Pada tanggal 3 maret 2013 di lakukan pembelian tanah seluas 1000 m2 seharga Rp500.000 per meter
persegi dan telah di lakukan pembayaran dengan SPM-LS No.2120 dan SP2D No.501. Selain biaya
pembelian tanah di keluarkan pula :
Biaya pengukuran tanah sebesar Rp2000.000 dengan SPM-LS No.2122 dan SP2D No.503
Biaya sertifikat tanah sebesar Rp5000.000 dengan SPM-LS No.2120 dan SP2D No.503
Biaya penimbunan tanah sebesar Rp2.500.000 dengan SPM-LS No.2122 dan SP2D
No.503
Biaya fee time pengadaan tanah sebesar Rp5.000.000 dengan SPM-LS No.2122 dan
SP2D No.506
Ditanya : pencatatan atas nilai tanah bendahara barang berdasarkan data yang ada melakukan
pencatatan atas nilai tanah sebagai berikut :
Penyelesaian :
Harga Perolehan : Biaya Pembelian tanah + biaya pengukuran tanah + biaya sertifikat tanah +biaya
penimbunan tanah +biaya fee time pengadaan tanah
= Rp514.500.000
Laporan Operasional
Setelah Perolehan masih terdapat biaya- biaya yang muncul selama penggunaan asset tetap.
PSAK No. 7 Paragraf 49 menyatakan bahwa pengeluaran setelah perolehan awal suatu asset tetap yang
memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi di masa yang
akan datang dalam bentuk kapasitas
Berdasarkan PSAP No.7 , Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu asset tetap
yang dapat di susutkan selama masa manfaat asset yang bersangkutan
Permendagri No.64 tahun 2013 menjelaskan bahwa metode penyusutan yang di gunakan adalah
metode garis lurus dan estimasi masa manfaat
Masa manfaat
Contoh Ilustrasi
Pada akhir tahun 2013 dilakukan penyusutan terhadap asset tetap dinas Kesehatan yang di beli pada
awal tahun 2013. penyusutan dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus . Berikut data asset
tetap dinas Kesehatan tersebut :
Gedung dan bangunan = Rp100.000.000, umur ekonomis 10 tahun . Peralatan dan mesin Rp75.000.000 ,
umur ekonomis 5 tahun
Jadi nilai penyusutan per tahun untuk kedua asset tetap tersebut adalah Rp25.000.000
Jurnal laporan Opersional
Berdasarkan PSAK No.7 Paragraf 77 – 79 , suatu asset tetap di eliminasi dari neraca Ketika di lepaskan
atau bila asset secara permanen di hentikan penggunaanya dan tidak ada manfaat ekonomi masa yang
akan datang .
Aset tetap pemerintah daerah dapat di lepaskan kepemilikannya dengan beberapa kondisi ,
diantaranya :
a. Dihapuskan
b. Dipertukarkan
c. Dijual
ILUSTRASI
Dengan persetujuan DPRD, Pada Tanggal 1 Desember 2013 pemerintah daerah Kabupaten Prasojo
menghentikan penggunaan kendaraan dengan cara di jual ke pihak lain seharga Rp20.000.000. diketahui
harga perolehan kendaraan tersebut adalah Rp50.000.000, dengan akumulasi penyusutan kendaraan
senilai Rp20.000.000
• Laporan Operasional
Menurut PSAP No.7 Paragraf 23-25 dan 27 bahwa barang berwujud yang memenuhi kualifikasi
untuk di akui sebagai suatu asset dan di kelompokkan sebagai asset tetap, pada awalnya harus di ukur
berdasarkan biaya perolehan
2. Konstruksi Pengerjaan
PSAP No.7 Paragraf 38 dan 40 , dikatakan jika penyelesaian pengerjaan suatu asset tetap
melebihi atau melewati satu periode tahun anggaran, maka asset tetap yang belum selesai tersebut di
golongkan dan di laporkan sebagai konstruksi dalam pengerjaan sampai dengan asset tersebut selesai
dan siap di pakai
Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan penilaian Kembali , maka asset tetap akan disajikan
dengan penyesuaian pada masing masing akun asset tetap dan akun ekuitas
Jika asset tetap di catat pada jumlah yang di nilai Kembali , maka hal – hal berikut harus di ungkapkan:
4. Aset Bersejarah
Berdasarkan PSAP No. 7 paragraph 65-72 di nyatakan kalau tidak ada keharusan bagi
pemerintah untuk menyajikan asset bersejarah di neraca namun asset tersebut di ungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan
PSAP No. 7 paragraph 80-81, lpaoran keuangan harus mengungkapkan untuk masing masing jenis asset
tetap sbb:
b. Rekonsiliasi jumlahnilai tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan,
pelepasan, akumulasi penyusutan dan perubahan nilai atau mutasi asset lainnya
c. Informasi penyusutan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah dan PP Nomor 28 Tahun 2020 tentang Perubahan atas PP Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah memiliki dimensi keuangan dan dimensi akuntansi. Fokus
dalam PP ini berkaitan dengan Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D) meliputi:
Perencanaan kebutuhan dan penganggaran; pengadaan; penggunaan; pemanfaatan; pengamanan dan
pemeliharaan; penilaian; pemindahtanganan; pemusnahan; penghapusan; penatausahaan; pembinaan,
pengawasan dan pengendalian. Membahas khusus tentang BMN, PP No. 27/2014 dan PP No. 28/2020
merupakan pedoman dalam melaksanakan administrasi BMN yang meliputi penguasaan, pengelolaan
dan pertanggungjawaban fisik BMN. Pertanggungjawaban dari seluruh tahapan pengelolaan BMN
dimaksud diungkapkan dalam Laporan Keuangan Pemerintah, namun dalam PP No. 27/2014 dan PP No.
28/2020 tidak diatur tentang pencatatan akuntansi pemerintahan terhadap BMN dan tidak menjadi
acuan dalam penyusunan neraca pemerintah. Dalam hal pencatatan BMN, instansi pemerintah yang
menjadi entitas pelaporan mengacu pada PP No. 71 tahun 2020 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP), yang dinyatakan dalam bentuk PSAP
Penyajian aset tetap pada instansi pemerintah diatur dalam PP No. 71 tahun 2020 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah dinyatakan pada PSAP No.07 tentang Akuntansi Aset Tetap, yang berbasis akrual.
Dalam PSAP No. 07, aset tetap diklasifikasikan menjadi: tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya, konstruksi dalam pengerjaan. Dengan
diwajibkannya instansi pemerintah untuk dapat menyajikan nilai aset tetap sesuai dengan PSAP No. 07
tentang akuntansi aset tetap, maka setiap proses dalam penerapan akuntansi aset tetap wajib
memenuhi standar yang ditetapkan mulai dari Pengakuan, Pengukuran, Penghentian dan Pelepasan, dan
Pengungkapan Aset Tetap. Namun dalam praktiknya, pada saat penerapan PSAP No. 07 oleh
pemerintah, masih terdapat berbagai permasalahan. Dari hasil penelaahan atas permintaan pendapat
kepada Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP), penulis membagi permasalahan yang dihadapi
oleh instansi pemerintah dalam menerapkan akuntansi aset tetap dalam 4 pokok permasalahan yaitu:
Pengukuran, Pengakuan, Klasifikasi dan Penyajian/Pengungkapan.
Pertama, pengukuran berupa kapitalisasi aset tetap masih subjek yang banyak dibahas,
terutama terkait komponen biaya penunjang yang dapat dikapitalisasi; perubahan kebijakan terkait
batasan nilai kapitalisasi dan biaya setelah perolehan aset tetap.
Kedua, pengakuan aset tetap berdasarkan penguasaan fisik dan bukti kepemilikan. Kasus seperti
ini banyak ditemui pada aset tetap berupa tanah.
Ketiga, klasifikasi aset tetap, khususnya untuk aset tetap yang melekat pada aset tetap lainnya,
sering ditemui pada gedung yang memiliki lift, taman, pagar, bangunan tempat ibadah, dsb.
Keempat, penyajian dan pengungkapan aset tetap, terutama terkait cost sharing dalam
perolehan aset tetap dan biaya pemeliharaan terhadap aset tetap pihak lain yang terdampak force
majeure
Daftar pustaka
Buku Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual BerdasarkanPp No Tahun 2010 Permendagri No 64
Tahun 2013
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-sumut/baca-artikel/14577/Pengelolaan-Barang-Milik-Negara-
Berupa-Aset-Tetap-dalam-Perspektif-Akuntansi.html