Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Implementasi

Menurut Mazmanian dan Sabatier (Wahab, 2008) Implementasi

adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu

program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus

perhatian implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan

kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-

pedoman kebijaksanaan Negara yang mencakup baik usaha-usaha

untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan

akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.

Sementara Budi Winarno (2005), mengatakan bahwa

implementasi merupakan kebijakan dibatasi sebagai menjangkau

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu pemerintah

dan individu-individu swasta (kelompok-kelompok) yang diarahkan

untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-

keputusan kebijaksanaan sebelumnya

Pandangan kedua ahli diatas dapat dikatakan bahwa suatu

proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya

menyangkut perilaku badan-badan adminstratif yang bertanggung

15
16

jawab untuk melaksanakan suatu program yang telah ditetapkan serta

menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula

menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan poltik, ekonomi, dan sosial

yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi

segala pihak yang terlibat, sekalipun dalam hal ini dampak yang

diharapkan ataupun yang tidak diharapakan.

Howlet dan Ramesh (Subarsono, 2006) bahwa, implementasi

kebijakan adalah proses untuk melakukan kebijakan supaya mencapai

hasil. Meter dan Horn (Winarno, 2005) membatasi implementasi

kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan individu-individu

(kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan

untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-

keputusan sebelumnya.

Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari

sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci.

Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah

dianggap sempurna. Implementasi adalah bermuara pada aktivitas,

aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi

bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk

mencapai tujuan kegiatan (Nurdin dan Usman, 2002).

Guntur Setiawan (2004) berpendapat, implementasi adalah

perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara


17

tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan

pelaksana,birokrasi yang efektif.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat

disimpulkan implementasi adalah suatu kegiatan yang terencana,

bukan hanya suatu aktifitas dan dilakukan secara sungguh-sungguh

berdasarkan acuan norma-norma tertentu untuk mencapai tujuan

kegiatan. Oleh karena itu, impelementasi tidak berdiri sendiri tetapi

dipengaruhi oleh objek berikutnya yaitu kurikulum. Implementasi

kurikulum merupakan proses pelaksanaan ide, program atau aktivitas

baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan

perubahan terhadap suatu pembelajaran dan memperoleh hasil yang

diharapkan.

Dari defenisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi

kebijakan terdiri dari tujuan atau sasaran kebijakan, aktivitas, atau

kegiatan pencapaian tujuan, dari hasil kegiatan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang

dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau

kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang

sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Keberhasilan

suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan

pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu : tercapai atau tidaknya

tujuan-tujuan yang ingin diraih.


18

Edward (Subarsono, 2008), mengemukakan implementasi

kebijakan dipengaruhi oleh empat variable, yaitu :

a) Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan

mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus

dilakukan, dimana yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan

harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group),

sehingga akan mengurangi distorsi imlpementasi.

b) Sumberdaya, dimana meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan

secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan

sumberdaya untuk melaksanakan, maka implementasi tidak akan

berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber

daya manusia, misalnya kompetensi implementor dan sumber daya

financial.

c) Disposisi, adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh

implementor. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik,

maka implementor tersebut dapat menjalankan kebijakan dengan

baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Edward

III (1980) menyatakan bahwa sikap dari pelaksana kadangkala

menyebabkan masalah apabila sikap atau cara pandangnya

berbeda dengan pembuat kebijakan. Oleh karena itu, untuk

mengantisipasi dapat mempertimbangkan atau memperhatikan

aspek penempatan pegawai (pelaksana) dan insentif


19

d) Struktur Birokrasi, merupakan susunan komponen (unit-unit) kerja

dalam organisasi yang menunjukkan adanya pembagian kerja

serta adanya kejelasan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan

yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan, selain itu

struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan,

saluran perintah dan penyampaian laporan (Edward III, 1980)

Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung

melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni

prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, yang menjadikan

aktivitas organisasi tidak fleksibel. Aspek dari stuktur organisasi

adalah Standard Operating Procedure (SOP) dan fragmentasi

2. Efektivitas

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau

sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi. Organisasi

biasanya berada dalam lingkungan yang bergejolak dengan sumber

data yang terbatas. Lingkungan yang berubah-ubah sesuai dengan

perkembangan zaman, perubahan tersebut akan mempengaruhi

efektivitas organisasi. Dalam lingkungan demikian organisasi harus

tanggap dan pandai mengantisipasi perubahan agar organisasi tetap

dapat mempertahankan keberadaannyadan dapat berfungsi maka

organisasi itu harus efektif (Thoha, 2007).


20

Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan. Dalam

artian efektivitas merupakan ukuran seberapajauh tingkat output,

kebijakan dan prosedur dari organisasi mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Dalam pengertian teoritis dan praktis, tidak ada

persetujuan yang universal mengenai apa yang dimaksud dengan

efektivitas. Berbagai pandangan yang dikemukakan oleh para ahli

berbeda-beda tentang pengertian dan konsep efektivitas dipengaruhi

oleh latar belakang dari keahlian yang berbeda pula. Hidayat

menyatakan efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan

seberapa jauh target kuantitas, kualitas dan waktu telah tercapai.

Semakin besar persentase target yang dicapai, maka semakin tinggi

efektivitasnya. Gibson juga berpendapat efektivitas adalah pencapaian

sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama (Ibnu, 2009).

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, ada empat hal yang

merupakan unsur-unsur efektifitas yaitu sebagai berikut:

a. Pencapaian tujuan, suatu kegiatan dikatakan efektif apabila dapat

mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

b. Ketepatan waktu, sesuatu yang dikatakan efektif apabila

penyelesaian atau tercapainya tujuan sesuai atau bertepatan

dengan waktu yang telah ditentukan.


21

c. Manfaat, sesuatu yang dikatakan efektif apabila tujuan itu

memberikan manfaat bagi masyarakat sesuai dengan

kebutuhannya.

d. Hasil, sesuatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan itu

memberikan hasil.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud

dengan efektifitas adalah tercapainya tujuan yang telah di tetapkan.

Adanya ketentuan waktu dalam memberikan pelayanan serta adanya

manfaat yang dirasakan oleh masyarakat terhadap pelayanan yang

diberikan padanya

3. Sistem

Pengertian sistem menurut beberapa ahli yaitu, Menurut Tata

Sutabri (2012) pada buku Analisis Sistem Informasi, pada dasarnya

sistem adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan

yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan

tertentu.

Selanjutnya Menurut McLeod (Yakub, 2012) Sistem adalah

sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan tujuan yang

sama untuk mencapai tujuan. Informasi adalah data yang diolah

menjadi bentuk lebih berguna dan lebih berarti bagi yang

menerimanya. Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu

organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan data


22

transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial, dan kegiatan

strategi dari suatu organisasi.

Sedangkan menurut Jogianto (2008) pada buku Analisis dan

Desain Sistem Informasi mendefinisikan sistem adalah kumpulan dari

elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan

tertentu. sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan

kesatuan yang nyata adalah suatu objek nyata, seperti tempat, benda,

dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi

3.1. Elemen Sistem

Menurut McLeod yang dikutip oleh (Yakub, 2012) tidak semua

sistem memiliki kombinasi elemen-elemen yang sama, tetapi

susunan dasarnya sama.

Elemen-elemen yang terdapat dalam sistem ditandai dengan

adanya:

a) Tujuan

Tujuan ini menjadi motivasi yang mengarahkan pada sistem,

karena tanpa tujuan yang jelas sistem menjadi tak terarah

dan tak terkendali.

b) Masukan

Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk

ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan untuk


23

diproses. Masukan dapat berupa hal-hal berwujud maupun

yang tidak berwujud. Masukan berwujud adalah bahan

mentah, sedangkan yang tidak berwujud adalah informasi.

Proses Proses merupakan elemen yang bertugas melakukan

perubahan atau transformasi dari masukan / data menjadi

keluaran / informasi yang berguna dan lebih bernilai.

c) Keluaran

Keluaran (output) merupakan hasil dari input yang sudah

dilakukan pemerosesan sistem dan keluaran dapat menjadi

masukan untuk subsistem lain.

d) Batasan

Batasan (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem

dan daerah diluar sistem. Selain itu juga sebagai batasan –

batasan dari tujuan yang akan dicapai oleh sistem. Batas

sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau

kemampuan sistem.

e) Umpan Balik

Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan masukan

maupun proses. Umpan balik juga bertugas mengevaluasi

bagian dari output yang dikeluarkan. Tujuannya untuk

mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan.


24

f) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar

sistem.

3.2. Klasifikasi Sistem

Menurut Yakub (2012) Sistem dapat diklasifikasikan dari

beberapa sudut pandang diantaranya :

a) Sistem abstrak (abstract system)

Sistem Abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau

ide-ide yang tidak tampak secara fisik. Sistem teologia yang

berisi gagasan tentang hubungan manusia dengan Tuhan

merupakan contoh abstract system.

b) Sistem fisik (physical system)

Sistem fisik adalah sistem yang ada secara fisik, Sistem

komputer, sistem akuntansi, sistem produksi, sistem sekolah,

dan sistem transportasi merupakan contoh physical system.

c) Sistem tertentu (deterministic system)

Sistem tertentu adalah sistem yang beroperasi dengan

tingkah laku yang dapat diprediksi, interaksi antara bagian

dapat dideteksi dengan pasti sehingga keluarannya dapat

diramalkan. Sistem komputer sudah diprogramkan,

merupakan contoh deterministic system karena program

komputer dapat diprediksi dengan pasti.


25

d) Sistem tak tentu (probabilistic system)

Sistem tak tentu adalah suatu sistem yang kondisi masa

depannya tidak dapat diprediksikan karena mengandung

unsur probabilitas. Sistem arisan merupakan contoh

probabilistic system karena sistem arisan tidak dapat

diprediksikan dengan pasti.

e) Sistem tertutup (close system)

Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak bertukar materi,

informasi, atau energi dengan lingkungan. Sistem ini tidak

berinteraksi dan tidak dipengaruhi pleh lingkungan, misalnya

reaksi kimia dalam tabung terisolasi.

f) Sistem terbuka (open system)

Sistem ini adalah sistem yang berhubungan dengan

lingkungan dan dipengaruhi oleh lingkungan. Sistem

perdagangan merupakan contoh open system, karena dapat

dipengaruhi oleh lingkungan

4. ERP (Enterprise Resources Planning)

Enterprise Resource Planning (ERP) atau sering juga disebut

Perencanaan Sumber Daya Perusahaan merupakan sebuah sistem

informasi, perangkat lunak, sekaligus framework yang ditujukan untuk

proses manajemen inventarisasi dan kontrol pada perusahaan,

perencanaan distribusi barang, proses produksi barang, keuangan,


26

pemesanan barang, dan sejumlah aktifitas lainnya terkait dengan

barang di dalam sebuah industri/perusahaan yang dilakukan secara

digital ERP

Menurut Hall (2010) adalah model sistem informasi yang

memungkinkan perusahaan mengotomatiskan dan mengintegrasikan

berbagai proses bisnis utamanya. Program ERP membantu untuk

mengelola proses bisnis perusahaan secara luas menggunakan satu

database dan satu sistem pelaporan manajemen.

Menurut Setiawan (2015) kebutuhan akan ERP dalam

perusahaan muncul dikarenakan kekurangan dari model sistem

informasi tradisional yang bersifat terpisah, antara lain sebagai berikut.

a) Banyaknya duplikasi atau redudansi data karena sistem yang

dimiliki masing-masing fungsional berbeda dan tidak terintegrasi.

b) Pihak manajemen dan strategis kesulitan mendapatkan informasi

yang melibatkan data dari berbagai fungsional bisnis karena

diperlukan proses untuk mengintegrasikan data-data yang ada.

c) Data yang bersifat terpisah memiliki resiko tidak valid yang tinggi.

d) Pengguna yang harus mengakses sistem dari beberapa fungsional

bisnis direpotkan oleh banyaknya akun yang perlu diingat untuk

mengakses masing-masing sistem serta model user interface yang

terkadang berbeda pada masing-masing sistem sehingga perlu

dipelajari secara khusus.


27

Pemanfaatan ERP Menurut Setiawan (2015) secara tepat akan

memberikan keuntungan dan nilai lebih bagi perusahaan, antara lain

sebagai berikut.

a) Sistem yang terintegrasi akan memberikan tingkat data valid yang

lebih tinggi serta menghilangkan duplikasi atau redudansi data.

b) Informasi yang diperlukan perusahaan dapat diperoleh dengan

lebih cepat, bahkan secara real time.

c) Hanya ada satu portal akses sistem bagi seluruh pengguna dan

menyajikan user interface yang cenderung sama sehingga

pengguna lebih mudah menggunakannya.

d) Pemanfaatan sistem yang terintegrasi akan menjadikan proses

bisnis lebih cepat dan bersifat paperless karena dihilangkannya

beberapa proses manual yang tidak diperlukan lagi.

e) Kontrol terhadap keamanan, ketersediaan dan kehandalan sistem

menjadi lebih mudah karena semua sistem yang digunakan

masing-masing fungsional telah terintegrasi.

Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sistem informasi

terintegrasi yang dapat mengakomodasikan kebutuhan-kebutuhan

sistem informasi secara spesifik untuk departemen-departemen yang

berbeda pada suatu perusahaan (Wibisono, 2005). ERP Terdiri dari

bermacam-macam modul yang disediakan untuk berbagai kebutuhan

dalam suatu perusahaan, dari modul untuk keuangan sampai modul


28

untuk proses distribusi. Penggunaan ERP menjadikan semua sistem di

dalam suatu perusahaan menjadi satu sistem yang terintegrasi dengan

satu database, sehingga beberapa departemen menjadi lebih mudah

dalam berbagi data, dan lebih mudah pula dalam melakukan

komunikasi. Perangkat lunak ERP yang beredar di pasaran, tidak

hanya dalam versi komersial saja, tetapi juga sudah tersedia dalam

versi open source. Penerapan ERP dalam suatu perusahaan tidak

harus dalam satu sistem yang utuh, tetapi dapat diterapkan dengan

hanya menggunakan satu modul saja dulu sebagai pilot project. Jika

penerapan satu modul dinilai berhasil, maka dapat menerapkan modul

lain dengan referensi modul yang sudah berhasil. Proses bisnis yang

berbeda antara satu perusahaan satu dengan perusahaan lain,

memungkinan dilakukan kustomisasi ERP dalam penerapannya.

Enterprise Resource Planning (ERP) merupakan sebuah

framework transaksi enterprise yang menghubungkan proses

pemesanan barang, manajemen inventarisasi dan kontrol,

perencanaan distribusi dan produksi, dan keuangan. ERP bekerja

sebagai kekuatan lintas fungsional perusahaan yang mengintegrasikan

dan mengautomatisasi berbagai proses bisnis internal dan sistem

informasi termasuk manufacturing, logistik, distribusi, akuntansi,

keuangan, dan sumber daya manusia dari sebuah perusahaan

(O’Brien 2005).
29

Enterprise Resource Planning (ERP) merupakan sebuah sistem

yang mengintegrasikan proses bisnis perusahaan. Sistem ini

bermanfaat dalam merampingkan aktivitas perusahaan, memfasilitasi

interaksi antar unit bisnis, dan memberikan kemudahan untuk

mengakses informasi secara real-time (Themistocleous M, et. al 2001).

Menurut Davenport (Wawan dan Falahah, 2007) ERP terdiri

atas paket software komersial yang menjamin integrasi yang mulus

atas semua aliran informasi di perusahaan, meliputi keuangan,

akunting, sumber daya manusia, rantai pasok, dan informasi

konsumen.

Berdasarkan deskripsi ERP tersebut maka konsep-konsep

utama ERP dapat digambarkan dalam satu diagram oleh Davenport

sebagai berikut:

Gambar 2.1. Konsep Dasar ERP

Sumber: Wawan Dhewanto dan Falahah (2007)


30

5. Implementasi Sistem ERP

Organisasi-organisasi di dunia baik publik maupun swasta telah

beralih dari mengembangkan system informasi di dalam perusahaan

kepada penerapan Enterprise Resource Planning (ERP) system dan

paket sistem informasi lainnya (Chang, 2004). Alasan utama mengapa

ERP banyak digunakan adalah kemampuannya untuk memberikan

informasi yang dibutuhkan oleh seluruh departemen dan fungsi-fungsi

organisasi secara lintas fungsional dengan satu sistem komputer

terpadu (Lee, 2000). Sistem ERP didefinisikan sebagai paket software

solusi yang komprehensif, yang berupaya untuk mengintegrasikan

cakupan yang lengkap dari proses bisnis dan fungsi-fungsi dengan

tujuan memberikan pandangan menyeluruh terhadap proses bisnis

dengan satu arsitektur sistem informasi dan teknologi informasi (Klaus

et al., 2000).

Menurut Davenport dalam Nicolaou (2004) disebutkan bahwa

keunggulan utama aplikasi sistem ERP adalah menjanjikan integrasi

yang seamless dari semua informasi yang mengalir dalam perusahaan

baik itu informasi akuntansi dan keuangan, informasi sumber daya

manusia, informasi rantai pasok, bahkan informasi pelanggan.

Berchet et al. (2005) menyebutkan, implementasi sistem ERP di

Alcatel, Annecy, Perancis memberikan beberapa keunggulan pada

perusahaan yaitu:
31

a) Kesamaan data dan aplikasi yang terpusat, keamanan, dengan

adanya pengaturan akses pada semua modul sistem informasi

b) Pendekatan proses dengan adaptasi sistem terhadap evolusi

organsisasi perusahaan.

c) Ketatnya kontrol terhadap proses fisik, proses informasi, proses

keputusan dan proses keuangan.

d) Data yang koheren dan andal

e) Keunikan dan ketersediaan informasi pada waktu yang sama untuk

semua pengguna

f) Informasi yang layak berkaitan dengan data yang terintegrasi

diantara fungsi-fungsi organisasi yang berbeda dan sumber data.

g) Akses informasi yang cepat dan mudah

h) Analisis informasi yang komprehensif

i) Visi bisnis yang sama dan terkonsolidasi pada waktunya.

5.1. Tahapan Implementasi ERP

Ehie (2005) membagi proses implementasi ERP kedalam lima

tahapan utama. Tahapan-tahapan ini diawali oleh kajian secara

kritis terhadap arsitektur strategi perusahaan, manajemen

perubahan serta komponen-komponen pembangun bisnis.

Arsitektur strategi enterprise menganalisa motif yang mendorong

implementasi sistem ERP, sedangkan manajemen perubahan

dan pengembangan bisnis lebih melihat pada pengintegrasian


32

dimensi sumber daya manusia dan koordinasi pada operasi

harian dengan rancangan proses bisnis yang baru. Kelima

tahapan tersebut yakni

a. Tahap Project Preparation, dilakukan proses perencanaan

yang komprehensif dengan melibatkan orang-orang yang

berperan sebagai leader, menetapkan target anggaran, serta

menetapkan rencana proyek (project plan) untuk dikerjakan.

b. Tahap Business Blueprint, dilakukan analisis terhadap proses

bisnis saat ini sebagai latar belakang untuk pemilihan sistem

sebelum pendidikan dan pelatihan lebih lanjut pada fungsi-

fungsi dan konfigurasi ERP diberikan kepada tim proyek yang

memerlukan pandangan pada peta proses bisnis yang baru.

Kerangka manajemen proyek yang berhasil merupakan

prasyarat yang signifikan untuk mencapai kesuksesan sistem

ERP secara menyeluruh.

c. Tahap Realization, fokus pada pengembangan landasan

teknis yaitu pada saat pengujian tiap-tiap perancangan proses

pada conference room pilot

d. Tahap Final Preparation, yaitu integrasi keseluruhan

perancangan proses diuji dengan seluruh data dan situasi

yang ekstrim. Secara simultan, orang-orang yang terlibat

dalam penggunaan sistem akan dididik dan dilatih untuk


33

memahami bagaimana data mengalir melalui sistem dan

bagaimana sistem beroperasi.

e. Tahap Go Live and Support. Tahap ini menekankan pada

optimisasi dan ekspansi sistem secara kontinyu untuk

meningkatkan keunggulan kompetitif yang baru.

5.2. Kelebihan ERP

Menurut O’Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2010), sistem ERP

memberikan nilai bisnis yang signifikan bagi perusahaan. Nilai

bisnis tersebut yaitu :

a. Kualitas dan efisiensi

ERP menciptakan kerangka kerja untuk mengintegrasikan dan

meningkatkan proses bisnis internal perusahaan yang

memberikan peningkatan secara signifikan bagi perusahaan.

Contohnya, dalam segi kualitas dan efisiensi dari pelayanan

pelanggan, produksi, dan distribusi.

b. Mengurangi biaya

Banyak perusahaan yang melaporkan bahwa adanya

penurunan yang signifikan dalam transaksi pengolahan biaya,

hardware, software, dan staf IT support.


34

c. Pengambilan keputusan

Sistem ERP dapat dengan cepat memberikan laporan/

informasi penting dalam kinerja bisnis kepada manajer,

sehingga dapat meningkatkan kemampuan manajer dalam

membuat keputusan yang baik dan tepat di dalam

perusahaan.

d. Enterprise agility

Memberikan fleksibilitas pada struktur organisasi, tanggung

jawab manajerial, dan peran kerja, sehingga perusahaan

dapat lebih mudah dalam memanfaatkan peluang bisnis yang

baru.

5.3. Kelemahan ERP

Menurut O’Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2010), tantangan

dalam mengimplementasikan sistem ERP adalah diperlukannya

banyak biaya dan risiko kegagalan dalam mengimplementasikan

sebuah sistem ERP baru sangat besar. Untuk

mengimplementasikan sistem ERP, diperlukan biaya yang tidak

sedikit karena adanya ukuran dan jenis biaya yang dikeluarkan

dalam mengimplementasikan sistem ERP ke dalam perusahaan

Risiko kegagalan dalam mengimplementasikan sistem ERP

juga menjadi tantangan dalam pengimplementasian sistem ERP

ke dalam perusahaan karena hampir setiap kasus dari kegagalan


35

pengimplementasian sistem disebabkan oleh para manajer dan

profesional TI dari perusahaan-perusahaan yang meremehkan

kompleksitas perencanaan, pengembangan, dan pelatihan yang

dibutuhkan untuk mempersiapkan sistem ERP baru.

6. Pengendalian

Pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja

bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai

tujuan-tujuan perusahaan dapat terselenggara. Dengan pengendalain

dapat diketahui tentang hasil yang telah dicapai dan cara yang

dilakukan dalam pengendalian dengan standart atau rencananya,serta

melakukan perbaikan-perbaikan bilamana terjadi penyimpangan. Jadi

dengan pengendalian dapat diukur seberapa jauh hasil yang telah

dicapai sesuai apa yang telah direncanakan.

Evans dan Lindsay (2007) menjelaskan bahwa ada dua alasan

mengapa pengendalian diperlukan, yaitu :

1. Pengendalian merupakan dasar bagi manajemen kerja harian yang

efektif bagi semua tingkatan organisasi

2. Perbaikan jangka panjang tidak dapat diterapkan pada suatu

proses kecuali jika proses tersenut terkendali dengan baik.


36

7. Persediaan

Persediaan adalah sejumlah bahan-bahan, bagian-bagian yang

disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam

persuhaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk

yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau

langganan setiap waktu (Rangkuti, 2002). Menurut Handoko (2008),

persediaan merupakan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya

organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan

permintaan.

Sedangkan persediaan menurut PSAK No 14, Paragraf 3,

menyatakanbahwaPersediaan adalah aset :

a) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;

b) Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau

c) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk

digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

7.1. Fungsi Persediaan

Persediaan dapat memberikan fungsi – fungsi kepada

perusahaan sehingga dapat menambah fleksibilitas bagi kegiatan

operasional. Berdasarkan Heizer & Render (2014) keempat

fungsi persediaan bagi perusahaan adalah:

a. Untuk memberikan pilihan barang agar dapat memenuhi

permintaan konsumen yang diantisipasi dan memisahkan


37

perusahaan dari fluktuasi permintaan. Persediaan seperti ini

digunakan secara umum pada perusahaan ritel.

b. Untuk memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi.

Jika persediaan sebuah perusahaan berfluktuatif, persediaan

tambahan mungkin diperlukan agar dapat memisahkan

proses produksi dari pemasok.

c. Mengambil keuntungan dari melakukan pemesanan dengan

system diskon kuantitas, karena dengan melakukan

pembelian dalam jumlah banyak dapat mengurangi biaya

pengiriman.

d. Melindungi perusahaan terhadap inflasi dan kenaikan harga.

Menurut Mulyadi (2008), Fungsi yang dibentuk untuk

melaksanakan penghitungan fisik persediaan umumnya bersifat

sementara, yang biasanya berbentuk panitia atau komite, yang

anggotanya dipilihkan dari karyawan yang tidak

menyelenggarakan catatan akuntansi persediaan dan tidak

melaksanakan fungsi gudang. Panitia penghitungan fisik

persediaan terdiri dari, pemegang kartu penghitungan cek,

penghitung, dan pengecek.


38

Dengan demikian berbagai fungsi yang terkait dalam sistem

persediaan adalah:

a) Panitia Perhitungan Fisik Persediaan. Panitia ini berfungsi

untuk melaksanakan penghitungan fisik persediaan dan

menyerahkan hasil penghitungan tersebut kepada bagian

kartu persediaan untuk digunakan sebagai dasar adjustment

terhadap catatan persediaan dalam kartu persediaan.

b) Fungsi Akuntansi. Dalam sistem penghitungan fisik

persediaan, fungsi ini bertanggungjawab untuk:

1) Mencantumkan harga pokok satuan persediaan yang

dihitung ke dalam daftar hasil penghitung fisik.

2) Mengalikan kuantitas dan harga pokok per satuan yang

tercantum dalam daftar hasil penghitungan fisik

7.2. Jenis-Jenis Persediaan

Untuk mengakomodasi fungsi – fungsi persediaan, menurut

Heizer dan Render (2014) berdasarkan proses produksi,

persediaan terbagi menjadi empat jenis, yaitu:

a. Persediaan bahan mentah (raw material inventory) adalah

bahan –bahan yang telah dibeli tetapi belum diproses. Bahan–

bahan dapat diperolah dari sumber alam atau dibeli dari

supplier (penghasil bahan baku).


39

b. Persediaan barang setengah jadi (work in process) atau

barang dalam proses adalah komponen atau bahan mentah

yang telah melewati sebuah proses produksi/telah melewati

beberapa proses perubahan, tetapi belum selesai atau akan

diproses kembali menjadi barang jadi.

c. Persediaan pasokan pemeliharaan/perbaikan/operasi

(maintenance, repair, operating) yaitu persediaan– persediaan

yang disediakan untuk pemeliharaan, perbaikan, dan

operasional yang dibutuhkan untuk menjaga agar mesin–

mesin dan proses – proses tetap produktif.

d. Persediaan barang jadi (finished good inventory) yaitu produk

yang telah selesai di produksi atau diolah dan siap dijual.

7.3. Metode Pencatatan Persediaan

Menurut Mulyadi (2008) ada dua macam metode pencatatan

persediaan: metod mutasi persediaan (perpetual inventory

method) dan metode persediaan fisik (phisical inventory method).

Dalam metode mutasi persediaan, setiap mutasi persediaan

dicatat dalam kartu persediaan. Dalam metode persediaan fisik,

hanya tambahan persediaan dari pembelian saja yang dicatat,

sedangkan mutasi berkurangnya persediaan karena pemakaian

tidak dicatat dalam kartu persediaan.


40

7.4. Sistem dan Prosedur Sistem Akuntansi Persediaan

Sistem dan prosedur yang bersangkutan dengan sistem

akuntansi persediaan menurut Mulyadi (2008) adalah :

a) Prosedur pencatatan produk jadi.

b) Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang dijual.

c) Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang diterima

kembali dari pembeli.

d) Prosedur pencatatan tambahan dan penyesuaian kembali

harga pokok persediaan produk dalam proses.

e) Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli.

f) Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang

dikembalikan kepada pemasok.

g) Prosedur permintaan dan pengeluaran gudang.

h) Prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan

karena pengembalian barang gudang.

i) Sistem perhitungan fisik persediaan

8. Pengendalian Persediaan

Menurut Rangkuti (2007), Pengawasan persediaan merupakan

salah satu fungsi manajemen yang dapat dipecahkan dengan

menerapakan metode kuantitatif. Teknik pengendalian persediaan

merupakan tindakan yang sangat penting dalam menghitung berapa


41

jumlah optimal tingkat persediaan yang diharuskan, serta kapan

saatnya mengadakan pemesanan kembali.

Menurut Heizer dan Render (2014) mengatakan semua

organisasi memiliki beberapa jenis sistem perencanaan dan sistem

pengendalian persediaan, karena pada hakekatnya perencanaan dan

pengendalian persediaan perlu diperhatikan. Dari pengertian diatas

dapat diartikan bahwa pengendalian persediaan merupakan hal yang

perlu diperhatikan dimana untuk menjaga keseimbangan antara

besarnya persediaan dengan biaya yang ditimbulkan dari persediaan.

8.1. Tujuan Pengendalian Persedian

Menurut Ristono (2009) tujuan dilakukannya pengendalian

persediaan dinyatakan sebagai usaha perusahaan untuk:

a. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen

dengan cepat (memuaskan konsumen).

b. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar

perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan yang

mengakibatkan terhentinya proses produksi, hal ini

dikarenakan kemungkinan barang (bahan baku dan penolong)

menjadi langka sehingga sulit diperoleh dan kemungkinan

supplier terlambat mengirimkan barang yang dipesan.

c. Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan

penjualan dan laba perusahaan


42

8.2. Fungsi Pengendalian Persediaan

Fungsi-fungsi utama dari suatu pengawasan persediaan yang

efektif menurut Sofyan Assauri (2008:177) adalah:

a. Memperoleh bahan-bahan, yaitu menetapkan prosedur untuk

memperoleh suatu supply yang cukup dan bahan-bahan atau

barang yang dibutuhkan baik kuantitas maupun kualitas.

b. Menyimpan dan memelihara bahan-bahan atau barang dalam

persediaan, yaitu mengadakan suatu sistem penyimpanan

untuk memelihara dan melindungi bahan-bahan atau barang

yang telah dimasukan ke dalam persediaan.

c. Pengeluaran bahan-bahan atau barang, yaitu mendapatkan

suatu pengaturan atas pengeluaran dan penyimpanan bahan-

bahan atau barang dengan tepat saat serta tempat dimana

dibutuhkan.

d. Meminimalkan investasi dalam bentuk bahan atau barang

(mempertahankan persediaan dalam jumlah optimal setiap

waktu)

8.3. Prinsip Pengendalian Persediaan

Menurut Hammer, et al (Dwika, 2010), sistem dan teknik

pengendalian persediaan harus didasarkan pada prinsip-prinsip

yang sesuai dengan sebagai berikut:


43

a. Persediaan diciptakan dari pembelian bahan dan tambahan

biaya pekerja serta overhead untuk mengolah bahan baku

menjadi barang jadi.

b. Persediaan berkurang melalui penjualan dan kerusakan.

c. Perkiraan yang tepat atas jadwal penjualan dan produksi

merupakan hal esensial bagi pembelian, penanganan, dan

investasi bahan baku yang efisien.

d. Kebijakan manajemen yang berupaya menciptakan

keseimbangan antara keragaman dan kuantitas persediaan

bagi operasi yang efisien dengan biaya pemilikan persediaan

tersebut merupakan faktor yang paling utama dalam

menentukan investasi persediaan.

e. Pemesanan bahan baku merupakan tanggapan terhadap

perkiraan dan penyusunan rencana pengendalian produksi.

f. Pencatatan persediaan saja tidak akan mencapai

pengendalian atas persediaan.

g. Pengendalian bersifat komparatif dan relatif, tidak mutlak. Hal

ini dilakukan manusia dengan berbagai pengalaman dan

pertimbangan. Aturan-aturan dan prosedur memberi jalan

pada para personel dalam membuat evaluasi dan mengambil

keputusan.
44

B. Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu sebagai gambaran dalam

penelitian ini, yaitu:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Hasil Penelitian

1. Manengkey Analisis Sistemsistem pengendalian intern

(2014) Pengendalian Internpersediaan barang dagang

Persediaan Barangberjalan efektif, jika manajemen

Dagang dan Penerapanperusahaan sudah menerapkan

Akuntansi Padakonsep dan prinsip-prinsip

PT.Cahaya Mitra Alkes pengendalian intern

2. Hau danChange ManagementKeuntungan utama

Kuzic Strategies for theimplementasi ERP (Enterprise

(2010) Successful Resource Planning) adalah

Implementation ofsistem ini mengintegrasi divisi

Enterprise Resourcefungsional dan arus informasi

Planning Systems ke dalam sistem tunggal baik

divisi pemasaran, keuangan,

HRD dan produksi

Sudirman Pengaruh ImplementasiImplementasi sistem ERP pada

(2013) Sistem ERP (Enterprise PT. Jasa Marga (Persero) Tbk


45

Resource Planning)Cabang Purbaleunyi telah

Terhadap Kualitasdilaksanakan dengan baik dan

Informasi Pada PT. Jasainformasi yang dihasikan sistem

Marga (Persero) Tbk. ERP memiliki kualitas yang

Cabang Purbaleunyi baik, dan implementasi system

ERP terbukti berpengaruh

terhadap kualitas informasi,

sedangkan faktor lain yang

mempengaruhi peningkatan

kualitas informasi yang tidak

ditelitia dalah faktor komunikasi

pemakai dan pengembang, dan

dukungan manajemen puncak

Sumber: Penulis, 2017

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka kerangka pemikiran dapat

ditunjukkan pada gambar berikut;

KOMUNIKASI
Pemahaman
informasi, Kejelasan
isi, tujuan, arah,
kelompok sasaran dan
pembagian tugas yang
spesifik

Horn (Subarsono,
fektivitas 2005:99),
Implementasi variabel
Sistem ERP yang mempengaruhi
(Enterprise Resourcekinerja implementasi
Planning) Portege Sebagai Alat Pengendalian Persediaan
SUMBER DAYA
Sumber Daya
Manusia
Finansial 46

SIKAP
PELAKSANA
Penolakan Kepuasan
dan Penerimaan/
Penolakan

Gambar 2.2 Kerangka Pikir

Sumber: PT IKI (Persero), 2019

Anda mungkin juga menyukai