Anda di halaman 1dari 6

TRANSKRIP WAWANCARA

Januari 2017
Kasus : Peningkatan Angka Kematian Ibu dan Anak di Kabupaten Banyumas

1. Transkrip wawancara peneliti dengan Kepala Seksi Kesehatan Ibu Anak Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyumas.
Interviewer : Yuditha Nindya Kartika Rizqi
Informan : R1
No Pertanyaan Jawaban
1 Angka Kematian Untuk aki masih tinggi di Kabupaten Banyumas belum
Ibu masih tinggi tercapai karena kita itu di Jawa Tengah ada 35 kabupaten,
di Kabupaten ranking 7 di 35 kabupaten, jadi dianggap tinggi. Tetapi kalo
Banyumas, dibilang tingginya aki itu, kita itu harus melihat dari rasio
bagaimana jumlah penduduk. Penduduk kita lebih banyak daripada
tanggapan Ibu? kabupaten-kabupaten yang lain, contoh aja misalnya
Purbalingga dengan Kabupaten Banyumas. Banyumas ini
jumlah penduduknya hampir 2juta, sedangkan purbalingga
itu kurang dari 1juta. Trus jumlah ibu hamilnya lebih besar
kita, kita ada 30 ribu jumlah ibu hamil, sedangkan mereka
hanya 15ribu ibu hamil. Kalo di rasio itu, kalo di per
100.000 kita tuh masih di bawah 100/100.000 kelahiran
hidup. Kalo dulu MDGs kita kan 102/100.000 kelahiran
hidup, berarti kita masih di bawah 102 di MDGs 2010 dulu.
Kalo dibilang masih tinggi yaa kalo diperhitungkan dari
Jawa Tengah yaa kita akan masuk ranking 7. Tahun ini kita
87 per 100.000 kelahiran hidup rasio ini sudah mengalami
penurunan. Tapi di tahun 2016 semua kasus aki di 35
kabupaten turun. Jadi kita memang masuk 10 besar di Jawa
Tengah karena memang tahun 2016 semua turun.
2 Apa program Program penanganan, kebetulan di Kabupaten Banyumas
penanganannya? ini 5 tahun terakhir kita menjadi daerah intervensi program
Hambatan EMAS, dan upaya-upayanya adalah kita di sini membentuk
pelaksanaan beberapa pokja. Pokja gawat darurat, pokja rujukan, pokja
programnya apa? IT, pokja pemberdayaan masyarakat. Nah terkait pokja,
pokja itu bekerja untuk penyelamatan ibu dan bayi dan
semua itu di SK kan oleh Bupati Banyumas. Kita juga
melakukan upaya, yang pertama advokasi ke bupati untuk
kegiatan2 upaya penyelamatan. Pertama, kita dianggarkan
anggaran untuk penyelamatan. Itu alhamdulillah bupati
respon, bappeda juga menganggarkan sampe 700juta ya
tahun 2015-2016. Trus dari APBN dari APBD I, jadi kalo
namanya anggaran itu kita tidak ada yang kurang. Upaya
yang kedua, kita melakukan kegiatan coffee morning,
artinya adalah rencana kesehatan ibu dan anak bersama
pak bupati dan lintas sektor program terkait di Kabupaten
Banyumas itu tim satu tahun 3kali melakukan coffee
morning itu. Salah satunya adalah untuk membahas hasil
dari kegiatan2 ibu anak, trus kita buat kesepakatan di coffee
morning itu sehingga keluarlah rekomendasi kita harus
ngapain. Yang ketiga adalah kita melakukan upaya tata
kelola klinis dan rujukan yang ada di puskesmas dan rumah
sakit. Tata kelola klinis ini banyak itemnya yang kita pakai,
itu adalah untuk kompetensi tenaga kesehatannya. Di sini
kita harus melihat semua tenaga kesehatan yang terkait
dengan penyelamatan ibu, contoh dokter, perawat, bidan itu
harus terpadu untuk pelayanannya jadi tidak sendiri-
sendiri. Dan di situ juga ada tata kelola klinis yang
berbentuk alat pantau kinerja klinis dan alat pantau kinerja
rujukan. Setiap bulan kita melakukan penilaian APKK dan
APKR yang tujuannya adalah untuk perbaikan mutu
pelayanan. Jadi dari mulai pasien masuk, dengan
melakukan pengelolaan tata kelola klinis dan bagaimana
pasien itu dirujuk ke rumah sakit sampai pasien pulang ke
rumah. Itu sudah ada alat pantau rujukan dan tata kelola
klinis yang ada di puskesmas. Dan itu juga sudah di SK kan
oleh kepala puskesmas. Dan SK itu terdiri dari dokter,
tenaga medis, paramedis, di puskesmas yang diberi
tanggung jawab untuk melakukan pelayanan penyehatan ibu
dan anak. Dari puskesmas yang terpilih oleh intervensi
EMAS, itu ada 10 puskesmas yang disebut puskesmas
Panggat, panggat itu adalah garda terdepan. Artinya 10
puskesmas itu diintervensi untuk memberikan pelayanan ibu
dan anak dengan menggunakan anggaran dari EMAS. Itu
salah satunya adalah melakukan tata kelola klinis
terstandar dan tata kelola rujukan terstandar. Nah setelah
itu, kita membuat replikasi. Kita kan ada 39 puskesmas, jadi
mereplikasi ke puskesmas yang belum diintervensi EMAS
dengan menggunakan anggaran APBD II, itu ada 18
puskesmas yang kita intervensi. Nah sisanya, 11 puskesmas
itu belum kita lakukan intervensi. Rencananya tahun 2017
ini dengan menggunakan anggaran BLU. Salah satu bentuk
intervensinya adalah mereka harus patuh dengan alat
pantau rujukan dan alat pantau tata kelola klinis, salah
satunya ada tata kelola penyelamatan ibu dan bayi. Nah itu
dari sisi pokja gadar dan pokja rujukan. Nah, pokja IT ini
untuk sarana tata kelola rujukan. Jadi ketika ibu itu akan
dirujuk ke rumah sakit, kita menggunakan metode “si jari
EMAS” atau Sistem Jaringan Komunikasi Informasi EMAS.
Jadi bagaimana bidan itu melakukan komunikasi dengan
pihak rumah sakit sehingga rumah sakit menjawab rujukan
yang akan dikirim ke rumah sakit melalui hp android. Ada
juga metode “Sigapku”, sigapku itu juga sistem pengaduan
dari bawah (puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten). Ada
pula respon emergency yang dilakukan oleh puskesmas
dengan kotak saran, dan langsung direspon oleh puskesmas.
Ini merupakan salah satu contoh di bidang IT. Kalo di
bidang pemberdayaan, di sini kita sudah membentuk ketua
FMM atau forum masyarakat madani. Jadi masing-masing
desa itu dibentuk motivator KIA. Jadi bagaimana motivator
KIA desa itu bisa memberikan motivasi, bimbingan dan
pengawasan dengan ibu hamil, baik yang risti maupun tidak
risti di masing2 desa. Di Kabupaten Banyumas,
alhamdulillah, sudah beberapa kecamatan dan desa yang
sudah dilatih dengan FMM tadi. Jadi itu ada 4 kelompok
kerja (pokja) yang sampai sekarang walaupun EMAS sudah
closing pun masih bisa jalan.
Kalo untuk hambatan yang pertama dengan adanya SOTK,
orangnya berpindah-pindah jadi kita (dinas kesehatan
kabupaten) harus berkoordinasi dengan kepala bidang
yang, misalnya dia belum terpapar EMAS, kita harus bisa
memberikan penjelasan yang lebih detail. Kalo untuk
anggaran dan lain-lain si enggak ada. Dan di dalam
perjanjian kerjasama kamipun dengan rumah sakit, yang
masuk di dalam program kerjanya kami di pokja gadar itu
ada 17 dari 22 rumah sakit yang menjadikan replikasi
EMAS dan 2 rumah sakit yang akan mempersiapkan
PONEK. Jadi PONEK kita itu yang sudah terbentuk RS
Margono Soekarjo dan RSUD Banyumas dan ini akan kita
kembangkan dengan 2 rumah sakit lagi, berarti rumah sakit
RS Wiradadi Husada dan RS Ajibarang untuk berstatus
PONEK dan status itupun melalui pendampingan klinis satu
sampai klinis empat. Kalo untuk hambatan kita ga terlalu
signifikan sekali dan masih bisa dipecahkan.
Semakin banyak ibu hamil dan penduduk, itu semakin
berpeluang juga untuk dia mati. AKI, karena kita di dalam
pokja sudah ada komponen audit. Komponen audit ini setiap
kasus kematian ibu maupun bayi teraudit baik internal
maupun eksternal. Internal, kita mendatangkan SPOG atau
spesialis terkait, misalnya terkait spesialis jiwa, dalam,
anestesi, itu kita libatkan untuk mengkaji data dari pasien
yang meninggal. Kalo eksternal, kita menunjuk dari kota
semarang maupun LKBK atau Lembaga Kesehatan Budi
Kemulyaan Jakarta untuk melakukan kajian audit, semua di
fasilitasi oleh EMAS dan anggaran APBD II yang kami
anggarkan di tahun sebelumnya. Dari audit maternal itu,
kalo misal dalam hasil audit skor, kalo misalnya audit dari
pasien ini skor nya 0 artinya tata kelola klinis dan rujukan
yang dilakukan puskesmas atau rumah sakit itu sudah
standar. Jika ada yang mendapat skor 1, 2 atau 3 berarti
ada pelayanan substandar dari puskesmas maupun rumah
sakit. Di Kabupaten Banyumas masih ada 9 kasus yang
memiliki skor 2, artinya masih ada pelayanan suboptimal di
puskesmas maupun di rumah sakit. Hal ini bisa disebabkan
oleh faktor nakesnya, alatnya atau dari SPO nya.
TRANSKRIP WAWANCARA
Januari 2017
Kasus : Peningkatan Angka Kematian Ibu dan Anak di Kabupaten Banyumas

2. Transkrip wawancara peneliti dengan Dokter Puskesmas.


Interviewer : Yuditha Nindya Kartika Rizqi
Informan : R2
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana AKI seharusnya 0, menurut saya semua petugas kesehatan
tanggapan dokter harus berperan aktif terutama yang berada di perifer seperti
selaku provider bidan desa atau faskes tingkat 1 seperti puskesmas.
kesehatan Penyebab utama sebenernya pemerintah sudah berupaya
puskesmas? Apa keras menangani peningkatan AKI. Terutama di jateng ada
penyebab AKI program yang Jateng Gayeng Ngincengi Wong Meteng yaitu
tinggi? kaya aplikasi untuk pengawasan bumil oleh bidan2 desa.
Kalaupun AKI msh tinggi bisa penyebab pertama :
1.akses: karena wilayah tempat tinggal yg terlalu jauh dari
faskes yg lebih memadai, medan yg sulit
2.SDM:masih sedikitnya nakes di daerah2 terpencil
3.sosial ekonomi: biaya yang semakin mahal sehingga
masih banyak yang menggunakan dukun saat melahirkan,
menikah di usia dini.
4.pendidikan:kurangnya pengetahuan akan pentingnya
ANC, PNC, dan konsultasi ke bidan
2 Apa program Program yang sudah dilakukan banyak yaa, kaya:
penanganannya 1. Pemeriksaan bumil risti
yg sudah 2. Pencatatan ibu hamil dan kunjungan rumah
dilakukan 3. Kelas ibu hamil, meliputi kegiatan senam ibu hamil, dan
puskesmas? edukasi
Hambatan 4. Rumah singgah untuk bumil
pelaksanaan Hambatan sebenernya tidak ada dari dana dan pelaksanaan
programnya apa? program sudah baik. Namun, kadang kedisiplinan
masyarakat dan kesadaran yg sangat kurang.
3 Dari hambatan Sebenernya sudah yaitu pendekatan secara personal ke
itu,apa perlu ada masing pasien. Jika ada yg kurang kesadaran kita dr nakes
program buat yg lebih berperan aktif.
meningkatkan
kesadaran
masyarakat?
Contoh program
yg sudah
dilakukan apa?
TRANSKRIP WAWANCARA
Januari 2017
Kasus : Peningkatan Angka Kematian Ibu dan Anak di Kabupaten Banyumas

1. Transkrip wawancara peneliti dengan Dokter RS.


Interviewer : Yuditha Nindya Kartika Rizqi
Informan : R5
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa penyebab "Kasus tersebut terlambat dibawa ke rumah sakit faktornya
AKI tinggi? antara lain disebabkan ibu hamil belum sungguh-sungguh
memahami tentang bahaya dari eklampsia dan kurang
kewaspadaan ibu hamil dan keluarga dalam mengenali
tanda dan gejala dari preeklampsia dan eklampsia. Padahal
kasus eklampsia sangat berbahaya bagi ibu hamil dan
janinnya,"
2 Apa program "Banyumas merupakan salah satu kabupaten yang
penanganannya memelopori penyelamatan ibu dan bayi baru lahir melalui
yg sudah program Expanding Maternal and Neonatal Survival
dilakukan? (Emas). Untuk mendukung program tersebut, RSUD
Banyumas pun berupaya menekan angka kematian Ibu
(AKI) dan anak baru lahir"
TRANSKRIP WAWANCARA
Januari 2017
Kasus : Peningkatan Angka Kematian Ibu dan Anak di Kabupaten Banyumas

1. Transkrip wawancara peneliti dengan Bidan RS.


Interviewer : Yuditha Nindya Kartika Rizqi
Informan : R4
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa penyebab ...banyak faktor yang memengaruhi kematian ibu dan bayi.
AKI tinggi? Untuk kematian ibu, faktor penyebabnya adalah rujukan
pasien terlambat karena faktor pendidikan dan kesadaran
masyarakat yang masih kurang. Selanjutnya lokasi
keterjangkauan akses pelayanan kesehatan. Di samping itu,
kemampuan sumber daya manusia pelayanan primer untuk
penanganan kelahiran masih kurang terampil.

Sedangkan untuk kematian bayi penyebabnya antara lain


adalah umur kehamilan yang kurang (prematur), nikah
belum cukup umur, melahirkan pada terlalu tua atau usia di
atas 35 tahun.

Anda mungkin juga menyukai