjalin kerjasama
Biaya yang dibutuhkan untuk menjalin kerjasama
dapat bervariasi, tergantung pada cakupan kerjasama
dan kebutuhan perusahaan. Perusahaan perlu
memastikan bahwa biaya yang dibutuhkan untuk
menjalin kerjasama tersebut dapat ditanggung oleh
perusahaan.
3) Kerjasama yang tidak memberikan manfaat bagi kedua
belah pihak
4) Perusahaan perlu memastikan bahwa kerjasama yang
dijalin memberikan manfaat bagi kedua belah pihak.
Kerjasama yang tidak memberikan manfaat bagi kedua
belah pihak akan sulit untuk bertahan dalam jangka
panjang.

13
b. Solusi masalah yang mungkin terjadi saat perusahaan
selama kerjasama dengan DJBC
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, perusahaan
perlu melakukan persiapan yang matang sebelum menjalin
kerjasama dengan DJBC. Perusahaan perlu melakukan riset
terlebih dahulu untuk memahami peraturan dan ketentuan
kepabeanan.
Perusahaan juga perlu menyusun proposal kerjasama yang
komprehensif dan realistis. Selain itu, perusahaan perlu
membangun komunikasi yang baik dengan DJBC. Dengan
mempersiapkan diri dengan baik, perusahaan dapat
meningkatkan peluang keberhasilan kerjasama dengan DJBC.
3. Perencanaan Bisnis Perusahaan yang akan Bermitra dengan
Direktorat Jenderal Bea Cukai
a. Latar Belakang
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) merupakan
salah satu lembaga pemerintah yang berperan penting dalam
perekonomian Indonesia. DJBC bertanggung jawab untuk
memungut bea masuk, pajak impor, dan cukai dari barang-
barang yang masuk ke Indonesia. DJBC juga bertanggung
jawab untuk mengawasi dan mengamankan lalu lintas barang
dan orang di perbatasan. Bekerja sama dengan DJBC dapat
memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, antara lain:
1) Meningkatkan efisiensi kegiatan impor dan ekspor.
2) Meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan dan
ketentuan kepabeanan.
3) Meningkatkan peluang untuk mendapatkan fasilitas
kepabeanan.
b. Tujuan
Tujuan dari rencana bisnis ini adalah untuk menjajaki
kemungkinan kerjasama antara perusahaan dengan DJBC.

14
Kerjasama tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi kedua belah pihak.
c. Cakupan Kerjasama
Kerjasama antara perusahaan dengan DJBC dapat
mencakup berbagai bidang, antara lain:
1) Penyediaan jasa kepabeanan.
2) Fasilitasi perdagangan internasional.
3) Pendidikan dan pelatihan kepabeanan.
d. Strategi
Strategi untuk mewujudkan kerjasama antara perusahaan
dengan DJBC adalah sebagai berikut:
1) Melakukan pertemuan dengan DJBC untuk membahas
potensi kerjasama.
2) Melakukan studi kelayakan untuk menilai manfaat dan
risiko dari kerjasama.
3) Menyusun proposal kerjasama yang akan disampaikan
kepada DJBC.
e. Target Pasar
Target pasar dari kerjasama ini adalah perusahaan-
perusahaan yang melakukan kegiatan impor dan ekspor.
f. Pemasaran
Pemasaran kerjasama ini akan dilakukan melalui berbagai
media, antara lain:
1) Website perusahaan.
2) Media sosial.
3) Konferensi pers.
g. Anggaran
Anggaran yang dibutuhkan untuk mewujudkan kerjasama
ini akan disesuaikan dengan cakupan kerjasama dan target
pasar.
h. Evaluasi

15
Kerjasama antara perusahaan dengan DJBC akan dievaluasi
secara berkala untuk memastikan bahwa kerjasama tersebut
berjalan sesuai dengan rencana.
4. Dampak Regulasi Bea Cukai pada Bisnis
Regulasi bea cukai memiliki pengaruh signifikan terhadap
bisnis, baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama
dalam hal impor dan ekspor. Secara langsung, regulasi bea cukai
dapat mempengaruhi biaya dan arus kas perusahaan. Misalnya,
kenaikan tarif bea masuk dapat meningkatkan biaya impor,
sehingga dapat menurunkan laba perusahaan. Secara tidak
langsung, regulasi bea cukai dapat mempengaruhi persaingan
bisnis. Misalnya, peraturan yang memperketat impor dapat
mengurangi jumlah barang impor, sehingga dapat menguntungkan
produsen lokal. Secara umum, regulasi bea cukai dapat
mempengaruhi bisnis sebagai berikut:
a. Biaya. Regulasi bea cukai dapat mempengaruhi biaya
perusahaan melalui tarif bea masuk, pajak impor, dan
cukai.
b. Arus kas. Regulasi bea cukai dapat mempengaruhi arus kas
perusahaan melalui biaya impor dan ekspor.
c. Persaingan. Regulasi bea cukai dapat mempengaruhi
persaingan bisnis melalui peraturan yang mengatur impor
dan ekspor.
Adapun pengaruh kebijakan dari Direktorat Jenderal Bea
Cukai terhadap perencanaan bisnis antara lain:
a. Biaya Impor/Ekspor
Regulasi bea cukai menentukan besarnya bea masuk
atau bea keluar yang harus dibayar oleh perusahaan.
Kebijakan yang merubah tarif bea cukai dapat
mempengaruhi biaya impor atau ekspor barang, yang
kemudian mempengaruhi profitabilitas bisnis.

16
b. Prosedur dan Persyaratan
Kebijakan dan regulasi dapat mempengaruhi
prosedur impor dan ekspor, termasuk persyaratan
dokumentasi, inspeksi, dan pemeriksaan barang. Perusahaan
perlu merencanakan operasionalnya sesuai dengan aturan
yang berlaku untuk memastikan kepatuhan dan kelancaran
proses.
c. Ketidakpastian Bisnis
Perubahan kebijakan dapat menciptakan
ketidakpastian bagi perusahaan. Perencanaan bisnis harus
mampu mengakomodasi perubahan kebijakan bea cukai
yang dapat memengaruhi rantai pasok dan strategi
perdagangan.
d. Ketentuan Tarif Preferensial
Kebijakan bea cukai dapat mencakup tarif
preferensial atau perjanjian perdagangan bebas. Perusahaan
perlu memperhitungkan manfaat atau dampak dari
kebijakan tersebut dalam merencanakan perdagangan
internasionalnya.
e. Penegakan Hukum
Kebijakan terkait penegakan hukum bea cukai juga
dapat mempengaruhi perencanaan bisnis. Perusahaan perlu
memastikan kepatuhan penuh terhadap regulasi agar tidak
terkena sanksi atau kendala operasional.
5. Pengaruh Perubahan Kebijakan Terhadap Perencanaan
Kebijakan dari Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) juga
dapat mempengaruhi perencanaan bisnis. Kebijakan DJBC dapat
berupa peraturan baru, perubahan peraturan, atau pencabutan
peraturan. Perubahan regulasi bea cukai dapat berdampak
signifikan terhadap perencanaan bisnis. Misalnya, perubahan tarif

17
bea masuk dapat menyebabkan perusahaan perlu menyesuaikan
rencana impornya.
Oleh karena itu, perusahaan perlu memantau perkembangan
kebijakan DJBC secara berkala. Perusahaan perlu memahami
dampak dari perubahan kebijakan DJBC terhadap bisnisnya,
sehingga dapat melakukan penyesuaian yang diperlukan.
Berikut adalah beberapa contoh pengaruh kebijakan DJBC
terhadap perencanaan bisnis:
a. Perubahan tarif bea masuk.
Perubahan tarif bea masuk dapat mempengaruhi
biaya impor, sehingga dapat menyebabkan perusahaan
perlu menyesuaikan rencana impornya.
b. Perubahan peraturan impor.
Perubahan peraturan impor dapat mempengaruhi
prosedur impor, sehingga dapat menyebabkan perusahaan
perlu menyesuaikan prosedur impornya.
c. Pencabutan fasilitas kepabeanan.
Pencabutan fasilitas kepabeanan dapat
meningkatkan biaya impor, sehingga dapat menyebabkan
perusahaan perlu menyesuaikan rencana impornya.
Dengan memahami pengaruh regulasi bea cukai dan
kebijakan DJBC terhadap bisnis, perusahaan dapat membuat
perencanaan bisnis yang lebih akurat dan komprehensif
B. Pembahasan
Berdasarkan analisis data yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa kerjasama antara perusahaan dengan DJBC dapat memberikan
manfaat bagi kedua belah pihak. Manfaat-manfaat tersebut antara lain:
1. Peningkatan efisiensi kegiatan impor dan ekspor.
Kerjasama dengan DJBC dapat membantu perusahaan
untuk menghemat waktu dan biaya dalam kegiatan impor dan

18
ekspor. Hal ini dapat dicapai dengan memanfaatkan layanan
kepabeanan yang disediakan oleh DJBC.
2. Peningkatan kepatuhan terhadap peraturan dan ketentuan
kepabeanan
Kerjasama dengan DJBC dapat membantu perusahaan
untuk memahami dan mematuhi peraturan dan ketentuan
kepabeanan. Hal ini dapat mencegah perusahaan dari terkena
sanksi kepabeanan.
3. Peningkatan peluang untuk mendapatkan fasilitas kepabeanan
Kerjasama dengan DJBC dapat membantu perusahaan
untuk mendapatkan fasilitas kepabeanan, seperti penangguhan bea
masuk, pembebasan bea masuk, dan insentif fiskal. Fasilitas
kepabeanan tersebut dapat menghemat biaya impor dan ekspor.
Oleh karena itu, perusahaan perlu mempertimbangkan untuk
menjajaki kemungkinan kerjasama tersebut. Selain itu, perusahaan juga
harus siap dan waspada terhadap tantangan-tantangan bisnis yang mungkin
terjadi dalam kerjasama tersebut.

19
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kerjasama antara perusahaan dengan DJBC dapat memberikan
manfaat bagi kedua belah pihak. Manfaat-manfaat tersebut antara lain:
1. Peningkatan efisiensi kegiatan impor dan ekspor.
2. Peningkatan kepatuhan terhadap peraturan dan ketentuan
kepabeanan.
3. Peningkatan peluang untuk mendapatkan fasilitas kepabeanan.
Oleh karena itu, perusahaan perlu mempertimbangkan untuk
menjajaki kemungkinan kerjasama tersebut. Namun perusahaan juga harus
siap dan waspada terhadap tantangan-tantangan bisnis yang mungkin
terjadi dalam kerjasama tersebut. Perusahaan juga harus mempersiapkan
diri dan solusi yang tepat untuk menghadapi tantangan tersebut.
B. Saran
Berikut adalah beberapa saran penulis untuk perusahaan yang ingin
menjajaki kemungkinan kerjasama dengan DJBC:
1. Lakukan riset terlebih dahulu untuk memahami manfaat dan risiko
dari kerjasama tersebut.
2. Rumuskan tujuan dan target yang jelas dari kerjasama tersebut.
3. Siapkan proposal kerjasama yang komprehensif dan realistis.
4. Bangun komunikasi yang baik dengan DJBC.
5. Siapkan solusi dan penyelesaian masalah yang mungkin terjadi
selama proses kerjasama berlangsung.

20
DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2015. Sejarah Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai. Jakarta. Diakses dari
https://www.beacukai.go.id/arsip/abt/sejarah-bea-dan-cukai.html.

Admin. 2015. Ekspor dan Impor. Jakarta. Diakses dari


https://www.beacukai.go.id/arsip/abt/ekspor-impor-bea-dan-cukai.html.

Admin. 2015. Bea Cukai. Jakarta. Diakses dari


https://www.beacukai.go.id/arsip/abt/bea-dan-cukai.html.

Penulis Materi Kunjungan. 2023. Pengenalan Direktorat Jenderal Bea Dan


Cukai. Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai, Direktorat Komunikasi Dan
Bimbingan Pengguna Jasa.

Rofifah, Fathia. 2017. Laporan PKL di Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai.
Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

21
Lampiran 1 Foto-foto pelaksaanaan Kunjungan ke Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai

22
23

Anda mungkin juga menyukai