Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal
ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
7.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Muhdi Koda
JAWABAN UJIAN BAHASA DAN TERMINOLOGI HUKUM
3. Teknik Skimming.
what the Indonesia is a pluralistic country?
Teknik Scanning.
when was the establishment of the state of Indonesia.
what resources can be drawn
who will carry out unity and unity
Ternyata berdasarkan KBBI kata kesalahan serta kekeliruan mempunyai makna yang sama
bahkan saling memaknai satu dengan lainnya, salah dimaknai keliru demikian juga keliru
dimaknai dengan salah. Jadi, kalau sama mengapa digunakan kedua kata tersebut tiak satu
kata saja? Menurut penulis memang salah serta keliru bisa dimaknai sama tetapi juga bisa
berbeda tergantung konteks kalimatnya. Pasal 16 UU KUP mengatur penggunaan kata salah
atau kesalahan digunakan untuk salah tulis atau salah hitung. Sedangkan kata keliru atau
kekeliruan digunakan untuk penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dalam matrik sebagai berikut.
Pasal 34 ayat (3) PPemerintah Nomor 74 Tahun 2011 mengatur bahwa dalam hal terdapat
kekeliruan pengkreditan Pajak Masukan Pajak Pertambahan Nilai pada surat keputusan atau
surat ketetapan, pembetulan atas kekeliruan tersebut hanya dapat dilakukan apabila
terdapat perbedaan besarnya Pajak Masukan yang menjadi kredit pajak dan Pajak Masukan
tersebut tidak mengandung persengketaan antara fiskus dan Wajib Pajak.
Telah diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai atas
nama PT A untuk Masa Pajak Februari 2012, dengan rincian sebagai berikut:
Pajak Keluaran sebesar Rp100.000.000,00
Pajak Masukan sebesar Rp75.000.000,00
Dari Pajak Masukan tersebut terdapat 1 (satu) Faktur Pajak sebesar Rp7.500.000,00
yang telah terjadi kekeliruan dalam penghitungan Pajak Masukan pada saat
Pemeriksaan menjadi sebesar Rp5.700.000,00....” Dalam contoh ini terjadi kerancuan pemakaian
kata yang seharusnya kesalahan tetapi digunakan kata kekeliruan. Kata „kekeliruan dalam
penghitungan‟ seharusnya „kesalahan dalam penghitungan karena penghitungan masuk dalam
kategori kesalahan bukan kekeliruan. Jika sebenarnya besarnya kredit pajak dalam Faktur Pajak
Masukan tersebut sebesar Rp7.500.000,00 tetapi pada saat pemeriksaan terjadi kesalahan tulis
bukan salah hitung -dan tentu saja bukan kekeliruan- menjadi sebesar Rp5.700.000,00.
Pengunan kata kekeliruan dalam Pembetulan Pasal 16 UU KUP adalah untuk kekeliruan
dalam penerapan tarif, kekeliruan penerapan persentase Norma Penghitungan Penghasilan
Neto, kekeliruan penerapan sanksi administrasi, kekeliruan Penghasilan Tidak Kena Pajak,
kekeliruan penghitungan Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan, dan kekeliruan dalam
pengkreditan pajak.
Kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pembuatan faktur pajak misalnya keliru dalam
menerapkan tarif misalnya jumlah yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak adalah
Rp75.000.000,00 seharusnya dikenakan PPN dengan tarif 10% sehingga jumlah PPN-nya
sebesar Rp.7.500.000,00 tetapi dikenakan tarif 7,6% sehingga jumlah PPN-nya sebesar
Rp.5.700.000,00. Jika Faktur Pajak Masukan tersebut dikreditkan oleh Pengusaha Kena
Pajak kemudian di koreksi oleh Pemeriksa Pajak maka upaya yang dapat ditempuh oleh
Pengusaha Kena Pajak bukan pembetulan tetapi keberatan. Setelah menelusuri makna kata salah
serta keliru dan penerapannya dalam ketentuan Pasal 16 UU KUP maka penggunaan kata
„kekeliruan dalam penghitungan‟ dalam penjelasan Pasal 34 ayat (3) PP Nomor 74 Tahun 2011
dapat dikatakan menggunakan ungkapan atau istilah yang tidak konsisten atau memberikan definisi
atau batasan pengertian yang tidak cermat sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.