Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi memerankan peranan penting dalam

segala bidang kehidupan dengan tujuan untuk memudahkan aktivitas

manusia. Salah satu aktivitas yang penting dalam kehidupan manusia

adalah kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi diarahkan utnuk memenuhi

kebutuhan akan barang dan jasa yang ada. Dalam perkembanganya,

teknologi membantu baik pihak penyedia maupun pengguna dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Perusahaan sebagai penyedia barang atau pun jasa saat ini sangat

bergantung dengan teknologi. Ada banyak bentuk teknologi yang

dibutuhkan salah satunya adalah ketersediaan perangkat lunak (software)

untuk mengola informasi dalam perusahaan agar jalannya perusahaan

lebih efektif dan akurat sehingga memaksimalkan keuntungan, karena

perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang memiliki tujuan

tertentu yang ingin dicapai untuk memenuhi kepentingan para

anggotanya. Tujuan utama perusahaan pada umumnya, yaitu perusahaan

akan selalu berusahaa dalam mempertahankan kelangsungan hidup

perusahaan serta memaksimumkan laba dan nilai perusahaan.

1
2

Perkembangan perekonomian pada era globalisasi saat ini

mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut dapat dilihat

dengan masing-masing perusahaan mempunyai tujuan yang berbeda,

sehingga menjadikan dunia usaha memilikibanyak persaingan yang ketat

antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Persaingan

tersebut membuat para pemimpin setiap perusahaan berusaha

mempertahankan kelangsungan perusahaannya. Salah satu cara dengan

pengelolaan seoptimal mungkin sumber daya yang dimilikinya. Salah satu

sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan adalah persediaan barang,

Persediaan berperan penting bagi perusahaan. Persediaaan merupakan

salah satu aset yang penting bagi suatu entitas baik bagi perusahaan ritel,

manufaktur, jasa, maupun entitas lainnya (Martani, 2012), maka dari itu

persediaan harus dikelola dengan secara optimal.

Hal yang dapat dipertimbangkan bahwa betapa pentingnya

menjaga persediaan karena modal yang tertanam pada persediaan

sangat besar maka persediaan merupakan aktiva lancar terbesar dari

perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang seperti distributor dan

retail (pengecer). Posisi persediaan pun sangat strategis dalam

perusahaan tersebut karena merupakan sumber pendapatan. Persediaan

sangat rentan terhadap kerusakan dan pencurian, perlu diadakan

pengamanan untuk mencegah terjadinya kerusakan dan pencurian

tersebut.
3

Pengawasan persediaan merupakan masalah yang sangat penting,

karena jumlah persediaan akan menentukan atau mempengaruhi

kelancaran proses produksi serta keefektifan dan efesiensi perusahaan

tersebut. Jumlah atau tingkat persediaan yang dibutuhkan oleh

perusahaan berbeda-beda untuk setiap perusahaan, pabrik, tergantung

dari volume produksinya, jenis pabrik dan produksinya (Assauri, 2008).

Sistem pengendalian persediaan barang dagang ataupun

persediaan bahan baku harus dilaksanakan seefektif mungkin dalam

suatu perusahaan untuk mencegah dan menghindari terjadinya kelebihan

maupun kekurangan persediaan. Sistem pengendalian persediaan dapat

merupakan serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan

tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pemesanan untuk

menambah persediaan harus dilakukan dan berapa pesanan yang harus

diadakan (Harjanto, 2008)

Pengendalian intern yang efektif bertujuan menjaga kekayaan

perusahaaan serta pemberian informasi mengenai persediaan agar lebih

terpercaya. Penelitian yang dilakukan oleh Manengkey (2014)

menjelaskan bahwa, sistem pengendalian intern persediaan barang

dagang berjalan efektif, jika manajemen perusahaan sudah menerapkan

konsep dan prinsip-prinsip pengendalian intern.

Pengendalian internal harus dilaksanakan seefektif mungkin dalam

suatu perusahaan untuk mencegah dan menghindari terjadinya


4

kesalahan, kecurangan, dan penyelewengan. Di perusahaan kecil,

pengendalian masih dapat dilakukan langsung oleh pimpinan perusahaan.

Namun semakin besar perusahaan, dimana ruang gerak dan tugas-tugas

yang harus dilakukan semakin kompleks, menyebabkan pimpinan

perusahaan tidak mungkin lagi melakukan pengendalian langsung, maka

dibutuhkan suatu pengendalian internal yang dapat memberikan

keyakinan kepada pimpinan bahwa tujuan perusahaan telah tercapai.

Hery (2008) menyatakan bahwa, pengendalian internal atas

persediaan mutlak diperlukan mengingat aktiva ini tergolong cukup lancar.

Pengendalian internal persediaan yang baik adalah pengendalian yang

dimulai sejak dari pembelian sampai persediaan siap dipakai.

Pengendalian ini tidak hanya melindungi persediaan perusahaan dan

pencatatan kegiatan dengan tepat juga dapat mencapai hasil dengan

tepat, cepat dan biaya yang rendah dapat dikembangkan dan dapat

disajikan standar.

Ukuran efektifitas dan efisiensi sistem pengendalian persediaan

akan terpenuhi apabila sistem informasi akuntansi yang diterapkan dalam

perusahaan telah dilaksanakan dengan baik. Ukuran ini meliputi struktur

organisasi, metode dan ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga

kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,

mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen

(Baramuli dan Pangemanan, 2015).


5

Informasi akuntansi yang berhubungan dengan data keuangan dari

suatu perusahaan merupakan bagian dari informasi penting yang

diperlukan oleh manajemen. Agar data keuangan yang ada dapat

dimanfaatkan oleh pihak manajemen maupun pihak luar perusahaan,

maka data tersebut perlu disusun dalam bentuk-bentuk yang sesuai.

Diperlukan suatu sistem yang mengatur arus dan pengolahan data

akuntansi dalam perusahaan untuk dapat menghasilkan informasi yang

sesuai dan dalam bentuk yang sesuai juga (Sutabri, 2004).

Sistem informasi dapat berjalan dengan baik apabila ditunjang

dengan teknologi informasi.Di era ekonomi global yang sangat kompetitif

dan cepat berubah, perusahaan dituntut menggunakan teknologi informasi

untuk mendukung proses bisnisnya. Salah satu teknologi sistem informasi

yang dapat menjadi solusi bagi perusahaan adalah paket untuk mengelola

sumber daya perusahaan secara keseluruhan atau yang umum dikenal

dengan istilah Enterprise Resource Planning (ERP)

Dalam sepuluh tahun terakhir, sistem ERP telah menjadi populer

pada perusahaan-perusahaan besar di dunia, termasuk di Indonesia. Di

samping perusahaan besar, perusahaan menengah dan kecil juga mulai

mengadopsi sistem ERP. Sistem ERP mencerminkan strategis bisnis

inovatif karena dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan.

Efisiensi dan efektivitas yang dihasilkan sistem ini mengubah peran

akuntansi manajemen dengan menyediakan akses yang mudah dan cepat


6

untuk data operasional yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan

dan pengendalian manajemen perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Hau dan Kuzic (2010)

mengungkapkan bahwa keuntungan utama implementasi ERP (Enterprise

Resource Planning) adalah sistem ini mengintegrasi divisi fungsional dan

arus informasi kedalam sistem tunggal baik divisi pemasaran, keuangan,

HRD dan produksi. Sistem ERP (Enterprise Resource Planning) juga

memungkinkan hubungan semua proses bisnis dalam perusahaan mulai

dari awal proses perencanaan hingga tahap akhir setelah penjualan

layanan kepada pelanggan. Keefektifan menggunakan ERP

mengintegrasikan informasi yang digunakan dalam berbagai bidang seperi

akutansi, manufaktur, distribusi, dan HRD menjadi sebuah sistem

komputasi yang berkualitas. Sehingga dipastikan bahwa data yang sama

dapat disimpan dan diunduh oleh karyawan dan manajer dalam setiap

tahap proses bisnis yang ada. Selain itu, ERP memfasilitasi proses

otomatisasi yang dapat berkontribusi dalam meningkatkan efisiensi usaha,

peningkatan mutu dan pengurangan biaya administrasi.

Fenomena pengimplementasian sistem ERP sudah mulai

menyebar ke seluruh Indonesia, baik pada perusahaan

manufaktur/industri maupun sektor jasa (Puteri, 2011). Perusahaan BUMN

(Badan Usaha Milik Negara) juga telah banyak menggunakan sistem ERP

untuk membantu pengelolaan perusahaannya. Hasil penelitian Sudirman

(2013) yang dilakukan pada salah satu perusahaan BUMN menunjukan


7

bahwa, implementasi sistem ERP pada PT. Jasa Marga (Persero) Tbk

Cabang Purbaleunyi telah dilaksanakan dengan baik dan informasi yang

dihasikan sistem ERP memiliki kualitas yang baik, dan implementasi

system ERP terbukti berpengaruh terhadap kualitas informasi, sedangkan

faktor lain yang mempengaruhi peningkatan kualitas informasi yang tidak

diteliti adalah factor komunikasi pemakai dan pengembang, dan dukungan

manajemen puncak.

Salah satu Perusahaan BUMN yang menerapkan sistem ERP

adalah PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) yang merupakan

perusahaan galangan kapal. Pada tahun 2012 PT. Industri Kapal

Indonesia (Persero), mendapat suntikan dana penyertaan modal negara

(PMN) dari Pemerintah sebesar 200 miliar. Menurut Manager Keuangan

PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) yang diwawancari oleh peneliti

menyatakan bahwa dari dana tersebut digunakan untuk keperluan

Revitalisasi dan Restrukturisasi Perusahaan. Pada tahun 2014, PT.

Industri Kapal Indonesia menggunakan salah satu dana Rekstrukturisasi

Koporasi yang berasal dari Penyertaan Modal Negara tersebut untuk

menggunakan Jasa Implementasi sistem informasi berbasis teknologi

yakni, ERP (Enterprise Resource Planning) Portege. Sistem ERP

diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang ada PT.Industri Kapal

Indonesia (Persero), terutama pada pengendalian persediaan yang

sebelumnya dalam pencatatan dan pelaporan masih secara manual

dengan menggunakan MS.Excel. Sistem manual tersebut belum efektif


8

dan efisien dalam mengendalikan persediaan. Adanya kelebihan

persediaan dan sering terjadi kekurangan material consumable

merupakan salah satu kendala yang dihadapi PT. Industri Kapal Indonesia

(Persero) Makassar.

Menurut Sukanto dan Indriyo (2008) menjelaskan bahwa material

merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting. Kekurangan

bahan baku yang tersediadapat berakibat terhentinya proses produksi

karena habisnya bahan untuk diproses. Akan tetapi terlalu besarnya

persediaan bahan baku dapat berakibat terlalu tingginya biaya guna

menyimpan dan memelihara bahan tersebut selama penyimpanan di

gudang. Keadaan terlalu banyaknya persediaan (over stock) ini, ditinjau

dari segi finansial atau pembelanjaan merupakan hal yang tidakefektif,

disebabkan karena terlalu besarnya barang modal yang menganggur dan

tidak berputar. Oleh karena itu meskipun ditinjau dari segi kelancaran

proses produksi, keadaan over stock itu berakibat positif akan tetapi

ditinjau dari segi lain terutama dari segi biaya dapat berakibat negatif,

dalam arti tingginya perongkosan yang harus ditanggung

Menurut Kepala Gudang PT. Industri Kapal Indonesia (Persero)

yang diwawancari oleh peneliti menyatakan bahwa kelebihan pembelian

beberapa material yang terjadi dari tahun ke tahun mengakibatkan

terjadinya penumpukan di gudang. Kondisi beberapa material over stock

tersebut sebagian mengalami kerusakan, berkarat, dan beberpa tidak

layak pakai dikarenakan beberapa material sifatnya slow move atau


9

jarang terpakai. Kekurangan material khususnya material consumable

atau material habis pakai masih sering terjadi. Salah satu penyebab hal

tersebut terjadi dikarenakan pengambilan material menggunakan Form

Permintaan Barang masih diisi dengan cara sistem manual. Sistem

manual tersebut mengindikasikan adanya kelebihan pengambilan material

untuk produksi yang tidak sesuai dengan repair list atau perintah kerja.

Dalam implementasinya, ERP Portege di PT IKI (Persero) banyak

kendala yang ditemui dalam menerapkan teknologi informasi dalam

proses pengelolaan perusahaan ini baik faktor teknis maupun non teknis.

Hal ini sejalan dengan pendapat Van Meter dan Van Horn (Subarsono,

2005:99) yang mengemukkan bahwa “ada enam variabel yang

mempengaruhi kinerja implementasi, yakni (1) Standar dan sasaran

kebijakan, (2) sumberdaya, (3) komunikasi antar organisasi dan

penguatan aktivitas, (4) karakteristik agen pelaksana, (5) lingkungan

ekonomi, sosial, dan politik, (6) sikap para pelaksana

Dari aspek komunikasi, para pimpinan perusahaan perlu

menyampaikan dengan jelas kepada pegawai pelaksana agar mereka

dapat mengetahui, memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah, dan

kelompok sasaran dari implementasi sistem informasi manajemen

tersebut, agar para pegawai pelaksana dapat mempersiapkan dengan

benar apa yang harus dipersiapkan dan lakukan untuk melaksanakan

kebijakan tersebut agar apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan

dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Dari hasil wawancara awal
10

peneliti (25 Juli 2017) ada indikasi terjadinya Gap yang muncul karena

pemahaman yang tidak sama atau sudut pandang yang berbeda

mengenai alur proses pengolahan data atau informasi dari implementasi

sistem ERP.

Dari aspek sumber daya (manusia), ketertinggalan-ketertinggalan

seorang pegawai yang tidak memiliki pengetahuan atau kemampuan yang

dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan yang penuh tantangan harus

mendapat perhatian lebih dari pimpinan. Dalam perubahan yang cepat di

bidang teknis tinggi, seperti keteknikan dan komputerisasi administrasi,

ketertinggalan dapat terjadi dengan cepat. Ketertinggalan bisa jadi

sebagai hasil dari kegagalan seseorang untuk mengadaptasikan dirinya

pada teknologi baru, prosedur baru, dan perubahan-perubahan lainnya.

Kinerja pegawai dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya setelah

diterapkannya komputerisasi sistem informasi, masih tetap seperti

sebelum diterapkannya komputerisasi sistem informasi. Dari hasil

observasi awal peneliti (25 Juli 2017) Sebagian besar dari sumber daya

manusia pengelola memiliki latar belakang pendidikan beragam dan tidak

berhubungan dengan teknologi informasi.

Disamping itu, faktor sumber daya finansial (anggaran) cukup

mempengaruhi pelaksanaan implementasi sistem informasi manajemen

ini, utama menyangkut pengadaan sarana dan prasarana yang akan

mendukung kinerja jaringan. Dari hasil observasi awal peneliti (25 Juli

2017) ada indikasi sarana dan prasarana pendukung tidak dalam kondisi
11

baik untuk mendukung sistem kerja jaringan yang dikembangkan,

mengingat sangat seringnya terjadinya error pada sistem apabila server

penuh/sibuk atau konfigurasi dengan komputer tidak tepat sehingga

pekerjaan yang menggunakan sistem informasi manajemen harus

tertunda sampai error atau kesalahan tersebut diperbaiki

Dari aspek sikap pelaksana, terbatasnya ruang lingkup sosialisasi

dan informasi mengenai implementasi sistem ERP tentu akan membuat

penggunaan sistem ERP oleh pegawai menjadi tidak optimal yang

kemudian akan menjadi penghambat keberadaan pekerjaan. Dari hasil

wawancara awal peneliti dengan salah seorang operator ERP (wawancara

26 Juli 2017) dapat disimpulkan bahwa ada rasa ketidakpuasan dari

kinerja sistem ERP tersebut. Sistem tersebut dirasakan tidak bekerja

maksimal untuk mendukung pelaksanaan tugas operator ERP. Sering

terjadi koneksi error, sistem bekerja lamban, dan kendala teknis lainnya.

Hal ini perlu mendapat perhatian yang lebih serius mengingat

perannya yang cukup sentral dalam proses pemberian informasi kepada

seluruh stakeholders, dan juga dalam proses pengambilan keputusan

manajerial ataupun keputusan-keputusan lainnya. Untuk meningkatkan

efektivitas implementasi ini, yang jelas akan berpengaruh pada efektivitas

pencapaian penyelenggaraan operasionalperusahaan, maka segala hal

yang mempengaruhi efektivitas implementasi sistem ERP di PT IKI

(Persero), seperti komunikasi, sumber daya, dan sikap pelaksana perlu

segera dibenahi.
12

Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan, maka peniliti

tertarik untuk mengambil topik atau judul peneltian yaitu : “ Faktor-Faktor

Penentu Efektivitas Implementasi Sistem ERP (Enterprise Resource

Planning) Portege Sebagai Alat Pengendalian Persediaan Material

Pada PT Industri Kapal Indonesia (Persero) Makassar“.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi

masalah pokok yaitu :

1. Bagaimana komunikasi menentukan efektivitas implementasi sistem

ERP (Enterprise Resource Planning) Portege sebagai alat

pengendalian persediaan material pada PT Industri Kapal Indonesia

(Persero) Makassar?

2. Bagaimana sumber daya menentukan efektivitas implementasi sistem

ERP (Enterprise Resource Planning) Portege sebagai alat

pengendalian persediaan material pada PT Industri Kapal Indonesia

(Persero) Makassar?

3. Bagaimana sikap pelaksana menentukan efektivitas implementasi

sistem ERP (Enterprise Resource Planning) Portege sebagai alat

pengendalian persediaan material pada PT Industri Kapal Indonesia

(Persero) Makassar?
13

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui peran komunikasi dalam menentukan efektivitas

implementasi sistem ERP (Enterprise Resource Planning) Portege

sebagai alat pengendalian persediaan material pada PT Industri

Kapal Indonesia (Persero) Makassar

2. Untuk mengetahui peran sumber daya dalam menentukan

efektivitas implementasi sistem ERP (Enterprise Resource

Planning) Portege sebagai alat pengendalian persediaan material

pada PT Industri Kapal Indonesia (Persero) Makassar

3. Untuk mengetahui peran sikap pelaksana dalam menentukan

efektivitas implementasi sistem ERP (Enterprise Resource

Planning) Portege sebagai alat pengendalian persediaan material

pada PT Industri Kapal Indonesia (Persero) Makassar

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

data empiris mengenai efektivitas implementasi sistem ERP

(Enterprise Resource Planning) Portege sebagai alat pengendalian

persediaan material pada PT Industri Kapal Indonesia (Persero)

Makassar.
14

2. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

untuk pengembangan pengetahuan dengan cara menambah

literatur dan bukti empiris untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai