Anda di halaman 1dari 14

RAHASIA

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Lampiran II Keputusan Kapuskesad


PUSAT KESEHATAN Nomor Kep / 65 / II / 2019
Tanggal 21 Februari 2019

STERILISASI ALAT KESEHATAN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum .

a. Pengetahuan sterilisasi erat kaitannya dengan ilmu kesehatan, antara lain :


ilmu bedah , ilmu penyakit dan lainnya khususnya penyakit menular.

b. Penularan penyakit dapat ditularkan melalui alat kesehatan yang digunakan


untuk mengobati/merawat orang sakit karena kuman yang melekat pada alat-alat
tersebut. Oleh karena itu kuman-kuman harus dibasmi/dimusnahkan.

c. Dengan memusnahkan kuman-kuman tersebut dari alat-alat kesehatan yang


digunakan, maka diharapkan alat-alat tersebut sudah disucihamakan (steril).
Kegiatan untuk mensucihamakan/mensterilkan alat-alat kesehatan tersebut disebut
sterilisasi.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah Sekolah ini disusun dengan maksud untuk dijadikan


salah satu bahan ajaran bagi Pendidikan Bintara TNI AD.

b. Tujuan. Agar Bintara Siswa memahami dan mampu melaksanakan


sterilisasi Alkes sebagai bekal dalam pelaksanaan tugas di satuan.

3. Ruang lingkup dan Tata Urut.

a. Pendahuluan.
b. Ketentuan Umum.
1) Definisi Steril dan Desinfeksi.
2) Tujuan Sterilisasi dan Desinfeksi.
c. Alat dan bahan Sterilisasi dan Desinfeksi.
d. Tehnik dan Cara Sterilisasi Alkes.
1) Klinik.
2) Lapangan.
e. Penutup.

4. Pengertian.

a. Sterilisasi. Adalah proses penghancuran seluruh mikroorganisme


termasuk jenis spora, fungi dan virus.
2

b. Desinfeksi. Adalah proses


RAHASIApenghancuran sebagian (tidak seluruhnya)
mikroorganisme pada permukaan suatu benda .

c. Alat Kesehatan. Adalah bagian dari material kesehatan golongan medis.


Matkes non medis, contohnya material dan bahan tenun seperti: verband/
pembalut, kain kasa, jas/dock untuk operasi. Matkes medis, contohnya : Alkes dari
bahan logam, karet, kaca/gelas.

d. Kontaminasi. Adalah pencemaran kuman jenis pathogen sehingga


menyebabkan benda steril menjadi tidak steril.

BAB II
KETENTUAN UMUM

5. Umum.

a. Alat kesehatan yang kurang bersih dan steril dapat menjadi sarana penularan
kuman penyakit. Agar tidak terjadi pencemaran oleh kuman penyakit dari luar maka
diperlukan alat peralatan yang bersih dan bebas dari kuman.

b. Untuk mencegah terjadinya penularan kuman penyakit melalui alat kesehatan


maka sebelum digunakan, harus dilakukan desinfeksi dan sterilisasi alat kesehatan
tersebut.

6. Definisi Steril dan Desinfeksi.

a. Definisi Steril dan Desinfeksi.

1) Steril. Steril  (suci hama) artinya bebas dari segala mikroba baik
pathogen maupun tidak. Tindakan untuk membuat suatu benda menjadi steril
disebut sterilisasi. Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu
(alat, bahan, media, dan lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan
kehadirannya baik yang patogen maupun yang pathogen atau bisa juga
dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari semua
mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.

2) Desinfeksi.   Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab


penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi
kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen.
Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan
bahan ini dinamakan antiseptik. Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat
atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi
digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai
antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.

7. Tujuan sterilisasi dan Desinfeksi. Adapun tujuan dari sterilisasi dan


desinfeksi tersebut adalah :
3

a. Mencegah terjadinya infeksi

b. Mencegah makanan menjadi rusak

c. Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri

d. Mencegah kontaminasi terhadap bahan-bahan yang dipakai dalam melakukan


biakan murni.

8. Jenis Peralatan yang dapat disterilkan.

a. Peralatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting, speculum dan
lain-lain.

b. Peralatan yang terbuat dari kaca, misalnya semprit (spuit), tabung kimia dan
lain-lain.

c. Peralatan yang terbuat dari karet, misalnya, kateter, sarung tangan, pipa
penduga lambung, drain dan lain-lain.

d. Peralatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanule rectum, kanule trachea dan
lain-lain.

e. Peralatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok (nierbekken), baskom dan
lain-lain.

f. Peralatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir, piring dan
lain-lain.

g. Peralatan yang terbuat dari plastik, misalnya slang infus dan lain-lain.

h. Peralatan yang terbuat dari tenunan, misalnya kain kasa, tampon, doek
operasi, baju, sprei, sarung bantal dan lain-lain.

9. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi.

a. Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi.

b. Peralatan yang akan di sterilisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas
dengan menyebutkan jenis peralatan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan sterilisasi.

c. Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.

d. Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril


selesai.

e. Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril.

f. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila


terbuka harus dilakukan sterilisasi ulang.
4

BAB III
ALAT DAN BAHAN STERILISASI DESINFEKSI

10. Umum. Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit


dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi
infeksi dengan jalan membunuh mikroorganisme patogen. Desinfektan yang tidak
berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.

11. Alat dan Bahan-bahan yang digunakan dalam sterilisasi.

a. Sterilisasi secara fisik. Dapat dilakukan dengan pemanasan dan


penyinaran :

1) Pemanasan.

a) Pemanasan Kering.

(1) Flaming (Flambir). Flaming diterapkan terhadap skalpel, jarum,


mulut tabung biakan, kaca objek dan kaca penutup. Benda-benda ini
dijilatkan pada api bunsen, tanpa membiarkan memijar. Dapat juga
dilakukan dengan mencelupkannya kedalam spirtus bakar,
kemudian dibakar, tetapi cara ini tidak menghasilkan suhu yang
cukup tinggi untuk sterilisasi. Cara ini diterapkan terhadap
permukaan baskom dan mortir.

(2) Pembakaran. Membakar alat pada api secara


langsung dengan bunser burner, contoh alat : jarum inokulum,
pinset, batang L, dll. 100 % efektif namun terbatas penggunaannya.

(3) Udara Panas/Sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C.


Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca
misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.  Waktu relatif lama sekitar
1-2 jam. Setelah dicuci alat-alat yang akan disterilkan dikeringkan
dan dibungkus dengan kertas tahan panas, kemudian dimasukkan
dalam oven dan dipanaskan pada temperatur antara 150-170ºC,
selama kurang lebih 90–120 menit. Hal yang perlu diperhatikan
adalah bahwa di antara bahan yang disterilisasi harus terdapat jarak
yang cukup, untuk menjamin agar pergerakan udara tidak
terhambat.

2) Secara Panas Basah.

a) Merebus (boiling). Teknik disinfeksi termurah, waktu 15 menit


setelah air mendidih, beberapa bakteri tidak terbunuh dengan teknik ini
contohnya Clostridium Perfingens dan Cl. Botulinum. Misal, pisau operasi,
gunting, pinset, kocher, korentang. Persiapan:

(1) Peralatan yang akan dibersihkan


5

(2) Tempat pencucuian dengan air yang mengalir atau baskom


berisi air bersih.
(3) Sabun cuci
(4) Sikat halus.
(5) Bengkok (nierbekken).
(6) Lap kering.
(7) Larutan desinfektan.
(8) Kain kasa.
(9) Stalisator dalam keadaan siap pakai.

b) Dengan uap air panas. Dapat dipakai dengan dandang/panci


dengan penangas air yang bagiannya diberi lubang/sorongan, agar uap
air dapat mengalir bagian alat yang akan disterilkan. Lamanya sterilisasi
adalah 30 menit, cara ini tidak bisa digunakan untuk spora tetapi untuk
bentuk vegetatif.

c) Uap air panas bertekanan. Menggunalkan autoklaf menggunakan


suhu 121 C dan tekanan 15 lbs, apabila sedang bekerja maka akan terjadi
koagulasi. Cara ini dipakai untuk sterilisasi media yang tahan terhadap
pemanasan tinggi. Sterilisasi biasanya dijalankan dengan menggunakan
panas 120ºC selama 10–70 menit tergantung kebutuhan. Hal yang perlu
diperhatikan bila mengerjakan sterilisasi dengan menggunakan autoklaf :

(1) Harus ditunggu selama bekerja.


(2) Hati-hati bila mengurangi tekanan dalam autoklav (perubahan
temperatur dan tekanan secara mendadak dapat menyebabkan
cairan yang disterilkan meletus dan gelas-gelas dapat pecah).

d) Pasteurisasi. Digunakan untuk mensterilkan susu dan


minuman beralkohol. Panas yang digunakan 61,7ºC selama 30 menit.
Pertama dilakukan oleh Pasteur. Membunuh kuman: tbc, brucella,
Streptokokus, Staphilokokus, Salmonella, Shigella dan difteri (kuman
yang berasal dari sapi/pemerah). Digunakan untuk peralatan terapi
pernapasan.

e) Tyndalisasi. Dilakukan pemanasan basah pada suhu 80 0C selama


30 menit yang dilakukan selama 3 hari berturut-turut. Caranya : Hari ke-1
dilakukan sterilisasi dengan uap air selama 30 menit pada 100 0C.
Kemudian dimasukkan inkubator selama 24 jam. Hari ke-2  dilakukan
pemanasan dan inkubasi lagi, begitu jug hari ke 3.

3) Biguanid. Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan


secara luas dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan control plak,
misalnya 0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub
(Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai
bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan
sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+)
maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh
absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus.

4) Senyawa halogen. Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan


melepaskan ion halide. Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat
6

menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik
(misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine).

5) Fenol. Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan


untuk membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak
oleh zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun
karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di
rumah sakit dan laboratorium.

6) Klorsilenol. Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi


dan banyak digunakan sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak
bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan (misalnya Dettol).

b. Macam-Macam Desinfektan dan Antiseptik dari sumber lain :

1) Garam Logam Berat. Garam dari beberapa logam berat seperti air
raksa dan perak dalam jumlah yang kecil saja dapat membunuh bakteri, yang
disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali ditunjukkan dengan suatu
eksperimen. Namun garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, makan
alat-alat yang terbuat dari logam dan lagipula mahal harganya. Meskipun
demikian, orang masih biasa menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai
desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai merkurokrom,
metafen atau mertiolat.

2) Zat Perwarna. Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri


mempunyai daya bakteriostatis. Daya kerja ini biasanya selektif terhadap
bakteri gram positif, walaupun beberapa khamir dan jamur telah dihambat atau
dimatikan, bergantung pada konsentrasi zat pewarna tersebut. Diperkirakan zat
pewarna itu berkombinasi dengan protein atau mengganggu mekanisme
reproduksi sel. Selain violet Kristal (bentuk kasar, violet gentian), zat pewarna
lain yang digunakan sebagai bakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau
cemerlang.

3) Klor dan senyawa klor. Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air
minum. persenyawaan klor dengan kapur atau dengan natrium merupakan
desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan minum.

4) Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis. Larutan fenol 2–4%


berguna sebagai desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya
daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan
kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang
lain. Karbol ialah nama lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-
bauan yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.

5) Alkohol. Sementara etil alkohol mungkin yang paling biasa digunakan,


isoprofil dan benzyl alkohol juga antiseptic. Benzyl alkohol biasa digunakan
terutama karena efek preservatifnya (sebagai pengawet).

6) Formaldehida. Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila


digunakan sebagai gas. Agen ini sangat efektif di daerah tertutup sebagai
bakterisida dan fungisida. Dalam larutan cair sekitar 37%, formaldehida dikenal
sebgai formalin.
7

7) Etilen Oksida. Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida
merupakan agen pembunuh bakteri, spora, jamur dan virus yang sangat efektif.
Sifat penting yang membuat senyawa ini menjadi germisida yang berharga
adalah kemampuannya untuk menembus ke dalam, agen ini telah digunakan
secara komersial untuk mensterilkan tong-tong rempah-rempah tanpa
membuka tong tersebut. Agen ini hanya ditempatkan dalam tutup seperti drum
setelah sebagian besar udaranya dikeluarkan dengan pompa vakum,
dimasukkanlah etilen oksida.

8) Hidogen Peroksida (H2O2). Agen ini mempunyai sifat anti septiknya


yang sedang, karena kemampuannya mengoksidasi. Agen ini sangat tidak
stabil tetapi sering digunakan dalam pembersihan luka, terutama luka yang
dalam yang di dalamnya kemungkinan dimasuki organisme aerob.

9) Sabun dan Detergen. Sabun bertindak terutama sebagai agen aktif


permukaan : yaitu menurunkan tegangan permukaan. Efek mekanik ini penting
karena bakteri, bersama minyak dan partikel lain, menjadi terjaring dalam
sabun dan dibuang melalui proses pencucian. Sabun dan deterjen berguna
untuk memfasilitasi pemindahan kotoran dan mikroorganisme dibandingkan
dengan sifat desinfektannya. Pemindahan kotoran dapat terjadi karena bahan
tidak larut air seperti minyak pada kulit dan kotoran akan dilarutkan di air
sehingga dapat dibasuh dan dibuang.

10) Sulfonamida. Sejak 1937 banyak digunakan persenyawaan-


persenyawaan yang mengandung belerang sebagai penghambat pertumbuhan
bakteri dan lagipula tidak merusak jaringan manusia. Terutama bangsa kokus
seperti Sterptococcus yang mengganggu tenggorokan, Pneumococcus,
Gonococcus, dan Meningococcus sangat peka terhadap sulfonamide.

11) Antibiotik. Antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme,


dan zat-zat itu, dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai daya penghambat
kegiatan mikroorganisme yang lain

BAB IV
TEHNIK DAN CARA STERILISASI ALKES

12. Umum. Ada Bermacam-macam Metode Sterilisasi dan Desinfeksi untuk


melakukan tehnik sterilisasi di lapangan dapat dilakukan dengan cara tertentu yang
diantaranya termasuk dalam metode sterilisasi dan desinfeksi.

13. Macam Metode Desinfeksi dan Sterilisasi.

a. Membersihkan Peralatan. Dengan membersihkan peralatan berarti


membuang zat-zat asing tanpa membunuh mikroorganisme. Zat asing berupa debu,
darah, lendir seperti lemak/minyak serta kotoran lainnya. Bahan organik seperti
lemak, protein dan darah dapat mengurangi bahkan menghilangkan daya kerat.
Cara pembersihan adalah :
8

1) Agar tidak menjadi tempat bersarangnya Pembersihan awal : Peralatan


dibilas dengan air dingin mengalir.

2) Perendaman : memungkinkan air menembus , melunakkan zat-zat yang


mengalir. Gunakan cairan rendaman campur deterjen lunak yang tidak banyak
busanya.

3) Pembersihan : Terutama pada bagian tersembunyi misal lubang, sudut,


celah-celah. Sikat dengan menggunakan sikat kaku untuk bahan logam, sikat
lunak untuk bahan dari plastik dan karet.

4) Pembilasan akhir. Pada air yang mengalir cukup deras, untuk melepaskan
kotoran yang tersisa termasuk deterjen.

5) Pengeringan : kuman, dapat dengan cara mengangin-anginkan, dijemur


atau dikeringkan dengan menggunakan oven pengering.

b. Pemanasan dengan air. Pemanasan dengan air (Noist Heat/merebus) Alkes


dimasukkan kedalam air mendidih dengan suhu 100 º C selama 15 menit. Metode
ini membunuh mikroorganisme kecuali jenis spora.

c. Memflambir (dibakar). Dilakukan pada keadaan insidentil (mendesak), hanya


untuk bahan logam (bukan alat yang tajam) dengan jumlah terbatas. Jangan sering
melakukan sterilisasi dengan cara memflambir karena Alkes cepat rusak dan
warnanya bila sering dilakukan akan berubah menjadi hitam.

d. Bahan Kimia.

1) Bentuk gas.

a) Gas ETD (Etilen Oksida). Dapat membunuh jenis spora, bakteri,


virus dan jamur pathogen Sifat toksik dan mudah terbakar. Digunakan
untuk mensteril Alkes yang tidak tahan panas seperti alat endoscope,
Alkes terbuat dari karet, plastik, alat logam yang tajam seperti gunting dan
mata pisau operasi.

b) Tablet Formalin. Dengan memanfaatkan uap tablet formalin yang


telah dibungkus kasa masukkan dalam tempat yang tertutup rapat.
Waktu minimum 24 jam digunakan untuk mensteril Alkes dari karet dan
plastik.

2) Bentuk cair.

a) Derifat fenol. Contoh : Trinito fenol (asam fikrat) dan Heksaklorofen


(Physohek)

b) Alkohol . Digunakan pada Lenisentrasi 70% dan 96%.

c) Halogen dan senyawanya. Contoh : Yodium, betadin, klorhexidine


(savlon,ebitane), Oksidansia (PK,H 2O2), logam berat (Mercury), klortida
9

(sublimate), Merkurokhroom (obat merah), asam bonat, basa ammonium


kuartener.

14. Sterilisasi Alkes di Poliklinik.

a. Metode Sterilisasi Fisik.

1) Sterilisasi Panas. Metode sterilisasi panas merupakan metode yang


paling dapat dipercaya dan banyak digunakan. Metode sterilisasi ini digunakan
untuk 3 bahan yang tahan panas.

a) Metode sterilisasi panas tanpa kelembaban (tanpa penggunaan uap


air) disebut metode sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering.
Umumnya untuk bahan yang sensitif terhadap kelembaban digunakan
metode sterilisasi panas kering pada temperatur 160 o-180oC.

b) Sedangkan untuk bahan yang resisten kelembaban digunakan


metode sterilisasi panas basah pada temperatur 115 o-134oC.

c) Macam-macam cara sterilisasi dengan pemanasan.

(1) Pemanasan dengan nyala api di laboratorium mikrobiologi,


cara ini dipakai untuk membuat steril jarum inokulasi, pipet dan
sebagainya. Dalam kehidupan seharisehari, misalnya membakar
peniti sebelum dipakai mengeluarkan duri atau nanah. Cara ini juga
dapat digunakan untuk mensterilkan pisau operasi dalam keadaan
darurat.

(2) Pemanasan dengan udara panas (Dry Heat Oven)/Panas


Kering. Cara ini dipakai untuk membuat steril alat-alat dari gelas
seperti tabung reaksi, petridish, botol dan alat-alat dari katun.
Dengan cara ini pemanasan dilakukan sampai suhu 170 oC selama 1
jam atau 140oC selama dua jam. Bila ada bahan dari katun, suhu
jangan lebih dari 180oC karena akan terbakar. Juga pada
pendinginannya, bila suhu belum mencapai 100 oC, oven jangan
dibuka dulu sebab alat-alat dari gelas akan pecah karena
pendinginan yang mendadak (Indan Endjang, 2003: 43). Kelebihan
menggunakan sterilisasi ini diantaranya, hasil kering dapat
digunakan untuk bahan termostabil, seperti alat-alat gelas dan
mudah dilaksanakan. Kekurangan: waktu yang dihabiskan cukup
lama, penetrasi panas terbatas pada lapisan tertentu, dan
dibutuhkan tenaga listrik besar.

(3) Merendam dalam air mendidih (menggodok). Merendam dalam


air mendidih (menggodok) adalah cara yang mudah, murah, dan
cukup efektif sebagai tindakan desinfeksi. Air mendidih pada
tekanan 1 atmosfer, suhunya 100oC dengan menggodok bentuk
vegetatif akan mati dalam waktu 5-15 menit sedangkan bentuk spora
akan mati dalam waktu 1-6 jam. Cara ini bayak digunakan untuk
membuat steril jarum dan pompa suntik atau alat-alat operasi
10

asalkan dipastikan bahwa alat-alat tersebut tidak berhubungan


dengan sumber-sumber spora seperti debu tanah. Lama
penggodokan dengan cara ini adalah 15-30 menit dan akan lebih
baik ditambahkan 1-3% Na2CO3 karena mempunyai daya untuk
menghancurkan dinding spora. Dengan cara ini, mungkin masih
terdapat spora. Dalam kehidupan sehari-hari dipakai untuk
desinfeksi botol susu dan dot bayi.

(4) Sterilisasi dengan uap air yang ditekan/sterilisasi panas basah


(uap). Proses sterilisasi termal meggunakan uap jenuh di bawah
tekanan berlangsung di suatu bejana yang disebut autoclave.
Metode yang paling sering digunakan. Suhu 121 oC selama 15-20
menit tergantung bahan/prosedur sterilisasi. Prinsip: Udara di dalam
bejana diganti dengan uap jenuh.

(a) Fase Siklus Sterilisasi.


(b) Pemanasan/Vakum (Conditioning).
(c) Fase Pemaparan Uap (Exposure).
(d) Pembuangan Uap (Exhaust)

(5) Fase Pengeringan (Drying). Metode ini paling banyak


digunakan karena hampir 80% alat dan bahan dapat disterilkan
dengan metode ini, seperti karet. Biaya operasional cukup rendah
dibanding metode lain. Temperatur merata pada setiap tempat
selama proses. Cepat dan hasil kering (Indan Endjang, 2003: 44).

(6) Pemanasan dengan Uap yang Mengalir. Prinsipnya sama


dengan dandang untuk menanak nasi. Cara ini pertama kali
dilakukan oleh Robert Kock suhu uap air pada tekanan barometer 76
cm Hg adalah 100oC. Dengan cara ini hanya membunuh bakteri
bentuk vegetatif. Di laboratorium cara ini dipakai untuk mematikan
mikroba pathogen, sebelum alat-alat tersebut dicuci agar tidak
membahayakan. Lamanya pemanasan adalah 1 jam, sedangkan
membunuh bentuk spora perlu waktu 2-16 jam (Indan Endjang,
2003: 44).

2) Cara sterilisasi Benda-benda yang Tidak Tahan Suhu Tinggi.

a) Pasteurisasi. Dengan pasteurisasi tidak membuat steril, tetapi hanya


membunuh mikroba tertentu saja. Pasteurisasi dilakukan terhadap air
susu juga pada pembuatan anggur. Suhu yang diberikan bergantung
pada mikroba yang akan dibunuhnya.

b) Tyndalisasi. Dengan Tyndalisasi kita membuat steril suatu benda


secara fraksi (sebagian-sebagian). Cara ini dilakukan untuk membuat
steril benda-benda yang tidak tahan suhu lebih dari 100 oC.

Caranya: Hari pertama, benda yang akan disterilkan dipanaskan


dengan uap air yang mengalir dengan 100 oC selama 30 menit. Kemudian,
dimasukkan inkubator (lemari pengeram) selama 24 jam. Hari kedua,
11

pemanasan dan pengeraman diulang lagi. Hari ketiga diulangi untuk


ketiga kalinya dan sterilisasi dianggap selesai (Indan Endjang, 2003: 46).

3) Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi). Metode sterilisasi dengan


pengeringan digunakan untuk bahan yang sensitif terhadap panas misalnya
enzim. Pada proses ini digunakan membran filter yang terbuat dari selulosa
asetat. Kerugian prosedur ini adalah biaya yang mahal serta filter yang mudah
mampat akibat filtrat tertinggal pada saringan sehingga harus sering diganti.
Kerugian yang lain adalah meskipun memiliki pori-pori yang halus, membram
filter tidak dapat digunakan untuk menyaring virus. Jenis filter yang sering
digunakan adalah filter HEPA (High Efficiency Particulate Air) (Sylvia T. Pratiwi,
2008: 140).

4) Dengan Pengeringan. Pengeringan akan menyebabkan larutan di


sekeliling mikroba menjadi hipertonis, sehingga air keluar dari sel mikroba dan
mikroba mati. Gangguan tekanan osmotik ini akan diperhebat bila ditambahkan
garam dan bumbu-bumbu, seperti halnya pada pembuatan ikan asin atau
dendeng. Cara ini bukanlah tindakan sterilisasi, melainkan pengawetan, karena
dengan pengeringan ini hanya menyebabkan berhentinya pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroba (Indan Endjang, 2003: 47).

5) Sterilisasi dengan Radiasi. Metode sterilisasi dengan menggunakan


radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar UV ataupun dengan metode
ionisasi. Sinar UV dengan panjang gelombang 260 nm memiliki daya penetrasi
yang rendah sehingga tidak mematikan mikroorganisme namun dapat
mempenetrasi gelas, air, dan substansi lainnya. Metode sterilisasi ini ditujukan
untuk merusak asam nukleat mikroorganisme dan digunakan untuk bahan-
bahan yang tidak dapat disterilisasi menggunakan panas, contohnya bahan
plastik sekali pakai (disposable plasticware), antibiotik, hormon, dan jarum
suntik (syrnge) (Sylvia T. Pratiwi, 2008: 140-141).

6) Pendinginan Suhu rendah menyebabkan pertumbuhan dan


perkembangbiakan mikroba terhenti. Cara ini dipakai untuk mengawetkan
bahan makanan yang mudah membusuk, misalnya daging, karena pada suhu
rendah ini, bahan makanan itu tidak akan dirombaknya. Pada suhu -20 oC
(minus dua puluh derajat celcius) (suhu lemari pendingin pada umumnya)
mikroba tidak bisa merombak makanan sehingga tidak terjadi pembusukan.
Beberapa bakteri mati pada suhu 0oC misalnya Neisseria gonorrhoea,
Treponema pallida (Indan Endjang, 2003: 41-42).

b. Metode Sterilisasi Kimia. Metode sterilisasi kimia dilakukan untuk bahan-


bahan rusak bila disterilkan pada suhu tinggi (misalnya bahan-bahan dari plastik.
Seluruh gremisida diklasifikasikan sebagai kategori tingkat tinggi karena efektif
terhadap seluruh bentuk kehidupan termasuk endospora bakteri (Sylvia T. Pratiwi,
2008: 141-142). Metode sterilisasi kimia dapat dilakukan dengan menggunakan gas
(dengan cara fumigasi atau pengasapan) atau radiasi. Beberapa bahan kimia yang
dapat digunakan untuk sterilisasi gas adalah etilen oksida, gas formaldehid, asam
parasetat, dan glurtaradehid alkalin. Sterilisasi kimia dapat juga dilakukan dengan
penggunaan cairan desinfektan berupa senyawa aldehid, hipoklorit, fenolik, alkohol
(Sylvia T. Pratiwi, 2008: 142).
12

15. Tehnik Sterilisasi Alkes di Lapangan. Karena melakukan sterilisasi dilapangan


sangat dibatasi oleh sarana alat yang ada dilapangan dan waktu yang dibutuhkan segera
(darurat). Tehnik Sterilisasi di lapangan yang dapat dilakukan adalah :

a. Tehnik Sterilisasi dengan Pemanasan Basah (Merebus).

1) Dilakukan dengan cara merebus dalam air mendidih dengan temperature


lebih kurang 100ºC selama 15-30 menit.Alat-alat yang direbus harus dalam
keadaan bersih dan seluruh alat harus terendam dalam air. Cara ini dipakai
untuk mensterilkan instrument operasi terutama yang terbuat dari logam tahan
karat, caterer karet dan logam, alat-alat dari plastik atau kaca tahan panas ,
kain kasa (gas)

2) Cara Sterilisasi dengan Pemanasan Basah/Merebus.

a) Persiapan .

(1) Sterilisator atau panci almunium.


(2) Kompor .
(3) Alkes yang akan disteril.

b) Pelaksanaan .

(1) Nyalakan sterilisator isi air. Bila menggunakan panci


alumunium isi air nyalakan kompor.

(2) Masukkan Alkes yang akan disteril ke dalam, bila Alkes dari
logam masukkan setelah air mendidih, Alkes dari karet/ plastik/kaca
masukkan saat air masih dingin.

(3) Tutup sterilisator/panci alumunium, tentukan waktu yang


dikehendaki.

(4) Bila sudah steril angkat letakkan Alkes pada tempat yang
telah steril.

b. Tehnik Sterilisasi dengan Memflambir (dibakar) .

1) Memflambir (dibakar) dengan spiritus atau alkohol 96%. Bahan bakar


harus cukup untuk memberi nyala minimum selama 5 menit. Cara ini mudah
dikerjakan, cepat dan cocok dalam keadaan darurat, dan sterilisasinya
terjamin. Alat yang dibakar harus dalam keadaan bersih dan kering, tempat
untuk membakar sebaiknya aluminium atau wadah terbuat dari logam tahan
karat (Stainless steel) .Cara ini jangan sering digunakan pada alat dari logam
karena alat akan berubah warna dan rusak, gunting dan pisau mudah menjadi
tumpul. Memflambir (membakar) digunakan untuk mensterilkan : tempat
peralatan yang telah disterilkan, kom atau bekken, alat-alat operasi bila akan
digunakan segera pada keadaan mendesak (mendadak) .

2) Cara Sterilisasi dengan memflambir (dibakar).


13

a) Persiapan :
(1) Alkes yang akan disteril.
(2) Waskom/nurtbekken
(3) Spiritus/alcohol 96%
(4) Korek api
(5) Aquadist steril

b) Pelaksanaan :

(1) Siapkan Waskom/nierbekken

(2) Masukkan Alkes yang akan disteril siram dengan spiritus/


alkohol 96 % secukupnya.

(3) Nyalakan selama ± 5 menit semua permukaan alat harus


terkena api.

(4) Siram dengan aquadist steril, alat siap digunakan.

c. Tehnik Sterilisasi dengan Bahan Kimia Bentuk Gas (Tablet formalin).

1) Sterilisasi dengan Bahan Kimia Adalah dengan memenfaatkan uap tablet


formalin. Tablet formalin dibungkus kain kasa, alat dan tablet formalin yang
telah dibungkus kasa dimasukkan kedalam wadah/ tempat yang tertutup rapat
minimum selama 24 jam. Dipakai untuk mensterilkan sarung tangan operasi,
kateter balon (kateter Foley) , kasa dan pembalut luka .

2) Cara Sterilisasi dengan Bahan Kimia Bentuk Gas (Tablet formalin).

a) Persiapan.

(1) Alkes yang akan disteril (bahan dari karet, sarung tangan)
taburi dengan bedak.

(2) Tablet Formalin yang sudah dibungkus kain kasa.

(3) Toples atau tempat bak yang tertutup.

b) Pelaksanaan.

(1) Siapkan Alkes yang akan disteril (sarung tangan) taburi bedak
tiap stel perpasang kiri kanan.

(2) Masukkan dalam toples, beri tablet formalin kemudian tutup


rapat.

(3) Tulis tanggal dan jam saat dimasukkan.

(4) Dinyatakan steril apabila telah 24 jam.


14

RAHASIA

BAB V
PENUTUP

16. Penutup. Demikian Naskah Sekolah ini disusun sebagai bahan ajaran untuk
pedoman bagi Gadik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar Sterilisasi Alkes
pada Pendidikan Bintara TNI AD.

Kepala Pusat Kesehatan Angkatan Darat,

dr. Bambang Dwi HS, Sp.B., FInaCS., M.Si.


Mayor Jenderal TNI

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai