Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sterilisasi


Sterilisasi merupakan suatu proses menghancurkan atau memusnahkan semua
mikroorganisme termasuk spora, dari sebuah benda atau lingkungan. Peranan
sterilisasi pada pembuatan makanan yaitu berfungsi untuk menjamin keamanan
terhadap pencemaran oleh mikroorganisme dan memperpanjang waktu simpan
(Hiasinta 2001).
Prinsip dasar sterilisasi yaitu memperpanjang umur simpan bahan pangan dengan
cara membunuh mikroorganisme yang ada di dalamnya. Mikroorganisme yang
tumbuh pada produk pangan biasanya dapat mencemari produk pangan dan membuat
makanan lebih cepat basi. Mikroorganisme pembusuk tersebut bisa berupa bakteri,
khamir (yeast) dan kapang (jamur) (Hiasinta, 2001).

2.1.1. Peralatan yang Dapat Disterilisasikan


1. Peralatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting, speculum dan
lain-lain.
2. Peralatan yang terbuat dari kaca, misalnya semprit (spuit), tabung kimia
dan lain-lain
3. Peralatan yang terbuat dari karet, misalnya, kateter, sarung tangan, pipa
penduga lambung, drain dll.
4. Peralatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanule rectum, kanule trachea
dan lain-lain.
5. Peralatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok (nierbekken), baskom
dan lain-lain.
6. Peralatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir, piring dan
lain-lain.
7. Peralatan yang terbuat dari plastik.
8. Peralatan yang terbuat dari tenunan.
2.1.2. Tujuan dan Manfaat Sterilisasi

1) Untuk mencegah transmisi penyakit

2) Untuk mencegah pembusukan material oleh mikroorganisme

3) Menjamin kebersihan alat

4) Mencegah terjadinya infeksi silang

2.1.3. Macam-Macam Teknik Sterilisasi

Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik,
fisik dan kimiawi (Indra, 2008).

a) Sterilisasi secara mekanik (filtrasi)

Menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau
0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini
ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas :

1 . Larutan enzim

2. Antibiotik.
Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda dari metode lainnya karena sterilisasi
ini menghilangkan mikroorganisme melalui penyaringan dan tidak
menghancurkan mikroorganisme tersebut. Penghilangan mikroorganisme
secara fisik melalui penyaring dengan matriks pori ukuran kecil yang tidak
membiarkan mikroorganisme untuk dapat melaluinya (Fauzi, 2013).

Sterilisasi dengan cara ini dilakukan dengan mengalirkan cairan atau gas
pada saringan berpori kecil sehingga dapat menahan mikroorganisme dengan
ukuran tertentu. Kegunaan:

1. Untuk sterilisasi media yang tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya Urea
Broth ataupun untuk sterilisasi vaksin, serum, enzim, vitamin.

2. Meminimalkan kuman udara masuk untuk ruangan kerja secara aseptis virus
seperti mikroorganisme tanpa dinding sel (mikroplasma) umumnya tidak dapat
ditahan oleh filter. Ada beberapa macam cara penyaringan salah satu nya yaitu
dengan menggunakan penyaringan (filtrasi) membran. Prinsip tekhnik filtrasi
membran ini adalah dengan menyaring cairan sampel melewati saringan yang
sangat tipis dan yang terbuat dari bahan sejenis selulosa.

Membran ini memiliki pori-pori berukuran mikroskopis dengan diameter


lebih kecil daripada ukuran sel mikroba pada umumnya. Jadi selama proses
penyaringan berlangsung, sel- sel yang terdapat pada sempel akan terjebak
dari peralatan filtrasi kedalam cawan petri berisi media.

Kertas membran ini bersifat solid sehingga dapat menah an sel yang
terjebak tetap pada posisinya dan kemudian dapat berkembang tanpa
bercampur dengan sel lain yang ikut terjebak juga. Nutrisi yang terdapat pada
media akan berdifusi dan terserap kedalam kertas membrane sehingga sel-sel
yang tersebar acak dan kasat mata itu dapat tumbuh menjadi koloni yang
dapat dihitung dengan mata telanjang setelah melewati masa waktu inkubasi
tertentu.

Bentuk, warna dan sifat lain dari masing-masing koloni tergantung


kepada jenis mikroba yang berada pada kertas membran.

b) Sterilisasi secara fisik

Dapat dilakukan dengan pemanasan dan penyinaran :

A. Pemanasan
1. Pemanasan Kering

a. Flaming (Flambir)

Flaming diterapkan terhadap skalpel, jarum, mulut tabung biakan, kaca


objek dan kaca penutup. Benda-benda ini dijilatkan pada api bunsen, tanpa
membiarkan memijar. Dapat juga diulakukan dengan mencelupkannya
kedalam spirtus bakar, kemudian dibakar, tetapi ca ra ini tidak
menghasilkan suhu yang cukup tinggi untuk sterilisasi. Cara ini diterapkan
terhadap permukaan baskom dan mortir.

b. Pembakaran

Membakar alat pada api secara langsung dengan bunser


burner, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll. 100 % efektif
namun terbatas penggunaanya

c. Udara Panas.

Sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering


cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung
reaksi dan lain-lain. Waktu relatif lama sekitar 1-2 jam. Kesterilan
tergantung dengan waktu dan suhu yang digunakan, apabila waktu dan
suhu tidak sesuai dengan ketentuan maka sterilisasi pun tidak akan bisa
dicapai secara sempurna. Pemanasan dengan udara panas digunakan
untuk sterilisasi alat-alat laboratorium dari gelas misalnya : petri, tabung
gelas, botol pipet dll, juga untuk bahan-bahan minyak dan powder
misalnya talk. Bahan dari karet, kain, kapas dan kasa tidak dapat
ditserilkan dengan cara ini (Stefanus. 2006).

Setelah dicuci alat-alat yang akan disterilkan dikeringkan dan


dibungkus dengan kertas tahan panas, kemudian dimasukkan dalam oven
dan dipanaskan pada temperatur antara 150 - 170ºC, selama kurang lebih
90–120 menit. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa di antara bahan
yang disterilisasi harus terdapat jarak yang cukup, untuk menjamin agar
pergerakan udara tidak terhambat.

2. Secara Panas Basah


a. Merebus (boiling)
Teknik disinfeksi termurah, waktu 15 menit setelah air mendidih,
beberapa bakteri tidak terbunuh dengan teknik ini contohnya
Clostridium perfingens dan Cl. Botulinum. Misalnya Pisau operasi,
Gunting, Pinset, Kocher, Korentang
Persiapan:
1. Peralatan yang akan dibersihkan
2. Tempat pencucuian dengan air yang mengilir atau baskom berisi air
bersih.
3. Sabun cuci
4. Sikat halus
5. Bengkok (nierbekken)
6. Lap kering
7. Larutan desinfektan
8. Kain kasa
9. Stalisator dalam keadaan siap pakai
Pelaksanaan:

1. Peralatan yang sudah dipergunakan, dibilas air (sebaiknya


dibawah air mengalir) untuk menghilangkan kotoran yang melekat

2. Kemudian direndam didalam larutan desinfektan sekurang-


kurangnya dua jam.

3. Peralatan disabuni satu per satu, kemudian dibilas

4. Selanjutnya disterilkan dengan cara merebus didalam sterilisator


yang telah diisi air secukupnya, dimasak sampai mendidih.

5. Setelah air mendidih kurangnya 15 menit baru diangkat.

6. Peralatan yang telah disterilkan, diangkat atau dipindahkan dengan


korentang steril ketempat penyimpanan yang steril.

b. Dengan uap air panas


Dapat dipakai dengan dandang/panci dengan penangas air yang
bagiannya diberilubang/sorongan, agar uap air dapat mengalir bagian alat
yang akan disterilkan. Lamanyasterilisasi adalah 30 menit, cara ini tidak
bisa digunakan untuk spora tetapi untuk bentukvegetatif.

c.Uap air panas bertekanan


Menggunalkan autoklaf menggunakan suhu 121 C dan tekanan 15 lbs,
apabila sedangbekerja maka akan terjadikoagulasi. Untuk mengetahui
autoklaf berfungsi dengan baikdigunakan Bacillus stearothermophilus.
Bila media yang telahdistrerilkan, diinkubasi selama 7hari
berturut-turut apabila selama 7 hari. Media keruh maka autoklaf rusak.
Media jernih maka autoklaf baik, kesterilalnnya, keterkaitan antara suhu
dan tekanan dalam autoklaf.
Sterilisasi dengan uap air panas bertekanan ini adalah mengatur
tekanan dalam autoklaf, maka dapat dicapai panas yang diinginkan. Cara
ini dipakai untuk sterilisasi media yang tahan terhadap pemanasan tinggi.
Sterilisasi biasanya dijalankan dengan menggunakan panas 120ºC selama
10 – 70 menit tergantung kebutuhan (Dwijosaputro, 2009).

Hal yang perlu diperhatikan bila mengerjakan sterilisasi dengan


menggunakan autoklaf :
1. Harus ditunggu selama bekerja

2. Hati-hati bila mengurangi tekanan dalam autoklav (perubahann


temperatur dan tekanan secara mendadak dapat menyebabkan cairan
yang disterilkan meletus dan gelas-gelas dapat pecah). Pada sterilisasi
dengan pemanasan kering, bakteri akan mengalami proses oksidasi
putih telur, sedang dengan sterilisasi panas basah, akan mengakibatkan
terjadinya koagulasi putih telur bakteri. Dalam ke adaan lembab jauh
lebih cepat menerima panas daripada keadaan kering sehingga
sterilisasi basah lebih cepat dibanding oksidasi).

d. Pasteurisasi

Digunakan untuk mensterilkan susu dan minuman beralkohol.


Panas yang digunakan 61,7ºC selama 30 menit. Pertama dilakukan oleh
Pasteur. Membunuh kuman: tbc, brucella, Streptokokus, Staphilokokus,
Salmonella, Shigella dan difteri (kuman yang berasal da ri
sapi/pemerah).

e. Tyndalisasi

Dilakukan pemanasan basah pada suhu 800C selama 30 menit yang


dilakukan selama 3 hari berturut-turut (Dwijoseputro, 1994).
Caranya :

1. Hari 1 dilakukan sterilisasi dengan uap air s elama 30 menit pada


1000C.

2. Kemudian dimasukkan inkubator selama 24 jam.


3. Hari 2 dilakukan pemanasan dan inkubasi lagi, begitu jug hari ke 3.

B. Radiasi

1. Penyinaran dengan sinar UV

Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya
untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety
Cabinet dengan disinari lampu UV Sterilisaisi secara kimiawi biasanya
menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.

Panjang gelombang yang paling efektif untuk membunuh bakteri adalah


240-280 nm. Pada panjang gelombang 260 nm merupakan panjang gelombang
yang maksimum diabsorbsi oleh DNA bakteri. Tidak dapat digunkan untuk
material tertutup dan endospora. Digunakan untuk sterilisasi udara, ruangan
perawatan, dan ruang operasi. Kontak yang lama dengan UV dapat merusak
mata, luka bakar dan kanker kulit. Beberapa kelebihan sterilisasi dengan cara
ini:

a. Memiliki daya antimikrobial sangat kuat

b. Absorbsi asam Nukleat

c. Panjang gelombang: 220-290 nm paling efektif 253,7 nm

d. Penetrasi lemah kelemahan

2. Sinar ion bersifat hiperaktif

Sering digunakan pada sinar Gamma, daya kerjanya sterilisasi bahan


makanan, terutama bila panas menyebabkan perubahan rasa, rupa atau
penampilan. Bahan disposable: alat suntikan cawan petri dapat disterilkan
dengan teknik ini. Sterilisasi dengan sinar gamma disebut juga “sterilisasi
dingin”.

Penggunaan teknik ini radiasi gamma dari kobalt-60, lebih kuat daya
tembusnya dibandingkan dengan sinar UV dan tidak dilakukan dalam
laboratorium. Metode sterilisasi ini ditujukan untuk merusak asam nukleat
mikroorganisme dan digunakan untuk bahan-bahan yang tidak dapat
disterilisasi menggunakan panas, contohnya bahan
plastik sekali pakai (disposable plasticware), antibiotik, hormon, dan jarum
suntik.

3. Sterilisasi dengan Cara Kimia

Macam-macam sterilisasi secara kimia

1. Gas sterilisator

Sterilisasi gas adalah cara menghilangkan mikroorganisme dengan


menggunakan gas yang membunuh mikroorganisme dan spora. Mekanisme
dalam membunuh mikroorganisme yaitu bertindak sebagai alkylating agent
dimana berikatan dengan gugus –S H,-COOH atau –O H yang pada akhirnya
gugus ini menyebabkan denaturasi pada protein mikroorganisme sehingga
mikroorganisme dapat mati. Digunakan untuk zat yang tidak tahan panas.
Ethylene oxide digunakan untuk sterilisasi suhu rendah. Ethylene oxide
bersifat eksplosif ketika bercampur den gan udara. Sifat ini dapat
dihilangkan dengan menggunakan campuran ethylen oxide dengan
karbondioksida.

Peralatan yang disterilkan yaitu bahan yang bersifat termolabil seperti


karet, plastik , antibiotik, plastik kateter,jarum suntik plastik sekali pakai.
Langkah-langkah dalam teknik sterilisasi adalah sebagai berikut:
a. Sampel dimasukkan kedalam chamber sterilisasi.
b. Gas etilen oksida dipompakan ke dalam chamber selama 20-30 menit
dengan suhu 100°C.
c. Diatur kelembapan 50-60% dan suhu 30° – 40°C.
d. Didiamkan selama 14 jam.
e. Dilakukan proses vakum selam 2 jam. Hal ini dilakukan untuk menarik
residu gas pada sampel karena gas etylen okside bersifat toksik. Digunakan
untuk bahan/alat yang tidak dapat disterilkan dengan panas tinggi atau dengan
zat kimia cair. Kekurangan: ethilen oksida bersifat toksis dan mudah meledak.
2. Zat cair

Beberapa Zat Kimia yang sering digunakan untuk sterilisasi :

A. Alkohol

Berdaya aksi dalam rentang detik hingga menit dan untuk virus
diperlukan waktu di atas 30 menit. Umum dibuat dalam campuran air pada
konsentrasi 70-90 %. Paling efektif untuksterilisasi dan desinfeksi membran
sel yang rusak.Mendenaturasi protein dengan jalandehidrasi & enzim tidak
aktif
B. Halogen

Golongan ini berdaya aksi dengan cara oksidasi dalam rentang waktu
sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan
konsentrasi 1-5%.
C. Yodium
Konsentrasi yodium yang tepat tidak mengganggu kulit,efektif terhadap
berbagai protozoa.

D. Klorin

Rentang waktu sekitar 5 menit dan konsentrasinya 0,5%,memiliki warna


khas dan bau tajam, dapat mendesinfeksi ruangan, permukaan serta alat non
bedah.
E. Fenol

Digunakan secara luas sebagai desinfektan dan antiseptik. Fenol


sebagai desinfektan cair tidak dipengaruhi oleh bahan organik, aktifitasnya
rendah rendah terhadap endosproa bakteri, efektif pada konsentrasi 2-5 %
dengan mendenaturasi protein dan merusak membran sel bakteri serta aktif
pada pH asam. Alasan fenol pada saat ini jarang digunakan sebagai
desinfektan adalah karena fenol dapat meniritasi kulit.

F. Peroksida (H2O2)

Konsentrasinya 0,02 %. Daya aksi berada dalam rentang detik hingga


menit, tetapi perlu 2 jam untuk membunuh virus. Peroksida bersifat efektif dan
nontoksid, molekulnya tidakstabil, menginaktif enzim mikroba.
G. Surfaktan

Dapat menurunkan tegangan permukaan diantara molekul-molekul


dalam larutan. Contohnya sabun dan detergen.
H. Etilen oksida

Digunakan untuk sterilisasi ruang tertutup. Mekanisme adalah deng an


mendenaturasi protein mikroorganisme.

I. Logam berat dan senyawa logam

Beberapa logam berat dapat bersifat biosidal atau antiseptik karena mampu
berkombinasi dengan protein seluler dan mendenaturasikannya. Contohnya
adalah arsenik, perak, merkuri, dan tembaga.

2.2. Pengertian Desinfeksi


Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan
bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi
infeksi dengan jalan membunuh mikroorganisme patogen (Bitton, 1994).
Agen disinfeksi adalah disinfektan, yang biasanya merupakan zat kimiawi
dan digunakan untuk objek-objek tak hidup. Disinfeksi tidak menjamin objek
menjadi steril karena spora viabel dan beberapa mikroorganisme tetap dapat
tersisa. Hasil proses desinfeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1. Beban organik (beban biologis) yang dijumpai pada benda.

2. Tipe dan tingkat kontaminasi mikroba.

3. Pembersihan/dekontaminasi benda sbelumnya.

4. Konsentrasi desinfektan dan waktu pajanan


5. Struktur fisik benda

6. Suhu dan PH dari proses desinfeksi.


2.2.1 Tujuan dan Manfaat Desinfeksi

Tujuan dari desinfeksi adalah memelihara peralatan dalam


keadaan siap pakai, dengan cara memusnahkan semua
mikroorganisme pada peralatan tersebut tanpa membunuh spora
bakteri. Sedangkan manfaat desinfeksi adalah mencagah terjadinya
kontaminasi oleh mikroorganisme pada jaringan bahan dan alat steril.

2.2.2. Macam-Macam Teknik Desinfeksi

Menurut Aziz Alimul H. (2012), desinfeksi dapat dilakukan dengan


empat cara, yaitu sebagai berikut.
1. Cara desinfeksi dengan mencuci
Prosedur kerja:
 Cucilah tangan dengan sabun lalu bersihkan, kemudian siram atau
membasahi dengan alkohol 70%
 Cucilah luka dengan H2O2, betadine, atau larutan lainnya
 Cucilah kulit/jaringan tubuh yang akan dioperasi dengan yodium tinktur
3%, kemudian dengan alkohol.
 Cucilah vulva dengan larutan sublimat atau larutan sejenisnya
2. Cara desinfeksi dengan mengoleskan
Prosedur kerja:
 Oleskan luka dengan merkurokrom atau bekas luka jahitan
menggunakan alkohol atau betadine

3. Cara desinfeksi dengan merendam


Prosedur kerja:
 .Rendamlah tangan dengan larutan lisol 0,5%
 Rendamlah peralatan dengan larutan lisol 3-5% selama 2 jam
 Rendamlah alat tenun dengan lisol 3-5% kurang lebih 24 jam
4. Cara desinfeksi dengan menjemur
Prosedur kerja:
 Jemurlah kasur, tempat tidur, urinal, pispot, dan lain-lain dengan
masing-masing permukaan selama 2 jam
2.2.3. Jenis Desinfeksi

1. Desinfeksi Tingkat Tinggi


Desinfeksi tingkat tinggi (DTT) dapat membunuh semua organisme
kecuali spora bakteri. Teknik DTT dapat digunakan pada alat-alat medis.
DTT dapat dilakukan dengan merebus, mengukus atau menggunakan
bahan kimia.
a. DTT dengan merebus
1. Mulai menghitung waktu saat air mulai mendidih
2. Merebus selama 20 menit dalam panci tertutup
3. Seluruh alat harus terendam
4. Jangan menambah alat apapun ke air mendidih
5. Pakai alat sesegera mungkin atau simpan dalam wadah tertutup
dan kering yang telah di DTT, maksimal satu minggu
b. DTT dengan mengukus

1. Kukus alat selama 20 menit

2. Kecilkan api sehingga air tetap mendidih

3. Waktu dihitung mulai saat keluarnya uap

4. Jangan pakai lebih dari 3 panci uap

5. Keringkan dalam kontainer DTT


c. DTT dengan kimia
1) Desinfektan kimia untuk DTT
2) Klorin 0,1 % , Formaldehid 8% , Glutaraldehid 2%
3) Lakukan dekontaminasi dengan cuci dan dibilas lalu keringkan
4) Rendam semua alat dalam larutan desinfektan selama 20 menit
5) Bilas dengan air yang telah direbus dan dikeringkan di udara
6) Segera pakai atau disimpan dalam kontainer yang kering dan telah di
DTT
2. Desinfeksi Tingkat Sedang
Desinfeksi tingkat sedang dapat membunuh bakteri, kebanyakan
jamur kecuali spora bakteri. Desinfeksi tingkat sedang jarang dipakai
di rumah sakit, namun bisa diterapkan di rumah untuk mendesinfeksi
peralatan dapur.

3. Desinfeksi Tingkat Rendah


Desinfeksi tingkat rendah dapat membunuh kebanyakan bakteri,
beberapa virus dan beberapa jamur tetapi tidak dapat membunuh
mikroorganisme yang resisten seperti basil tuberkel dan spora bakteri.
Teknik ini tidak digunakan di rumah sakit, namun dapat diterapkan
untuk mendesinfeksi perabot rumah tangga

Anda mungkin juga menyukai