Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“Organisasi Pemuda dan Kepanduan”


Dosen Pengampu : Dr.Rosmaida Sinaga,S.Hum

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :KELOMPOK 6
Agnes Sentia Ginting (3212121001)
Amarta Florida br Barus (3211121022)
Muhammad Kabul (3212421022)
Salsa Bila Lubis (3213121001)

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PENDIDIKAN SEJARAH
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Kesehatan kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan Makalah Tugas Rutin ini dengan judul “Organisasi Pemuda dan
Kepanduan”. Penulisan Makalah Tugas Rutin ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam Mata Kuliah Sejarah Indonesia Masa Pergerakan Nasional.

Dalam penulisan Makalah Tugas Rutin ini penulis merasa banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki.
Dan untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan Makalah Tugas Rutin penulis ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan,April 2023

(Kelompok 6)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1

1.3 Tujuan.............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Organisasi Pemuda ........................................................................................... 2

2.2 Trikoro Dharmo(Jong Java) .............................................................................. 3

2.3 Jong Sumatrenen Bond ..................................................................................... 6

2.4 Jong Ambon,Jong Minahasa,Jong Celebes ....................................................... 7

2.5 Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia............................................................. 9

2.6 Sekar Rukun..................................................................................................... 11

2.7 Jong Bataks Bonds ........................................................................................... 14

2.8 Jong Betawi ..................................................................................................... 17

2.9 Organisasi Kepanduan...................................................................................... 17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 20

3.2 Saran ................................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organisasi pemuda banyak dibentuk karena pengaruh dari organisasi Budi Utomo,
yaitu organisasi pemuda yang didirikan oleh Soetomo dan para mahasiswa School tot
Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA), seperti Cipto Mangunkusumo dan
Soeraji.Budi Utomo dibentuk pada 20 Mei 1908 dan menjadi wadah para mahasiswa
STOVIA untuk mengembangkan pemikirannya dalam bidang sosial, ekonomi, budaya,
sehingga bisa memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Sejak terbentuknya Budi Utomo, peran para pemuda makin aktif dan mereka mulai
menyadari kalau perjuangan yang bersifat kedaerahan tidak bisa melawan penjajahan.Oleh
karena itu, para pemuda harus bersatu untuk mencapai cita-cita kemerdekaan dengan
membentuk perkumpulan atau organisasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Organisasi Pemuda?


2. Apa saja macam-macam Organisasi Pemuda sebelum kemerdekaan Indonesia?
3. Apa yang dimaksud dengan Organisasi Kepanduan?

1.3 Tujuan

1. Unruk mengetahui apa itu organisasi pemuda.


2. Untuk mengetahui macam-macam dari Organisasi Pemuda.
3. Untuk mengetahui Organisasi Kepanduan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Organisasi Pemuda

Menurut James A.F. Stoner (1996: 6), organisasi adalah dua orang atau lebih yang
bekerja sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah
sasaran. Jadi organisasi merupakan sekumpulan orang yang bekerja sama dengan sistem
tertentu dalam rangka mencapai suatu tujuan. Pengertian lain menyatakan organisasi
kepemudaan adalah organisasi sosial wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh
dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk
masyarakat. Bila dilihat dari tujuan organisasi kepemudaan yang ada pada saat awal
kemerdekaan, suatu organisasi pemuda hanya bergerak dalam pendidikan dan seni budaya
dan tidak terlalu jauh dari pada itu. Seperti halnya pada organisasi Boedi Oetomo yang
direkrut sebagai angota hanya terbatas dalam suatu wilayah.

Secara umum organisasi kepemudaan mempunyai tujuan sebagai berikut:

a. Merangkul setiap pemuda untuk bersatu.


b. Memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempererat persaudaraan.
c. Mengembangakan pola pikir para pemuda untuk peka terhadap segala hal, baik itu
lingkungan secara fisik maupun nonfisik.
d. Melatih dan mempersiapkan skil para pemuda.
e. Ikut membantu dan mengoreksi setiap kebijakan pemerintah.

Sedangkan secara khusus organisasi kepemudaan mempunyai tujuan tersendiri yaitu


tujuan untuk kepentingan organisasi itu sendiri seperti:

a. Memajukan dan membesarkan nama organisasi.


b. Mengutamakan kesejahteraan anggota organisasi.
c. Mendapatkan pengakuan dari pemerintah dan masyarakat Organisasi kepemudaan
diharapkan menjadi wadah komunikasi dan pemersatu generasi muda, sebagai
wadah penempatan diri bagi para pemuda dalam rangka persiapan memasuki

2
kehidupan yang sebenarnya di tengah-tengah masyarakat, wadah untuk
memberdayakan potensi dan mendukung kepentingan nasional, serta sebagai wadah
untuk mengembangkan kepemimpinan, kewirausahaan, dan kepeloporan.

Sumber:https://kumparan.com/ 1

Pergerakan para pemuda tidak bisa lepas dari sejarah bangsa Indonesia. Harus
diakui, keberanian dan ide-ide dari para pemuda inilah yang menggerakkan para pejuang
lainnya dalam mencapai kemerdekaan Indonesia.Sejarah bangsa Indonesia di masa
pergerakan organisasi pemuda mencapai puncaknya dengan peristiwa Sumpah Pemuda di
tanggal 28 Oktober 1928. Tapi, hal itu bukanlah awal atau akhirnya. Pergerakan para
pemuda dimulai jauh sebelum Sumpah Pemuda terjadi.

2.2 Trikoro Dharmo(Jong Java)

Perkembangan organisasi Tri Koro Dharmo berawal dari rapat kecil yang dilakukan
oleh pemuda Satiman Wirjosandjono bersama Kaerdiman dan R. T Soenarndi
Djaksodipoero berhasil membentuk organisasi Tri Koro Dharmo. Organisasi Tri Koro
Dharmo memiliki arti tiga tujuan yang mulia yaitu, sakti atau kecerdasan, budi atau
kebijaksanaan, dan bakti atau kasih sayang. Tiga tujuan mulia itu yang harus dimiliki oleh
pemuda untuk bisa memajukan Indonesia. Organisasi Tri Koro Dharmo belajar dari
organisasi yang sudah ada sebelumnya seperti Budi Utomo, Sarekat Islam dan Indische
Partij. Organisasi Budi Utomo bergerak dengan corak sosial kulture dan Sarekat Islam

3
bergerak dengan corak ekonomi aman dari pelarangan pemerintah kolonial. Indische Partij
yang langsung bergerak secara politik diawasi secara ketat dan dilarang oleh pemerintah
Belanda.

Organisasi Tri Koro Dharmo memutuskan untuk bergerak dalam bidang sosial,
pendidikan dan budaya. Organisasi Tri Koro Dharmo dalam waktu singkat berkembang
cabang-cabang di Pulau Jawa. Tahun 1915 di kota Surabaya berdiri cabang organisasi Tri
Koro Dharmo yang didirikan oleh Soekarno. Cabang Tri Koro Dharmo Surabaya
melakukan kegiatan sosial untuk masyarakat sekitar dengan mengumpulkan dana
pendidikan, mengadakan pertunjukan dan membantu korban bencana alam. Pada 7
November 1916, organisasi Tri Koro Dharmo cabang Bogor didirikan. Organisasi Tri Koro
Dharmo cabang Bogor ini mempunyai anggota 60 pelajar MLS (Middelbare
Landbouwschool, atau sekolah Menengah Pertanian). Diikuti oleh cabang organisasi Tri
Koro Dharmo Serang, Yogyakarta dan Purwodadi.

Organisasi Tri Koro Dharmo mendapatkan kritikan dari pelajar yang berasal dari
luar Jawa. Organisasi Tri Koro Dharmo dituduh menimbulkan perpecahan karena nama
organisasi Tri Koro Dharmo berasal dari bahasa Jawa, sedangkan anggotanya masih
didominasi oleh pemuda Jawa dan Madura. Ketua organisasi Tri Koro Dharmo Satiman
Wirjosandjono membantah kritikan tersebut. Pembatasan keanggotaan dikarenakan
organisasi Tri Koro Dharmo belum cukup kuat dalam hal keuangan jika harus menampung
anggota dari luar Jawa. Melalui kongres organisasi Tri Koro Dharmo yang pertama di Solo
memutuskan untuk mengganti nama Tri Koro Dharmo menjadi Jong Java. Nama Jong Java
diharapkan bisa membuka kenggotaan pemuda yang berasal dari luar Jawa dan Madura.
Kiprah organisasi Tri Koro Dharmo pada masa pergerakan nasional dalam bidang politik
mendidik pemuda untuk bisa menjadi pemimpin bangsa. Hasil dari didikan organisasi Tri
Koro Dharmo yaitu Soekarno, yang kemudian menjadi presiden pertama Indonesia.
Kehadiran organisasi Tri Koro Dharmo telah membangkitkan jiwa kebangsaan pemuda
Indonesia. Kebangkitan pemuda terlihat dari muncul atau berdirinya organisasi semacam
organisasi Tri Koro Dharmo, namun anggota terbatas sesuai asal atau suku pemuda yang
dibentuknya. Organisasi yang berdiri setelah adanya organisai Tri Koro Dharmo yang

4
masih bersifat kedaerahan antara lain, Jong Sumateran Bond Jong Bataks Bond, Jong
Celebes, Jong Minahasa, Jong Ambon, Sekar Rukun, Pemuda kaum Betawi. Kegiatan
sosial organisasi Tri Koro Dharmo sederhana, namun memberikan manfaat yang bisa
dirasakan masyarakat. Salah satunya dengan dibentuknya National Studenfonds atau
Studiefonds untuk mencari dana pendidikan membantu pelajar yang kesulitan biaya. Usaha
para pandu-pandu pemuda organisasi Tri Koro Dharmo ternyata sangat membantu pemuda
yang masih sekolah untuk meringankan beban biaya.

Sumber:https://www.kompas.com 1

Adanya Perubahan nama organisasi Tri Koro Dharmo yang berlangsung pada
kongres pertama Tri Koro Dharmo tanggal 12 Juni 1918. Dalam kongres tersebut, nama
organisasi Tri Koro Dharmo berubah menjadi Jong Java atau Pemuda Jawa. Perubahan
nama Tri Koro Dharmo bertujuan untuk memperluas cakupan keanggotaan organisasi.
Dengan perubahan nama, anggota organisasi Tri Koro Dharmo mendapatkan anggota yang
lebih luas, meliputi Jawa Tengah, Sunda, Jawa Timur, Madura dan Bali. Perubahan nama
dan sistem keanggotaan menjadi Jong Java tidak serta merta mengubah tujuan awal
organisasi ini. Tujuan Jong Java tetap berusaha untuk membangun jiwa nasionalisme di
kalangan pemuda Jawa, Madura dan Bali.

5
2.3 Jong Sumatrenen Bond

Jong Sumatranen Bond (JSB) adalah perkumpulan yang ada tujuan sebagai
mempererat hubungan di sela murid-murid yang berasal dari Sumatra, mendidik pemuda
Sumatra sebagai menjadi pemimpin bangsa serta mempelajari dan mengembangkan budaya
Sumatra. Perkumpulan ini didirikan pada tanggal 9 Desember 1917 di Jakarta. JSB ada
enam cabang, empat di Jawa dan dua di Sumatra, yakni di Padang dan Bukittinggi.
Beberapa tahun akhir, para pemuda Batak keluar dari perkumpulan ini dikarenakan
dominasi pemuda Minangkabau dalam kepengurusannya.Para pemuda Batak ini
membentuk perkumpulan sendiri, Jong Batak.

Kelahiran JSB pada mulanya banyak diragukan orang. Salah satu diantaranya ialah
redaktur surat kabar Tjaja Sumatra, Said Ali, yang mengatakan bahwa Sumatra belum
dewasa untuk suatu politik dan umum. Tanpa menghiraukan suara-suara miring itu, anak-
anak Sumatra tetap membangun perkumpulan sendiri.Kaum tua
di Minangkabau menentang pergerakan yang dimotori oleh kaum muda ini. Mereka
menganggap gerakan modern JSB sebagai ancaman untuk kebiasaan Minang.Aktivis
JSB, Bahder Djohan menyorot perbedaan persepsi sela dua generasi ini pada edisi perdana
Jong Sumatra.

Surat kabar Jong Sumatra

Jong Sumatra terbit pertama kali pada bulan Januari 1918. Dengan jargon Organ
van Den Jong Sumatranen Bond, surat kabar ini terbit secara berkala dan tak tetap, kadang
bulanan, kadang triwulan, bahkan pernah terbit setahun sekali. Bahasa Belanda adalah
bahasa mayoritas yang dipakai kendati telah tersedia juga artikel yang memakai bahasa
Melayu. Jong Sumatra dicetak di Weltevreden, Batavia, sekaligus pula kantor redaksi dan
administrasinya.Mulanya, dewan redaksi Jong Sumatra juga adalah pengurus (centraal
hoofbestuur) JSB. Mereka itu adalah Tengkoe Mansyur (ketua), A. Munir Nasution (wakil
ketua), Mohamad Anas (sekretaris I), Amir (sekretaris II), dan Marzoeki (bendahara), serta
dibantu beberapa nama lain. Keredaksian Jong Sumatra dipegang oleh Amir, sedangkan
administrasi ditangani Roeslie.

6
Mereka ini rata-rata adalah siswa atau alumni STOVIA serta sekolah
pendidikan Belanda lainnya. Sesudah beberapa edisi, keredaksian Jong Sumatra dipisahkan
dari kepengurusan JSB meski tetap telah tersedia garis koordinasi. Pemimpin redaksi
pertama adalah Mohammad Amir dan pemimpin perusahaan dijabat Bahder Djohan.

Surat kabar Jong Sumatra memainkan peranan penting sebagai media yang
menjembatani segala bangun-bangun reaksi atas konflik yang terjadi. Dalam Jong Sumatra
edisi 12, th 1, Desember 1918, seseorang berinisial Lematang mempertanyakan kebutuhan
kaum kebiasaan. Sambutan positif juga datang dari Mohamad Anas, sekretaris JSB. Anas
mengatakan dengan lantang bahwa bangsa Sumatra sudah mulai susunan dari ketidurannya,
dan sudah mulai memandang kepentingan umum.Sumatra memang dikenal banyak
menghasilkan jago-jago pergerakan, dan banyak di selanya yang mengawali karier
organisasinya melewati JSB, seperti Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin. Hatta
adalah bendahara JSB di Padang 1916-1918. Akhir beliau menjadi pengurus JSB Batavia
pada 1919 dan mulai mengurusi Jong Sumatra semenjak 1920 sampai 1921.

Sedangkan Mohammad Yamin adalah salah satu putra Sumatra yang paling
dibanggakan. Karya-karyanya yang berupa esai ataupun sajak sempat merajai Jong
Sumatra. Beliau memimpin JSB pada 1926-1928 dan dengan aktif mendorong pemikiran
tentang perlunya bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa persatuan. Kepekaan Yamin
meraba pentingnya bahasa identitas sudah mulai terlihat dalam tulisannya di Jong Sumatra
no 4, tahun 3, 1920. Jong Sumatra berperan penting dalam memperjuangkan pemakaian
bahasa nasional, dengan menjadi media yang pertama kali mempublikasikan gagasan
Yamin, mengenai bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.

2.4 Jong Ambon,Jong Minahasa,Jong Celebes.

Jong Ambon adalah organisasi kepemudaan Ambon yang dibentuk pada masa
pergerakan nasional sebelum Sumpah Pemuda. Jong Ambon didirikan oleh para pelajar
asal Ambon yang bersekolah di STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) atau
sekolah kedokteran di Batavia. Jong Ambon berdiri pada 1917 dan diketuai oleh J. Kayadu.
Pada masa pergerakan nasional membuat semangat para pemuda asal Ambon turut

7
bergelora.Para pemuda Ambon yang mengenyam pendidikan di Batavia pun memperoleh
ilmu nasionalisme sehingga membangkitkan sikap cinta tanah air.Sikap dan semangat
itulah yang menjadi faktor utama terbentuknya Jong Ambon. (Pamungkas, 2021)
Untuk Jong Minahasa sendiri yang merupakan Organisasi pemuda yang didirikan
oleh para pemuda pelajar menengah yang berasal dari kelompoketnis Minahasa pada
tanggal 24 April 1919 diJakarta. Jong Minahasa artinya “Minahasa Muda” atau“Pemuda
Minahasa”. Maksud dan tujuannya adalah menggalang dan mempererat persatuan dan tali
persaudaraan di kalangan pemuda- pemuda (pelajar) yang berasal dari Minahasa.
Organisasi ini merupakan kelanjutan dari organisasi yang didirikan sejak tahun 1912 di
Semarang, yakni RukunMinahasa.
Di antara pemimpin Jong Minahasa yang paling dikenal adalah
Ratulangi. Berdirinyaorganisasi ini bermula dari kebutuhan praktis yang selalu menekan
kehidupan para pemuda pelajardi perantauan. Kehidupan terpisah dari sanak keluarga dan
hubungan dengan lingkungan asing danorang-orang yang berasal dan latar belakang budaya
berbeda-beda menyebabkan mereka mencarikeserasian hubungan dengan ternan yang
berasal dari daerah yang sarna. Dengan kata lain,organisasi pemuda ini bermula dari rasa
solidaritas yang primordial itu.Namun, sejalan dengan semakin meningkatnya rasa
kesadaran nasional di antara kaum pergerakan,organisasi ini pun tidak luput dari pengaruh
politik. Hal ini tampak pada keikutsertaan Jong Minahasa dalam pertemuan pemuda pada
tanggal 15 November 1925 di gedung Lux Orientis diJakarta. Pertemuan ini dihadiri oleh
wakil-wakil Jong Java, JSB, Jong Ambon, Jong Minahasa, SekarRukun dan beberapa wakil
dari organisasi pemuda lainnya. Dalam pertemuan ini dibicarakankemungkinan untuk
mengadakan pertemuan pemuda yang luas dan mencakup berbagai organisasi.
Mereka bersepakat membentuk sebuah panitia untuk mempersiapkan “Kerapatan
Besar Pemuda”,yang kelak berkembang menjadi Kongres Pemuda pertama pada tanggal 30
April 1926 di Jakarta.Organisasi Jong Minahasa ini tidak berkembang seperti organisasi
pemuda lain, karena sedikitnyapemuda pelajar yang berasal dari Sulawesi. Tokohnya yang
terkenal antara lain G.R. Pantouw.
Sedangkan Jong Celebes adalah organisasi pemuda yang menghimpun para pemuda
pelajar yang berasal dari Selebes atau Pulau Sulawesi. Maksud dan tujuannya ialah

8
mempererat rasa persatuan dari tali persasudaraan di kalangan pemuda pelajar yang berasal
dari Pulau Sulawesi. Tokohtokohnya misalnya Arnlod Monotutu, Waworuntu, dan
Magdalena Mokoginta (yang kemudia dikenal dengan Ibu Sukanto, Kepala Kepolisian
Wanita Negara RI pertama) (Karyanti, 2010).
2.5 Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia
Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia atau yang dalam bahasa Belanda disebut
Indonesische Studentbond meruapakan suatu perhimpunan beranggotakan para pelajar
Indonesia yang dibentuk pada bulan September 1926.Organisasi ini didirikan oleh para
mahasiswa Rechtshoogeschool te Batavia (RHS – Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta), dan
Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS – Sekolah Tinggi Teknik di Bandung).

Organisasi ini bertujuan untuk menyatukan perkumpulan pemuda yang saat itu ada
di Indonesia.PPPI sangat berpengaruh untuk kalangan pelajar, berhubung para anggotanya
merupakan mahasiswa THS, STOVIA dan RHS.PPPI beranggapan bahwa persatuan
Indonesia merupakan senjata terkuat dalam melawan Belanda.Oleh karenanya, pandangan
kedaerahan harus dihilangkan dengan menyatukan semua organisasi kepemudaan yang ada
di Indonesia kala itu.

Dalam perkembangannya, perhimpunan ini juga mulai merambah ke dunia politik


dengan tidak melupakan agar selalu belajar dengan rajin, yang akhirnya muncul semboyan
“Berjuang sambil belajar”PPPI dibentuk oleh beberapa mahasiswa Rechtshoogeschool
(sekolah tinggi hukum) dan Stovia (sekolah kedokteran), seperti Soegondo Djojopoespito,
Suwiryo, Sigit, Suryono, dan Susalit.Tujuan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia adalah
untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mencapai kemakmuran bangsa melalui
pemerataan hak serta ekonomi.Untuk mencapai tujuan tersebut, PPPI menginginkan adanya
persatuan di kalangan pemuda, sehingga paham kedaerahan dapat dihilangkan.Sejak awal
pembentukannya, PPPI berupaya menyatukan berbagai organisasi kepemudaan melalui
fusi.

9
Kegiatan
PPPI pernah mengadakan Kongres Pemuda I dan II untuk mewujudkan rasa
nasionalisme.Pada saat Indonesia telah merdeka, PPPI sangat aktif memberikan reaksinya
terhadap segala kejadian dalam dunia politik melalui majalah Indonesia Raya.Selain itu,
PPPI juga berhubungan dengan organisasi PNI (Partai Nasional Indonesia).Bercita-cita
mewujudkan Indonesia Merdeka, anggotanya saling mempersiapkan diri untuk memikul
tanggung jawab dalam perjuangan.

Organsasi ini turut berjasa dalam menyatukan perkumpulan-perkumpulan pemuda,


yang kemudian lahirlah Indonesia Muda.Beberapa kegiatan yang pernah dilakukan PPPI
diantaranya:

a. Rapat umum menentang penangkapan dan penghukuman pemimpin-pemimpin PNI,


termasuk Soekarno dan kawan-kawan,
b. Memprotes didirikannya Monumen Jenderal Van Heutz, tokoh kolonial dalam
Perang Aceh (April 1931),
Mendukung aksi K.H. Dewantara menentang Undang-udang Sekolah Liar (Wilde
Scholen Ordonantie) (12 Agustus 1932,Mosi memperkokoh untuk mencapai
persatuan Indonesia Merdeka (Oktober 1932).

Kemudian, dalam penyelenggaraan Kongres III pada September 1932, terciptalah


suatu keputusan yang berisi:

a. Menyelidiki aksi-aksi imperialisme dan peraturan-peraturan pemerintah,


b. Mengumumkan hasil penyelidikan dan mencari hubungan ke luar negeri.

Pada 1933, didirikanlah Universitas Studiosorum Indonesiensis (USI) non politik


atas desakan guru-guru besar Belanda dengan alasan politik bukan bidang mahasiswa.Pada
tahun 1940, majalah Indonesia Raya yang merupakan terbitan dari PPPI dilarang beredar,
lantaran memuat karangan berjudul Eereschuld der Indonesische Intellectuelen yang
dianggap menyerang pemerintah.

10
Tokoh
Berikut adalah para tokoh yang dikenal aktif sebagai penggerak dalam berbagai
aktivitas di organisasi ini, ialah: Soegondo Djojopuspito,Sigit Abdul
Syukur,Goelarso,Soemitro,Samijono,Hendromartono,Soebari,Rochjani,Soenarko,S.Djoend
Poesponegoro,Koentjoro, Wilopo,Soerjadi, Adnan Kapau Gani,Amir Sjarifoedin,Aboe
Hanifah.

2.6 Sekar Rukun

Sekar Roekoen (dibaca Sekar Rukun ) adalah suatu organisasi para pemuda Sunda
yang didirikan oleh para siswa Sekolah Guru ( Kweekschool ) di Jalan Gunungsari,
Batavia,pada tanggal 26 Oktober 1919 . Sebagai premrakarsa berdirinya perkumpulan ini
Doni Ismail, Iki Adiwidjaja, Djuwariah, Hilman, Moh. Sapii, Mangkudiguna, dan Iwa
Kusumasumantri (siswa Rechtshoogeschool ). Perkumpulan pemuda ini didirikan dengan
tujuan awal:

a. Memajukan orang sunda,


b. Mempersatukan siswa-siswa Sunda,
c. Bahasa Memperbaiki Sunda , dan

Untuk mencapai tujuan tersebut, diselenggarakan kegiatan-kegiatan:

a. Mengumpulkan alat-alat musik Sunda,


b. Mengajarkan pengetahuan terkait Sunda,
c. Membuat perkumpulan untuk diskusi,
d. Berbicara menggunakan bahasa Sunda, dan
e. Mengusahakan perpustakaan dan surat kabar berbahasa Sunda .

Kemudian, organisasi ini berkembang dengan tujuan:

a. Sundantaan pemuda Sunda terhadap tanah air serta meningkatkan pengetahuan


orang Sunda,
b. para pemuda yang bisa berbahasa Sunda, dan
c. Mengupayakan kerukunan para pemuda Indonesia.

11
Sejarah(1919–1926)
Kegiatan Sekar Rukun awalnya diupayakan agar tidak terkait dengan urusan agama,
tidak menyimpang dari ketentuan hukum negara, dan tidak ikut campur dalam urusan
politik. Menurut anggaran dasarnya, siapa saja yang dapat berbicara dalam bahasa Sunda
serta berumur 14 tahun ke atas dapat menjadi anggota. Anggotanya mencakup:

a. Anggota biasa,
b. pengurus,
c. Anggota kehormatan, dan
d. Anggota luar biasa.

Semua anggota harus membayar uangan anggota tiap bulan. Yang mengelola
organisasi terdiri dari Presiden, Sekretaris dan Bendahara ( Penningmeester ). Sesuai
dengan tujuan organisasi, perkumpulan ini menerbitkan surat kabar bulanan Sekar
Roekoen. Tujuan penerbitan surat kabar bulanan ini adalah untuk:

a. Mempersatukan seluruh anggota perkumpulan,


b. Tanda kemitraan untuk seluruh anggota dan donatur, antara lain
c. Menggapai tujuan organisasi lain yang tertera dalam anggaran dasar.

Penanggungjawab surat kabar tersebut adalah Dr. Hoessein


Djajadiningrat.Sedangkan pemimpin redaksinya adalah Doni Ismail dan Iki Adiwidjaya.
Perkumpulan ini kemudian membuka cabang di Purwakarta dan Sukabumi .

1926–1929
Sekar Roekoen semakin berkembang. Pada tahun 1926 tercatat cabang-cabang
organisasinya berdiri juga di Bogor , Bandung , Lembang , Serang , Salatiga dan
Yogyakarta . Anggotanya tercatat lebih dari 500 orang. Kegiatannya mencakup
perpustakaan, koperasi, kesenian (musik, mamaos , drama), kreasi wanita, olahraga (sepak
bola, tenis), klub debat, dan penerbitan. Kerja sama dengan organisasi-organisasi pemuda
lainnya mulai dilakukan. Kegiatan kepemudaan Sekar Roekoen sering diselenggarakan di
Gedung Societeit Blavatsky Park, Weltevreden. Tanggal 15 Agustus 1926, misalnya, Sekar

12
Roekoen menggelar pertunjukan tunil (sandiwara). Pertunjukan ini disaksikan oleh para
anggota dan utusan dari beberapa organisasi pemuda yaitu Jong Sumatranen Bond , Jong
Islamiten Bond , Jong Minahasa , Jong Batak , Jong Ambon dan Jong Java . (Puspitasari,
2019)

Mulai tahun 1926, perkumpulan Sekar Roekoen menyingsingkan tangan ikut serta
berjuang bersama dengan kekuatan pergerakan nasional lainnya. Rapat Pengurus Besar
Perkumpulan Sekar Roekoen serat sudah memutuskan untuk berperan secara aktif dalam
Kongres Pemuda Indonesia ke-1 (1926). Dalam Kongres Pemuda Indonesia ke-1 tersebut
Sekar Roekoen mengusulkan dalam sidang-sidang kongres digunakan bahasa Melayu
sebagai bahasa pengantarnya. Laporan utusan Perkumpulan Sekar Roekoen dalam Kongres
Pemuda ke-1 ditandatangani oleh Samjun (Wakil Ketua) dan Sutaprana (Sekretaris).
Berdasarkan hasil rapat Pengurus Besar ( Hoofdbestur) tanggal 29 April 1928, dilakukan
perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Perkumpulan Sekar Roekoen.
Menurut anggaran dasar yang baru, tujuan perkumpulan mencakup:

a. kecintaan pemuda Sunda terhadap tanah air serta meningkatkan pengetahuan orang
Sunda,
b. Menyatukan para pemuda yang bisa berbahasa Sunda, dan
c. Mengupayakan kerukunan para pemuda Indonesia.

Dengan demikian Perkumpulan Sekar Roekoen memperluas wawasan serta lingkup


kegiatannya, tidak hanya berkaitan dengan lingkungan serta kepentingan Sunda (daerah)
saja, tetapi juga berkaitan dengan lingkungan dan kepentingan Indonesia (nasional). Begitu
juga dengan anggota perkumpulan ini diperluas dengan cara menetapkan bahwa seluruh
pemuda Indonesia yang mengerti bahasa Sunda serta berusia kurang dari 35 tahun bisa
menjadi anggota perkumpulan Sekar Roekoen (Pasal 5 Anggaran Rumah Tangga).

Untuk menghadapi Kongres Pemuda ke-2, Perkumpulan Sekar Roekoen


menyelenggarakan kongres tahunan yang dihadiri oleh seluruh Pengurus Besar dan utusan
dari cabang-cabang organisasi ini. Kongres tahunan ini (Kongres Perkumpulan Sekar
Roekoen yang ke-8) diadakan di Batavia, 6–7 Oktober 1928, di Loge Gebouw (Gedung

13
Loge), Vrijmetselaarweg (Jalan Vrijmetselaar). Yang hadir pada kongres tersebut di
antaranya beberapa tokoh seperti Dr. Husein Djajadiningrat beserta istri, J. Kats (juragan
Belanda), Oto Subrata (Ketua Paguyuban Pasundan), Mr. Sartono dan Mr. Sunario
(Pemimpin Partai Nasional Indonesia ), serta para utusan beberapa organisasi pemuda dari
Jong Islamiten Bond , Jong Celebes, Jong Java, Jong Sumatra, Jong Batak, Perhimpunan
Pemuda Pelajar Indonesia, Pemuda Indonesia, Pemuda Kaum Betawi dan Paguyuban
Pasundan.

Dalam kaitannya dengan menghadiri Kongres Pemuda Indonesia II pada 27–28


Oktober 1928, dalam kongres ini muncul gagasan untuk melebur Sekar Roekoen ke dalam
Jong Java dengan alasan untuk memberikan contoh kepada yang lain agar satu pulau
diwakili oleh satu utusan saja. Alasan lain untuk peleburan ini adalah ketidakmampuan
Sekar Roekoen untuk membayar biaya kongres yang besarnya 35,00 gulden. Namun
akhirnya diputuskan bahwa Sekar Roekoen akan hadir dalam Kongres Pemuda Indonesia
secara mandiri serta biaya kongres ditanggung bersama. Diputuskan pada kongres ini
bahwa yang akan menjadi utusan Sekar Roekoen pada Kongres Pemuda Indonesia adalah
para pangurus Pakumpulan Sekar Roekoen Cabang Batavia, yaitu Mupradi, Kornel
Singawinata (mahasiswa Kedokteran), Mareng Suriawidjaja (siswa AMS), dan Djulaeha
(Sekar Roekoen Bagian Istri).

2.7 Jong Bataks Bond

Pada 1915, berdiri Tri Koro Dharmo atau perkumpulan pelajar Jawa yang pada
1918 berganti nama menjadi Jong Java. Inilah yang membuat kaum muda di Sumatera
termotivasi untuk membentuk Jong Sumatranen Bond (JSB) yang diresmikan pada 9
Desember 1917. JSB berkembang cukup baik hingga tahun 1922. Namun, setelah itu mulai
terjadi guncangan di internal perkumpulan pemuda Sumatera ini. Menurut Hans van Miert
dalam Dengan Semangat Berkobar: Nasionalisme dan Gerakan Pemuda di Indonesia 1918-
1930 (2003), ada dua faktor utama yang menyebabkan JSB mulai melemah. (Parinduri,
2022)

14
Pertama, adanya perasaan superioritas pelajar terhadap yang satu dengan yang
lainnya. Sebagai misal, anggota JSB yang belajar di sekolah kedokteran merasa lebih
pantas dihormati daripada anggota JSB yang berasal dari sekolah keguruan.

Faktor kedua adalah prasangka kesukuan. JSB saat itu didominasi oleh para pemuda
dari suku Minang. Inilah yang membuat para pemuda Batak mulai tidak nyaman.Kristina
Ginting dalam risetnya bertajuk “Perkembangan Jong Bataks Bond (1926-1929)”
menuliskan, akibat hal tersebut, Jong Sumatranen Bond sulit untuk berkembang serta
timbul banyak konflik. Suara para pemuda Batak tidak direspons dengan cepat oleh
pengurus utama.

Jong Batak atau yang juga dikenal dengan nama Jong Bataks Bond adalah
perkumpulan para pemuda yang berasal dari daerah Batak (Tapanuli), yang bertujuan untuk
memperat persatuan dan persaudaraan di antara para pemuda yang berasal dari daerah tadi
serta turut serta memajukan kebudayaan daerah. Salah satu tokoh yang terkenan dari
organisasi ini adalah Amir Sjarifudin, Todung Sutan Gunung Mulia Harahap, Sanusi Pane,
Adam Malik Batubara, Saleh Said Harahap dan Arifin Harahap.Kesadaran satu daerah
dengan budaya yang sama, Jong Batak keluar dari Jong Sumatra karena dominasi orang
Minang di organisasi tersebut, Minang yang Matrineal dan Tapanuli yang Patrineal
mengakibatkan kedua suku tersebut saling berlawanan.Dikutip dari Jong Bataks Bond:
Proses Panjang Menuju Sumpah Pemuda (2013) terbitan Museum Sumpah Pemuda, para
pemuda Batak itu ingin menunjukkan jati diri. Akhirnya, pada 1926, mereka memisahkan
diri dari JSB dan membentuk Jong Bataks Bond.

Beberapa tokoh yang terlibat dalam pembentukan Jong Bataks Bond antara lain:
Sanusi Pane, Amir Syarifuddin Harahap, Todung Sutan Gunung Mulia Harahap, Adam
Malik Batubara, Saleh Said Harahap, Arifin Harahap, dan lainnya.Kelak, para tokoh pendiri
Jong Bataks Bond ini melakoni peran pentingnya masing-masing dalam perjalanan sejarah
setelah Indonesia merdeka pada 1945. Amir Syarifuddin, misalnya, menjabat sebagai
Menteri Penerangan, kemudian Menteri Pertahanan, hingga menempati posisi tertinggi
sebagai Perdana Menteri RI.Todung Sutan Gunung Mulia Harahap juga duduk di kabinet
sebagai Menteri Pengajaran pada 1945-1946. Sedangkan Adam Malik Batubara pernah

15
menempati beberapa posisi menteri sebelum menjadi Wakil Presiden RI periode 1978-
1983.

Arifin Harahap menjabat sebagai Menteri Perdagangan pada 1959-1962. Adapun


Sanusi Pane memilih menjalani hidup sebagai penulis dan termasuk sastrawan Pujangga
Baru yang berpengaruh.

Lebur Setelah Sumpah Pemuda

Jong Batak Bond langsung ikut serta dalam Kongres Pemuda II yang digelar di
Betawi (Jakarta) pada 27-28 Oktober 1928. Kongres Pemuda II merupakan kelanjutan dari
Kongres Pemuda I yang diselenggarakan pada 1926 namun belum menghasilkan
keputusan.Kongres Pemuda II berlangsung selama 2 hari dan terdiri dari 3 sesi rapat. Rapat
pertama di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB) pada 27 Oktober 1928. Rapat
kedua digelar di Gedung Oost-Java Bioscoop pada 28 Oktober 1928. Rapat ketiga yang
juga diadakan tanggal 28 Oktober 1928 dilaksanakan di Gedung Indonesische
Clubgebouw.Amir Syarifuddin menjadi perwakilan Jong Bataks Bond yang masuk dalam
jajaran kepanitiaan kongres, yakni sebagai bendahara.

Ketua panitianya adalah Sugondo Dj ojopuspito dari Perhimpunan Pelajar Pelajar


Indonesia (PPPI) dengan wakilnya R.M. Djoko Marsaid dari Jong Java.Sedangkan di posisi
sekretaris terpilih Muhammad Yamin dari Jong Sumatranen Bond. Ada pula Johan
Mohammad Cai (Jong Islamieten Bond), R. Katjasoengkana (Pemuda Indonesia), R.C.L
Senduk (Jong Celebes), Johannes Leimena (Jong Ambon), dan Rochjani Soe’oed (Pemuda
Kaum Betawi), yang juga duduk di kepanitiaan.Usia Jong Bataks Bond tidak terlalu lama.
Usai Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda, Jong Bataks Bond
memutuskan untuk meleburkan diri dengan beberapa organisasi pemuda lainnya.Maka,
pada 1929, terbentuklah Indonesia Muda yang merupakan hasil fusi atau peleburan dari
berbagai organisasi pemuda di Indonesia, termasuk Jong Bataks Bond.

16
2.8 Jong Betawi

Jong Betawi atau Pemuda Kaum Betawi adalah organisasi kepemudaan untuk para
pemuda Betawi yang didirikan pada tahun 1927. Organisasi ini diketuai oleh Mohammad
Tabrani. Tokoh lain yang terlibat yakni Mohammad Rochjani Soe'oed.

Sampai akhir tahun 1926, masih belum ada tempat khusus untuk organisasi
kepemudaan Betawi. Sehingga banyak pemuda Betawi yang bergabung dalam Jong Java
dan Sekar Rukun, karena mereka merasa serumpun. Namun, semakin lama, mereka merasa
perlu untuk memiliki tempat sendiri, khusus untuk para pemuda Betawi. Akhirnya,
dibentuklah organisasi Pemoeda Kaoem Betawi. Sejarah mengukir Pemoeda Kaoem Betawi
bersama dengan kumpulan-kumpulan pemuda yang mengatasnamakan daerahnya masing-
masing seperti Jong Bataks Bond, Jong Celebes, dll berkumpul dan bersatu melangsungkan
kongres hingga tercetuslah salah satu peristiwa paling bersejarah di negeri ini, Sumpah
Pemuda 1928. (Munthe, 2021)

2.9 Organisasi Kepanduan

Organisasi Kepanduan juga merupakan salah satu organisasi pergerakan nasional.


Dan gerakan Pramuka ternyata menjadi Organisasi Kepanduan yang sudah ada sejak zaman
Belanda.Gerakan Pramuka Indonesia menjadi organisasi pendidikan nonformal yang
menyelenggarakan pendidikan kepanduan.

17
Sumber:https://pramuka.or.id/kepanduan-i 1

Awal mula sejarah kepanduan di Indonesia ditandai dengan munculnya cabang


kepanduan milik Belanda yang bernama Nederlandesche Padvinders Organisatie (NPO)
pada 1912. Kemudian berubah menjadi NIPV (Netherland Indische Padvinders
Vereeniging) atau Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda di tahun 1916.Pada tahun 1916
Mangkunegara VII membentuk organisasi kepanduan Indonesia yang pertama dengan
nama Javaansche Padvinder Organisatie (JPO).Konsep penyatuan organisasi Pramuka
(Kepanduan) dimulai pada tahun 1926 yaitu lahirnya Indonesische Padvinderij
Organisatie (INPO), sebagai bentuk peleburan dua kepanduan Jong Indonesische
Padvinderij Organisatie (JIPO) dan Nationale Padvinderij Organisatie (NPO).Semakin
banyaknya organisasi Pramuka (Kepanduan) milik Indonesia. Akhirnya Hindia Belanda
melarang penggunaan istilah Padvinder. Maka dari itu K.H Agus Salim menggunakan
nama “Pandu atau Kepanduan” untuk nama organisasi Pramuka di Indonesia.
Setelah deklarasi Sumpah Pemuda, kegiatan Pramuka semakin diminati dengan
ditandai berdirinya:
a. Pandu Pemuda Sumatra (PPS) tahun 1930,
b. Persaudaraan Antar Pandu Indonesia (PAPI) tahun 1931.
c. Kemudian pada tahun 1938 terbentuklah Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan
Indonesia (BPPKI).BPPKI melakukan kegiatan Perkemahan Kepanduan Indonesia

18
Oemoem (PERKINO). Perkemahan itulah yang menjadi cikal bakal kegiatan
Jambore sampai sekarang ini.
Namun,Pada masa penjajahan Jepang, kegiatan dan unsur-unsur Pramuka
(Kepanduan) di Indonesia dilarang. Jepang menganggap kegiatan Pramuka di Indonesia
dapat memicu persatuan dan kesatuan rakyat. Walaupun demikian dengan tekad yang
kuat para pemuda menjalankan kegiatan PERKINO II untuk memperjuangkan
kemerdekaan bangsa Indonesia untuk melawan penjajah Jepang. (Widiastuti, 2023)

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Peranan Pemuda dan Organisasi kepemudaan merupakan fenomena baru pada abad
ke-20,munculnya gerakan-gerakan pemuda pada abad itu di Indonesia tidaklah sendirian
karena di negara-negara Asia lainnya juga sama-sama mengalami struktur perubahan yang
sama.Perubahan itu terjadi karena masuknya ide-ide baru,sistem pendidikan,indutrialisasi
dalam batas-batas tertentu,disentegrasi tatanan masyarakat lama,teknologi baru dan lain
sebagainya.

Dan organisasi kemudaan ini bisa dibilang masih bersifat kedaerahan.Sedangkan


Organisasi kepanduan yang muncul di masa itu digunakan para pemuda untuk
meningkatkan budi luhur,keterampilan,dan kepribadian serta memupuk bakat
kepemimpinan.Hal itu semua berguna untuk meningkatkan rasa kebangsaan para pemuda.

3.2 Saran

Berdasarkan hasil makalah yang dibuat ini, semoga bermanfaat. Di samping itu,
semoga dapat menambah wawasan bagi pembaca. Jauh sebelumnya, telah disadari bahwa
makalah ini belum sepenuhnya sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat dibutuhkan
dalam perbaikan makalah ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Karyanti, T. (2010). Sumpah Pemuda dan Nasionalisme Indonesia. Majalah Ilmiah Informatika, 92-
95.

Munthe, R. M. (2021, November 11). Pemoeda Kaoem Betawi: Reaktualisasi Semangat dan
Lahirnya Pahlawan Berintelektual. Retrieved April 12, 2023, from compassiana.com:
https://www.kompasiana.com/renomaraturmunthe/618ac40d06310e331047d0e2/pemo
eda-kaoem-betawi-reaktualisasi-semangat-dan-lahirnya-pahlawan-berintelektual

Pamungkas, P. (2021, September 13). Jong Ambon. Retrieved April 12, 2023, from
tribunnews.com: https://ambon.tribunnews.com/tag/jong-ambon-fc

Parinduri, A. (2022, Oktober 22). Sejarah Jong Bataks Bond Hingga Lebur Usai Sumpah Pemuda.
Retrieved April 12, 2023, from amp.tirto.id: https://amp.tirto.id/sejarah-jong-bataks-
bond-hingga-lebur-usai-sumpah-pemuda-gxMG

Puspitasari, E. (2019). Perspektif Nasionalisme Dalam Sejarah Indonesia Buku Pelajaran Narasi
Sumpah Pemuda 1928. Historiks, 103-106.

Widiastuti, H. (2023, January 18). Organisasi Kepanduan: Sejarah Lahirnya, Tokoh, dan
Perkembangannya. Retrieved April 12, 2923, from kids.grid.id:
https://kids.grid.id/read/473657440/organisasi-kepanduan-sejarah-lahirnya-tokoh-dan-
perkembangannya?page=all

21

Anda mungkin juga menyukai