Anda di halaman 1dari 7

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. PENGERTIAN
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal. Batu tersebut
dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat,
struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan
krikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara
spontan, pria lebih sering terkena penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan
merupakan hal yang mungkin terjadi. (Mansjoer Arief, “Kapita Selekta
Kedokteran” Edisi Kedua, Medikal Aesculapius, FKUI, Jakarta, 2000)
Nefrolitiasis adalah Pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah
kalsium oksalat dan kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan
kristal, juga membentuk kalkulus ( batu ginjal ).

2. ANATOMI DAN FISIOLOGI

a. Ginjal
Menurut Mary Baradero (2008:2) ginjal terletak dibelakang peritoneum parietal
(retro-peri-toneal), pada dinding abdomen posterior. Ginjal juga terdapat pada
kedua sisi aorta abdominal dan vena kava inferior. Hepar menekan ginjal ke
bawah sehingga ginjal kanan lebih rendah daripada ginjal kiri. Ukuran setiap
ginjal orang dewasa adalah panjang 10 cm, 5,5 cm pada sisi lebar, dan 3 cm pada
sisi sempit dengan berat setiap ginjal berkisar 150 g (Arif Muttaqin, 2011:3).
Ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri dari
jaringan fibrus berwarna ungu tua (Syaifuddin, 2006:237). Tarwoto (2009:314)
menjelaskan ginjal disokong oleh jaringan adipose dan jaringan penyokong yang
disebut fasia gerota serta di bungkus oleh kapsul ginjal, yang berguna untuk
mempertahankan ginjal, pembuluh darah, dan kelenjar adrenal terhadap adanya
trauma.
Satuan unit fungsional ginjal adalah nefron. Setiap ginjal memiliki satu juta
nefron. Terdapat dua macam nefron, yaitu kortikal dan juksta medular. Delapan
puluh lima persen dari semua nefron terdiri atas nefron kortikal, sedangkan 15%
terdiri atas nefron jukstamedular. Kedua macam nefron ini diberi nama sesuai
dengan letak glomerulinya dalam renal parenkim. Nefron kortikal berperan dalam
konsentarsi dan difusi urine. Struktur urine yang berkaitan dengan proses
pembentukan urine adalah korpus, tubulus renal, tubulus koligentes. Korpus ginjal
terdiri dari glomerulus dan kapsula bowman yang membentuk ultrafiltrat dari
darah. Tubulus renal terdiri atas tubulus kontortus proksimal, ansa henle, dan
tubulus kontortus distal. Ketiga tubulus renal ini berfungsi dalam reabsorpsi dan
sekresi dengan mengubah volume dan komposisi ultrafiltrat sehingga terbentuk
produk akhir, yaitu urine (Mary Baradero, 2008:5). Nefron jukstamedular adalah
nefron yang terletak di korteks renal sebelah dalam dekat medulla (Arif Muttaqin,
2011:5).
b. Bagian – Bagian dalam Ginjal
Menurut Tarwoto (2009:314) ginjal terdiri dari 3 area yaitu:
1. Korteks
Korteks merupakan bagian paling luar ginjal, dibawah fibrosa sampai dengan
lapisan medulla, tersusun atas nefron-nefron yang jumlahnya lebih dari 1 juta.
Semua glomerulus berada di korteks dan 90% aliran darah menuju korteks.
2. Medula
Medulla terdiri dari saluran-saluran atau duktus collecting yang disebut pyramid
ginjal yang tersusun antara 8-18 buah.
3. Pelvis
Pelvis merupakan area yang terdiri dari kaliks minor yang kemudian bergabung
menjadi kalik mayor. Empat sampai lima kaliks minor bergabung menjadi kaliks
mayor dan dua sampai tiga kaliks mayor bergabung menjadi pelvis ginjal yang
berhubungan dengan ureter bagian proksimal.
c. Fungsi Ginjal :
Menurut Syaifuddin (2006:237) ginjal memilki beberapa fungsi, yaitu:
a) Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh
akan di ekskresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam
jumlah besar, kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine
yang diekskresi berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga
susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relative normal.
b) Mengatur keseimbangan osmotik dan mempertahankan keseimbangan ion
yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi
pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion-ion akibat pemasukan garam
yang berlebihan/penyakit perdarahan (diare, muntah) ginjal akan
meningkatkan/mengurangi ekskresi ion-ion yang penting (misalnya Na, K,
Cl, dan fosfat).
c) Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh. Menurut Tarwoto
(2009:318) Pengendalian asam basa oleh ginjal dilakukan dengan sekresi
urin yang urin atau basa, melalui pengeluaran ion hydrogen atau
bikarbonat dalam urin.
d) Ekskresi sisa metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik,
obat-obatan, hasil metabolisme hemoglobin dan bahan kimia asing
(pestisida).
e) Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresikan hormon renin
yang berperan penting mengatur tekanan darah (sistem renin angiotensin
aldosteron), membentuk eritropoiesis mempunyai peranan penting untuk
memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis).
Disamping itu ginjal juga membentuk hormon dihidroksi kolekalsiferol (vitamin
D aktif) yang diperlukan untuk mengabsorbsi ion kalsium di usus.
d. Aliran darah di Ginjal dan Persarafan Ginjal
Menurut Arif Muttaqin (2011:6) ginjal menerima sekitar 1.200 ml darah per menit
atau 21 % dari curah jantung. Aliran darah yang sangat besar ini tidak ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan energi yang berlebihan, tetapi agar ginjal dapat secara
terus-menerus menyesuaikan komposisi darah. Dengan menyesuaikan komposisi
darah, memastikan keseimbangan natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfat, dan
pH serta membuang produk-produk metabolisme urea.
Syaifuddin (2006:239) menjelaskan ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis
yang mempunyai percabangan arteria renalis. Arteri ini berpasangan kiri dan
kanan. Arteria renalis bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi
arteri arkuata. Arteri interloburalis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi
kapiler membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut glomerulus. Glomerulus ini
dikelilingi oleh alat yang disebut simpai bowman. Disini terjadi penyaringan
pertama dan kapiler darah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi
vena renalis mauk ke vena kava inferior.
e. Persyarafan Ginjal
Menurut Syaifuddin (2006:240) ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus
renalis (vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk
ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk
ke ginjal. Diatas ginjal ini terdapat kelenjar suprarenalis, kelenjar ini merupakan
sebuah kelenjar buntu yang menghasilkan dua macam hormon yaitu hormone
adrenalin dan hormon kortison.
f. Proses Pembentukan Urin
Menurut Syaifuddin (2006:239) ada 3 tahap dalam pembentukan urine, yaitu :
a. Proses filtrasi
Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena aferen lebih besar dari permukaan
eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan bagian yang tersaring adalah
bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat, dll,
yang diteruskan ke tubulus ginjal.
b. Proses reabsorpsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa, natrium,
klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal
dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus
ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila
diperlukan akan diserap kembali ke dalam tubulus bagian bawah. Penyerapannya
terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada
papilla renalis.
c. Proses sekresi
Sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke
piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria.
g. Ureter
Ureter merupakan organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan
urine dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih (Arif Muttaqin, 2011:17).
Panjangnya 25-30 cm dengan diameter 6mm. berjalan mulai dari pelvis renal
setinggi lumbal ke 2 (Tarwoto, 2009:323).
Menurut Syaifuddin (2006:241) lapisan dinding ureter terdiri dari :
1) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2) Lapisan tengah lapisan otot polos
3) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Jika karena sesuatu sebab terjadi sumbatan pada aliran urine, terjadi kontraksi otot
polos yang berlebihan yang bertujuan untuk mendorong mengeluarkan sumbatan
tersebut dari saluran kemih. Kontraksi itu dirasakan sebagai nyeri kolik yang
datang secara berkala, sesuai dengan irama peristaltik ureter (Arif Muttaqin,
2011:17).

Menurut Arif Muttaqin (2011:17) kedua ureter merupakan kelanjutan dari pelvis
ginjal dan membawa urine ke dalam kandung kemih, khususnya ke area yang
disebut trigon. Trigon adalah area segitiga yang terdiri atas lapisan membran
mukus yang dapat berfungsi sebagai katup untuk menghindari refluks urine ke
dalam ureter ketika kandung kemih berkontraksi (Mary Baradero, 2008:5). Ureter
memasuki kandung kemih menembus otot detrusor di daerah trigonum kandung
kemih. Normalnya ureter berjalan secara oblique sepanjang beberapa sentimeter
menembus kandung kemih yang disebut dengan ureter intramural.

h. Vesikula Urinaria ( Kandung Kemih )


Kandung kemih berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian
mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi/berkemih (Arif
Muttaqin, 2011:18).
Menurut Tarwoto (2009:325) kapasitas maksimum kandung kemih pada oran
dewasa sekitar 300-450 ml, dan anak-anak antara 50-200 ml. Pada laki-laki
kandung kemih berada dibelakang simpisis pubis dan didepan rektum, pada
wanita kandung kemih berada dibawah uterus dan didepan vagina. Pada keadaan
penuh akan memberikan rangsangan pada saraf aferen ke pusat miksi sehingga
terjadi kontraksi otot detrusor yang mendorong terbukanya leher kandung kemih,
sehingga terjadi proses miksi. Fungsi utama dari ginjal adalah menampung urin
dari ureter dan kemudian dikeluarkan melalui uretra. Dinding kandung kemih
memiliki 4 lapisan jaringan, yaitu:
1) Lapisan paling dalam adalah mukosa yang menghasilkan mukus.
2) Lapisan submukosa adalah lapisan otot polos yang satu sama lain
membentuk sudut disebut otot detrusor.
3) Lapisan paling luar adalah serosa.
i. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Uretra pada pria panjang uretra ± 20 cm,
sedangkan pada perempuan panjangnya ± 3-4 cm (Syaifuddin, 2006:246).
Perbedaan panjang inilah yang menyebabkan keluhan hambatan pengeluaran
urine lebih sering terjadi pada pria. Uretra dilengkapi dengan sfingter uretra
interna yang terletak pada perbatasan kandung kemih dan uretra, serta sfingter
uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior (Arif
Muttaqin, 2011:20). Adanya sfingter uretra interna yang dikontrol secara
involunter memungkinkan pengeluaran urine dapat dikontrol. Pada pria saluran ini
juga berfungsi sebagai tempat menyalurkan air mani (Tarwoto,2009:327).
j. Proses Berkemih
Menurut Tarwoto (2009:326) urine diproduksi oleh ginjal sekitar 1 ml/menit,
tetapi dapat bervariasi antara 0,5-20 ml/menit. Aktivitas saraf parasimpatis
meningkatkan frekwensi peristaltik dan stimulasi simpatis menurunkan frekwensi.
Banyaknya aliran urine pada uretra di pengaruhi oleh adanya obstruksi Karena
konstriksi ureter dan juga kontriksi arterior afferen yang berakibat pada penurunan
produksi urine, demikian juga pada adanya obstruksi ureter karena batu.
Kandung kemih dipersarafi oleh saraf dari pelvis , baik sensorik maupun motorik.
Pengaktifan saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi dari otot detrusor.
Normalnya spinter interna pada leher kandung kemih berkontraksi. Sedangkan
spinter eksterna dikontrol berdasarkan kesadaran (volunter), dipersarafi oleh
nervus pudendal yang merupakan serat saraf somatik.
Menurut Syaifuddin (2006:247) kontrol volunter ini hanya mungkin bila saraf-
saraf yang menangani kandung kemih uretra, medulla spinalis dan otak, bila tidak
maka terjadi inkontinensia urine.

Anda mungkin juga menyukai