Anda di halaman 1dari 11

IMPLEMENTASI SISTEM DALAM DECISION & POLICY MAKING

A. Pengertian Decision & Policy Making


Pembuatan keputusan merupakan salah satu unsur yang sangat esensial dalam
organisasi dan manajemen. Pembuatan keputusan bukan hanya fungsi pimpinan, tapi juga
suatu proses partisipasi seluruh anggota untuk meningkatkan fungsi-fungsi manajemen. Bagi
pimpinan pembuatan keputusan itu merupakan salah satu fungsi untuk yang tidak dapat
dihindari untuk tidak melakukannya, sebab tanpa pembuatan keputusan fungsi kepemimpinan
tidak dapat dilaksanakan dan pungsi manajemen tidak dapat berjalan untuk mewujudkan
tujuan organisasi. Herbent Simon (1978) mengemukakan bahwa keputusan itu adalah suatu
manifestasi kewenangan pimpinan yang sangat diharapkan oleh bawahan, sebab tanpa
pembuatan keputusan, seluruh kegiatan bawahan menjadi tidak pasti. Ketidak pastian ini
menyebabkan lemahnya pimpinan yang dapat mengakibatkan labilnya organisasi. Kelabilan
ini merupakan titik awal kehancuran organisasi.
Kebijakan publik adalah salah-satu kajian dari Ilmu Administrasi Publik yang banyak
dipelajari oleh ahli serta ilmuwan Administrasi Publik. Berikut beberapa pengertian dasar
kebijakan publik yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Dye (1981:1): Public
policy is whatever governments choose to do or not to do. Dye berpendapat sederhana
bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak
dilakukan. Sementara Anderson dalam Public Policy-Making (1975:3) mengutarakan lebih
spesifik bahwa: Public policies are those policies developed by government bodies and
official.
Berhubungan dengan konteks pencapian tujuan suatu bangsa dan pemecahan masalah
publik, Anderson dalam Tachjan (2006:19) menerangkan bahwa kebijakan publik merupakan
serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu yang diikuti dan
dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu
permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan. Seiring dengan pendapat tersebut Nugroho
(2003:52) menjelaskan bahwa kebijakan publik berdasarkan usaha-usaha pencapaian tujuan
nasional suatu bangsa dapat dipahami sebagai aktivitas-aktivitas yang dikerjakan untuk
mencapai tujuan nasional dan keterukurannya dapat disederhanakan dengan mengetahui
sejauhmana kemajuan pencapaian cita-cita telah ditempuh.
Setiap kebijakan publik mempunyai tujuan-tujuan baik yang berorientasi pencapian
tujuan maupuan pemecahan masalah ataupun kombinasi dari keduanya. Secara padat Tachjan
(Diktat Kuliah Kebijakan Publik, 2006:31) menjelaskan tentang tujuan kebijakan publik
bahwa tujuan kebijakan publik adalah dapat diperolehnya nilai-nilai oleh publik baik yang
bertalian dengan public goods (barang publik) maupun public service (jasa publik). Nilai-
nilai tersebut sangat dibutuhkan oleh publik untuk meningkatkan kualitas hidup baik fisik
maupun non-fisik.
B. Implementasi Sistem Dalam Decision & Policy Making
Adapun implementasi decision making ( pembuatan keputusan ) yaitu, :
1. Legalisasi Keputusan Langkah ini diperlukan dalam suatu proses pembuatan keputusan
sebagai suatu cara untuk memperoleh keabsahan dan komitmen serta dasar hokum dari suatu
keputusan sehingga seluruh anggota, unsur-unsur pimpinan dan seluruh jajaran organisasi
terikat untuk melaksanakan keputusan itu. Legalisasi ini diwujudkan berdasarkan ketentuan
yang diberlakukan dalam suatu organisasi.
2. Plan of actions Atas dasar keputusan formal organisasi yang secara hukum memperoleh
kekuatan, maka rancangan oprasional atau plan of action dapat disusun. Plan of action
mencakup hal-hal sebagai berikut:
Objective dan sasaran operasional
Penentuan tugas dan tanggung jawab bagi setiap, personel yang terlibat
Mekanisme organisasi dalam melaksanakan keputusan termasuk mekanisme
pengawasan
Penentuan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk setiap kegiatan, termasuk
sumber dana
Time-line dari langkah awal hingga langkah review dan evaluasi
3. Sosialisasi dan Komunikasi
Langkah ini dipandang strategis untuk memasyarakatkan keputusan agar setiap orang
memahami dalam rangka memenangkan dukungan untuk upaya yang mengandung
pembaharuan. Tujuan yang perlu dicapai adalah support atau dukungan dari segenap anggota
atau masyarakat organisasi terhadap upaya yang akan dilaksanakan. Sosialisasi dan
komunikasi ini harus dirancang secara sistematik untuk menciptakan kondisi dan suasana
yang favourable. Kritikan dan resistansi harus diantisipasi dan langkah-langkah
penanggulangannya sudah harus disiapkan. Keseluruhan jalur komunikasi organisasi dan
media teknologi yang diperlukan harus dimobilisir sedemikian rupa sehingga suasana yang
favourable itu dapat diciptakan. Winning the support dari masyarakat begitu penting untuk
ikut mendorong terwujudnya hasil yang diharapkan.
4. Action Tahapan ini merupakan titik tumpu untuk keberhasilan tahapan implementasi
keputusan. Tahapan action ini merupakan putting thing into practice. Keseluruhan
persiapan termasuk mekanisme organisasi yang telah disusun dicoba untuk bekerja
melaksanakan keputusan yang telah diambil. Koordinasi, Komunikasi, dan kerja sama adalah
kunci dari kelancaran proses implementasi ini Dalam pelaksanaan action ini ada beberapa hal
yang kritis yaitu: organisasi, personnel, dan dana dalam suatu interaksi manajemen. Unsur
kemampuan pimpinan untuk menggerakan rancangan adalah sangat penting. Pada awal
action tentu akan ditemui berbagai kesulitan, pada langkah awal inilah diperlukan kesiapan
seluruh aparat eksekutif untuk selalu siaga dalam menangani berbagai kesulitan yang muncul.
5. Pengawasan Pengawasan adalah salah satu unsur yang dapat dimanfaatkan untuk
membantu kelancaran implementasi. Pengawasan ini mencakup pemantauan atau monitoring,
evaluasi dan intervensi untuk meluruskan apa yang ditemui tidak sesuai dengan ketentuan
dan aturan yang telah ditentukan. Pengawasan ini dapat dilakukan oleh aparat yang ditunjuk
untuk itu, atau langsung oleh unsur pimpinan kepada bawahannya.
6. Review dan evaluasi. Review adalah kaji ulang setiap langkah dan tahapan yang telah
dilaksanakan sedangkan evaluasi adalah proses penilaian untuk mengetahui tingkat efisiensi
dan efektivitas manajemen dalam rangka melaksanakan keputusan. Kegiatan ini tidak harus
menunggu hingga keseluruhan langkah implementasi selesai, tapi dapat dilaksanakan secara
terjadwal dan kontinue dalam rintangan waktu yang telah ditentukan. Dengan sistem review
dan evaluasi seperti ini keseluruhan gambaran proses implementasi dapat di ketahui tingkat
kemajuannya, kesulitannya dan hambatannya, karena itu langkah-langkah teknis untuk
mengatasi semua persoalan dapat disusun secara sistemik dan sistematik.
Selanjutnya, implementasi policy making (kebijakan publik) antara lain yaitu :
Van Meter dan Van Horn dalam Budi Winarno (2005:102) mendefinisikan
implementasi kebijakan publik sebagai: Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh organisasi
publik yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-
keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah
keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu
maupun dalam rangka melanjutkan usah-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar
dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan.
Tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan dan sasaran
ditetapkan terlebih dahulu yang dilakukan oleh formulasi kebijakan. Dengan demikian, tahap
implementasi kebijakan terjadi hanya setelah undang-undang ditetapkan dan dana disediakan
untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut.
Implementasi kebijakan merupakan tahap yang bersifat praktis dan berbeda dengan
formulasi kebijakan sebagai tahap yang bersifat teoritis. Anderson (1978:25) mengemukakan
bahwa: Policy implementation is the application by government`s administrative machinery
to the problems. Kemudian Edward III (1980:1) menjelaskan bahwa: policy
implementation, is the stage of policy making between establishment of a policyAnd the
consequences of the policy for the people whom it affects.
Berdasakan penjelasan di atas, Tachjan (2006i:25) menyimpulkan bahwa
implementasi kebijakan publik merupakan proses kegiatan adminsitratif yang dilakukan
setelah kebijakan ditetapkan dan disetujui. Kegiatan ini terletak di antara perumusan
kebijakan dan evaluasi kebijakan. Implementasi kebijakan mengandung logika top-down,
maksudnya menurunkan atau menafsirkan alternatif-alternatif yang masih abstrak atau makro
menjadi alternatif yang bersifat konkrit atau mikro.
Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam proses
kebijakan. Artinya implementasi kebijakan menentukan keberhasilan suatu proses kebijakan
dimana tujuan serta dampak kebijakan dapat dihasilkan. Pentingnya implementasi kebijakan
ditegaskan oleh pendapat Udoji dalam Agustino (2006:154) bahwa: The execution of
policies is as important if not more important than policy making. Policy will remain dreams
or blue prints jackets unless they are implemented.
Agustino (2006:155) menerangkan bahwa implementasi kebijakan dikenal dua pendekatan
yaitu:
Pendekatan top down yang serupa dengan pendekatan command and control (Lester
Stewart, 2000:108) dan pendekatan bottom up yang serupa dengan pendekatan the market
approach (Lester Stewart, 2000:108). Pendekatan top down atau command and control
dilakukan secara tersentralisasi dimulai dari aktor di tingkat pusat dan keputusan-keputusan
diambil di tingkat pusat. Pendekatan top down bertolak dari perspektif bahwa keputusan-
keputusan politik (kebijakan) yang telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan harus
dilaksanakan oleh administratur atau birokrat yang berada pada level bawah (street level
bureaucrat).
Bertolak belakang dengan pendekatan top down, pendekatan bottom up lebih
menyoroti implementasi kebijakan yang terformulasi dari inisiasi warga masyarakat.
Argumentasi yang diberikan adalah masalah dan persoalan yang terjadi pada level daerah
hanya dapat dimengerti secara baik oleh warga setempat. Sehingga pada tahap
implementasinya pun suatu kebijakan selalu melibatkan masyarakat secara partisipastif.
Tachjan (2006i:26) menjelaskan tentang unsur-unsur dari implementasi kebijakan yang
mutlak harus ada yaitu:
Unsur pelaksana;
Adanya program yang dilaksanakan; serta
Target group atau kelompok sasaran.
Unsur pelaksana adalah implementor kebijakan yang diterangkan Dimock & Dimock
dalam Tachjan (2006i:28) sebagai berikut:
Pelaksana kebijakan merupakan pihak-pihak yang menjalankan kebijakan yang terdiri dari
penentuan tujuan dan sasaran organisasional, analisis serta perumusan kebijakan dan strategi
organisasi, pengambilan keputusan, perencanaan, penyusunan program, pengorganisasian,
penggerakkan manusia, pelaksanaan operasional, pengawasan serta penilaian.
Pihak yang terlibat penuh dalam implementasi kebijakan publik adalah birokrasi
seperti yang dijelaskan oleh Ripley dan Franklin dalam Tachjan (2006i:27): Bureaucracies
are dominant in the implementation of programs and policies and have varying degrees of
importance in other stages of the policy process. In policy and program formulation and
legitimation activities, bureaucratic units play a large role, although they are not dominant.
Dengan begitu, unit-unit birokrasi menempati posisi dominan dalam implementasi kebijakan
yang berbeda dengan tahap fomulasi dan penetapan kebijakan publik dimana birokrasi
mempunyai peranan besar namun tidak dominan.
Unsur yang terakhir adalah target group atau kelompok sasaran, Tachjan (2006:35)
mendefinisikan bahwa: Target group yaitu sekelompok orang atau organisasi dalam
masyarakat yang akan menerima barang atau jasa yang akan dipengaruhi perilakunya oleh
kebijakan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan kelompok sasaran
dalam konteks implementasi kebijakan bahwa karakteristik yang dimiliki oleh kelompok
sasaran seperti: besaran kelompok, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman, usia serta
kondisi sosial ekonomi mempengaruhi terhadap efektivitas implementasi.
Untuk dapat mengkaji dengan baik suatu implementasi kebijakan publik perlu
diketahui variabel atau faktor-faktor penentunya. Untuk menggambarkan secara jelas variabel
atau faktor-faktor yang berpengaruh penting terhadap implementasi kebijakan publik serta
guna penyederhanaan pemahaman, maka akan digunakan model-model implementasi
kebijakan. Edwards III (1980) berpendapat dalam model implementasi kebijakannya bahwa
keberhasilan implementasi kebijakan dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
Bureaucraitic structure (struktur birokrasi)
Resouces (sumber daya)
Disposisition (sikap pelaksana)
Communication (komunikasi)

IMPLEMENTASI SISTEM DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN
A. Pengertian Perencanaan Pendidikan
Dari berbagai pendapat atau definisi yang dikemukakan oleh para pakar manajemen,
antara lain:
Menurut, Prof. Dr. Yusuf Enoch
Perencanaan Pendidikan, adalah suatu proses yang yang mempersiapkan seperangkat
alternative keputusan bagi kegiatan masa depan yang diarahkan kepadanpencapaian tujuan
dengan usaha yang optimal dan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang
ekonomi, sosial budaya serta menyeluruh suatu Negara.


Beeby, C.E
Perencanaan Pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan ke masa depan
dalam hal menentukan kebijaksanaan prioritas, dan biaya pendidikan yang
mempertimbangkan kenyataan kegiatan yang ada dalam bidang ekonomi, social, dan politik
untuk mengembangkan potensi system pendidikan nasioanal memenuhi kebutuhan bangsa
dan anak didik yang dilayani oleh sistem tersebut.
Menurut Guruge (1972)
Perencanaan Pendidikan adalah proses mempersiapkan kegiatan di masa depan dalam
bidang pembangunan pendidikan.
Menurut Albert Waterson (Don Adam 1975)
Perencanaan Pendidikan adala investasi pendidikan yang dapat dijalankan oleh
kegiatan-kegiatan pembangunan lain yang di dasarkan atas pertimbangan ekonomi dan biaya
serta keuntungan social.
Menurut Coombs (1982)
Perencanaan pendidikan suatu penerapan yang rasional dianalisis sistematis proses
perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien dan
efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan masyarakat.
Jadi, definisi perencanaan pendidikan apabila disimpulkan dari beberapa pendapat
tersebut, adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis,
merumuskan, dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus
mempunyai konsistensi (taat asas) internal yang berhubungan secara sistematis dengan
keputusan-keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang
lain dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak
harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain.


Syaefudin Saud, Udin. 2007. Perencanaan Pendidikan. Bandung: PT. Rosda Karya.

B. Manfaat Perencanaan Pendidikan
Manfaat perencanaan pendidikan. Menurut para ahli, ada beberapa manfaat dari suatu
perencanaan pendidikan yang disusun dengan baik bagi kehidupan kelembagaan, antara lain:
(1) dapat digunakan sebagai standar pelaksanaan dan pengawasan proses aktivitas atau
pekerjaan pemimpin dan anggota dalam suatu lembaga pendidikan; (2) dapat dijadikan
sebagai media pemilihan berbagai alternatif langkah pekerjaan atau strategi penyelesaian
yang terbaik bagi upaya pencapaian tujuan pendidikan; (3) dapat bermanfaat dalam
penyusunan skala prioritas kelembagaan baik yang menyangkut sasaran yang akan dicapai
maupun proses kegiatan layanan pendidikan; (4) dapat mengefisiensikan dan mengefektifkan
pemanfaatan beragam sumber daya organisasi atau lembaga pendidikan; (5) dapat membantu
pimpinan dan para anggota (warga sekolah) dalam menyesuaikan diri terhadap
perkembangan atau dinamika perubahan sosial-budaya; (6) dapat dijadikan sebagai media
atau alat untuk memudahkan dalam berkoordinasi dengan berbagai pihak atau lembaga
pendidikan yang terkait, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan pendidikan; (7) dapat
dijadikan sebagai media untuk meminimalkan pekerjaan yang tidak efisien atau tidak pasti;
dan (8) dapat dijadikan sebagai alat dalam mengevaluasi pencapaian tujuan proses layanan
pendidikan (Depdiknas. 1997; Soenarya, E. 2000; Depdiknas, 2001).
C. Implementasi Dalam Sistem Perencanaan Pendidikan
Tahap plan implementation, yaitu tahap pelaksanaan perencanaan pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan. Keberhasilan tahap ini sangat ditentukan oleh:
Kualitas sumber daya manusianya (kepala sekolah, guru, komite sekolah, karyawan, dan
siswa);
Iklim atau pola kerjasama antar unsur dalam satuan pendidikan sebagai suatu tim kerja
(team work) yang handal; dan
Kontrol atau pengawasan dan pengendalian kegiatan selama proses pelaksanaan atau
implementasi program layanan pendidikan.




PENERAPAN PENDEKATAN SISTEM DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN
A. Pendekatan Sistem
Prof. Wagiono Ismagil, (1982) mengatakan : Pendekatan sistem adalah suatu
pendekatan analisis organisasi yang mempergunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak
analisis.
Pendekatan sistem merupakan aplikasi dari sistem ilmiah dan manajemen.Pendekatan
sistem dalam manajemen dirancang untuk memanfaatkan analisis ilmiah dalam suatu
organisasi yang kompleks.
Pendekatan dilihat dari pendidikan dan pelatihan adalah cara yang sistematis
mengidentifikasi , mengembangkan dan mengevaluasi sekumpulan bahan dan strategi
bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan yang khusus. Jadi Pendakatan sistem adalah
cara pandang atau cara berfikir menggunakan konsep-konsep sistem dalam memecahkan
suatu masalah.
B. Tujuan Pendekatan Sistem
Tujuan pendekatan sistem dalam pendidikan dan pelatihan sistem adalan
mengembangkan mengelola operasi dan merancang bangun sistem dalam proses
pengambilan keputusan.
Dengan dipergunakannya metode ilmiah diharapkan dapat diketahui faktafakta yang
mempengaruhi perilaku dan keberhasilan suatu sistem. Metode ilmiah dapat menghindarkan
manejer mengambil kesimpulan-kesimpulan yang sederhana dan simplistik searah oleh suatu
masalah yang disebabakanb oleh penyebab tunggal. Secara terperinci pendekatan sistem
dalam diklat bertujuannya untuk :
1. Menyediakan lingkungan fisik dan lingkungan emosional yang mendukung proses
pendidikan dan pelatihan berjalan secara kondusif .
2. Mengetahui sejauh mana ke.berhasilan program dan proses pendidikan dan pelatihan.
3. Menjamin pencapaian tujuan diklat secara efektif dan efesien .
4. Mengembangkan kurikulum berdasarkan kebutuhan peserta diklat
5. Perapan pendekatan sistem dalam kebutuhan nyata dilapangan.
6. Menyiapkan secara cermat faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program
diklat.
C. Manajemen Pendidikan
Secara sederhana manajemen pendidikan adalah suatu lapangan dari studi dan praktik
yang terkait dengan organisasi pendidikan. Sehingga diharapkan melalui kegiatan manajemen
pendidikan tersebut, tujuan pendidikan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Berikut ini merupakan defenisi manajemen pendidikan dari beberapa ahli:






D. Penerapan Pendekatan Sistem Dalam Manajemen Pendidikan

Dalam melakukan perencanaan strategis;
Dalam melakukan pengorganan (membuat struktur dan melakukan staffing);
Dalam melakukan koordinasi;
Dalam melakukan pengarahan;
Dalam melakukan pengawasan;
Dalam melakukan pengambilan keputusan/kebijakan;
Dalam membuat aturan atau procedure;
Dalam melakukan perbaikan sistem.

Anda mungkin juga menyukai