Anda di halaman 1dari 9

Nama : Putri Julianti

Npm : 2226040014

Mata kuliah : Bahasa Indonesia

Dosen pengampuh : Nopita Desiana,M.pd

A. Konsep kata majemuk, frasa, dan idiomatic

1. Kata majemuk

Penggabungan kata atau pemajemukan (compounding) merupakan salah satu


proses pembentuk kata. Pembentukan kata itu merupakan proses yang produktif dalam
hampir semua bahasa. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, terdapat bentuk kaki yang
berarti anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan, (dari pangkal
paha ke bawah) dan meja berarti perkakas (perabot) rumah yang mempunyai bidang datar
sebagai daun mejanya dan berkaki sebagai penyangganya (KBBI, 2009). 

Ada beberapa istilah untuk menyebut hasil penggabungan kata itu. Misalnya,
Alisjahbana (1953) menggunakan istilah kata majemuk yang merujuk pada gabungan dua
buah kata atau lebih yang memiliki makna baru. Definisi itu merupakan identitas idiom
(lihat Katamba 1994:291). Fokker (1951) menggunakan istilah kelompok kata yang
dibedakan menjadi kelompok erat  untuk menyebut idiom dan kelompok longgar untuk
bukan majemuk. C.A. Mees (1957) menggunakan istilah kata majemuk dan aneksi.
Istilah pertama untuk idiom dan terakhir untuk yang nonidiomatis. Kridalaksana (1989)
menggunakan istilah paduan leksem atau kompositum. Sama dengan Alisjahbana, Alwi
(1998) dan Moeliono menyebut penggabungan kata dengan majemuk.

Untuk menampung konsep yang belum terwadahi dalam sebuah kata, digunakan
gabungan kata atau leksem yang dikenal dengan mejemuk, kompositum, atau perpaduan
—yang dalam bahasa Inggris disebut dengan compounds. Kata kunci dari majemuk
adalah gabungan kata atau leksem. Menurut Bauer (1988), majemuk adalah leksem baru
hasil dari gabungan dua leksem atau lebih. Katamba (1994:291) mengatakan bahwa
majemuk adalah kata yang terdiri atas, minimal, dua dasar yang tiap-tiap dasar dapat
berdiri sendiri. Kridalaksana (2008) menyebutnya sebagai gabungan leksem dengan
leksem yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang memiliki pola fonologis, gramatikal,
dan semantis yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan.

A. Pembagian bentuk kata majemuk

Setiap majemuk, baik yang terdiri atas dua kata, tiga kata, dan seterusnya selalu
memiliki dua bagian, yaitu kepala (head) dan pewatas (modifier). Misalnya, bentuk
majemuk rumah sakit yang terdiri atas rumah sebagai kepala dan sakit sebagai
pewatasnya. Dalam bentuk majemuk kepala rumah sakit, kepala sebagai kepala (head)
dan rumah sakit menjadi pewatasnya. Semakin panjang  atau banyak elemen pembentuk
majemuk semakin sempit artinya.

Berdasarkan status komponennya, majemuk dibagi atas dua kelompok besar, yaitu (1)
apakah mejemuk tersebut memiliki kepala: (a) kiri dan (b) kanan; (2) kelas kata
kepalanya (Katamba, 1994: 304). Untuk kelompok pertama, yang berdasarkan
keberadaan kepala majemuk dan letaknya di sebelah kiri atau kanan terbagi atas tiga.

Pertama, majemuk berkepala.  Majemuk itu terdiri atas:

1. majemuk berkepala di kanan (the right-hand head rule) atau endosentris, yaitu
majemuk yang kepalanya berada pada konstituen atau elemen di sebelah kanan.
Sebagian besar majemuk dalam bahasa Inggris adalah endosentris (Katamba,1994),
misalnya bird watch; sugar daddy;

2. majemuk berkepala di kiri (left-headed compounds), yaitu majemuk yang kepalanya


berada pada konstituen atau elemen di sebelah kiri. Bahasa Italia, contohnya, kepala
majemuknya berada di sebelah kiri (Scalise, 1984: 125). Bahasa Indonesia dan sebagian
bahasa di Asia juga berkepala majemuk di sebelah kiri, misalnya rumah
makan dan burung unta.
Kedua, majemuk tidak berkepala (headless compound). Majemuk itu terdiri atas: 

 1. majemuk bahuvrihi atau eksosentris, yaitu majemuk yang tiap-tiap elemennya bukan


merupakan kepala dari elemen lainnya, dengan kata lain, majemuk itu bukan merupakan
subkelas dari elemennya atau bukan merupakan hiponim elemennya (Bauer, 1988:35).
Nama manusia, binatang, dan tumbuhan sering kali berbentuk majemuk eksosentris,
misalnya red skin (orang Indian Amerika) dan lidah mertua (nama tumbuhan). 

2. majemuk kopulatif atau majemuk dvandva. Majemuk kopulatif ialah majemuk yang


memiliki dua kata yang merupakan pasangan yang secara semantis memiliki  status yang
sama dan tidak ada elemen yang mendominasi majemuk tersebut, misalnya: utara-
selatan (kedua arah mata angin tersebut sama-sama penting) Sony-Ericsson (dua
perusahaan melakukan merger untuk membentuk perusahaan.

Selain yang ada pada pembagian di atas, terdapat  dua jenis majemuk
lain. Pertama, cranberry words, yaitu majemuk yang salah satu elemennya unik, tidak
terdapat dalam gabungan kata lain. Dalam bahasa Inggris fenomena itu dikenal dengan
nama cranberry (Katamba, 1994: 322), misalnya leksem cran dan huckle yang hanya
muncul dalam majemuk cranberry dan huckleberry.  

Kedua, majemuk neoklasik (neo-classic compounds). Majemuk itu disebut demikian


karena sebagian besar elemennya adalah serapan dari bahasa Yunani atau Latin. Adams
(1973) dan Bauer (1983) menamainya demikian.  Ketidak laksana menyebut gejala
neoklasik dengan istilah majemuk sintesis karena keduanya merupakan paduan dari
bentuk terikat dan bentuk bebas atau bentuk terikat dengan bentuk terikat. Majemuk itu
berasal dari bahasa asing dan sebagian besar merupakan kosakata ilmu pengetahuan
(Kridalaksana, 2007: 151).

Untuk kelompok kedua, yang berdasarkan kelas kata kepalanya,  majemuk itu terbagi
menjadi tiga jenis.  Pertama, majemuk nomina yang terdiri atas (1) nomina dengan
nomina, misalnya kereta api; (2) nomina dengan adjektiva, misalnya orang asing, (3)
nomina dengan verba, misalnya pesawat tempur; dan (4) preposisi dengan nomina,
misalnya  overdosis.
Kedua, majemuk adjektiva yang terdiri atas gabungan (1) nomina dengan adjektiva, (2)
adjektiva dengan adjektiva, misalnya murah meriah, dan (3) preposisi dengan adjektiva,
misalnya overaktif.

Ketiga, majemuk verba, yaitu verba dengan nomina: (meng)hukum mati. Majemuk verba


itu mempunyai ciri-ciri (1) kepala kata adalah adjektiva atau nomina yang berasal dari
verba, (2) anggota majemuk ditafsirkan sebagai argumen sintaktis dari kepala nomina
deverbal atau adjektiva, (3) nonkepala berfungsi sebagai agen, pasien, dan sebagainya,
dan (4) makna majemuk transparan. Bauer (1988: 36) menyebut majemuk itu dengan
majemuk sintetis atau majemuk inti (nexus compounds).

2. Frasa.

1.Frasaekosentrik

Frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak memiliki konstruksi sama dengan unsur
pembentuknya. Artinya, salah satu unsur dari frasa eksosentrik tidak dapat saling mengisi
ketika dipisahkan.Misalnya,frasa di sekolah pada kalimat, "Mika les piano di sekolah,".
Ketika salah satu unsur dari frasa di sekolah dihilangkan maka tidak menjadi unsur
keterangan. Bila unsur di dihilangkan dan berubah menjadi, "Mika les piano di
sekolah,”maka maknanya menjadi berbeda.

2.frasa endosentrik

Frasa endosentrik adalah frasa yang memiliki distribusi sama atau setara. Sehingga,
ketika salah satu unsur dihilangkan, frasa tersebut akan tetap dapat digunakan.
Misalnya, frasa motor matic pada kalimat, "Elsa mengendarai motor matic,". Meskipun
salah satu unsurnya dihilangkan menjadi, "Elsa mengendarai motor," maka maknanya
tidak akan mengalami perubahan.
3.frasa koordinatif

Frasa koordinatif adalah frasa yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen
atau lebih yang sama atau sederajat. Sebab bentuknya yang sederajat maka frasa ini dapat
dihubungkan dengan konjungsi koordinatif tunggal seperti, dan, atau, tetapi, maupun, dan
lain-lain.Misalnya, frasa panjang pendek dapat diselipkan konjungsi koordinatif menjadi
panjang dan pendek serta panjang maupun pendek.

4.frasa subordinatif

Frasa subordinatif adalah frasa yang unsur-unsurnya tidak mempunyai kedudukan yang
setara. Hal ini mengakibatkan di antara unsur-unsur itu tidak dapat saling menggantikan
dan tidak dapat disisipkan kata dan atau.Misalnya, frasa laut luas maka tidak dapat
dipisahkan menjadi laut atau luas ataupun laut dan luas. Unsur keduanya tidak dapat
dipisahkan.

5.frasa opositif

Frasa apositif adalah frasa yang salah satu unsurnya sebagai keterangan. Namun,
keterangan itu dapat mengganti kedudukan yang diterangkannya. Misalnya, frasa guru
baru pada kalimat, "Pak Ahmad guru baru di sekolah kami,". Frasa guru baru tersebut
berfungsi untuk menjelaskan identitas Pak Ahmad.Hal menarik tentang frasa adalah
bagian yang selalu terdiri atas morfem-morfem bebas. Dalam artian, ketika sebuah
gabungan kata terdiri dari gabungan morfem bebas seperti, rumput tetangga atau sudah
makan maka gabungan kata tersebut dapat dikatakan sebagai frasa.
3. idiomatic

Makna Idiomatik dan Contohnya dalam Kalimat – Sebelumnya, telah kita bahas makna
leksikal dan contohnya, makna gramatikal dan contohnya, penyempitan makna kata
pengertian dan contohnya, perluasan makna dan contohnya, dan makna kontekstual dan
contohnya. Kali ini, kita akan membahas lagi salah satu diantara jenis-jenis makna kata,
yaitu makna idiomatik. Makna kata ini merupakan makna yang terbentuk dari gabungan
dua kata yang maknanya menyimpang dari makna asli kedua kata tersebut. Makna ini
mirip dengan contoh makna kias, makna metaforis, bahkan frasa idiomatik dan
contohnya

Berikut beberapa contoh makna kata idiomatik, baik itu contoh kata dan artinya, serta
contoh makna kata idiomatik dalam bentuk kalimat.

Gerak langkah: perbuatan

Setiap gerak langkah yang tengah kau lakukan, akan dimintai pertanggungjawabannya di
akhirat nanti.

Tertangkap basah: terlihat sedang melakukan sesuatu.

Polisi telah menangkap pelaku yang tertangkap basah sedang bertransaksi narkoba.

Buka suara: berbicara

Setelah lama bungkam, Danu pun akhirnya buka suara soal pencairan dana OSIS.

Tutup usia: meninggal

Kakek telah tutup usia pada hari Minggu kemarin.


B. Macam-macam kalimat efektif beserta contohnya.

1. Kelugasan
Informasi yang disampaikan dalam kalimat adalah pokok atau yang penting saja.Contoh:
Kalimat tidak efektif
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada PT Grand Shoe Industry yang berdiri pada
tanggal 23 Maret 1975 oleh Bpk. Suwarno Martodiharjo yang berlokasi di Jalan Sosial
No. 4, Jakarta Barat.
Kalimat efektif
Berdasarkan penelitian, PT Grand Shoe Industry didirikan oleh Bapak Suwarno
Martodiharjo pada tanggal 23 Maret 1975 dan berlokasi di Jalan Sosial No. 4, Jakarta
Barat.

2. Ketepatan

yakni ketepatan, artinya informasi yang disampaikan harus jitu atau tepat sasaran
sehingga dibutuhkan ketelitian. Kalimat yang tidak tepat akan menimbulkan multitafsir
sehingga menyebabkan keambiguan atau makna lebih dari satu, menjadi kabur, bahkan
meragukan.Contoh:
Kalimat tidak efektif

Guru diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatan sebagai guru karena terus menerus
melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas pekerjaan selama satu bulan atau lebih

.Kalimat efektif

Guru diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatan sebagai guru karena melalaikan
kewajiban secara terus menerus dalam menjalankan tugas pekerjaan selama satu bulan
atau lebih

3. Kejelasan

Kalimat harus memiliki struktur yang jelas sehingga memudahkan orang memahami
makna yang terkandung di dalamnya. Struktur yang dimaksud adalah penempatan S-P-O-
K dan penggunaan penghubung atau konjungsi dalam kalimat majemuk.
Contoh:

Kalimat tidak efektif Berdasarkan analisis kapasitas produksi yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa dalam menjalankan promosi memiliki pengaruh terhadap
penjualan.Kalimat efektif Berdasarkan analisis kapasitas produksi yang telah
dilakukan,diketahuibahwa promosi memiliki pengaruh terhadap penjualan.

4.kehematan

Informasi yang disampaikan dalam kalimat harus cermat,tidak boros,dan perlu berhati-
hatian,maka dari itu ,usahakanuntuk menghadiri bentuk-bentuk yang bersinonim.

Contoh:

Kalimat tidak efektif

Berdasarkan penjelasan sebagaimana tersebut diatas,penelitian ini inggin


menggungkapkan beberapa temuan-temuan sebagai berikut.

Kalimat efektif.

Berdasarkan penjelasan kalimat diatas,penelitian ini ingin mengungkapkan beberapa


temuan berikut.

5. kesejajaran.

Bentuk dari struktur dalam kalimat efektif harus pararel,sama,atau sederajar.Dalam


bentuk,kesejajaran terletak dalam pada penggunaan imbuhan,sedangkan dalam hal
struktur,kesejajaran ada pada klausa-klausa yang mengisi nkalimat majemuk.

Contoh:

Kalimat tidak efektif

Buku di buat oleh badan bahasa dan gramedia yang menerbitkannya .

Kalimat efektif

Buku itu dibuat oleh badann bahasa dan di terbitkan oleh gramedia.
Daftar pustaka:

Bauer, Laurie. 1988. Introducing Linguostic Morphology. Edinburgh:

Edinburgh University Press.

Katamba, Francis. 1994. Morphology. London: Macmillan Press LTD.

Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

------------. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1997. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai