Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : Fitria Hasanah

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041409548

Tanggal Lahir : 07 Maret 1985

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4401/ Interpretasi Dan Penalaran Hukum

Kode/Nama Program Studi : Ilmu Hukum

Kode/Nama UPBJJ : Gorontalo

Hari/Tanggal UAS THE : 18 Juni 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Fitria Hasanah

NIM : 041409548
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4401/ Interpretasi Dan Penalaran Hukum
Fakultas : Fakultas Hukum, Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum

UPBJJ-UT : Gorontalo

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi
THE pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui
media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan
akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Gorontalo, 18 Juni 2022

Yang Membuat Pernyataan

Fitria Hasanah
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. Negara S di wilayah Afrika melakukan Bilateral Investment Treaty (BIT) dengan Negara A. Negara
A melakukan investasi di negara S dalam jangka waktu 5 tahun. Jika terjadi perselisihan maka akan
diselesaikan menurut BIT Treaties yang telah disepakati. Perjanjian dibuat dalam bahasa Inggris. Pada
masa jatuh tempo Negara S melakukan wan prestasi. Sehingga Negara A menuntut Negara S untuk
membayar ganti kerugian. Ternyata dalam perjanjian terdapat klausul yang menyatakan bahwa
penyelesaian wanprestasi akan dilakukan sesuai dengan ”treatise”. Klausul ini menjadi kontroversi
karena pihak Negara S tidak mengajukan penyelesaian sengketa berdasarkan ”treatise” tetapi
”treaties” dalam hal BIT Treaty yang disepakati kedua negara. Pertanyan:
a. Analisa definisi treatise dan treaties menggunakan kamus hukum dan perbedaannya?
Jawaban :
Treatise adalah suatu karya ilmiah yang membahas secara spesifik suatu hal. Karya ilmiah ini
dapat dipersamakan dengan esai namun kajiannya lebih mendalam karena memuat berbagai aspek
yang sedang dalam kajian. Istilah ini muncul dalam Bahasa Inggris yang berasal dari
kata treat yang biasa digunakan untuk memperlakukan suatu hal dengan baik dan menyeluruh.

Treaties adalah bentuk jamak dari Treaty yang merupakan salah satu bentuk penamaan perjanjian
internasional dalam praktik hukum internasional.

b. Bagaimana penafsiran saudara terhadap frasa treatise dan treaties berdasarkan ajaran positivisme
hukum?
Jawaban :
Positivisme merupakan salah satu aliran filsafat modern. Positivisme merupakan suatu aliran
filsafat yang berpangkal pada sesuatu yang pasti, faktual, nyata, dan berdasarkan data empiris.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), positivisme berarti aliran filsafat yang
beranggapan bahwa pengetahuan itu semata-mata berdasarkan pengalaman dan ilmu yang pasti.
Pada dasarnya, positivisme adalah sebuah filsafat yang menempatkan pengetahuan yang benar jika
didasarkan pada pengalaman aktualfisikal. Jadi, positivisme adalah suatu aliran filsafat yang
menyatakan bahwa ilmu alam merupakan satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan
menolak aktivitas yang berkenaan dengan metafisik.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

2. Pengemudi A menghentikan kendaraannya di jalan yang bukan merupakan area parkir karena harus
melihat peta GPS alamat yang dituju. Pada saat sedang berhenti Polisi datang menegur dan
memberikan surat tilang karena pengemudi A menyebabkan kemacetan. Pengemudi A menolak dan
menyatakan bahwa dia tidak sedang parkir tetapi berhenti untuk mengecek peta. Jika anda adalah
Polisi, analisa peristiwa hukum tersebut menggunakan metode interpretasi dan penalaran hukum dan
tindakan apa yang akan anda lakukan sebagai pedoman silahkan anda membaca UU. No. 22 Tahun
2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Anda dapat membaca UU No. 22 Tahun 2009 pada hyperlink berikut:
https://peraturan.go.id/peraturan/view.html?id=11e44c4ece795a80882c313231363438
a. Bagaimana penafsiran anda terhadap pasal terkait dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan untuk menyelesaikan peristiwa hukum di atas. Berikan opini anda
apakah pengemudi A melanggar UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan!
Jawaban :
Kondisi pengendara pada kasus di atas adalah pengendara tersebut sedang berhenti dan tidak
sedang parkir. Berdasarkan UU No.22 Tahun 2009 pengertian berhenti adalah keadaan Kendaraan
tidak bergerak untuk sementara dan tidak ditinggalkan pengemudinya.dan parkir adalah keadaan
kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya. Pasal
118 menyebutkan “Selain Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek, setiap Kendaraan Bermotor
dapat berhenti di setiap Jalan, kecuali: a. terdapat rambu larangan berhenti dan/atau Marka Jalan
yang bergaris utuh; b. pada tempat tertentu yang dapat membahayakan keamanan, keselamatan
serta mengganggu Ketertiban dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan/atau c. di jalan
tol”. Dan Pasal 119 ayat (1) disebutkan Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum atau mobil bus
sekolah yang sedang berhenti untuk menurunkan dan/atau menaikkan Penumpang wajib memberi
isyarat tanda berhenti. Dan Pasal 121 ayat (1) Setiap Pengemudi Kendaraan Bermotor wajib
memasang segitiga pengaman, lampu isyarat peringatan bahaya, atau isyarat lain pada saat
berhenti atau Parkir dalam keadaan darurat di Jalan.
Dari Pasal-pasal tersebut, pengemudi meskipun berdalih tidak sedang parkir dan hanya berhenti
untuk keperluan tertentu, akan tetapi harus memenuhi aturan seperti memberi isyarat pada saat
berhenti, serta unsur tidak boleh mengganggu ketertiban dan kelancaran. Dan apabila tidak
memenuhi aturan tersebut maka Polisi Lalu Lintas dapat memberikan sanksi seperti tercantum
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

pada Pasal 287 ayat (3) yakni “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan
yang melanggar aturan gerakan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf
d atau tata cara berhenti dan Parkir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf e
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak
Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).”

b. Analisa kesulitan yang anda temui dalam menginterpretasi pasal tersebut di atas!
Jawaban :
Analisa terhadap si pengemudi, harus benar-benar didasari pada kondisi sebenarnya dengan cara
memperoleh informasi pada saat itu seperti pada Pasal 260 ayat (1) huruf a yakni Kepolisian Lalu
Lintas dapat memberhentikan kendaraan bermotor yang patut diduga melakukan pelanggaran,
meminta keterangan dari pengemudi dan melakukan pemeriksaan atas kebenaran keterangan yang
diberikan oleh pengemudi kendaraan bermotor. Dalam kondisi tersebut, pengemudi bisa saja
melakukan pembelaan dalam memberi keterangan kepada polisi selama unsur-unsur kepatuhan
terhadap lalu lintas terutama berhenti di tanda parkir terpenuhi.

3. Tersangka A melakukan penyiksaan pada B. A dilaporkan melakukan pelanggaran HAM berat


terhadap B. Analisa pelanggaran HAM berat menurut Pasal 1 Angka 2 UU No. 26 Tahun 2000
menggunakan ajaran legal positivisme dalam metodologi hukum.
Anda dapat membaca UU NO. 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan HAM pada link berikut
https://peraturan.go.id/peraturan/view.html?id=11e44c4ee0e61110b06e313231373139
a. Analisa kerangka kerja konseptual yang dikenal dengan istilah legal dogmatic!
Jawaba :
Ajaran Legal positivisme hukum berawal dari gagasan untuk memurnikan hukum dari pengaruh
disiplin limu lainnya. Teori positivism hukum lahir dari tradisi “Civil Law” yang didominasi oleh
konsepsi hukum sebagai alat dari kekuasaan untuk mencapai tujuan. Teori Positivisme hukum
memiliki karakteristik :
1. Hukum merupakan ciptaan manusia (created) sehingga bukan aturan yang ditemukan di dalam
masyarakat
2. Pembuatan hukum merupakan representasi dari keinginan penguasa
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

3. Hukum hanya berisikan peraturan perundangan


4. Ahli hukum harus taat terhadap peraturan perundang-undangan sehingga hakim harus
memutuskan perkara berdasarkan peraturan perundang-undangan
5. Penelitian hukum lebih focus pada perundang-undangan dan harus dipisahkan dari penelitian
ilmu disiplin ilmu lain yang mengkaji hukum
6. System hukum harus dilihat sebagai system yang tertutup sehingga keputusan hakim harus
dapat diinterpretasikan berdasarkan hukum yang berlaku dengan menggunakan logika.
Berdasarkan ketujuh tesis diatas interpretasi dan penalaran hukum dengan ajaran positivisme
melahirkan sebuah conceptual framework sebagai legal dogmatic .

b. Analisa apakah perbuatan tersangka A dapat dikategorikan sebagai pelanggaran HAM berat
menurut Pasal 1 Angka 2 dengan UU No. 26 berpegang mengikuti kerangka kerja legal dogmatic!
Jawaban :
Pasal 1 angka 2 menyebutkan “Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pelanggaran
hak asasi manusia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini.” Dan Pelanggaran HAM
berat dijelaskan dalam Pasal 7 yakni “Pelanggaran hak asasi manusia yang berat meliputi : a.
kejahatan genosida; b. kejahatan terhadap kemanusiaan.” Dan dijelaskan dalam pasal 9 huruf f
yakni meliputi kejahatan terhadap kemanusiaan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau
sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap
penduduk sipil salah satunya adalah Penyiksaan.

4. Seorang Pejabat A tertangkap tangan sedang menggunakan obat-obatan di sebuah Diskotik dengan
ciri ciri fisik sedang menggunakan obat terlarang. Namun Penyidik menemukan ternyata obat yang
digunakan oleh Pejabat A belum termasuk sebagai obat-obatan terlarang atau narkoba yang diatur
dalam undang undang. Pertanyaan/Perintah:
a. Analisa kasus di atas dengan menggunakan Asas legalitas dalam bidang hukum pidana!
Jawaban :
Asas legalitas yakni asas yang menentukan bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam
dengan pidana jika tidak ditentukan terlebih dahulu dalam undang-undang. menurut pendapat
Wirjono Prodjodikoro, menyatakan bahwa makna dari asas legalitas ada 2 (dua) yaitu :
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1) Sanksi pidana (straf-sanctie) hanya dapat ditentukan dengan Undang-Undang.


2) Bahwa ketentuan sanksi pidana ini tidak boleh berlaku surut (geen terugwerkende kracht).

Menurut Schaffmeister, Keijzer, dan Sutorius, mengemukakan bahwa terdapat 7 (tujuh) aspek dari
asas legalitas, yaitu :
1) Seseorang tidak dapat dipidana kecuali berdasarkan ketentuan pidana menurut Undang-
Undang.
2) Tidak ada penerapan Undang-Undang pidana berdasarkan analogi.
3) Seseorang tidak dapat dipidana hanya berdasarkan kebiasaan. Artinya pelanggaran atas
kaidah kebiasaan dengan sendirinya belum tentu menghasilkan perbuatan pidana.
4) Tidak boleh ada perumusan delik yang kurang jelas (penerapan dari asas lex certa).
5) Tidak ada kekuatan surut dari ketentuan pidana.
6) Tidak ada pidana lain, kecuali yang ditentukan oleh Undang-Undang. Dalam hal ini,
hakim tidak boleh menjatuhkan pidana selain dari yang telah ditentukan dalam ketentuan
Undang-Undang.
7) Penuntutan pidana hanya boleh dilakukan menurut cara yang ditentukan oleh Undang-
Undang. Artinya seluruh proses pidana, mulai dari penyelidikan sampai pelaksanaan
putusan haruslah didasarkan pada Undang-Undang.

Dari kedua pendapat yang menjelaskan mengenai makna yang terkandung dalam asas legalitas,
baik pendapat dari Wirjono Prodjodikoro pada poin pertama maupun pendapat dari
Schaffmeister, Keijzer, dan Sutorius, pada poin ke enam, maka apabila dihubungkan dengan asas
legalitas yang dikembangkan oleh Feuerbach yang salah satunya berbunyi nulla poena sine
lege (tiada pidana tanpa Undang-Undang), terlihat jelas bahwa kedua pendapat tersebut di atas
sejalan dengan apa yang telah disampaikan oleh Feuerbach. Disini dijelaskan bahwasanya setiap
sanksi pidana haruslah ditentukan dalam Undang-Undang, sehingga dengan demikian seorang
hakim tidak boleh menjatuhkan pidana selain dari yang telah ditentukan dalam ketentuan
Undang-Undang. Pejabat A belum dapat dijadikan kasus pidana sebab dugaan obat-obatan yang
digunakan belum terbukti sebagai bagian dari penyalahgunaan obat-obatan yang melanggar UU
Narkotika
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

b. Bagaimana pendapat saudara apakah pejabat A dapat dihukum berdasarkan UU No. 35 Tahun
2009 tentang Narkotika?
Jawaban :
Dalam melakukan penyidikan terhadap penyalahgunaan Narkotika dan Prekursor Narkotika,
penyidik pegawai negeri sipil tertentu berkoordinasi dengan penyidik BNN atau penyidik
Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang tentang Hukum Acara
Pidana. Mengingat tidak ditemukannya alat bukti oleh pihak penyidik sebab obat-obatan yang
digunakan belum termasuk dalam kategori Narkotika yang diatur dalam Penggolongan dan Jenis
Prekursor Narkotika pada Pasal 49 dan table II lampiran Undang-undang tersebut sehingga
pendapat saya adalah Pejabat A tidak dapat dihukum berdasarkan UU No.35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.

Anda mungkin juga menyukai