PDF Pajak Daerahampretribusi Daerah Compress
PDF Pajak Daerahampretribusi Daerah Compress
BAB I
PENDAHULUAN
A. La
Lata
tarr Be
Bela
laka
kang
ng
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Negara Kesatuan Republik Indonesia
dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi terdiri atas daerah-daerah kabupaten
dan kota. Tiap-tiap daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus
sen
sendiri
diri urusa
rusan
n pem
pemerin
erinta
taha
hann
nny
ya untu
ntuk menin
ening
gkatka
atkan
n efis
efisie
iens
nsii dan
dan efek
efekti
tivi
vita
tass
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.
Untu
Untuk
k meny
menyele
eleng
ngga
garak
rakan
an peme
pemerin
rintah
tahan
an terseb
tersebut
ut,, Daer
Daerah
ah berh
berhak
ak meng
mengen
enak
akan
an
pungutan kepada masyarakat. Pajak daerah merupakan
merupakan pungutan
pungutan wajib yang
yang dikenakan
dikenakan oleh
pemerintah
pemerintah daerah
daerah kepada penduduk
penduduk yang
yang mendiami wilayah
wilayah yurisdiksinya, tanpa langsung
memperoleh kontraprestasi yang diberikan oleh pemerint
pemerintah
ah daerah
daerah yang memungu
memungutt
pungutan
pungutan wajib
wajib yang
yang dibay
dibayarkan
arkan tersebut
tersebut .
. Pajak daerah ini diatur dalam peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah
daerah yang disetujui oleh lembaga perwakilan rakyat daerah serta dipungut oleh lembaga
yang berad
yang beradaa di dalam
dalam strukt
struktur
ur pemerin
pemerintah
tah daerah
daerah yang bersangkut
bersangkutan.
an.
Selain
Selain itu pemung
pemungutan
utan pajak
pajak ini juga
juga berdasa
berdasarka
rkan
n Undang
Undang-Un
-Undan
dang
g Dasar
Dasar Negara
Negara
Repu
Republ
blik
ik Indo
Indone
nesi
siaa Tahu
Tahun
n 1945
1945 yang
yang menem
menempat
patka
kan
n perp
perpaja
ajaka
kan
n sebag
sebagai
ai salah
salah satu
satu
perwujudan kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak
dan pungutan lain yang bersifat memaksa diatur dengan Undang-Undang.
B. Identifikasi Masalah
Dalam
Dalam peny
penyusun
usunan
an mak
makalah
alah ini, peny
penyusun
usun men
mencob
cobaa men
mengide
gidendif
ndifika
ikasi
si bebe
beberapa
rapa
pertanyaan yang akan dijadikan sebagai bahan dalam
dala m penyusunan dan penyelesaian
penyelesa ian masalah.
masa lah.
Diantaranya sebagai berikut :
1. Pengerti
Pengertian
an pajak daerah
daerah dan
dan retribus
retribusii serta landasa
landasan
n hukumny
hukumnyaa ?
2. Objek, subjek dan wajib pajak/retribusi dalam pajak daerah dan retribusi daerah ?
3. Kriteria - kriteria dalam pajak daerah dan
dan retribusi daerah ?
4. Tarif
Tarif yang berla
berlaku
ku dalam
dalam pajak
pajak daerah
daerah dan retru
retrubus
busii daerah
daerah ?
5. Berapa persentase
persentase pembagian
pembagian hasil pajak
pajak daerah
daerah untuk
untuk tingkat
tingkat I dan
dan II ?
6. Bagaimana tata cara pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah diadakan ?
7. Bagaimana Pengawasan dan Pembatalan Peraturan Daerah tentang Pajak dan Retribusi
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
June 12, 2011
1. Tujuan diadakannya penyusunan makalah ini adalah guna memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Perekonomian Indonesia yaitu Perpajakan 1
2. Maksud dari adanya
adanya penyus
penyusunan
unan makalah
makalah ini
ini adalah
adalah sebagai
sebagai berikut
berikut :
a. Menget
Mengetahu
ahuii dan memaha
memahami
mi tentan
tentang
g penger
pengertia
tian
n yang
yang dimaksu
dimaksud
d dengan
dengan Pajak
Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah beserta landasan hukumnya
b. Mengetahui dan memahami tentang objek, subjek dan wajib pajak/retribusi
pajak/retribusi
c. Mengetahui dan memahami tentang kriteria – kriteria baik untuk pajak maupun
retribusi daerah-nya
d. Mengetahui dan memahami tentang besaran tarif baik untuk pajak dan retribusi
daerah-nya
e. Menge
Mengeta
tahu
huii dan
dan mema
memaha
hami
mi tent
tentan
ang
g besa
besaran
ran perse
persent
ntase
ase bagi
bagi hasi
hasill pend
pendap
apat
atan
an
pajak daerah untuk tingkat I dan II
f. Menge
Mengeta
tahu
huii dan
dan mema
memaha
hami
mi tent
tentan
ang
g tata
tata cara
cara pemu
pemung
ngut
utan
an dalam
dalam pajak
pajak daera
daerah
h
maupun retribusi daerah
g. Mengetahui
Mengetahui dan memahami
memahami tentang
tentang cara Pengawasan
Pengawasan dan Pembatalan
Pembatalan Peraturan
Daerah
Daerah yang
yang mengat
mengatur
ur Pajak
Pajak dan Retrib
Retribusi
usi terjadi
terjadi menuru
menurutt Undang
Undang – Undang
Undang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
D. Meto
Metode
de Pene
Penela
laah
ah
Dalam
Dalam penyu
penyusun
sunan
an makala
makalah
h ini,
ini, penuli
penuliss menggu
menggunak
nakan
an metode
metode pustak
pustaka,
a, berbag
berbagai
ai
referensi dari buku dan pencarian situs website yang relevansinya dengan permasalahan yang
menjadi objek kajian pembahasan ini.
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
June 12, 2011
PEMBAHASAN
A. Pa
Paja
jak
k Daer
Daerah
ah
Pemerintah daerah yang memiliki derajat otonomi tertentu memiliki kewenangan dan
kemampuan untuk menarik pajak daerah. Sering kali pajak-pajak daerah yang dipungut
oleh pemerintah daerah terkadang
terkadang kurang
kurang cocok untuk diterapkan
diterapkan sebagai
sebagai penerimaan
penerimaan
daerah. Suatu pemerintah daerah dapat menetapkan dan memungut beragam jenis pajak daerah
sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Hal ini sangat dimungkinkan jika pemerint
pemerintah
ah daerah
daerah memili
memiliki
ki kemamp
kemampuan
uan untuk
menetapkan sendiri jenis-jenis pajak daerah yang dapat dipungutnya, tanpa ada intervensi dari
menetapkan
tingkata
tingkatan
n pemerinta
pemerintahan
han yang lebih tinggi. Agar pemerintah daerah memiliki
memiliki kemampuan
kemampuan
optim
optimal
al untu
untuk
k memu
memung
ngut
ut pajak
pajak daerah
daerah yang
yang ada di daerah
daerahnya
nya,, perlu
perlu kiran
kiranya
ya
mempertim
mempertimbangka
bangkan
n pajak-pajak
pajak-pajak daera
daerah
h yang
yang mema
memang
ng sesua
sesuaii untu
untuk
k dijad
dijadik
ikan
an sumb
sumber
er
pendapatan agar tercipta efisiensi dan efektivit
efektivitas
as dalam
dalam pemung
pemungutan
utan pajak
pajak daerah
daerah tersebut.
tersebut.
1. Pe
Pen
ngertian
Menurut Davey (1988:40) secara umum perpajakan daerah dapat diartikan sebagai
berikut:
a. pajak yang
yang dipungu
dipungutt oleh pemerintah
pemerintah daerah
daerah dengan
dengan pengatu
pengaturan
ran dari daerah
daerah sendiri
sendiri
b. pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional, tetapi penetapan taripnya oleh
pemerintah daerah
c. pajak yang ditetapkan
ditetapkan dan
dan atau
atau dipungu
dipungutt oleh pemerintah
pemerintah daerah;
daerah;
d. paja
pajak
k yang
ang dipu
dipung
ngut
ut dan
dan diad
diadmi
mini
nitr
tras
asik
ikan
an oleh
oleh peme
pemeri
rint
ntah
ah pusa
pusatt teta
tetapi
pi hasi
hasill
pungutannya
pungutannya diberikan kepada, dibagihasilkan dengan, atau dibebani pungutan
tambahan (opsen) oleh pemerintah daerah.
Menurut Tony Marsyahrul (2004:5) : “ Pajak
“ Pajak daerah adalah pajak yang di kelolah
oleh pemerintah daerah (baik pemerintah daerah TK.I maupun pemerintah daerah TK.II) dan
hasil di pergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan daerah (APBD)”.
Seda
Sedang
ngka
kan,
n, menu
menuru
rutt Mard
Mardia
iasm
smo,
o, (200
(2002:
2:5)
5) : “ Pajak adalah iuran wajib yang
dilaku
dilakukan
kan oleh
oleh orang
orang pribad
pribadii atau
atau badan
badan kepada
kepada daerah
daerah tanpa
tanpa imbala
imbalan
n langsu
langsung
ng yang
yang
seimbang yang dapat di paksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
di gunaka
gunakan
n untuk
untuk membia
membiayai
yai penyele
penyelengg
nggara
arakan
kan pemerin
pemerintah
tah daerah
daerah dan pemban
pembangun
gunan
an
daerah”.
daerah”.
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
June 12, 2011
2. La
Land
nda
asa
san
n Huk
Hukum
um
Dalam hal pemungutan pajak, Undang-Undang Dasar 1945 telah menetapkan pada
pasal 23 A yang ,menyebutkan bahwa :”Pajak
: ”Pajak & pungutan lain yang bersifat memaksa untuk
keperluan negara diatur dengan undang-undang”
Selain itu, dalam e volusi penarikan pungutan ini ditandai dengan beragamnya
beragamnya
peratu
peraturan
ran perundang-un
perundang-undangan
dangan yang ditetapkan
ditetapkan oleh pemerintah
pemerintah pusat dalam penarikannya
penarikannya..
Sejak masa kemerdekaan, peraturan-perundang-undangan yang mendasari pemungutan Pajak
Daerah sebagai berikut :
a. Undang-Undang
Undang-Undang Darurat
Darurat Nomor
Nomor 11 Tahun
Tahun 1957 tentang
tentang Peraturan
Peraturan Umum
Umum Pajak
Pajak
Daerah
b. Undang-U
Undang-Undan
ndang
g Nomor
Nomor 18
18 Tahun
Tahun 1997
1997 tentang
tentang Pajak
Pajak Daerah
Daerah dan Retribusi
Retribusi Daerah
Daerah
c. Undang-Und
Undang-Undang
ang Nomor
Nomor 34 Tahun 2000 tentang
tentang Perubahan
Perubahan atas Undang-Un
Undang-Undang
dang
Nomor
Nomor 18 Tahun
Tahun 1997
1997 tentan
tentang
g Pajak
Pajak Daerah
Daerah dan
dan Retribu
Retribusi
si Daerah
Daerah
d. Undang-Undang Nomor 28 Tahun
Tahun 2009 tentang
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
e. PP No
No. 65
65 Tah
Tahu
un 20
2001 te
tentang Pa
Pajak
jak Dae
Daerrah
3. Kriteria
Selanjutnya dalam menilai pajak daerah dapat digunakan kriteria pengukuran sebagai
berikut :
a. Bersifa
Bersifatt pajak
pajak dan bukan
bukan retribu
retribusi
si
b. Obyek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupaten/kota yang
bersangkutan dan mempunyai mobilitas cukup rendah serta hanya melayani
masyarakat di wilayah daerah kabupaten /kota yang bersangkutan.
c. Objek dan
dan dasar pengenaan
pengenaan pajak tidak bertentan
bertentangan
gan dengan
dengan kepentingan
kepentingan umum
d. Pote
Potens
nsin
iny
ya mema
memada
daii dan
dan hasi
hasill pene
peneri
rima
maan
an paja
pajak
k haru
haruss lebi
lebih
h besa
besarr dari
dari biat
biataa
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
June 12, 2011
e. Tidak
Tidak memberika
memberikan
n dampak ekonom
ekonomii yang negatif.
negatif. Karena
Karena pajak tidak mengga
menggangg
nggu
u
alokasi sumber – sumber ekonomi dan tidak merintangi arus sumber daya ekonomi
antar daerah maupun kegiatan ekport – import
f. Memperh
Memperhatik
atikan
an aspek
aspek keadil
keadilan
an dan kemampu
kemampuan
an masya
masyarakat
rakat
g. Menj
Menjag
agaa kele
kelest
star
aria
ian
n ling
lingku
kung
ngan
an yang
ang bera
berart
rtii bahw
bahwaa peng
pengen
enaa
aan
n paja
pajajk
jk tida
tidak
k
memberikan
memberikan peluang kepada Pemda atau Pemerintah
Pemerintah atau pun masyarakat luas untuk
merusak lingkungan
Ini berarti
berarti harusl
haruslah
ah jelas
jelas kepada
kepada daerah
daerah mana
mana suatu
suatu pajak
pajak harus
harus dibaya
dibayarkan
rkan,, dan
tempat memungut pajak sedapat mungkin sama dengan tempat akhir beban pajak. Pajak tidak
mudah dihindari, dengan cara memindahkan obyek pajak dari suatu daerah ke daerah lain,
pajak daerah hendaknya jangan mempertajam perbedaan-perbedaan antara daerah baik dari
segi potensi ekonomi masing-masing dan pajak hendaknya tidak menimbulkan beban yang
lebih besar dari kemampuan tata usaha pajak daerah.
4. Je
Jen
nis – Jenis
Menurut Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah sebagai pengganti dari Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 dan Undang-undang
Nomor 34 Tahun 2000,
2000, menjelaskan bahwa pajak
p ajak daerah dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
a. Paja
Pajak
k daer
daerah
ah Tin
Tingk
gkat
at I (Pr
(Prop
opins
insi)
i)
1) Paja
Pajak
k Ken
Kenda
dara
raan
an Be
Berm
rmot
otor
or da
dan
n Ken
Kenda
dara
raan
an di At
Atas
as Ai
Air
r
2) Beaa Bali
Be Balik
k Nam
Nama Kend
Kendar
araa
aan
n Ber
Bermo
moto
torr dan
dan Ken
Kenda
dara
raan
an di
di Atas
Atas Air
Air
3) Pajak Bahan Bakar Ke
Kendara
raaan
4) Paja
Pajak
k Air Perm
Permuk
ukaa
aan
n (Peng
(Pengam
ambi
bila
lan
n dan pema
pemanf
nfaa
aata
tan
n air di bawa
bawah
h tanah
tanah dan
dan
air di permukaan)
5) Pajak Rokok .
b. Paj
Pajak
ak daerah
daerah Tingk
Tingkat
at II (Kota/K
(Kota/Kota
otamady
madya/K
a/Kabu
abupat
paten)
en)
1) Pajak Hotel
2) Pajak Restoran
3) Pajak Hiburan
4) Pajak Reklame
5) Pajak Penerangan Jalan
6) Pajak
ajak Bahan
ahan Pen
Penggalian
lian Golo
olongan C
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
June 12, 2011
Kendaraan Bermotor (UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 17 ayat 2 ). Dan dalam pemungutan Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dilakukan oleh produsen dan/atau importir atau nama lain
sejenis atas bahan bakar yang disalurkan atau dijual kepada:
Lembaga penyalur, antara lain, Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU),
Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk TNI/POLRI, Agen Premium dan Minyak Solar
(APMS), Premium Solar Packed Dealer (PSPD), Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Bunker (SPBB), Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG), yang akan menjual
BBM kepada konsumen akhir (konsumen langsung);
Konsumen langsung, yaitu pengguna bahan bakar kendaraan bermotor.
Dalam hal bahan bakar tersebut digunakan sendiri maka produsen dan/atau importir
atau nama lain sejenis wajib menanggung Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang
digunakan sendiri untuk kendaraan bermotornya. Produsen dan/atau importir atau nama lain
sejenis tidak mengenakan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor atas penjualan bahan
bakar minyak untuk usaha industri.
Dalam hal pembelian Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dilakukan antarpenyedia
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, baik untuk dijual kembali kepada lembaga penyalur
dan/atau konsumen langsung, maka yang wajib mengenakan Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor adalah penyedia yang menyalurkan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor kepada
lembaga penyalur dan/atau konsumen langsung.
Untuk dasar pengenaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah Nilai Jual
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebelum dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (UU No. 28
Tahun 2009 Pasal 18). Dalam hal menentukan berapa besarnya harga jual bahan bakar
kendaraan bermotor sebelum PPN namun sudah termasuk PBB-KB maka, dapat dihitung
dengan cara (5% x 100/105 x harga jual per liter-nya )
Sedangkan untuk tarifnya Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling
tinggi sebesar 10% dan tarif Khusus Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk bahan
bakar kendaraan umum dapat ditetapkan paling sedikit 50% (lima puluh persen) lebih rendah
dari tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk kendaraan pribadi ( UU No. 28 Tahun
2009 Pasal 19). Dan perlu diketahui Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan
dengan Peraturan Daerah, maka dari itu besaran tarif disetiap daerah akan berbeda sesuai
peraturan daerah yang berlaku.
4) Pajak Air Permukaan (Pengambilan dan pemanfaatan air di bawah tanah dan
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
June 12, 2011
Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air
permukaan (UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 17 ), sedangkan untuk air permukaan adalah
semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di
laut maupun di darat (UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 18 ). Untuk pengenaan objek
pajaknya sendiri (UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 21 ) berupa pengambilan dan/atau
pemanfaatan Air Permukaan, kecuali :
→ pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan untuk keperluan dasar rumah
tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, dengan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan dan peraturan perundang-undangan
→ pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan lainnya yang ditetapkan dalam
Peraturan Daerah.
Untuk subjek Pajak Air Permukaan adalah orang pribadi atau Badan yang dapat
melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan. Sedangkan, untuk wajib Pajak
Air Permukaan adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau
pemanfaatan Air Permukaan (UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 22 ).
Dalam dasar pengenaan pajak air permukaan ditentukan oleh nilai perolehan air
permukaan (UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 23 ). Dan nilai perolehan air ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti :
→ jenis sumber air
→ kualitas air
5) Pajak Rokok
Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh Pemerintah (UU
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
June 12, 2011
menyatakan bahwa objek pajak rokok adalah konsumsi rokok. Rokok yang dimaksud meliputi
sigaret, cerutu, dan rokok daun.
Subjek pajak rokok adalah konsumen rokok. Sedangkan untuk Wajib Pajak Rokoknya adalah
pengusaha pabrik rokok/produsen dan importir rokok yang memiliki izin berupa Nomor Pokok
Pengusaha Barang Kena Cukai. Pajak Rokok ini dipungut oleh instansi Pemerintah yang berwenang
untuk memungut cukai (Direktur Jenderal Bea dan Cukai) selanjutnya disetorkan ke rekening kas
umum daerah provinsi secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk. (UU No. 28 Tahun 2009
Pasal 27 )
Untuk dasar pengenaan Pajak Rokok adalah cukai yang ditetapkan oleh Pemerintah terhadap
rokok, hal ini sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 28. Dan untuk pengenaan tarif Pajak
Rokoknya sendiri telah ditetapkan sebesar 10% dari cukai rokok ( UU No. 28 Tahun 2009 Pasal
29). Sedangkan, untuk besaran pokok Pajak Rokok yang terutang dihitung dengan cara mengalikan
tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak ( UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 30 ).
Walaupun pajak ini merupakan jenis pajak baru, namun diperkirakan pengenaan Pajak
Rokok tidak terlalu membebani masyarakat karena rokok bukan merupakan barang kebutuhan
pokok dan bahkan pada tingkat tertentu konsumsinya perlu dikendalikan. Di
pihak lain, pengenaan pajak ini tidak terlalu berdampak pada industri rokok karena beban
Pajak Rokok akan disesuaikan dengan kebijakan strategis di bidang cukai nasional dan
besarannya disesuaikan dengan daya pikul industri rokok mengikuti natural growth
(pertumbuhan alamiah) dari industri tersebut.
Untuk penerimaan Pajak Rokok, baik bagian provinsi maupun bagian kabupaten/kota,
dialokasikan paling sedikit 50%. Hasil ini diperuntukan dalam mendanai pelayanan kesehatan
(pembangunan/pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana unit pelayanan kesehatan,
penyediaan sarana umum yang memadai bagi perokok (smoking area), kegiatan
memasyarakatkan tentang bahaya merokok, dan iklan layanan masyarakat mengenai bahaya
merokok) serta penegakan hukum (pemberantasan peredaran rokok ilegal dan penegakan
aturan mengenai larangan merokok).
Jika dalam Nilai Perolehan Objek Pajak tidak diketahui atau lebih rendah daripada
NJOP yang digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun terjadinya
perolehan maka, untuk dasar pengenaan yang dipakai merupakan NJOP Pajak Bumi dan
Bangunan (minimal sebesar Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) untuk setiap Wajib
Pajak).
Sedangkan, dalam hal perolehan hak karena waris atau hibah wasiat yang diterima orang
pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat
ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri maka,
Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan paling rendah sebesar Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan maksimal sebesar 5%
(lima persen). Dan untuk menentukan besaran pokok Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak
setelah dikurangi Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak-nya . Untuk Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan yang terutang akan dipungut di wilayah daerah tempat Tanah
dan/atau Bangunan berada.
dengan volume Sarang Burung Walet. Untuk besaran tarif Pajak-nya telah ditetapkan
maksimal sebesar 10% (sepuluh persen).
Sedangkan, untuk besaran pokok Pajak Sarang Burung Walet yang terutang dihitung
dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. Dan Pajak Sarang Burung Walet
yang terutang ini akan dipungut di wilayah daerah tempat pengambilan dan/atau pengusahaan
Sarang Burung Walet itu sendiri.
11) Pajak Air Tanah (Pengambilan dan pemanfaatan air di bawah tanah dan
air di permukaan)
Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah (UU
No. 28 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 33). Air Tanah yang dimaksud merupakan air yang terdapat
dalam lapisan tanah atau batuan dibawah permukaan tanah (UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 1
ayat 34). Objek Pajak-nya adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah, kecuali :
a) pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah untuk keperluan dasar rumah tangga,
pengairan pertanian dan perikanan rakyat, serta peribadatan; dan
b) pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah lainnya yang diatur dengan Peraturan
Daerah.
Untuk Subjek Pajak-nya adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan
pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah sedangkan, Wajib Pajak-nya adalah orang
pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah. Dasar
pengenaan Pajak Air Tanah adalah Nilai Perolehan Air Tanah. Nilai Perolehan Air Tanah
yang dihitung dengan mempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor-faktor sebagai berikut:
jenis sumber air
kualitas air
7. Earmarking
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara bertahap dan terus menerus dan
sekaligus menciptakan good governance dan clean government, penerimaan beberapa
jenis pajak daerah wajib dialokasikan (di-earmark) untuk mendanai pembangunan sarana
dan prasarana yang secara langsung dapat dinikmati oleh pembayar pajak dan seluruh
masyarakat. Pengaturan earmarking tersebut adalah:
a. 10% dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor wajib dialokasikan
untuk
pemeliharaan dan pembangunan jalan, serta peningkatan sarana transportasi umum.
b. 50% dari penerimaan pajak rokok dialokasikan untuk mendanai
pelayanan kesehatan dan penegakan hukum.
c. Sebagian penerimaan pajak penerangan jalan digunakan untuk
penyediaan
penerangan jalan.
Formulir SSPD
Buku / Daftar
Buku registrasi permohonan angsuran
Daftar surat perjanjian angsuran
2) Kegiatan Penundaan pembayaran
a) Kegiatan yang dilaksanakan, terdiri dari :
Dipenda melalui unit kerja penetapan menerima surat permohonan
penundaan pembayaran oleh Kadipenda.
Mengadakan penelitian untuk dijadikan bahan dalam pemberian persetujuan
penundaan pembayaran oleh Kadipenda.
Membuat surat persetujaun penundaan pembayaran / penolakan penundaan
pembayaran yang ditandatangani oleh Kadipenda apabila permohonan di
setujui dibuatkan sistem persetujuan penundaan.
Buku registrasi
B. Retribusi Daerah
1. Pengertian
Pengertian retribusi berdasarkan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 1
ayat 64 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) jo Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000 jo Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah adalah ”pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan”.
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
June 12, 2011
akan dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB (Surat
Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar).
e. Kedarluwarsa Penagihan
Dalam hal pemungutan/penagihan retribusi bisa menjadi kedaluwarsa setelah
melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika Wajib
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
June 12, 2011
g. Insentif Pemungutan
Pemberian dan pemanfaatan Insentif pemungutan Pajak dan Retribusi dilaksanakan
berdasarkan asas kepatutan, kewajaran, dan rasionalitas disesuaikan dengan besarnya
tanggung jawab, kebutuhan, serta karakteristik dan kondisi objektif daerah. Instansi yang
melaksanakan pemungutan Pajak dan Retribusi dapat diberi insentif atas dasar pencapaian
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
June 12, 2011
Belanja Daerah. Instansi Pelaksana Pemungut Pajak dan Retribusi dapat diberi Insentif
apabila mencapai kinerja tertentu. Pemberian Insentif ini dimaksudkan untuk meningkatkan:
kinerja Instansi
semangat kerja bagi pejabat atau pegawai Instansi
pendapatan daerah
h. Ketentuan Khusus
Di dalam pemungutan pajak/retribusi terdapat ketentuan - ketentuan khusus terkait
dengan tindak pidana, seperti :
→ Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala sesuatu yang diketahui
atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya
untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
Larangan ini berlaku juga terhadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah untuk
membantu dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
daerah, kecuali :
Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksi ahli dalam sidang
pengadilan
Pejabat dan/atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk
memberikan keterangan kepada pejabat lembaga negara atau instansi Pemerintah
yang berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang keuangan daerah.
→ Untuk kepentingan Daerah, Kepala Daerah berwenang memberi izin tertulis kepada
pejabat agar memberikan keterangan,memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang
Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk. Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan
dalam perkara pidana atau perdata, atas permintaan hakim sesuai dengan Hukum Acara
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
June 12, 2011
pemotongan Dana Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil atau restitusi. Tata cara
pelaksanaan penundaan atau pemotongan Dana Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil atau
restitusi ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam sejarah kepemerintahan daerah di Indonesia, pemungutan pajak daerah
terbukti berjalan seiring dengan sejauh mana daerah diberi kewenangan oleh pemerintah
pusat untuk mengatur dirinya. Pola pemberian kemampuan keuangan, baik yang tercakup
dalam topik alokasi keuangan antar tingkatan pemerintahan maupun pemberian
kemampuan bagi daerah untuk secara langsung menerima penerimaan (komponen PAD,
dimana termasuk di dalamnya pajak daerah), sangat terkait erat dengan kewenangan yang
dimiliki dan dijalankan daerah dalam rangka status otonom yang diembannya. Politik
desentralisasi, dimana tercakup di dalamnya desentralisasi fiskal, yang dijalankan oleh
pemerintah Republik Indonesia dapat dilihat sebagai suatu pendulum yang bergerak
sesuai dengan irama politik yang dimainkan oleh penguasa (pemerintah pusat) dan
tuntutan daerah.
Tujuan dari diadakannya otonomi daerah sangat penting untuk memberikan peluang
kepada daerah untuk mengoptimalkan penerimaannya, termasuk dalam penerimaan
pajak daerah dengan memberikan kesempatan bagi daerah untuk memungut beragam
jenis pajak. Namun demikian, pemberian kemampuan ini tidak berhenti pada titik ini.
Pemerintah juga harus kembali mengeluarkan regulasi guna mencegah dampak-dampak
negatif yang muncul dari keberagaman jenis pajak yang dipungut seraya membuat
aransemen kelembagaan yang komprehensif guna mengatur pelaksanaan desentralisasi
fiskal yang terkait dengan dimungkinkannya daerah memungut beragam jenis pajak daerah.
Selanjutnya, untuk meningkatkan efektivitas pengawasan pungutan Daerah,
mekanisme pengawasan diubah dari represif menjadi preventif. Setiap Peraturan Daerah
tentang Pajak dan Retribusi sebelum dilaksanakan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
June 12, 2011
daerah dan retribusi daerah yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi akan dikenakan sanksi berupa penundaan dan/atau pemotongan dana alokasi
umum dan/atau dana bagi hasil atau restitusi.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang terbaru untuk pajak daerah dan retribusi
daerah (UU No. 28 Tahun 2009), kemampuan Daerah untuk membiayai kebutuhan
pengeluarannya semakin besar karena Daerah dapat dengan mudah menyesuaikan
pendapatannya sejalan dengan adanya peningkatan basis pajak daerah dan diskresi dalam
dunia usaha yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
B. Saran
Untuk meningkatkan pembangunan di setiap daerah maka dibutuhkan dana guna
membangun berbagai fasilitas yang berguna untuk kepentingan daerah tersebut seperti
pembangunan Jalan Raya, Jembatan, Rumah Sakit dan tempat-tempat pelayanan umum
lainnya yang merupakan berguna untuk kepentingan bersama di daerah tersebut, oleh karena
itu dengan adanya Pajak Daerah maka hal ini dapat membantu dalam pembangunan di
berbagai sektor di daerah tersebut.
Dengan dipungutnya Pajak Daerah ini yaitu untuk meningkatkan pembangunan daerah
tersebut dalam pelayanan masyarakat sesuai dengan daerah masing-masing yang
ditempatinya, karena setiap daerah mempunyai peraturan-peraturan yang berbeda akan tetapi
terpaku pada peraturan pemerintah pusat.
Oleh karena itu agar pembangunan di suatu daerah ini berkembang maka diperlukan
kesadaran masyarakat akan pentingnya kewajiban membayar Pajak.
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
June 12, 2011
PUSTAKA
Gie, The Liang. Pertumbuhan Pemerintahan Daerah di Negara Republik Indonesia. Jilid
II. Edisi Kedua (Diperlengkap). Yogyakarta : Penerbit Liberty, 1994.
Eko Lasmana. Sistem Perpajakan di Indonesia. Buku Pertama : Penerbit Prima Kampus Grafika
http://abeeayang.wordpress.com/ diakses pada tanggal 27 April 2011 | pukul 20.10 wib
http://www.djpk.depkeu.go.id/ diakses pada tanggal 27 April 2011 | pukul 20.05 wib
http://www.detikfinance.com/ diakses pada tanggal 27 April 2011 | pukul 20.15 wib
http://epigramkeuda.wordpress.com/ diakses pada tanggal 27 April 2011 | pukul 20.10 wib
http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak/ diakses pada tanggal 27 April 2011 | pukul 20.10 wib
http://halilintarblog.blogspot.com/ diakses pada tanggal 27 April 2011 | pukul 20.10 wib
http://www.pajak-daerah.blogspot.com/ diakses pada tanggal 27 April 2011 | pukul 20.00 wib
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
June 12, 2011
LAMPIRAN