Anda di halaman 1dari 9

Bahasa

Jurnalistik
DOSEN PENGAMPU:
ANTON BAHTIAR RIFA'I, M.I.KOM
Pengertian Bahasa Jurnalistik
Bahasa jurnalistik adalah gaya bahasa yang digunakan wartawan dalam
menulis berita. Karakteristik utama bahasa jurnalistik adalah ringkas,
lugas, dan sederhana.
Sebutan lain bahasa jurnalistik adalah bahasa media, bahasa pers, dan
bahasa koran (newspaper language).
Dengan menggunakan bahasa khas wartawan ini, maka tulisan di media
menjadi ringkas, padat, mudah dipahami, efektif, efisien, dan enak
dibaca.
Bahasa jurnalistik disebut juga Bahasa Komunikasi Massa (Language of
Mass Communication), yakni bahasa yang digunakan dalam komunikasi
melalui media massa, baik komunikasi lisan (tutur) di media elektronik
(radio dan TV) maupun komunikasi tertulis (media cetak dan online),
dengan ciri khas singkat/ringkas, lugas, padat, dan mudah dipahami.
Bahasa Jurnalistik Menurut Pakar
ROSIHAN ANWAR WOJOWASITO YUS BADUDU
Bahasa jurnalistik adalah Bahasa jurnalistik adalah Bahasa suratkabar harus singkat,
bahasa yang digunakan oleh bahasa komunikasi massa padat, sederhana, jelas, lugas,
wartawan dinamakan bahasa sebagai tampak dalam tetapi selalu menarik. Sifat-sifat
pers atau bahasa jurnalistik. harian-harian dan majalah- itu harus dipenuhi oleh bahasa
Bahasa jurnalistik memiliki majalah. Dengan fungsi yang surat kabar mengingat bahasa
sifat-sifat khas yaitu : singkat, demikian itu bahasa tersebut surat kabar dibaca oleh lapisan-
padat, sederhana, lancer, jelas, haruslah jelas dan mudah lapisan masyarakat yang tidak
lugas, dan menarik. dibaca oleh mereka dengan sama tingkat pengetahuannya.
ukuran intelek yang minimal.
Karakter Utama Bahasa Jurnalistik
Dalam buku Jurnalistik Terapan (Batic Press, 2001),
dikemukakan bahwa bahasa Jurnalistik memiliki dua
karakteristik utama, yaitu komunikatif dan spesifik.

1. KOMUNIKATIF 2.SPESIFIK
Langsung menjamah Mempunyai gaya
materi atau ke pokok penulisan tersendiri,
persoalan (straight yakni hemat kata,
to the point), lugas, sederhana, kalimatnya
tidak berbunga- pendek-pendek, kata-
bunga, tidak bertele- katanya jelas, dan
tele, dan tanpa mudah dimengerti
basa-basi. orang awam.
Judul Berita
Di kota-kota besar, pembaca koran sering dianggap sebagai
“pembaca judul berita” (headline readers) atau “pembaca teras
berita” (lead readers). Mereka tidak sempat membaca koran
secara mendalam karena memiliki waktu terbatas untuk
membaca. Yang mereka inginkan adalah segera mengetahui isi
berita atau informasi terbaru yang dibuat wartawan.

Dalam penulisan judul berita ada gaya tersendiri lagi, sehingga


mengabaikan kaidah bahasa. Misalnya, penggunaan kata dasar.
“Presiden Tunggu Laporan” (Kaidah Bahasa: Presiden
Menunggu Laporan).
“Romel Terbang ke Inggris” (Kaidah Bahasa: Romel Berangkat
ke Inggris dengan Menggunakan Pesawat Terbang).
Karakteristik Bahasa Jurnalistik
1. Jelas, mudah dipahami.
Bahasa jurnalistik menggunakan kata, istilah, atau kalimat yang tidak menimbulkan tafsiran ganda
(ambigue) dan tidak menggunakan bahasa kiasan (konotatif) sehingga mudah dipahami.

2. Sederhana, menggunakan bahasa sehari-hari.


Menghindari kata-kata asing dan istilah-istilah yang terlalu teknis ilmiah. Jika terpaksa menggunakannya,
maka satu kali harus dijelaskan pengertiannya.

3. Hemat kata.
Memakai prinsip ekonomi kata (economy of words), yaitu menggunakan sesedikit mungkin kata-kata
untuk menginformasikan banyak hal.
daripada – dari
kemudian – lalu;
sekarang – kini
kurang lebih – sekitar
4. Menghindarkan penggunaan Kata Mubazir dan Kata Jenuh.
Kata mubazir adalah kata-kata yang sebenarnya dapat dihilangkan dari kalimat. Kata jenuh (kata penat,
tired word, ungkapan klise, stereotype) adalah ungkapan-ungkapan klise yang sering dipakai dalam
transisi (peralihan) berita atau kata perangkai satu fakta ke fakta lain (coupling pins).

5. Singkat.
Bahasa jurnalistik menggunakan kalimat yang singkat-singkat. “Kalau Anda menggunakan kalimat-
kalimat pendek, (tulisan) Anda akan lebih mudah dimengerti,” kata Al Hester, seraya mengungkapkan
hasil penelitian atas para pembaca bahasa Inggris yang menunjukkan, kian panjang kalimat kian kurang
ia dimengerti.
“Lebih sulit mencari makna dari kalimat panjang,” imbuhnya. Al Hester memperkirakan, kalimat-kalimat
pendek lebih mudah dimengerti dalam bahasa apa pun.
Contoh:
Persib Bandung yang dijuluki “Maung Bandung” melakukan latihan di Subang untuk persiapan Liga
Indonesia tahun depan.
Lebih baik:
Persib Bandung berlatih di Subang. Tim berjuluk “Maung Bandung” itu bersiap menghadapi Liga Indonesia
tahun depan.
6. Dinamis, tidak monoton.
Ketika menulis nama tokoh yang disebut berulang-ulang, kemukakan sebutan atau jabatan lain (atribusi)
tokoh tersebut.
Ahmad Fulan terpilih menjadi ketua organisasi Anu. Peserta kongres secara aklamasi memilih lulusan
Unpad Bandung itu sebagai ketua baru. Menurut pria kelahiran Bandung tersebut, jabatan ketua
merupakan amanah yang harus dapat dipertanggung jawabkan. “Tanggung jawabnya berat,” tegas
penulis buku itu.
7. Membatasi diri dalam singkatan atau akronim.
Kalaupun harus menulisnya, maka satu kali pada awal tulisan harus dijelaskan dalam tanda kurung
kepanjangannya.
Balai Jurnalistik ICMI Jawa Barat (BATIC) melaksanakan training jurnalistik. Menurut Ketua BATIC, ASM.
Romli, kegiatan tersebut untuk memberdayakan umat di bidang jurnalistik.

8. Penulisan kalimat lead dan isi tetap menaati kaidah bahasa.


Maksudnya, tidak menghilangkan imbuhan, bentuk awal atau prefix, dalam penulisan lead dan isi tulisan.
Pemenggalan kata awalan me- hanya dapat dilakukan dalam judul.
Judul: DD Republika Berikan Beasiswa.
Lead & Isi Berita: Dompet Dhuafa Republika memberikan beasiswa.
9. Menulis dengan teratur serta lengkap.
Yakni menuliskan kata pokok (subjek), sebutan
(predikat), tujuan (objek), dan keterangan (SPOK).
10. Satu gagasan satu kalimat.
Semaksimal mungkin menghindari penulisan anak
kalimat yang mengandung banyak kata atau
kalimat.
11. Mendisiplinkan pikiran.
Jangan ada campur-aduk dalam satu kalimat
bentuk pasif (di) dengan bentuk aktif (me).
Sebaiknya menggunakan kalimat aktif karena terasa
lebih hidup dan kuat daripada kalimat pasif.
Ahmad mendapatkan tugas baru. Ia melakukan
tugas itu dengan baik (aktif)
Tugas baru didapatkan Ahmad. Tugas itu
dilakukannya dengan baik (pasif).

Anda mungkin juga menyukai