Anda di halaman 1dari 52

BAB IX MEMAHAMI BAHASA

PENDAHULUAN Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik bahasa verbal maupun bahasa nonverbal. Seandainya bahasa dilarang atau hilang dari dunia ini, dapat kita bayangkan terjadi kehancuran baik interaksi interpersonal maupun interaksi sosial. Psikologi kognitif menekankan bahwa bahasa manusia mungkin salah satu dari perilaku kompleks yang dapat ditemukan di mana pun, di planet kita (Gleitman & Liberman, 1995). Perhatikanlah bahwa untuk memahami suatu kalimat diperlukan beberapa keterampilan: mengkode bunyi seorang pembicara, mengkode corak yang visual dari bahasa yang dihasilkan, mengakses arti dari kata-kata, memahami aturan yang menentukan urutan kata, dan menilai suatu intonasi pembicara apakah suatu kalimat merupakan suatu pertanyaan atau suatu statemen. Mengesankan, kita mengatur untuk memenuhi semua tugas ini ketika mendengarkan seorang pembicara yang mungkin menghasilkan tiga kata per detik ( Fischler, 1998; Van Petten et Al., 1999). Karakteristik penting lainnya pada produksi bahasa adalah bahwa produktivitas bahasa itu tak terbatas. Sebagai contoh, jika kita siapkan hanya 20 kata untuk membuat suatu kalimat, maka anda akan memerlukan

10,000,000,000,000 tahun-atau 2,000 kali dari umur dunia -untuk menyebutkan semua kalimat yang terbentuk itu (Miller, 1967; Pinker, 1993). Di dalam Bab 9 dan 10, kita akan membahas tentang psikolinguistik, atau aspek psikologis bahasa. Psikolinguistik; menguji bagaimana manusia belajar dan menggunakan bahasa untuk mengomunikasikan ide-ide/gagasan. Bahasa

menyediakan contoh terbaik dari keempat tema pada buku teks ini, proses kognitif yang saling berhubungan. Sesungguhnya, hampir tiap-tiap topik yang dibahas dalam buku ini berkontribusi dalam memproses bahasa. Sebagai contoh, persepsi memungkinkan kita untuk mendengar pembicaraan dan membaca kata-kata. Memori aktif membantu kita menyimpan stimuli yang cukup panjang untuk memproses dan menginterpretasikannya. Memori jangka panjang menyediakan

persinggungan antara materi yang kita proses dahulu dan materi yang kita hadapi sekarang. Bahasa juga dihubungkan dengan fenomena ujung lidah, perumpamaan, memori semantik, dan skema. Dua bab tentang bahasa (dalam textbook ini) akan meyakinkan anda bahwa manusia merupakan prosesor informasi yang aktif (Tema 1). Mendengarkan suatu bahasa lebih pasif dibanding dengan ketika kita dengan aktif berkonsultasi dengan pengetahuan kita sebelumnya, menggunakan berbagai strategi, membentuk harapan, dan membuat kesimpulan. Ketika kita berbicara, kita harus menentukan apa yang sudah diketahui oleh pendengar kita dan kira-kira informasi lain apa yang harus disampaikan. Bahasa bukan hanya prestasi kognitif kita yang luar biasa, tetapi ini juga proses sosial yang luar biasa dari proses kognitif kita. Bab ini akan kita fokuskan pada pemahaman bahasa. Setelah suatu pengantar diskusi tentang sifat dasar bahasa, kita akan membahas tentang membaca dasar, yang merupakan proses yang sama kompleksnya dengan proses lain pada tema bahasa ini (reading, listening, writing). Pada Bab 10, kita akan mengalihkan fokus dari pemahaman bahasa ke produksi bahasa. Bab 10 membahas dua macam produksi bahasa: berbicara dan menulis. Dengan latar belakang tentang keduanya yaitu pengertian bahasa dan produksi bahasa, kita kemudian bisa membicarakan bilingual (dwi-bahasa). Dwi-bahasa mengatur kemudahan komunikasi lebih dari satu bahasa.

SIFAT DASAR BAHASA (THE NATURE OF LANGUAGE) Psikolinguis sudah mengembangkan suatu kosa kata khusus untuk terminologi bahasa; mari sekarang kita membahas terminologi ini. Suatu fonem (yang dilafalkan "foe-neem") adalah unit dasar bahasa percakapan. Dalam kamus bahasa Indonesia, fonem diartikan sebagai satuan bunyi terkecil yang berfungsi membedakan arti (misal kata laut dan maut berbeda artinya karena berbedanya fonem /l/ dan /m/ pada awal kata tersebut). Dalam bahasan Inggris setidaknya ada 40 fonem (Groome, 1999; Mayer, 2004), diantaranya seperti bunyi; a, k, dan th. Sedangkan, suatu morfem ( yang dilafalkan " more-feem") adalah unit dasar dari arti. Sebagai contoh, kata reaktivated sebenarnya berisi empat

morfem: ,re-, active, -ate dan -ed. Masing-Masing segmen itu semuanya

mempunyai arti. Beberapa morfem dapat berdiri sendiri (seperti giraffe), tetapi beberapa harus dihubungkan dengan morfem lain agar mempunyai arti. Sebagai contoh, re mengindikasikan suatu tindakan ulangan. Dalam kamus bahasa Indonesia, morfem diartikan sebagai satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna secara relatif stabil dan tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil. Sebagai contoh berkuasa, ber-kuasa, terdiri dari dua morfem. Setiap segmen memiliki arti, ber- pada kata tersebut artinya memiliki, dan kuasa yang artinya wewenang atau pengaruh. Komponen lainnya yang utama dari psikolingusitik adalah sintaksis. Sintaksis mengacu pada aturan tentang sifat tatabahasa yang mengatur bagaimana kata-kata dapat tergabung dalam kalimat (Owens, 2001). Istilah yang lebih spesifik dan umum, yaitu grammar, meliputi morfologi dan sintaksis, grammar ini memeriksa struktur kata dan struktur kalimat (Evans & Green, 2006). Semantik adalah bagian dari psikolingusitik yang menguji maksud/arti kata-kata dan kalimat (Carroll, 1999). Berkaitan dengan istilah, memori semantik, mengacu pada organisasi pengetahuan kita tentang dunia. Kita sudah membahas memori semantik pada sepanjang bab buku ini, tetapi terutama pada Bab 8. Salah satu istilah lain yang penting adalah pragmatis, yaitu pengetahuan kita tentang aturan sosial yang mendasari penggunaan bahasa, dan

memperhitungkan tentang perspektif (sudut pandang) pendengar (Carroll, 2004; Tomasello, 2003). Pragmatis adalah suatu topik yang penting ketika kita membahas produksi bahasa (Bab 9), tetapi faktor pragmatis juga mempengaruhi pemahaman. Psikolingusitik meliputi suatu jangkauan luas tentang topik, yang mencakup bunyi, beberapa tingkatan arti, tatabahasa, dan faktor sosial. Mari kita sekarang membahas beberapa aspek tambahan dari kealamian bahasa: beberapa latar belakang tentang struktur bahasa, suatu sejarah ringkas psikolingusitik, faktor yang mempengaruhi pengertian, dan neurolinguistics.

Psycholinguistics Is English-Center Elizabeth Bates dan kawan-kawan (2001) menegaskan bahwa terdapat bias dalam pemenelitian psikolinguistik. Sebagian besar peneliti pada bidang ini

memfokuskan bagaimana orang memahami bahasa Inggris, sehingga hasil-hasil penelitian tersebut hanya dapat diaplikasikan pada orang-orang yang

menggunakan bahasa Inggris, tidak pada seluruh manusia. Sekarang ini diperkirakan terdapat 6.000-7.000 bahasa yang digunakan oleh seluruh manusia di seluruh penjuru bumi ini, sehingga penekanan hanya pada satu jenis bahasa (bahasa Inggris) saja tidak sesuai (Fishman, 2006; Ku, 2006; Tomasello, 2003). Bates dan kawan-kawan (2001) menjelaskan beberapa perbedaan pada bahasa. Sebagai contoh, dalam bahasa Inggris, arti/makna dari sebuah kata tidak bergantung pada pitch suku kata. Sebaliknya pada bahasa Cina Mandarin, ma bisa berarti ibu ketika diucapkan dengan pitch tunggal. Namun, ma bisa berarti kuda ketika diucapkan dengan intonasi turun naik (Field, 2004). Proses dalam otak akan berbeda sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh seseorang. Daerah otak bagian frontal akan aktif ketika orang yang berbahasa Inggris mendengarkan suatu kalimat yang kompleks, sedangkan daerah frontal ini tidak merespon ketika orang berbahasa Jerman mendengarkan kalimat serupa yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman (Bornkessel & Schlesewsky, 2006). Kesimpulannya bahwa perbedaan bahasa itu memiliki rentang yang sangat luas dari dimensi ke dimensi (Tomasello, 2003). Psikolinguistik membutuhkan pengarahan khusus penelitian pada berbagai bahasa jika mereka ingin menetapkan prinsip bahasa yang berlaku universal.

Latar belakang pada Struktur Bahasa Sebelum kita membahas sejarah psikolingusitik, kita harus mendiskusikan suatu konsep pusat dalam memahami bahasa, yang disebut struktur frase. Struktur frase menekankan bahwa suatu kalimat dibangun dengan suatu struktur hirarkis, berdasar pada unit lebih kecil yang disebut konstituen (unsur) Sebagai contoh, kita mempunyai kalimat berikut: The young woman carried the heavy painting Kita dapat membagi kalimat ini ke dalam dua unsur yang luas: (1) frase yang fokusnya pada kata benda -the young women- (wanita muda) dan (2) frase yang fokusnya pada kata kerja -carried the heavy painting- (membawa lukisan (Carroll, 2004).

yang berat). Masing-Masing unsur ini lebih lanjut dapat dibagi lagi, menjadi suatu hirarki unsur dengan suatu diagram pohon terbalik. Diagram ini, seperti dalam gambar 9.1, membantu kita mengapresiasi bahwa suatu kalimat bukan sekedar suatu rantai kata-kata, seperti deretan manik-manik pada suatu kalung. Tetapi, kita memahami hubungan yang lebih rumit di antara unsur-unsur suatu kalimat (Owens, 2001).

GAMBAR 9.1 Suatu Contoh Unsur (Constituents).


The young woman carried the heavy painting The young woman carried the heavy painting The young man carried the heavy painting

The

young woman Young woman

carried the

the heavy painting heave painting

Heavy

painting

Kita sering memerlukan informasi dari keseluruhan unit dalam rangka memberi isyarat arti dari kata-kata itu. Sebagai contoh, kata painting. Dalam kalimat itu kita hanya menganalisa. Painting bisa jadi suatu kata kerja ataupun suatu kata benda. Bagaimanapun, dari konteks di mana painting muncul dalam constituent (unsur) the heavy painting, kita mengetahui bahwa painting yang sesuai adalah sebagai kata benda. Suatu penelitian mengindikasikan bahwa manusia mengurus constituent lengkap dalam memori kerja sementara mereka memproses arti/maksudnya (Jarvella, 1971).

Sejarah Ringkas Psikolinguistik Filsuf-filsuf pada zaman dahalu di Yunani dan India mendebatkan tentang sifat dasar bahasa (the nature of language) (Chomsky, 2000). Berabad-abad

kemudia, Wilhelm Wundt dan William Yakobus juga berspekulasi sekitar kemampuan kita yang mengesankan dalam bidang ini (Levelt, 1998). Bagaimanapun, sekarang disiplin psikolinguistik dapat ditelusuri pada tahun 1960-an, ketika psikolinguis mulai menguji apakah oleh riset psikologis dapat mendukung Teori Chomsky ( Mckoon& Ratcliff, 1998). Mari kita membahas Teori Chomsky, riset pada teorinya, dan teori terbaru tentang bahasa. Pendekatan Chomsky (Chomskys Approach). Orang pada umumnya berpikir tentang suatu kalimat sebagai suatu urutan kata-kata yang rapi yang berbaris berturut-turut pada selembar kertas. Noam Chomsky (1957) sangat

gembira karena antar psikolog dan ahli bahasa mengemukakan bahwa ada lebih dari suatu kalimat yang dilihat mata (atau didengar telinga). Secara rinci, orangorang dapat menghargai dasar struktur kalimat. Pekerjaan Chomsky pada psikologi bahasa tersebut telah disebutkan pada Bab 1 buku teks ini sebagai salah satu kekuatan yang mendorong berkurangnya minat akan behaviorisme. Behavioris menekankan aspek perilaku bahasa yang tampak (Field, 2004). Pada sisi lain, Chomsky berargumentasi bahwa kemampuan bahasa manusia bisa saja diterangkan dalam kaitan dengan suatu aturan dari sistem yang kompleks dan prinsip yang mewakili pikiran para pembicara (speakers) (Chomsky, 2006). Chomsky adalah salah satu ahli teori yang paling berpengaruh dalam linguistik modern (Seidenberg, 1997; Williams, 1999). Chomsky berpendapat bahwa manusia mempunyai keterampilan bahasa bawaan. Dengan itu, kita mempunyai suatu pemahaman bawaan sejak lahir tentang prinsip abstrak bahasa. Hasilnya, anak-anak tidak harus belajar dasarnya, konsep yang dapat digeneralisasi adalah universal bagi semua bahasa (Chomsky, 2003, 2006; Field, 2004). Tentu saja, anak-anak membutuhk pelajaran beberapa karakteristik superficial bahasa yang digunakan oleh masyarakatnya. Sebagai contoh, anakanak di Spayol yang masyarakatnya berbahasa Spayol, akan membutuhkan pelajaran untuk membedakan antara ser dan estar. Bahasa Spanyol sedikit banyaknya dilukiskan dengan cara yang berbeda dengan Bahasa Inggris, di mana anak-anak hanya belajar satu bentuk kata kerja to be. Meski demikian, Chomsky

berargumen bahwa semua anak-anak mempunyai suatu kemampuan berbahasa bawaan sejak lahir yang substansial. Kemampuan ini akan menggiring mereka untuk memproduksi bahasa dan memahami kalimat yang belum pernah mereka dengar sebelumnya (Belletti & Rizzi, 2002; Chomsky, 2006). Chomsky juga mengemukakan bahwa bahasa itu modular; orang mempunyai satu set kemampuan berbahasa yang spesifik yang tidak mengikuti prinsip dari proses kognitif lain, sebagai contoh, memori dan pengambilan keputusan (Nusbaum & Small, 2006). Karena bahasa itu modular, Chomsky (2002, 2006) berpendapat bahwa belajar struktur bahasa yang kompleks pada anak-anak kecil merupakan tugas yang lebih mudah daripada mental aritmatik. Teori Chomsky berbeda dengan pendekatan kognitif standar, yang berargumen bahwa bahasa bukan modular, proses kognitif seperti memori yang bekerja semuanya berhubungkan dengan bahasa. Menurut pendekatan alternatif ini, kita terampil berbahasa sebab kekuatan otak yang mampu menguasai

berbagai tugas kognitif. Bahasa hanyalah satu dari tugas itu, sama halnya dengan memori dan pemecahan masalah ( Bates, 2000; Carroll, 2004; Tomasello, 2003). Sebagai tambahan, Chomsky (1957, 2006) menjelaskan perbedaan antara struktur dalam dan struktur luar (permukaan surface-) suatu kalimat. Struktur permukaan (surface structure) suatu kalimat direpresentasikan oleh kata-kata yang diucapkan atau ditulis. Sedangkan struktur dalam (deep structure) atau struktur dasar adalah makna abstrak dari sebuah kalimat (Garnham, 2005). Chomsky menunjukkan bahwa kita memerlukan transformasional tata bahasa dalam rangka menjelaskan mengapa dua kalimat bisa memiliki struktur permukaan yang sangat berbeda, tetapi struktur dalam sangat mirip. Perhatikan dua kalimat berikut. Sara threw the ball The ball was thrown by Sara

Dapat dilihat bahwa struktur permukaan dari dua kalimat di atas berbeda. Tidak ada satu kata pun yang menduduki posisi yang sama dalam kedua kalimat tersebut, dan tiga kata dalam kalimat kedua bahkan tidak tampak dalam kalimat pertama. Diagram struktur frase bisa juga merepresentasikan dua kalimat ini

dengan cara yang berbeda. Meskipun demikian, "hati kecil -deep down-- " orangorang yang berbahasa Inggris merasa bahwa kalimat tersebut memiliki inti pengertian yang sama (Harley, 2001). Chomsky (1957, 2006) juga menjelaskan bahwa dua kalimat mungkin punya struktur permukaan yang sangat mirip tetapi struktur dalam yang sangat berbeda, inilah yang disebut kalimat ambigu. Konteks dalam kalimat biasanya akan membantu kita untuk memecahkan keambiguan tersebut. Di sini ada tiga kalimat ambigu, yang masing-masing mempunyai dua maksud/arti:

The shooting of the hunters was terrible. They are cooking apples. The lamb is too hot to eat.

Reaksi Terhadap Teori Chomsky. Pada awalnya, para psikolog menanggapi dengan antusias mengenai ide Chomsky yaitu tentang grammar (Bock et al, 1992; Williams, 2005). Tidak semua bukti dari teori Chomsky itu benar. Sebagai contoh, suatu penelitian gagal untuk mendukung prediksi

Chomsky bahwa manusia akan memproses kalimat lebih lama dari pada transformasi angka yang diberikan (Carroll, 2004; Herriot, 2003). Kemudian, beberapa teori Chomsky belum diuji (Agassi, 1997). Teori Chomsky yang selanjutnya menyajikan analisa ilmu bahasa yang lebih canggih. Sebagai contoh, Chomsky telah menempatkan batasan pada hipotesis yang memungkinkan orang-orang yang belajar bahasa dapat membuat struktur bahasa (Chomsky, 1981; Harley, 1995). Pendekatan teori Chomsky yang lebih baru juga menekankan informasi yang terdapat dalam masing-masing kata secara individu dari suatu kalimat. Sebagai contoh, kata discuss tidak hanya menyampaikan informasi tentang maksud/arti dari kata itu, tetapi kalimat, Rita discussed the novel (Ratner& Gleason, 1993). juga

menetapkan bahwa discuss haruslah diikuti oleh suatu kata benda, seperti pada

Penekanan arti Teori Psikolinguistik. Mulai tahun 1970-an, banyak psikolog menjadi berkecil hati dengan penekanan aspek gramatikal bahasa

(Herriot, 2003). Mereka mulai mengembangkan teori yang menekankan pada pikiran manusia, daripada struktur bahasa (Tanenhaus, 2004; Treiman et al., 2003). Pada tahun-tahun ini, fokus pada ilmu semantik mengarahkan psikolog untuk menyelidiki bagaimana orang-orang memahami arti sebuah paragraf dan cerita. Beberapa teori yang dikembangkan menekankan pada arti (e.g., Kintsch, 1998; Newmeyer, 1998). Di sini, dengan singkat akan diuraikan sebuah teori representatif, pendekatan fungsional kognitif (the kognitive functional approach) terhadap bahasa. Pendekatan fungsional kognitif menekankan bahwa fungsi dari bahasa manusia dalam kehidupan sehari-harinya adalah untuk

mengkomunikasikan arti/maksud/makna kepada orang lain. Seperti yang disarankan olehnya, pendekatan fungsional kognitif juga menekankan bahwa proses kognitif kita seperti perhatian (attention) dan memori- saling terjalin dengan pemahaman bahasa dan produksi bahasa kita. Demonstrasi 9.2 Pendekatan fungsional kognitif terhadap bahasa Bayangkan Anda baru melihat suatu peristiwa di mana seorang laki-laki bernama Fred memecahkana jendela dengan menggunakan sebuah batu. Seseorang yang tidak meliaht langsung kejadian itu meminta informasi kepada anda tentang peristiwa itu. Untuk masing-masing kalimat di bawah ini, buat pertanyaan yang mungkin ditanyakan oleh orang ini yang memungkinkan anda untuk menjawab dengan kata-kata spesifik untuk kalimat jawabannya, contohnya " Fred broke the window" mungkin jawaban dari pertanyaan, "What did Fred do?" I. Fred broke the window with a rock.
2. 3. 4. 5.

The rock broke the window. The window got broken. It was Fred who broke the window. It was the window that Fred broke.

6. What Fred did was to break the window.


Sumber : Berdasarkan pada Tomasello, 1998a, p. 483.

Michael Tomasello (2003) menjelaskan bahwa anak-anak memiliki kekuatan luar biasa pada keterampilan kognitif dan keterampilan bersosial. Selama bertahun-tahun ketika mereka mempelajari bahasa, mereka akan mendengar jutaan kalimat orang dewasa. Sebagaimana akan dijelaskan pada Bab 13, anak-anak akan menganalisis kalimat-kalimat tersebut, dan mereka gunakan strategi yang fleksibel untuk meningkatkan penciptaan bahasa yang kompleks (Kuhl, 2006). Tomasello (1998a, 1998b) juga menegaskan bahwa orang-orang dewasa menggunakan bahasa dengan berstrategi. Kita menyusun bahasa kita berfokus pada perhatian pendengar Sebagai akan informasi yang diharapkan 9.2, dapat yang

dijelaskan/ditekankan.

contoh

perhatikan Demostrasi

menggambarkan suatu contoh dari pendekatan fungsional kognitif (Tomasello, 1998a). Perhatikan bahwa masing-masing kalimat menekankan pada sebuah perspektif yang berbeda untuk kejadian yang sama. Anda mungkin akan menemukan bahwa perspektif yang berbeda ini dicerminkan oleh variasi pertanyaan yang anda hasilkan. Singkatnya, pendekatan fungsional kognitif berargumen bahwa orang-orang dapat menggunakan bahasa yang kreatif, dalam rangka mengomunikasikan maksud/arti yang sulit dipisahkan. Kita akan menyelidiki penggunaan bahasa secara lebih menyeluruh pada Bab 10.

Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Dimulai pada tahun 1960-an, para psikolog mulai menguji beberapa faktor bahasa yang berhubungan dengan pemahaman bahasa. Pada umumnya, orangorang kesulitan untuk memahami kalimat-kalimat yang memiliki empat kondisi sebagai berikut: 1. 2. Jika kalimat-kalimat itu berbentuk kalimat negatif, seperti bukan. Jika kalimat-kalimat itu dalam bentuk pasif dibandingkan dengan kalimat aktif. 3. Jika kalimat-kalimat itu mengandung struktur yang berkaitan dengan suatu anak kalimat yang terletak di tengah kalimat. 4. Jika kalimat-kalimat itu adalah kalimat ambigu.

10

Kalimat negatif. Suatu berita utama terbaru pada surat kabar mengatakan, "Georgia menolak tantangan untuk melakukan referendu...." Kalimat ini memerlukan beberapa cara membaca untuk memahami pesan dasarnya. Akankah negara bagian Georgia melarang persatuan same sex? Riset pada kalimat negatif telah jelas. Jika suatu kalimat berisi suatu kata negatif, seperti tidak atau bukan, atau suatu hal negatif yang tersirat (seperti menolak), kalimat hampir selalu memerlukan lebih banyak waktu untuk diproses dibandingkan dengan suatu kalimat afirmatif yang serupa (Williams, 1999). Dalam sebuah studi klasik; Clark dan Chase (1972) bertanya kepada orang-orang untuk memverifikasi statemen, sebagai berikut:
Star is above plus.

Peserta menjawab dengan cepat, jika kalimat adalah afirmatif. Kita menjawab lebih lambat jika kalimatnya negatif yang mengandung bentuk bukan (sebagai contoh, plus isnt above star). Rata-rata kesalahan kita lebih rendah terhadap kalimat afirmatif dibandingkan dengan kalimat negatif. Dapat dilihat bahwa hasil ini sesuai dengan tema ke-3 dari buku ini bahwa proses kognitif kita mampu menangani dengan lebih baik informasi yang positif dibandingkan dengan informasi yang negatif. Seperti yang dapat anda bayangkan, pemahaman pembaca menurun

ketika banyak terminologi negatif. Penemuan ini telah jelas dapat diaplikasikan dalam beberapa bidang, seperti pendidikan, periklanan, dan survei politik (Kifner, 1994).

Kalimat pasif. Seperti telah kita bahas sebelumnya, Chomsky (1957, 1965) menunjukkan bahwa bentuk aktif dan pasif suatu kalimat mungkin berbeda struktur permukaannya tetapi mempunyai struktur dalam yang mirip.

Bagaimanapun, bentuk aktif adalah bentuk dasar; perubahan bentuk menjadi bentuk pasif memerlukan kata-kata tambahan. Bentuk aktif juga lebih mudah untuk dipahami (Garnharn, 2005;

Williams, 2005). Sebagai contoh, Ferreira dan kawan-kawan (2002) bertanya pada

11

beberapa peserta untuk menentukan apakah kalimat ini masuk akal atau tidak. Para partisipan dengan ketepatan tinggi merespon dengan jawaban TIDAK (tidak masuk akal) untuk kalimat aktif The man bit the dog . Namun, ketika kalimat tersebut diubah menjadi kalimat pasif yang memiliki arti sama The dog was bitten by the man, ketepatan jawaban para partisipan turun sebesar 75%. Gaya menulis yang direkomendasikan sekarang adalah kalimat dalam bentuk aktif. Sebagai contoh, the American Psychological Association (2001) menjelaskan bahwa bentuk aktif dalam kalimat Nunez (2006) designed the experiment jauh lebih langsung dan baik dari pada bentuk pasif dalam kalimat The experiment was designed by Nunez (2006).

Struktur tersarang. Suatu struktur tersarang adalah suatu frase yang ditempelkan pada kalimat lain. Sebagai contoh, kita dapat mengambil kalimat sederhana. Pesawat berangkat pada pukul 9:41, dan menyisipkan struktur tersarang, yang ingin aku tumpangi. Kita menciptakan suatu struktur kalimat yang lebih kompleks: pesawat yang ingin aku tumpangi berangkat pada pukul 9:41. Gibson (1998, 1999; Rayner & Clifton, 2002) mengemukakan, pembaca mengalami suatu "harga memori" (the memory overload) ketika mereka mencoba untuk membaca suatu kalimat yang berisi suatu struktur tersarang. Anda harus ingat bagian pertama dari kalimat, pesawat, sewaktu anda memproses struktur tersarang. Selanjutnya, anda dapat memproses sisa kalimat tersebut. Harga memori (the memory overload) menjadi besar ketika kalimat berisi banyak struktur tersarang. Sebagai contoh, anda mungkin menemukan diri anda asing ketika anda mencoba untuk memahami kalimat berikut: Pesawat yang ingin aku tumpangi ketika aku pergi ke Denver setelah ia kembali dari Washington berangkat pada pukul 9:41.

(The plane that I want to take when I go to Denver after he returns from Washington leaves at 9:41 in the morning)

12

Waktu mendatang ketika anda menulis paper, ingat apa yang sekarang anda pahami tentang tiga faktor yang mempengaruhi pemahaman; (1) gunakan kalimat positif daripada kalimat negatif; (2) gunakan kalimat aktif daripada kalimat pasif; dan (3) gunakan kalimat tunggal daripada struktur tersarang.

Ambiguitas. Anggaplah bahwa anda melihat berita utama pada surat kabar lokal, " Bombing Rocks Hope for Peace ". Seperti yang dapat anda bayangkan, kalimat yang mengandung kata ambigu atau struktur ambigu akan sulit untuk dipahami. Ingat bahwa kita membahas kalimat ambigu dalam hubungannya

dengan transformasi tata bahasa Chomsky. Sekarang mari kita perhatikan bagaaimana orang-orang memahami kalimat ambigu ini. Para psikolog telah merancang beberapa metode untuk mengukur kesulitan memahami kalimat dengan kata-kata ambigu (MacDonald, 1999; Rodd et al., 2002). Biasanya orang yang membaca akan berhenti lebih lama ketika mereka memproses kata ambigu (Pexman et al., 2004; Rayner et al., 2005). Para psikolog mengusulkan beberapa teori untuk menjelaskan bagaimana pendengar memproses kata ambigu (Rayner & Clifton, 2002; Van Orden & Kloos, 2005). Penelitian terbaru mendukung penjelasan: ketika orang-orang menemukan suatu potensi ambigu-- aktivasi membangun semua arti dari item ambigu tersebut. Lebih jauh, orang-orang lebih suka memilih arti/makna khusus (1) jika artinya lebih umum daripada arti/makna pengganti dan (2) jika kalimat tersebut konsisten dengan arti/maksudnya (Morris & Binder, 2001; Rayner & Clifton, 2002; Sereno et al., 2003). Perhatikan kalimat ini: Pat mengambil uang di bank. Di sini, "lembaga keuangan" interpretasi dari bank akan banyak menerima aktivasi. Akhirnya, ini adalah interpretasi paling umum dari bank, dan konteks uang juga mengacu pada arti ini. Tetapi, kiranya, beberapa aktivasi minimal juga membangun arti lain dari bank (seperti riverbank dan bank darah). Penjelasan tentang ambiguitas akan konsisten dengan pendekatan proses distribusi paralel (parallel distributed processing approach).

13

Sejauh ini kita telah memperhatikan kata-kata ambigu. Bagaimana pun, terkadang suatu kalimat adalah ambigu, jika tidak ada tanda baca (Rayner et al., 2003). Cobalah baca kalimat di bawah ini: 1. After the Martians invaded the town that the city bordered was evacuated. (Tabor & Hutchins, 2004, p.432) Ketika kita membaca kalimat itu dengan cepat, kemudian tiba-tiba kita kehilangan makna dari kalimat tersebut. Kalimat ambigu itu sulit jika kalimat tersebut terdiri dari rentetan kata yang panjang. Sebaliknya, jika kalimat tersebut terdiri dari rentetan kata yang lebih sedikit, maka kita akan lebih mudah mengidentifikasi kesalahan pemaknaannya. After the Martians invaded the town was evacuated. (Tabor & Hutchins, 2004, p.432)

2.

Demonstrasi 9.3 Penelitian pada Bahasa ambigu Barangkali sumber yang terbaik dari frase ambigu adalah headlines surat kabar. Betapapun, berita utama pastilah sangat ringkas, sehingga kita sering menghilangkan kata-kata pelengkap yang bisa memecahkan ambiguitas itu. Beberapa contoh headlines aktual yang ambigu : 1. "Eye drops off shelf'
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

"Squad helps dog bite victims" "British left waffles on Falkland Islands" "Clinton wins budget, more lies ahead" "Miners refuse to work after death" "Stolen painting found by tree" Kids make nutritious snack Oklahoma is among place where tongues are disappear

14

Sebagaimana menurut Rueckel (1995) bahwa Rueckl (1995) mengamati Ambiguitas adalah fakta kehidupan. Untungnya, sistem kognitif manusia dilengkapi dengan baik untuk menghadapinya. Memang, kita bisa memahami kalimat ambigu, sebagaimana kita bisa memahami kalimat negatif dan kalimat pasif.

Neurolinguistik Neurolinguistik adalah bidang yang menguji hubungan antara otak dan bahasa (Treiman et al., 2003). Hasil riset menyatakan bahwa basis neurologika bahasa bersifat kompleks. Mari kita bahas empat topik berikut : aphasia, hemispheric dalam pemrosesan bahasa spesialisasi, dan riset neuroimaging pada orang normal.

Individu penderita aphasia. Hampir seluruh informasi yang telah ilmuwan peroleh tentang neurolinguistik berdasarkan pada orang yang mengalami aphasia. Aphasia merupakan kerusakan terhadap bagian otak yang mengatur kemampuan berbicara, sehingga menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi. Kerusakan bagian otak ini dapat disebabkan karena stroke, tumor, atau infeksi yang serius (Saffran& Schwart, 2003). Gambar di bawah ini memperlihatkan dua dearah otak yang berhubungan dengan aphasia.

15

Daerah Broca terletak di bagian depan otak. Kerusakan daerah Broca ini akan berpengaruh pada kemampuan berbicara. Berbicara menjadi ragu-ragu, perlu usaha yang sangat keras, dan tata bahasanya sederhana (grammatically simple) (Dick et al., 2001; Gazzaniga et al., 2002). Sebagai contoh, seseorang penderia aphasia Broca menghasilkan kalimat berikut : Alright . . .Uh . . . stroke and uh . . . I . . . .huh . . . tawanna guy . . . h . . .h . . . hot tub and . . . And the . . . two days when uh . . . Hos . . . uh . . . huh . . . hospital and uh . . . amet . . . am . . . ambulance. (Dick et al., 2001, p.760)

Aphasia Broca akan menyebabkan kesulitan memproduksi bahasa. Daerah Broca adalah salah satu daerah di otak yang mengatur pergerakan; untuk memproduksi bahasa, anda perlu menggerakan lidah dan bibir. Bagiamanapun, orang dengan aphasia Broca mungkin juga akan memiliki masalah dalam memahami bahasa (Dick et al., 2001; Martin & wu, 2005). Sebagai contoh, mereka tidak mampu membedakan kalimat He showed her baby the pictures dengan kalimat He showed her the baby pictures (jackendoff, 1994, p.149). Daerah Wernicke terletak di bagian belakang otak. Kerusakan pada daerah Wernicke menyebabkan kesulitan yang serius untuk memahami bahasa, seperti produksi bahasa yang terlalu panjang lebar dan membingungkan (Harley, 2001). Penderita aphasia Wernicke tidak bisa memahami instruksi-instruksi dasar seperti Show me the picture of the watch atau Point to the telephone. Berikut adalah gambaran bagaiamana seorang yang aphasia Wernicke menggambarkan serangan stroke nya: It just suddenly had a effert and all the feffort had gone with it. It even stepped my horn. They took them from earth you know. They make my favorite nine to severed and now Ive been habed by the uh stam of fortment of my annulment which is now forever. (Dick et al., 2001, p. 761) Kita dapat melihat bahwa kedua jenis aphasia dapat menurunkan kemampuan tata bahasa (grammatical) seseorang (Dick et al., 2001). Jenis Aphasia yang lain adalah Afasia konduksi merupakan kerusakan pada arcuate fasciculus, berdampak pada transmisi informasi dari daerah Wernicke ke daerah Broca. Gejala kerusakan ini, pertama karena informasi

16

leksikal dari daerah Wernicke tidak dapat dipindahkan ke daerah Broca, sehingga ujarannya secara semantis tidak padu (tidak koheren). Demikian pula, karena informasi kategori morfem terikat (afiks) dan kategori leksikal tidak dapat dipindahkan ke daerah Wernicke, pemahaman bahasa menjadi rusak. (Wikipedia: 2012) Karakteristik klinis dari afasia bergantung pada penyebab dan lokalisasi kerusakan di otak seperti pada orang dewasa, tetapi gambaran klinisnya berubah bergantung pada usia berapa kerusakan itu terjadi. Hal ini disebabkan oleh peralihan fungsi bahasa dari hemisfer kiri ke hemisfer kanan, sehingga terjadi perbaikan fungsi bahasa pada anak. Namun, hal ini ditemukan apabila kerusakan terjadi sebelum anak berusia 6 tahun. Apabila kerusakan terjadi setelah usia 6 tahun, maka terjadi reorganisasi intrahemisferik (di dalam bagian otak). Spesialisasi Belahan (hemispheric specialization). Beberapa ilmuwan memperhatikan bahwa kerusakan bagian kiri hemisphere pada otak lebih banyak mengakibatkan kesulitan berbicara dari pada kerusakan bagian kanannya di otak. Selama pertengahan tahun 1900an, para peneliti mulai melakukan penelitian yang lebih sistematis tentang lateralization (lateralisasi). Lateralisasi berarti masingmasing bagian hemisphere pada otak memiliki fungsi yang berbeda. Lateralisasi dapat diartikan sebagai pembagian tugas pada bagian (hemisfer) otak. Pembagian tugas yang dimaksud adalah tugas hemisfer kanan dan hemisfer kiri. Kedua hemisfer otak ini mempunyai peranan yang berbeda bagi fungsi kortikal. Fungsi bicara-bahasa dipusatkan pada hemisfer kiri. Hemisfer kiri ini disebut juga hemisfer dominan bagi bahasa, dan korteksnya dinamakan korteks bahasa. Hemisfer kiri ini memiliki bentuk yang berbeda dengan hemisfer kanan. Bentuknya lebih besar, lebih panjang, dan lebih berat daripada hemisfer kanan (Abdul Chaer, 2003: 120). Hemisfer kiri mempunyai arti penting bagi bicarabahasa, juga berperan untuk memori yang bersifat verbal (verbal memory). Sebaliknya hemisfer kanan penting untuk fungsi emosi, lagu isyarat (gesture), baik emosional maupun verbal. Tanpa hemisfer kanan pembicaraan seseorang akan menjadi monoton, tak ada prosodi (kesenyapan), tak ada lagu kalimat; tanpa menampakkan adanya emosi; dan tanpa disertai isyarat-isyarat bahasa (Abdul Chaer, 2003: 120).

17

Pada waktu manusia dilahirkan, belum ada pembagian tugas antara kedua hemisfer (hemisfer kanan dan hemisfer kiri). Akan tetapi, menjelang anak mencapai umur sekitar 12 tahun terjadilah pembagian fungsi yang dinamakan Lateralisasi. Pada mulanya dinyatakan bahwa hemisfer kiri ditugasi terutama untuk mengelola ikhwal bahasa, sedangkan hemisfer kanan untuk hal-hal lain. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa hemisfer kanan pun ikut bertanggung jawab akan penggunaan bahasa. Ada beberapa pendekatan untuk mempelajari Lateralisasi. Tes yang diperkenalkan oleh pakar bernama Wada dan Rasmussen (1960). Dalam tes ini obat sodium amysal diinjeksikan ke dalam sistem peredaran salah satu belahan otak. Belahan otak yang mendapatkan obat ini akan menjadi lumpuh untuk sementara. Jika hemisfer (belahan/bagian) otak kanan yang dilumpuhkan dengan sodium amysal ini, maka anggota-anggota badan sebelah kiri tidak berfungsi sama sekali. Namun, fungsi bahasa tidak terganggu sama sekali, dan orang yang diteliti ini dapat bercakap-cakap dengan normal seperti biasa. Apabila hemisfer kiri yang diberi sodium amysal, maka anggota badan sebelah kanan akan menjadi lumpuh, termasuk fungsi bahasa. Jadi, hasil tes ini membuktikan bahwa pusat bahasa berada pada hemisfer kiri. Tetapi teknik semacam ini sangat sulit dan banyak risikonya untuk diterapkan, sehingga jarang digunakan. Anda mungkin pernah mendengar ungkapan Bahasa terletak di otak belahan kiri. Ungkapan ini terlalu kuat. Ya, banyak studi menemukan aktivasi lebih besar di belahan kiri daripada belahan kanan (Bates, 2000; Grodzinsky, 2000; Scott, 2005). Sekitar 5% ditangani sebelah kanan dan sekitar 50% ditangani sebelah kiri, bahasa dilokalisir di belahan kanan atau diproses berimbang oleh kedua belahan otak (Kinsbourne, 1998) Otak belahan kiri melaksanakan paling banyak pekerjaan dalam mengolah bahasa pada mayoritas manusia, khususnya kemampuan berbicara, dan secara cepat memilih interpretasi yang paling mungkin dari bunyi (Gernsbacher & Kaschack, 2003; Scott, 2005). Bagian kiri hemisphere menentukan sebab dan efek dari suatu hubungan (Gazzaniga, et al., 2002). Bagian ini pun baik untuk membaca, sebaik dalam memahami arti dan tata bahasa

18

(Grensbacher & Kaschak, 2003). Selain itu, imagery sentences sangat aktif di bagian kiri hemisphere ini (Just et al., 2004). Beberapa tahun lamanya, orang berpikir bahwa belahan otak kanan tidak memainkan peranan dalam mengolah bahasa. Bagaimanapun juga, belahan otak kanan melaksanakan beberapa tugas, seperti menginterpretasi nada emosional sebuah pesan (Grensbacher & Kaschak, 2003; Vingerhoets et al., 2003). Bagian ini juga berfungsi untuk mengapresiasi sebuah humor (Shammi & Stuss, 1999). Pada umumnya, bagian kanan hemisphere ini bertanggung jawab untuk tugas-tugas bahasa yang lebih abstrak (Grensbacher & Kaschak, 2003). Kedua bagian hemisphere, bagian kanan juga kiri, bekerja sama untuk menginterpretasikan makna kata, mengatasi ambiguitas, dan menggabungkan makna dari beberapa kalimat (Beeman & Chiarello, 1998; Beeman et al., 2000; Grondzinsky, 2006). Sebagai contoh, andaikan anda adalah salah seorang yang memiliki dominan otak kiri untuk berbahasa, ketika melihat slogan ambigu pada stiker di bumper: SOMETIMES I WAKE UP GRUMPY, belahan otak kiri dengan segera membentuk makna yang mana GRUMPY akan dihubungkan ke saya (pemilik mobil), tetapi setelah membaca kalimat berikutnya, yaitu OTHER TIMES I LET HIM SLEEP IN, otak kanan mencari interpretasi yang kurang jelas, dimana GRUMPY mengacu ke orang lain.

19

Demostrasi 9.4 Membaca Dua Kelompok Kalimat A. Bacalah kalimat-kalimat di bawah ini: A grandmother sat at a table. A young child played in a backyard. A mother talked on the telephone. A husband drove a tractor. A grandchild walked up to a door. A little boy pounted and acted bored. A grandmother promished to bake cookies. A wife looked out at a field. A family was worried about some crops. B. Sekarang bacalah kalimat-kalimat di bawah ini: The grandmother sat at a table. The young child played in a backyard. The mother talked on the telephone. The husband drove a tractor. The grandchild walked up to a door. The little boy pounted and acted bored. The grandmother promished to bake cookies. The wife looked out at a field. The family was worried about some crops.

Penelitian Neuroimaging dengan Individu Normal. Selama beberapa dekade terakhir, peneliti telah meningkatkan penggunaan teknik fMRI untuk menyelidiki bahasa pada manusia. Functional magnetics resonance imaging (fMRI) didasari pada prinsip bahwa darah kaya oksigen adalah index aktivitas otak (Cacioppo & Berntson, 2005b; Kalat, 2007; Mason & Just, 2006). fMRI lebih baik daripada PET scan dalam mendeteksi perubahan yang terjadi secara cepat. fMRI juga lebih aman daripada PET scan, karena PET scan memerlukan suntikan bahan-bahan radioaktif. Bagaimanapun, fMRI juga memiliki kekurangan yaitu hasilnya bisa saja kurang akurat ketika peserta menggerakkan kepalanya meskipun sangat kecil (Saffran & Schwartz, 2003). fMRI lebih cocok untuk pemahaman bahasa daripada produksi bahasa. Beberapa penelitian yang menggunakan teknik fMRI menunjukkan bahwa beberapa bagian temporal sebelah kiri memproses informasi semantik.

20

Pemrosesan makna kata tidak hanya terbatas pada sebagian kecil dari korteks. Kebanyakan orang yang pernah mengalami kerusakan bagian kiri temporal tetap mampu untuk memahami makna suatu pesan secara umum. Mereka menunjukkan kesalahan pemahaman yang kecil (Saffran & Schwartz, 2003). Pada diskusi sebelumnya tentang hemisphere specialization, telah ditekankan bahwa hemisphere bagian kanan juga memainkan peran penting dalam pemahaman bahasa. Morton Ann Gernsbaher dan David Robertson (2005) memberikan contoh yang baik untuk proses hemisphere bagian kanan ini seperti pada demostrasi 9.4. Kelompok kalimat yang pertama yang diawali oleh A, sedangkan kelompok kalimat yang kedua diawali oleh The. Gernsbaher dan Robertson (2005) menemukan bahwa kedua kelompok kalimat ini memberikan pola virtual identik untuk mengaktivasi hemisphere bagian kiri. Sedangkan, hemisphere bagian kanan memberikan respon yang berbeda untuk kedua kelompok kalimat tersebut. Sebagaimana Gernsbaher dan Robertson tekankan, ketika kumpulan kalimat menggunakan The, ini terdengar seperti sebuah cerita dimana the gransmother, the child, dan anggota keluarga lainnya saling berhubungan. Sedangkan, rangkaian kalimat dengan diawali A terlihat tidak saling berhubungan, karakter-karakternya tidak terlihat menyatu. Dengan begitu, hemisphere kanan mengatur respon yang berbeda untuk bahasa yang terhubung (connected language) dengan bahasa yang tidak terhubung (disconnected language).

21

PROSES MEMBACA DASAR (BASIC READING PROCESSES)

Membaca tampak begitu sederhana untuk orang dewasa yang kompeten namun tidak demikian halnya bagi kebanyakan anak, dimana membaca merupakan tugas yang menantang bagi mereka (Rayner et al., 2001). Terdapat sejumlah variasi tugas kognitif yang kita lakukan ketka membaca sebuah paragraf. Membaca memerlukan banyak proses kognitif, misalnya: Kita harus mengenali huruf, menggerakkan bola mata (saccadic), menggunakan memori kerja untuk mengingat materi dari kalimat yang sedang diproses, dan mengingat materi sebelumnya yang disimpan dalam memori jangka panjang dan pendek. Kita juga perlu menggunakan metacomprehension untuk memahami bacaan. Dalam beberapa kasus, kita juga harus membangun mental imagery untuk mewakili adegan aksi dalam bagian yang sedang dibaca. Selain itu, membaca juga berhubungan dengan memori semantik, skema, dan skrip ketika kita mencoba untuk memahami sebuah bacaan. Membaca adalah kegiatan penting yang melibatkan proses kognitif yang kompleks, namun biasanya kita tidak menyadari banyaknya proses kognitif yang diperlukan untuk bisa membaca (Gorrell, 1999). Umumnya kita membaca dengan efisiens sekitar 250 sampai 300 kata per menit (Rayner, 1998; Wagner& Stanovich, 1996). Satu alasan tambahan kenapa anda harus memiliki keterampilan membaca, karena ini merupakan sesuatu yang penting. Di dalam Bahasa Inggris, kita tidak mempunyai koresponden satu persatu antara tulisan abjad dan bunyi suara. Lafal yang tidak teratur ini mengakibatkan bahasa Inggris lebih sulit daripada bahasa lain seperti Spanyol (Rayner et al., 2003). Sebagian besar penelitian psikolinguistik meneliti orang yang bahasanya adalah bahasa Inggris. Oleh karena itu kita tidak bisa menggeneralisasi penelitian ini untuk pembaca Spanyol atau pembaca yang bahasanya menggunakan simbol untuk mewakili kata-kata. Hal ini dapat dilihat pada demonstrasi 9.5.

22

Demonstrasi 9.5 Perhatikan bahwa huruf-huruf alfabet tidak memiliki koresponden satu per satu dengan bunyi ucapan Masing-Masing kata di bawah ini mempunyai cara pengucapan yang berbeda-beda untuk urutan tulisan ea. Baca tiap kata dengan keras dan perhatikan variasi fonem yang dapat diproduksi dengan dua huruf tersebut. beauty create heard seance bread deal knowledgeable bear clear great react dealt

Seperti yang sudah anda demontrasikan, urutan 2-huruf dapat dilafalkan dalam 12 cara yang berbeda. Masing-masing fonem di dalam bahasa Inggris dapat dieja dengan berbagai cara. Kembali ke daftar kata-kata diatas dan coba kata lain yang mempunyai ejaan fonem berbeda. Sebagai contoh, fonem ea (u) dalam beauty seperti fonem iew dalam view.
Sumber: underwood & Batt, 1996

Mari kita mulai bagian proses membaca dasar ini dengan membandingkan bahasa tulisan dengan bahasa lisan. Topik berikutnya kita akan membahas gerak mata saccadic, yang memungkinkan anda untuk menggerakkan mata ke tempat baru dalam suatu paragraf. Kemudian kita akan menyelidiki bagaimana menemukan arti dari suatu kata yang tidak familiar. Kita juga akan melihat bagaimana memori kerja berperan dalam membaca, dan kemudian kita akan memaparkan teori tentang pengenalan kata. Bagian akhir bab ini, menjelaskan cara memproses, menguji bagaimana kita memahami unit bahasa yang lebh besar sebagai kalimat dan sejarah bahasa tulis dan berbicara.

Membandingkan Bahasa Tulis dan Bahasa Lisan Ketika kita mengalihkan fokus dari bahasa lisan ke bahasa tulisan, kita harus membahas bagaimana perbedaan aktivitas kognitif yang berlangsung pada keduanya (Cornoldi& Oakhiu, 1996A ; Ferreira & Anes, 1994, Underwood & Batt, 1996).

23

1. Membaca bersifat visual dan berhubungan dengan ruang sedangkan suara adalah auditori dan berhubungan dengan waktu. 2. Pembaca dapat mengendalikan tingkat maukan, sedangkan pendengar pada umumnya tidak bisa. 3. Pembaca dapat scan-ulang maukan tertulis, sedangkan pendengar harus mempercayakan pada memori kerja. 4. Menulis adalah relatif standar dan bebas dari kesalahan, sedangkan variabilitas, kesalahan, pengucapan yang keliru, dan stimulus interferensi sangat umum terjadi dalam bahasa lisan. 5. Menulis memperlihatkan batasan-batasan terpisah antara kata-kata, sedangkan suara tidak. 6. Menulis terbatas pada kata-kata pada suatu halaman, sedangkan suara dillengkapi oleh isyarat auditori tambahan seperti penekanan kata dan variasi suara yang memperkaya pesan linguistik. 7. Anak-anak membutuhkan pengajaran yang kompleks untuk menguasai bisa bahasa tertulis sementara mereka dapat belajar bahasa lisan dengan sangat mudah. 8. Orang dewasa yang dapat membaca cenderung lebih cepat dalam mempelajari kata-kata baru ketika kata-kata tersebut muncul dalam bentuk tertulis, bukan bentuk lisan.

Seperti yang anda bayangkan, karakteristik bahasa tulis memiliki implikasi penting untuk proses kognitif kita. Sebagai contoh, gerak mata kita harus menyapu ke seberang halaman untuk menerima informasi. Sebagai tambahan, kata-kata pada suatu halaman dapat bercerita ketika kita ingin mengerti jalan cerita dalam sebuah buku, kelebihan yang jarang kita dapatkan dalam bahasa percakapan. Meskipun ada perbedaan antara bahasa lisan dan tertulis, namun, kedua proses mengharuskan kita untuk memahami kata-kata dan makna dari suatu kalimat. Bahkan, penelitian tentang perbedaan individu menyoroti adanya kesamaan antara dua proses pemahaman tersebut. Untuk orang dewasa, skor pada tes pemahaman bacaan sangat berkorelasi dengan skor pada tes pemahaman lisan, biasanya, korelasinya adalah sekitar + .9 O (Rayner et al, 2001.).

24

Menemukan makna kata yang tidak familiar Konteks akan membantu kita dalam pengenalan visual pada huruf dan pengenalan auditori pada fonem. Konteks juga membantu kita mengenali katakata. Secara khusus, kita akan melihat kata-kata yang familiar lebih akurat ketika kata tersebut tertanam dalam konteks kalimat yang bermakna (Rayner et al., 2003). Konteks juga membantu kita untuk memahami kata yang bermakna ambigu. Konteks juga sangat penting ketika orang-orang ingin menemukan maksud dari kata-kata yang tidak familiar (Rayner et al., 2003). Cobalah demonstrasi 9.6 sebagai contoh sebuah wacana yang dipakai oleh Stenberg dan Powell (1983) dalam penelitiannya sebagai pembanding bahasa.
Demonstrasi 9.6 Menggambarkan arti sebuah kata dari konteks

Baca paragraf di bawah. Kemudian definisikan dengan tepat dua kata yang ditulis miring. Two ill-dressed peoplethe one a tired woman of middle years and the other a tense young mansat around a fire where the common meal was almost ready. The mother, Tanith, peered at her son through the oam of the bubbling stew. It had been a long time since his last ceilidh and Tobar had changed greatly; where once he had seemed all legs and clumsy joints, he now was well-formed and in control of his hard, young body. As they ate, Tobar told of his past year, re-creating for Tanith how he had wandered long and far in his quest to gain the skills he would need to be permitted to rejoin the company. Then all too soon, their brief ceilidh over, Tobar walked over to touch his mother's arm and quickly left. Dua orang sakit, seorang wanita separuh baya terlihat lelah dan yang lain adalah lakilaki muda yang duduk di dekat api sambil menyiapkan makanan. Ibunya, Tanith memandang putranya dengan tajam melalui oam rebusan yang mendidih. Sudah sejak lama dia ceilidh dan Tobar yang sudah sangat berubah, nampak semua kakinya dan sendinya kaku, dia kelihatan lebih baik sekarang dan dia dapat mengontrol dirinya dengan kuat, badannya yang muda. Ketika mereka makan, Tobar mengenang masa lalunya, mengatakannya pada Tanith bagaimana dia telah mengembara dan melakukan penyelidikan yang jauh untuk memperoleh keahlian yang diperlukannya saat dia diijinkan bergabung pada perusahaan. Kemudian dengan segera, secara singkatnya mereka ceilidh, Tobar berjalan kemudian menyentuh lengan ibunya dan cepat meninggalkannya.
Sumber : dari Stenberg & Powell, 1983.

25

Sternberg dan Powell mengatakan bahwa konteks dapat memberikan beberapa macam informasi isyarat tentang arti kata yang tidak diketahui. Misalnya, konteks dapat membantu kita memahami kapan dan di mana item ini diketahui terjadi. Perhatikan kalimat berikut.

At dawn, the blen arose on the horizon and shone brightly


(Waktu fajar menyingsing, terbitlah blen di kaki langit dan bersinar sangat terang)

Kalimat ini mengandung beberapa isyarat yang memudahkan pembaca untuk menyimpulkan arti dari kata blen. Sebagai contoh kalimat At dawn (waktu fajar) memberikan isyarat tentang waktu munculnya blen. Kata arose (terbit) menjelaskan bahwa blen adalah sesuatu yang bergerak atau berpindah. Isyarat ini dan pengalaman yang dimiliki akan memudahkan pembaca untuk mengerti bahwa kata blen adalah sinonim dari kata yang umum kita kenal yaitu matahari. Isyarat kontekstual akan sangat berguna terutama jika kata yang tidak dikenal muncul dalam konteks yang berbeda. Menurut penelitian, kata-kata yang muncul dalam konteks yang mengandung banyak isyarat yang berbeda lebih mungkin dijelaskan secara akurat (Sternberg & Powell, 1983). Seperti yang mungkin anda harapkan, para siswa Stenberg dan Powell menunjukkan perbedaan individu yang besar dalam kemampuan mereka untuk menggunakan isyarat dan memberikan definisi akurat untuk kata-kata yang tidak familiar. Para siswa yang pintar pada tugas ini ditemukan memiliki skor yang tinggi pada test kosakata, pemahaman membaca dan kecerdasan umum. (Pada demonstrasi 9.6 oam berarti uap air dan ceilidh berarti suatu kunjungan)

Membaca dan Memori kerja Memori kerja memainkan peran penting selama proses membaca (Carpenter et al, 1995;. Carroll, 2004, Martin, 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembaca yang memiliki rentang memori kerja yang relatif besar secara cepat dapat memproses kalimat ambigu (Miyake et al., 1994). Selain

26

itu, orang dengan bentang memori kerja yang besar sangat terampil dalam membaca bagian yang sulit dan memecahkan masalah verbal yang kompleks (Haarmann et al, 2003; Long et al., 2006). Memori kerja juga membantu kita untuk memahami kalimat rumit (Carpenter et al, 1994, 1995; et al., 1996; Martin, 2007). Orang yang dapat mempertahankan banyak item dalam memori tentang kalimat yang tak terurai akan mempunyai pemahaman lebih cepat dan akurat dalam kalimat kompleks seperti "The reporter whom the senator attacked admitted the error. Proses kognitif tidak berjalan dengan sendirinya. Kemampuan membaca sangat tergantung pada kemampuan kognitif lainnya, seperti memori kerja.

Dua cara dalam membaca Sejauh ini, pengujian proses membaca dasar menekankan pada gerak mata saccadic dengan cara meneliti satu baris teks, cara kita menemukan arti dari suatu kata tidak familiar, dan peran memori kerja dalam membaca. Sekarang, bagaimana cara kita memperhatikan suatu pola huruf dan benar-benar mengenali kata itu? Selama beberapa dekade, para peneliti berdebat apakah pembaca benarbenar "mengeluarkan suara" pada saat membaca sebuah kalimat. Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa pembaca selalu mengeluarkan suara pada saat membaca, dan peneliti lain menyimpulkan bahwa tidak semua orang membaca dengan mengeluarkan suara. Pada era selanjutnya, berekembang beberapa hipotesis berbeda yang mampu menjelaskan bagaimana pembaca mengenali kata-kata yang tertulis pada saat mereka membaca untuk dirinya sendiri. 1. Terkadang anda membaca sebuah kata dengan pendekatan direct-access dimana pembaca dapat mengenali suatu kata yang ditulis/tercetak dengan langsung. 2. Di lain waktu, anda membaca sebuah kata melalui pendekatan indirect-access dimana anda mengenali sebuah kata secara tidak langsung dengan cara mengucapkan kata tersebut. Anda harus menerjemahkan tinta (tulisan) pada halaman kertas ke dalam bentuk bunyi sebelum anda dapat mengenali dan mengetahui makna dari kata tersebut (Rayner et al., 2003; Treiman et al., 2003).

27

Perhatikan mengapa proses kedua adalah tidak langsung. Menurut penjelasan ini, Anda harus melalui langkah menengah yang mengubah stimulus visual menjadi stimulus fonologis (suara). Apakah Anda menggunakan langkah menengah ketika Anda membaca?. Ketika Anda membaca kalimat ini, misalnya, apakah Anda membunyikan kata-kata tersebut? Mungkin bibir anda tidak benarbenar bergerak ketika Anda membaca, dan Anda tidak

mengucapkan/membunyikan kata-kata tersebut dengan keras. Tapi apakah Anda memiliki citra pendengaran dari apa yang Anda baca? Mari kita membahas penelitian yang mendukung masing-masing rute. Kemudian kita akan mempertimbangkan implikasinya dalam mengajar membaca kepada anak-anak. Penelitian tentang Pendekatan Dual-Route. Kita akan mulai dengan sebuah studi klasik yang mendukung pendekatan direct-access. Ini menunjukkan bahwa orang dapat mengenali kata secara visual, tanpa memperhatikan bunyi kata. Bradshaw dan Nettleton (1974) menunjukkan pasangan kata-kata yang mirip dalam hal ejaan tetapi berbeda dalam suara kepada partisipan, seperti mown-down, horse-worse, dan quart-part. Pada satu kondisi, peserta diminta untuk membaca kata pertama tanpa dibunyikan dan kemudian mengucapkan kata kedua dengan suara keras. Sekarang, jika mereka telah menerjemahkan pasangan anggota pertama dalam bentuk suara, bunyi dari kata mown akan mengganggu pengucapan kata down. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta mengalami ragu-ragu pada saat mengucapkan kata kedua. Temuan ini dan penelitian serupa lainnya menunjukkan bahwa kita mengucapkan masing-masing kata selama membaca normal (Coltheart, 2005). Sekarang mari kita beralih kepada penelitian pendekatan indirect-access. Banyak penelitian menunjukkan bahwa kita sering menerjemahkan rangsangan visual menjadi bunyi/suara selama membaca (Coltheart, 2005). Selanjutnya, coding suara dapat membantu memori kerja (Rayner et al., 2003). Sebuah penelitian oleh Luo dan coauthors (1998) mempelajari pendekatan indirect-access pada pembaca dewasa. Para peneliti menginstruksikan mahasiswa untuk membaca serangkaian pasangan kata dan memutuskan apakah dua kata tersebut memilki keterkaitan atau tidak dalam hal arti kata tersebut. Suatu

28

pasangan khas di kondisi percobaan adalah LION-BARE. Seperti anda ketahui bahwa kata BARE terdengar sama dengan kata BEAR, yang memang secara semantik terkait dengan LION. Para siswa sering membuat kesalahan dalam pasangan kata ini, mereka salah dengan menyatakan bahwa kedua kata secara semantis berhubungan. Kesalahan ini menyatakan bahwa mereka melafalkan dengan pelan pasangan kata ketika mereka membuat pernyataan itu. Sebaliknya, mereka membuat kesalahan yang relatif sedikit pada kondisi pasangan kata lain seperti LION-BEAN. Pada pasangan kata ini, kata kedua terlihat sama dengan kata BEAR, meskipun berbeda dalam hal bunyi. Membunyikan kata mungkin sangat penting ketika anak mulai membaca. Banyak studi menunjukkan bahwa anak-anak dengan kesadaran fonologi tinggi memiliki kemampuan membaca yang lebih unggul. Artinya, anak-anak yang mampu mengidentifikasi pola-pola suara dalam kata juga menerima skor yang lebih tinggi pada tes prestasi membaca (Levy, 1999; Wagnei & Stanovich, 1996). Mungkin Anda berpikir bahwa anak-anak mungkin perlu untuk menerjemahkan kata yang tercetak menjadi suara. Anak-anak bahkan

menggerakkan bibir mereka ketika membaca, tetapi tidak demikian halnya pada orang dewasa. Cobalah Demonstrasi 9.7 dan lihat apakah Anda akan berubah pikiran. Orang dewasa membaca "tongue twister" sangat lambat, yang menunjukkan bahwa setidaknya dalam beberapa kondisi mereka memang menerjemahkan kata-kata yang tercetak menjadi bunyi/suara (Harley, 2001; Keller et al, 2003;. Perfetti, 1996). Seperti yang kita catat sebelumnya, pendekatan dual-rute memiliki kelebihan dalam hal fleksibilitas. Pendekatan ini berpendapat bahwa karakteristik bahan bacaan menentukan apakah pendekatan direct-access atau indirect-access yang akan digunakan. Misalnya, Anda dapat menggunakan pendekatan indirectaccess ketika anda membaca sebuah kata yang panjang dan jarang ditemukan. Anda dapat menggunakan direct-access (Bernstein 8: Carr, 1996). untuk kata-kata yang lebih umum

29

Demonstrasi 8.7 Membaca Serangkaian Kalimat Yang Sulit Diucapkan

Baca tiap rangkaian kalimat yang sulit diucapkan berikut dalam hati untuk diri sendiri:

1. The seasick sailor staggered as he zigzagged sideways. 2. Peter Piper picked a peck of pickled peppers. A peck of pickled peppers Peter Piper picked. 3. She sells seashells down by the seaside. 4. Congressional caucus questions controversial CIA-Contra-Crack connection. 5. Sheila and Celia slyly shave the cedar shingle splinter.

Sekarang jujur. Dapatkah anda "mendengar" sendiri ucapan anda seperti anda sedang membaca? Apakah anda harus membaca lebih lambat dibanding kalimat lain dalam buku ini?

Pendekatan dual-rute juga menyatakan bahwa karakteristik pembaca menentukan apakah pendekatan direct-access atau indirect-access yang akan digunakan. Pembaca pemula akan sangat mungkin membunyikan kata-kata yang sedang dibacanya, berarti menggunakan pendekatan indirect-access. Pembaca yang berpengalaman akan sangat mungkin untuk mengenali kata-kata yang tercetak secara langsung. Orang dewasa juga bervariasi dalam gaya membaca mereka. Mahasiswa yang merupakan pembaca yang baik biasanya menggunakan pendekatan direct-access, dan sebaliknya (Iared et al., 1999). Saat ini, pendekatan dual-rute tampaknya menjadi kompromi yang cerdas. Pendekatan dual-rute juga konsisten dengan penelitian brain-imaging (Jobard et al., 2003). Pembaca dapat mengidentifikasi kata-kata baik secara langsung maupun tidak langsung, tergantung pada karakteristik dari teks dan pembaca.

30

Implikasi pengajaran membaca pada anak-anak. Debat tentang teori pengenalan kata mempunyai beberapa implikasi penting tentang cara yang kita perlukan dalam mengajar membaca. Mereka yang menyukai pendekatan direct-acces menyatakan bahwa pendidik perlu menggunakan pendekatan whole-word. Pendekatan whole-word berpendapat bahwa pembaca dapat menghubungkan secara langsung kata yang tertulis sebagai sebuah unit dengan makna kata tersebut (Rayner et al, 2001). Pendekatan whole-word menekankan bahwa dalam bahasa inggris, korespondensi antara penulisan dengan pengucapan sangatlah kompleks, seperti yang ditunjukkan dalam Demonstrasi 9.5. Oleh karena itu anak-anak tidak ditekankan untuk tidak membunyikan tulisan yang tercetak pada saat mereka membaca. Pendekatan whole-word mendorong anak untuk mengidentifikasi sebuah kata berdasarkan konteks kalimatnya. Masalahnya, bahwa bagaimanapun, orang dewasa yang sudah terampil membaca hanya memiliki akurasi sekitar 25% ketika mereka membaca sebuah kalimat yang tidak lengkap dan menebak mana kata yang hilang (Perfetti, 2003; Salju & Juel, 2005). Sebaliknya, orang-orang yang mendukung hipotesis indirect-access biasanya mendukung pendekatan phonics. Pendekatan phonics menyatakan bahwa pembaca mengenali kata-kata dengan mencoba mengucapkan huruf-huruf dalam sebuah kata. Jika guru sekolah Anda meminta Anda untuk

"membunyikan/mengucapkan" ketika Anda tersandung pada sebuah kata baru, berarti guru anda sedang menggunakan pendekatan phonic. Pendekatan phonics berpendapat bahwa bunyi ujaran adalah langkah menengah yang diperlukan dalam membaca. Hal ini juga menekankan pengembangan kesadaran anak terhadap fonem. Menurut penelitian, jelas bahwa pelatihan phonic membantu anak-anak yang memiliki masalah dalam membaca (McGuiness, 2004, Perfetti, 2003, Snow & Juel, 2005). Sebagai contoh, sebuah meta-analisis dari tiga puluh empat penelitian menunjukkan bahwa program pelatihan fonologis memiliki dampak besar pada kemampuan membaca anak-anak (Bus & van Ijzendoorn, 1999). Selama bertahun-tahun, terjadi perdebatan antara pendukung pendekatan whole-word dan phonic (McGuiness, 2004; Smith, 2004). Dalam dekade terakhir, sebagian besar pendidik dan peneliti mendukung beberapa bentuk kompromi: Anak-anak harus diajarkan untuk menggunakan phonic untuk mengakses

31

pengucapan kata, dan mereka juga harus menggunakan konteks sebagai cadangan untuk mengkonfirmasi hipotesis awal mereka. Bahkan pendukung phonic juga akan setuju bahwa guru harus mendorong anak-anak untuk mampu mengenali kata hanya dengan melihat saja. Selain itu, pendidik biasanya mendukung beberapa komponen dari pendekatan yang disebut pendekatan whole-language (sebagai lawan dari pendekatan whole-word). Menurut seluruh pendekatan whole-language, instruksi membaca harus menekankan makna, dan itu harus menyenangkan untuk meningkatkan antusiasme anak-anak belajar membaca. Anak-anak harus membaca cerita yang menarik dan bereksperimen dengan menulis sebelum mereka mahir mengeja (Luria, 2006; McGuiness, 2004, Snow & Juel, 2005). Ada beberapa poin penting yang perlu ditekankan. Diskusi ini mengasumsikan bahwa anak-anak dan orang dewasa memiliki kesempatan untuk belajar membaca. Di Kanada dan Amerika Serikat, sekitar 98% orang dewasa telah memperoleh keaksaraan dasar (Luria, 2006). Namun, kenyataannya adalah bahwa lebih dari 800 juta orang dewasa di seluruh dunia buta huruf. Dua pertiganya adalah perempuan. Kelemahan orang-orang dalam keterampilan membaca berkaitan dengan pekerjaan, perawatan kesehatan, dan komunikasi sehari-hari.

Ringkasan: Proses Membaca Dasar 1. Membaca adalah tugas kognitif menantang yang berbeda dari pemahaman bahasa lisan dalam banyak hal. Sebagai contoh, pembaca dapat mengontrol laju masukan dan mereka dapat kembali memindai teks, dan tulisan menunjukkan batas-batas yang jelas antara kata-kata, 2. Pembaca sering menggunakan berbagai isyarat kontekstual untuk menetukan arti dari sebuah kata yang asing. 3. Memori kerja membantu pembaca dalam memahami kalimat ambigu dan kalimat yang kompleks. 4. Memori kerja memainkan peran penting dalam pengolahan kalimat ambigu atau rumit.

32

5. Pendekatan dual-rute berpendapat bahwa pembaca terkadang mampu mengenali kata secara langsung hanya dengan melihat huruf-huruf yang tercetak (misalnya, direct-access), dan kadang-kadang mereka mengkonversi huruf yang tercetak kedalam kode fonologis untuk memahami sebuah kata (yaitu, indirect-access). 6. Pendekatan whole-word menekankan pengenalan kata-kata secara visual, sedangkan pendekatan phonics menekankan pada pengucapan kata. Sebagian besar pendidik dan peneliti mendukung kombinasi dari kedua pendekatan ini. 7. Pendekatan whole-language menekankan pada makna bahasa, serta pengintegrasian membaca melalui kurikulum.

33

UNDERSTANDING DISCOURSE Kita memulai bab ini dengan membahas bahasa alami; membahas mengenai teori tentang bahasa dan dasar bahasa secara biologi. Kemudian kita membahas tentang proses dasar dalam membaca. Anda akan menyadari semua topic terfokus pada cara kita memproses sebagian unit kecil dalam bahasa, seperti fonem, kata, huruf, dan sebuah kalimat. Dalam kehidupan sehari-hari anda secara terus menerus dan berhubungan melakukan proses discourse, atau unit bahasa yang lebih luas dari kalimat (Bamberg & Moissinac, 2003; Treiman et al., 2003). Anda mendengar siaran berita di radio, anda mendengar suatu cerita dari teman anda, anda mengikuti instruksi untuk merakit rak buku dan anda membaca buku Psikologi Kognitif anda. Pada bab 1 dan 8, kita membahas tentang penelitian Frederick Bartletts (1932), yang berfokus pada unit bahasa yang lebih luas. Bartlett khususnya mendemonstrasikan bahwa jika seseorang menceritakan kembali sebuah cerita akan sesuai dengan skemanya sendiri setelah jeda beberapa waktu. Untuk empat dekade selanjutnya, psychologists dan linguists akan lebih berfokus pada kata dan kalimat. Kenyatannya, topik memahami discourse belum terungkap sampai pertengahan 1970 an (Butcher & Kintsch, 2003; Graesser et al., 2003). Lebih jauh pada bab ini, kami akan menekankan pada bagaimana konteks (isi) dapat membantu kita dalam memahami suara, kata, dan huruf. Sebagaimana dijelaskan pada bab 8, latar belakang pengetahuan umum dan keahlian kita dapat membantu dalam pemahaman konsep kita. Penelitian tentang pemahaman discourse juga menekankan pada pentingnya keahlian, skrip, dan skema (e.g., Mayer, 2004; Zwaan & Rapp, 2006). Pada semua tingkat pemahaman bahasa, kami melihat bukti tambahan pada bab 5. Yaitu prsoses stimulus fisik (proses Bottom-up) berinteraksi dengan konteks yang disediakan oleh ekspektasi kita dan pengetahuan sebelumnya (proses Top-down). Interkasi ini biasanya muncul ketika kita membentuk suatu gambaran utuh yang terintegrasi dalam sebuah teks dan ketika kita membuat suatu inferensi (kesimpulan) selama membaca. Penjelasn kita mengenai pemahaman discourse akan terfokus pada beberapa topik: (1) membentuk gambaran yang terintegrasi pada teks, (2) membuat inferensi pada saat membaca, (3) mengajarkan kemampuan

34

metakomprehensi, (4) tes kecemasan dan pemahaman discourse, dan (5) kecerdasan buatan dan membaca.

Membentuk Gambaran yang Terintegrasi pada Teks Pemahaman membaca lebih rumit dari mengganungkan kata-kata sederhana dengan frase. Pembaca juga harus mengingat dan mendapatkan informasi secara bersamaan tentang berbagai konsep sehingga isi dari suatu teks dapat dipahami (Zwaan & Rapp, 2006). Kita harus ingat bahwa pendengar seperti halnya pembaca- membantuk suatu gambaran, mengingat materi, dan membentuk inferensi ketika mendengar suatu percakapan (e.g., Butcher & Kintsch, 2003; Marslen-Wilson et al., 1993). Bagaimanapun, semua peneliti menguji proses discourse selama membaca. Kita menggunakan petunjuk halus ketika membentuk suatu gambaran (Zwaan & Rapp, 2006). Lihat kembali demonstrasi 9.4 dan deskripsi dari penelitian Gernsbacher dan Robertsons (2005) pada halaman 302-303. Penelitian ini menujukkan bukti bahwa pembaca selaras dengan petunjuk halus yang diberikan. Khususnya pembaca menyadari rangaian kalimat akan menjadi suatu cerita yang utuh jika dimulai dengan kata the dan bukan dengan kata a. Lebih lanjut, ketika kita membuat suatu gambaran tentang suatu teks kita juga membuat mental model (gambaran dalam kehidupan sehari-hari kita) tentang bacaan tersebut (Long et al., 2006; Zwaan & Rapp, 2006). Sebagai contoh, pada Bab 7, kita melihat orang-orang membuat mental model tentang lingkungannya berdasarkan apa yang tertulis. Pembaca membuat gambaran internal termasuk deskripsi dari karakter di dalam suatu cerita. Deskripsi ini mungkin menyangkut informasi tentang pekerjaan karakternya, hubungan karakter, tingkat emosi, sifat pribadi, tujuan dan aksi karakternya (Carpenter et al., 1995; Trabasso et al., 1995). Pembaca juga perlu mempertahankan gambaran internal ini pada memori jangka panjangnya untuk beberapa halaman ke selanjutnya (Butcher & Kintsch, 2003; Gerrig & McKoon, 2001; Kintsch, 2001). Sebagai tambahan, pembaca juga sering membuat inferensi berdasarkan informasi yang diberikan penulis. Mari kita bahas topik ini lebih detail.

35

Membuat Inferensi Selama Membaca Baru-baru ini saya membaca sebuah novel yang berjudul The Kite Runner. Novel tersebut mengisahkan dua anak laki-laki yang besar di Kabul, Afghanistan. Amir, protagonist, merupakan anak orang kaya, daan anak dari orang yang berpengaruh yang bernama Baba. Teman Amir, Hassan, tinggal tidak jauh yaitu di rumah pelayannya Baba. Pembaca tidak memerlukan pengetahuan yang tinggi untuk mengetahui tentang kondisi social di Afghanistan atau rangkaian perang politik tragis di negera ini. Bahkan sebelum kita selesai membaca bagian pertama, kita dapat mengetahui bahwa pertemanan antara Amir dan Hassan tidak akan berakhir bahagia. Ketika kita membaca, kita mengaktifkan proses mental yang penting berdasarkan informasi yang tertulis. Ketika kita membuat inferensi pada saat membaca, kita membuat dunia pengetahuan kita untuk mengaktifkan informasi yang tidak tertulis di dalam bacaan (Lea et al., 2005; Zwaan & Singer, 2003). Kita membahas tentang inferensi pada Bab 8 dan hubungannya dengan pengaruh terhadap skema pada memori. Orang-orang menggabungkan informasi dari dunia nyata dengan informasi pada suatu bacaan, dan mereka membuat kesimpulan yang rasional berdasarkan gabungan informasi tersebut. Sesuai dengan tema 1, orang-orang merupakan pengolah informasi yang aktif. Mari kita bahas beberapa isu yang berkembang yang berkaitan dengan inferensi selama membaca. Pertama, kita akan membahas constructionist view. Kemudian kita akan membahas factor yang memperkuat inferensi. Topik akhir kita adalah inferensi tingkat tinggi. Sekali-sekali cobalah Demonstrasi 9.8 sebelum anda membaca lebih jauh. Demonstrasi 9.8 Bacalah bagian-bagian kalimat ini 1. Dick minggu ini sedang libur 2. Dan dia ingin pergi ke suatu tempat 3. Diaman ia bias berjemur dan berenang 4. Dia mengambil buku panduan travel 5. Dan ia melihat sebuah iklan 6. Pada bagian travel di Koran hari minggu

36

7. Ia pergi ke agen travel 8. Ia memesan tiket pesawat ke Alaska 9. Ia membayar menggunakan kartu kreditnya

The Constrictionist View of Inferences. Merujuk pada Constrictionist View of Inferences, pembaca biasanya membuat inferensi tentang penyebab suatu kejadian dan hubungan antara kejadian. Ketika anda membaca sebuah novel, secara langsung anda akan membuat inferensi tentang motivasi karakter, kepribadian, dan emosinya. Anda mengembangkan harapan anda tentang perkembangan alur cerita yang baru, tentang sudut pandang penulis, dan lebih jauh lagi (Stenberg & Ben-Zeev, 2001; Zwaan & Rapp, 2006). Perspektif ini merupakan Constrictionist View karena pembaca secara aktif membuat penjelasan seperti yang mereka gabungkan dari informasi yang ada dengan semua informasi yang relevan dari bagian atau cerita sebelumnya , seperti halnya latar bel;akang pengetahuan mereka (OBrien Myers, 1999; Zwaan & Singer, 2003). Constrictionist View berpendapat bahwa orang-orang biasanya membuat inferensi, bahkan ketika topik yang berhubungan terpisahakan oleh beberapa paragraph yang tidak berhubungan. Mari kita bahas penelitian yang dilakukan oleh John Huitema dan rekannya (1993), yang mempelajari tentang cerita singkat seperti yang and abaca pada Demonstrsi 9.8. kalimat pembuka pada demosntrsi tersebut mengajak anda untuk percaya bahwa Dick akan pergi ke pantai. Anda membuat inferensi ini pada kalimat ke tiga, dan inferensi ini bertolakbelakang pada lima baris kemudian, daripada beberapa kalimat setelahnya. Disini variabel terikatnya adalah jumlah waktu yang dibutuhkan pembaca untuk membaca kalimat penting tentang tujuan perjalanan Dick (baris ke delapan). Huitema dan rekannya (1993) menguji empat kondisi. Anda melihat jauh/versi cerita yang tidak sesuai, pada beberapa baris teks yang dipisahkan beberapa baris oleh pernyataan yang tidak sesui dengan tujuan utamanya. Di dekat/versi yang sesuai, kalimat tujuan utama dan kalimat yang tidak sesuai saling berdekatan. Di ujung/kalimat yang sesuai, beberapa kalimat memisahkan kalimat tujuan utama dan pernyataan yang konsisten (in wich Dick asked for a plane ticket

37

to Florida-tempat yang sesui untuk berenang). Di dekat/versi konsisten, tujuan utama dan kalimat yang sesui saling berdekatan. Seperti yang bisa anda lihat di gambar 9.3, partisipan pada bagian awal, membaca kalimat yang tidak sesuai lebih lambat dibandingkan dengan kalimat yang sesuai. Penemuan ini tidaklah mengejutkan. Bagaimanapun, anda juga akan menemukan bahwa partisipan membaca kalimat yang tidak sesuai lebih lambat dibandingkan dengan kalimat yang sesuai di bagian akhir, ketika bagian yang relevan dipisahkan empat baris. Data dari Huitema dan rekannya (1993) mendukung constructionist view. Sangat jelas bahwa pembaca mecoba menghubungkan materi berdasarkan teks yang ada, kemudian memeriksa informasi yang ada di dalam memori jangka panjang mereka. Selama proses discourse, kita mencoba membuat gambaran sebuah teks yang sesuai walaupun bercampur dengan kalimat yang tidak sesuai (Klin et al., 1999; Rayner & Cifton, 2002; Underwood & Batt, 1996). Pada penelitian lainnya, pembaca membaca dengan suara keras kalimat yang mereka baca (Suh & Trabasso, 1993; Trabasso & Suh, 1993). Pada cerita ini, tujuan awal dari karakter utama ini sempat terhalangi, namun akhirnya dapat tercapai. Sekitar 90% partisipan menyadari tentang tujuan awal dari karakter utama ini. Suh dan Trabasso membuktikan bahwa pembaca membuat kausal inferensi dalam rangka menggabungkan discourse dan membentuk suatu cerita yang tersusun dengan baik.

Faktor yang memperkuat inferensi Biasanya kita tidak selalu membuat inferensi ketika kita membaca. Sebagai contoh, perbedaan individual sesame pembaca sangatlah penting (Zwaan & Rapp, 2006). Pembaca mungkin gagal mengaktifkan informasi yang terdapat pada awal cerita (Lea et al., 2005; Long et al., 2006). Seperti yang anda perkirakan, orangorang biasanya menggabungkan informasi dan membuat inferensi jika mereka memiliki kapasitas memori kerja yang besar (Butcher & Kintsch, 2003; Long et al., 2006). Kemungkinan mereka juga membuat inferensi jika memiliki kemampuan metekomprehensi yang baik. orang-orang ini sadar bahwa mereka

38

harus mencari hubungan antara dua kalimat yang sepertinya tidak berhubungan (Ehrlich, 1998; Mayer, 2004). Orang-orang juga kemungkinan membuat inferensi jika mereka memiliki latar belakang pengetahuan atau keahlian tentang topik yang dijelaskan pada teks yang dibaca (Long et al., 2006). Kenyataannya keahlian pada suatu topik yang sedang dibaca dapat mengganti kapasitas memori kerja yang kecil (Butcher & Kintsch, 2003). Penelitian lain menunjukkan orang-orang kadang gagal membuat inferensi ketika memreka membaca buku sains (Mayer, 2004; Millis & Graesser, 1994). Bagian diskusi kita ini berfokus pada faktor yang mempengaruhi inferensi, dankita sudah melihat bahwa beberapa inferensi lebih mingkin dari yang lain. Dalam menjelaskan faktor ini, mari kita ingat kembali poin penting dari Bab 8: kadang kita seperti mengingat inferensi kita seperti mengingat pernyataan yang terdapat dalam suatu teks. Inferensi kita bercampur dengan teks tersebut, dan membentuk suatu cerita yang utuh. Kita sering mempertahankan inti atau kesimpulan suatu cerita, melupakan bahwa kita membuat unsur yang sebenarnya tidak terdapat pada cerita tersebut.

Inferensi tingkat tinggi Peneliti sekarang meneliti inferensi tingkat tinggi, melampaui tingkat paragraph. Sebagai contoh, perbedaan jenis buku menghasilkan perbedaan harapan juag. Penggemar dari Harry Potter dan cerita sihir lainnya- tahu bahwa mereka harus menangguhakan skema kanidupan sehari-harinya. Tentu saja Hermione dapat berada pada dua tempat secara bersamaan, dan Harry dapat mengerti percakapan anara ular. Salah satu dai Inferensi tingkat tinggi berdasarkan preferensi kita tentang jalan cerita yang kita inginkan. Mungkin ketika anda membalikan halaman novel tentang mata-mata secara cepat dan anda berteriak kepada karakter favorit anda, Awas!. Faktanya, peneliti menujukkan bahwa pembaca yang terlibat dalam suatu cerita mengembangkan preferensi mental yang kuat untuk hasil tertentu (Allbritton & Gerrrig, 1991; Rapp & Gerrig, 2006).

39

Preferensi mental ini dapat menjadi kuat sehingga mereka dapat mempengaruhi pembaca dalam menilai bagaimana jalan suatu cerita, membuat kita berhenti untuk menentukan apakah akhir yang tidak bahagian ini sungguh terjadi (Gerrig, 1998; Zwaan & Rapp, 2006). Anda mungkin menemukan diri anda begitu berharap tentang akhir yang bahagia yang telah anda buat , anda membaca bagian akhir berkali-kali, mencoba meyakinkan bahwa tokoh pahlawan atau tokoh utama tidak mati. Kesimpulannya, oran-orang sering membuat inferensi ketika membaca. Mereka menggabungkan materi manjadi suatu cerita yang utuh, dan mereka menjadi bingung ketika menghadapi sesuatu yang berbeda dengan inferensi yang telah mereka buat. Sepertinya orag-orang membuat inferensi jika mereka memiliki memori kerja yang besar atau keahlian. Inferensi relatif jarang pada buku sains dan relatif sering pada novel.

Pengajaran kemampuan metakomprehensi Pada bagian kedia bab ini, pembahasan kita tentang membaca membahas bagamana pendidik dapat mengajarkan kemampuan dasar membaca pada anak kecil. Secara singkat mari kita pertimbangkan bagaimana pendidik dapat mengajarkan siswa dewasa beberapa hal penting tentang kemampuan

metakomprehensi. Bab 6 berfokus pada topik tentang metakognisi, pengetahuan anda tentang proses kognitif, maupun pengendalian proses kognitif. Bagian penting dari metakognitif adalah metakomprhensi, suatu istilah yang meujuk pada pemikiran anda tentang komprehensi. Kebanyakan anak kecil tidak memiliki kemampuan kognitif untuk digunakan pada metakomprehensi; hal ini cukup menantang untuk membaca suatu kata atau kalimat (Baker, 2005; Griffith & Ruan, 2005). Bagaimanapun anak yang lebih tua, anak muda, dan orang dewasa, dapat memikirkan strategi membaca mereka. Sebagai contoh, ketika anda membaca sebuah buku, anda tahu bahwa anda harus memikirkan tentang latar belakang pengetahuan yang sesuai. Sebagai tambahan, anda mempertimbangkan bahawa anda harus membaca setiap kalimat atau melewati bagian detailnya. Anda juga tahu bahwa anda harus memeriksa

40

apakah anda mengerti tentang materi yang telah and abaca atau tidak (Griffith & Ruan, 2005; Perfetti et al., 2005). Lebih jauh, kadang anda sadar bahwa pikiran anda menerawang jauh dari materi yang sedang anda baca (Smallwood & Schooler, 2006). Di masa lalu, pendidik jarang melatih murid untukmengembangkan kemampuan metakomprehensi (Randi et al., 2005). Bagaimanapun, sekarang mereka mengembangkan metode untuk membantu siswa mendapatkan manfaat dari kemampuan ini. Sebagai contoh, guru dapat meminta siswa SMP untuk berpikir keras, sehingga mereka dapat menyimpulkan suatu bacaan, membuat prediksi, dan menjelaskan bagian yang membingungkan (Israel & Massey, 2005; Schreiber, 2005; Wolfe & Goldman, 2005). Mari kita bahas bagaimana tingakat kecemasan pembaca dapat mempengaruhi kemampuan membaca mereka. Perbedaan Individu: Test Kecemasan dan Komprehensi Membaca Mengacu pada sejumlah penelitian, orang dengan nilai tinggi pada tes kecemasan selalu mendapat nilai nilai kecil dalam ujian (Cassady, 2004). Menurut psikolog prestasi yang rendah ini disebabkan tingkat kekhawatiran yang tinggi. Penjelasan sederhananya kekhawatiran mempengaruhi kesadaran tiap orang, menghalangi mereka untuk memperoleh jawaban yang benar dari suatu tes. Bagaimanapun, Jerrel Cassady (2004) mengusulkan bahwa test kecemasan juga menurunkan kemampuan dalam memahami informasi yang terdapat pada buku bacaan. Cassady memeriksa kaitan antara kecemasan dan komprehensi discourse dengan meminta 277 mahasiswa untuk membaca beberapa paragraph dari sebuah buku, dan membacanya lagi untuk kedua kali. Kemudian, mahasiswa tersebut diminta untuk melengkapi tes yang disebut sekala Tes Kecemasan Kognitif, yang berisi soal pilihan berganda tentang materi pada teks yang dibaca tadi. Mahasiswa tersebut kemudian diminta untuk mengulangi langkah ini dengan bacaan lain yang sebanding. Cassady menemukan bahwa skor pada tes Kecemasan Kognitif memiliki korelasi yang kuat (r= -0,55) dengan nilai pada tes pilihan berganda. Dengan kata lain, orang yang memiliki kecemasan tinggi cenderung memperlihatkan nilai yang rendah pada tes komprehensi membaca.

41

Peneltian yang hamper sama, Cassady (2004) menemukan bahwa orang dengan skor tinggi pada tes skala kecemasan kognitif juga membuat lebih banyak kesalahan dalam membuat kesimpulan dari sutu bacaan. Orang-orang ini juga lebih banyak membuat kesalahan dalam menilai kemampuan mereka untuk membuat inferensi yang benar, berdasarkan suatu bacaan. Kesimpulannya, ketiaka orang mengikuti suatu tes dalam keadaan gelisah, mereka akan mengalami gangguan dari tingkat kecemasan yang tinggi. Sebagai tambahan, bagaimanapun, mereka mendapatkan nilai yang rendah untuk berbagai tes yang berkaitan dengan komprehensi membaca. Khususnya, mereka membuat lebih banyak kesalahan pada tes pilihan berganda, membuat kesimpulan dari bacaan, dan membuat inferensi, dibandingkan orang dengan tingkat kecemasan yang rendah.

Kecerdasan Buatan dan Membaca Seperti yang didiskusikan pada Bab 1, kecerdasan buatan merupakan area dari ilmu komputer yang berupaya membuat komputer yang dapat menunjukkan proses kognitif seperti manusia (Stenning et al., 2006). Tujuan dari kecerdasan buatan adalah mengembangkan program komputer yang dapat mengerjakan tugas yang membutuhkan kecerdasan, seperti komprehensi membaca, atau percakapan (Graesser et al., 2004; Kintsch et al., 2007; McNamara et al., 2007). Ketika mengembangkan kecerdasan buatan model bahasa, peneliti berasumsi bahwa komputer awalnya tidak mengetahui tentang bahasa alami. Bahasa alami adalah bahasa yang biasa digunakan oleh manusia dengan segala ambiguitas dan kompleksitasnya. Peneliti harus menuliskannya pada program komputer semua informasi yang dibutuhkan komputer tersebut. Programnya harus dalam bentuk instruksi yang detail (Harley, 2001; Sobel, 2001).

Proyek FRUMP Mari kita pertimbangkan contoh klasik dari program komputer yang didesain untuk memeriksa tugas membaca. Salah satu program yaitu FRUMP, singkatan dari Fast Reading Understanding dan Memory Program (De Jong, 1982). Tujuan dari FRUMP adalah membuat ringkasan cerita dari surat kabar,

42

yang ditulis dalam bahasa biasa. Ketika program ini dikembangkan, FRUMP dapat menginterpretasikan sekitar 10% dari surat kabar United Press International (Butcher KIntsch, 2003; Kintsch, 1984). FRUMP bekerja menggunakan proses Top-Down dengan mengaplikasikan 48 skrip yang berbeda. Contoh, kecelakaan kendaraan. Cerita tersebut berisi informasi tentang sejumlah orang yang tewas, jumlah orang yang cedera, dan penyebab dari kecelakaan tersebut. Kesimpulan yang dibuat FRUMP: kecelakaan kendaraan terjadi di Colorado. Sebuah pesawat menabrak tanah. Satu orang tewas. FRUMP mampu menangkap fakta dari cerita tersebut. Akan tetapi, FRUMP melewatkan alas an utama ceriat tersebut menjadi menarik: Ya satu orang tewas, tetapi 21 orang lainnya selamat! Penelitian tentang program berbasis skrip seperti FRUMP menujukkan bahwa manusia dapt membuat sejumlah inferensi dimana system kecerdasan buatan tidak dapat melakukannya (Kintsch, 1998, 2007). Kita menjadi terkesan bahwa FRUMP dan program lainnya dapat mengatur beberapa proses seperti bahasa. Proyek terbaru. Ilmuan kognitif terus mengembangkan program yang dapat mengerti bahasa (Moore & Wiemer-Hastings, 2003; Shermis & Burstein, 2003; Wolfe et al., 2005). Salah satu program kecerdasan buatan yang sering digunakan adalah buatan dari psikolog kognitif Thomas Landeur dan rekannya (Foltz, 2003; Laundeur et al., 2007). Program mereka disebut Latent Semantik Analysis (LSA), program tersebut dapat menilai beberapa bahasa terbaru. LSA memang menakjubkan, tetapi tidak dapat menilai kreatifitas seseorang. LSA juga dalam penilaiannya mengabaikan sintak, dimana manusia dapat dengan mudah mendeteksi jika ada kesalahan dalam sintak. LSA mempelajari bahasa hanya dari apa yang tertulis, sedangkan manusia dapat belajar dari ucapan, ekspresi wajah, dan bentuk penampakan fisik (Butcher & Kintsch, 2003).

Ringkasan: Pemahaman Discourse 1. Psikolinguis berfokus pada proses discourse, atau unit bahasa yang lebih luas dari dari suatu kalimat.

43

2. Pembaca mencoba membuat suatu gambaran terintegrasi dari discourse berdasarkan petunjuk halus, model mental, memori jangka panjang, dan inferensi. 3. Menurut pandangan constructionist, orang-orang aktif membuat inferensi yang berhubungan dengan bagian dari teks, walaupun bagian tersebut terpisah jauh. 4. Inferensi biasanya terjadi pada orang dengan kapasitas memori kerja yang besar, -kemampuan metakomprehensi yang baik, dan keahlian pada topik tersebut. Orang-orang biasanya membentuk inferensi tingkat tinggi melebihi tingkat paragraph tersebut. 5. Pendidik mulai menekankan pengajaran kemampuan metakomprehensi pada anak muda. 6. Dibandingkan dengan orang yang memiliki skor rendah pada tes kecemasan, orang dengan skor tinggi pada tes kecemasan cnderung membuat kesalahan pada tes pilihan berganda, dan pada saat membuat kesimpulan daru suatu cerita, serta ketika membuat suatu inferensi dari suatu bacaan. 7. Program kecerdasan buatan yang bernama FRUMP dapat membuat kesimpulan secara akurat. Program terbaru yang bernama Latent Semantic Analysis (LSA) Dapat menilai dua teks yang hamper sama.

44

CHAPTER REVIEW QUESTIONS

1.

Mengapa bahasa merupakan salah satu kecakapan yang penting pada manusia?.Pada cara apa ini dapat mengilustrasikan hubungan alami proses kognitif kita?? Jawab: Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, bahasa berfungsi untuk berkomunikasi secara personal dan interpersonal. Psikologi kognitif menekankan bahwa bahasa manusia mungkin salah satu dari perilaku kompleks yang dapat ditemukan di mana pun, di planet kita (Gleitman & Liberman, 1995). Perhatikanlah bahwa untuk memahami suatu kalimat

diperlukan beberapa keterampilan: mengkode bunyi seorang pembicara, mengkode corak yang visual dari bahasa yang dihasilkan, mengakses arti dari kata-kata, memahami aturan yang menentukan urutan kata, dan menilai suatu intonasi pembicara apakah suatu kalimat merupakan suatu pertanyaan atau suatu statemen

2.

Pada bagian faktor yang mempengaruhi pemahaman menjelaskan bahwa kita lebih sulit memahami kalimat jika kalimat-kalimat itu dalam bentuk pasif, dibandingkan dalam bentuk aktif. Mengacu pada pendekatan fungsional kognitif, mengapa kita kadang-kadang membuat sebuah kalimat seperti Jendela itu dirusak oleh Fred? Jawab: Pendekatan fungsional kognitif berargumen bahwa orang-orang dapat menggunakan bahasa yang kreatif, dalam rangka mengomunikasikan maksud/arti yang sulit dipisahkan. Jadi bisa saja kadang-kadang kita menggunakan kalimat negatif untuk menekankan maksud tertentu, atau lebih tepat disampaikan dengan kalimat negatif.

3.

Apa informasi pada aphasia, hemispheric specialization, and brain imaging techniques menjelaskan pada kita tentang bagian pada otak yang berperan dalam memahami dan memproduksi bahasa?

45

Jawab: Dalam hemispheric specialization terdapat dua bagian hemisphere yaitu hemispher kanan dan kiri. Hemisfer kiri berperan dalam bicara-bahasa, logika, sedangkan hemisphere kanan berperan dalam ekspresi, kesenian dan lain-lain.

4.

Konteks adalah konsep penting dalam bab ini. Jelaskan bagaimana konteks penting dalam: (a) memproses kata ambigu, (b) menemukan arti dari kata yang tidak dikenal, (c) mendasari pengetahuan dalam memahami percakapan. Jawab: (a) Dalam membaca, tidak jarang kita menemukan kata-kata yang bermakna ambigu. Ketika seseorang menemukan suatu potensi ambigu, aktivasi kognisi kita akan membangun semua arti yang mungkin dari item ambigu tersebut berdasarkan suatu konteks dalam kalimat. Contohnya pada kalimat berikut:
Hanya dalam hitungan detik, bisa ular itu bisa mematikan mangsanya.

Pada kalimat diatas terdapat kata yang ambigu yaitu bisa. Kata bisa dapat diartikan sebagai racun dan dapat pula diartikan sebagai dapat. Namun, sistem kognisi kita tetap dapat memahami makna dari masingmasing kata bisa tersebut karena adanya konteks kalimat. Melalui konteks kalimat tersebut, pembaca dapat mengaetahui bahwa kata bisa yang pertama bermakna racun dan kata bisa yang kedua bermakna dapat atau mampu. (b)Konteks juga membantu kita dalam mengenali dan memahami makna suatu kata. Kita dapat mengenali suatu kata secara lebih akurat ketika kata-kata tersebuttertanam padasebuah kalimat yang memiliki konteks (Bock & Garnsey, 1998; Kintsch, 1998).Konteks juga sangat penting ketika orang-orang ingin menemukan maksud dari kata-kata yang tidak familiar. Ketika kita membaca, kita sering menemukan kata-kata yang tidak familiar. Kemudian kita mencoba menggunakan konteks untuk menggambarkan artinya. Stenberg dan Powell menyatakan bahwa konteks dapat memberikan beberapa macam isyarat visual tentang suatu maksud.

46

(c) Konteks penting ketika kita membahas unit bahasa yang lebih besar, yaitu discourse atau percakapan. Di dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali berhubungan dengan discourse, seperti mendengarkan berita di radio, mendengarkan teman yang bercerita, mengikuti instruksi untuk melakukan sesuatu, dan sebagainya. Kita memiliki kemampuan untuk

mempersepsikan suatu kata berdasarkan konteks untuk menangani pengucapan kata-kata yang tidak tepat.Penelitian lain mendemontrasikan bahwa orang memiliki akurasi yang tinggi dalam merekonstruksi kata yang hilang selama memahami ucapan, khususnya jika kata itu diperkirakan dengan konteks/hubungan katanya. (Cooper et al, 1985; Salasoo & Pisoni, 1985).

5.

Dalam bab ini, ditekankan bahwa memori berkontribusi untuk memahami bahasa. Menggunakan chapter outline sebagai pembimbing, tentukan bagaimana working memory (memori kerja) dan long-term memory (memori jangka panjang) begitu penting ketika kita mencoba untuk memahami bahasa. Jawab: Memahami bahasa melibatkan berbagai macam proses kognitif yang kompleks yang terkait antara satu dengan yang lainnya. Kemampuan

memahami bahasa sangat tergantung pada kemampuan kognitif lainnya, seperti memori kerja. Memori kerja memainkan peran penting selama proses memahami bahasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan rentang memori kerja yang relatif besar secara cepat dapat memproses kalimat ambigu (Miyake et al., 1994). Selain itu, orang dengan rentang memori kerja yang besar sangat terampil dalam membaca bagian yang sulit dan memecahkan masalah verbal yang kompleks (Haarmann et al, 2003; Long et al., 2006). Orang yang memiliki rentang memori kerja yang besar dapat mempertahankan banyak item dalam memorinya sehingga mampu memahami bahasa secara akurat. Long-term memory juga berpengaruh besar terhadap kemampuan berbahasa seseorang. Hal ini dikarenakan, seluruh informasi yang ditangkap oleh indera kita akan disimpan dalam long-term memory kita. Dan pada saat informasi itu dibutuhkan, proses kognisi kita

47

akan merecall seluruh informasi yang dibutuhkan pada saat itu. Sebagai contoh, persepsi memungkinkan kita untuk mendengar pembicaraan dan membaca kata-kata. Memori aktif membantu kita menyimpan stimuli yang cukup panjang untuk memproses dan menginterpretasikannya. Memori jangka panjang menyediakan persinggungan antara materi yang kita proses dahulu dan materi yang kita hadapi sekarang.

6.

Jelaskan bagaimana hipotesisdual-route membantu anda dalam mengenali kata-kata yang sedang anda baca. Bagaimana cara anda diajarkan untuk membaca, apakah dengan menggunakan pendekatan the whole-word atau pendekatan phonics? Jawab: Terkadang anda membaca sebuah kata dengan pendekatan direct-access dimana pembaca dapat mengenali suatu kata yang ditulis/tercetak dengan langsung. Di lain waktu, anda membaca sebuah kata melalui pendekatan indirect-access dimana anda mengenali sebuah kata secara tidak langsung dengan cara mengucapkan kata tersebut. Anda harus menerjemahkan tinta (tulisan) pada halaman kertas ke dalam bentuk bunyi sebelum anda dapat mengenali dan mengetahui makna dari kata tersebut (Rayner et al., 2003; Treiman et al., 2003). Hipotesis Dual-route adalah merupakan kombinasi dari direct-access route dan indirect-access route. Pendekatan ini berpendapat bahwa karakteristik bahan bacaan menentukan apakah pendekatan directaccess atau indirect-access yang akan digunakan. Misalnya, Anda dapat menggunakan pendekatan indirect-access ketika anda membaca sebuah kata yang panjang dan jarang ditemukan. Anda dapat menggunakan direct-access untuk kata-kata yang lebih umum (Bernstein 8: Carr, 1996). Pada saat saya belajar membaca, saya diajarkan dengan menggunakan pendekatan phonic. Dimana saya belajar membaca dimulai dengan mengeja per suku kata dengan membunyikan kata tersebut. Hal ini dimaksudkan apabila saya melakukan kesalahan selama membaca, maka kesalahan tersebut akan cepat teridentifikasi atau diketahui oleh orang yang membimbing saya pada saat membaca yaitu orang tua dan guru. Sehingga orang tua dan guru

48

akan lebih mudah mengkoreksi kesalahan yang saya lakukan selama proses membaca.

7.

Jelaskan tentang Constructionist view of inference yang didiskusikan pada akhir bab ini. Ingat kembali tentang tugas yang ada dapat selama dua hari kemarin. Pastikan untuk memasukkan contoh selain buku pelajaran anda. Jelaskan bagaimana perspektif dari Constructionist menjadi relevan selama proses discourse. Jawab: Dengan Constructionist view of inference kita akan membuat inferensiinferensi berdasarkan informasi yang kita baca dan menggabungkannya dengan informasi yang sudah kita dapat sebelumnya. Karena inferensi ini kita sendiri yang buat maka biasanya akan bertahan cukup lama dan ini dapat membantu kita dalam mengingat dan memahami suatu materi. Contohnya ketika presentasi tentang Biologi Sel, kita membaca materinya dari sebuah buku. Dari buku tersebut kita mendapatkan informasi, tetapi kita juga sudah mendapatkan konsep sebelumnya yang hamper sama. Ketika kita

mempresentasikannya apa yang kita ucapkan biasanya tidak akan persis sama dengan yang ada di buku. Kita akan membuat inferensi yang merupakan gabungan dari konsep dari buku dan konsep yang sudah kita dapat sebelumnya.

8.

Tinjau kembali bagian kemampuan metakomprehensi, dan jelaskan bagaimana anda mengaplikasikan strategi ini untuk meningkatkan

kemampuan anda dalam membaca. Jawab: Mengaplikasikan strategi untuk meningkatkan kemampuan anda dalam membaca yaitu dengan memahami bahasanya terlebih dahulu. Struktur kalimatnya juga perlu untuk kita pahami, sehingga kita dapat memahami cara membacanya.

49

9.

Banyak bagian pada bab ini menekankan pada perbedaan individual. Coba anda simpulkan dan perkirakan bagaimana perbedaan individu mungkin juga relevan dalam aspek lain pada pemahaman membaca. Jawab: Perbedaan individu yang dibahas yaitu mengenai pengaruh tingkat kecemasan terhadap kemampuan pemahaman dalam membaca.Tingkat kecemasan ini juga ternyata berpengaruh terhadap pemahaman seseorang dalam membaca. Semakin tinggi tingkat kecemasan seseorang semakin sulit juga orang tersebut dalam memahami suatu bacaan. Akan tetapi seseorang yang memiliki tingkat kecemasan yang rendah, orang tersebut tidak terlalu memiliki kesulitan dalam memahami suatu bacaan. Perbedaan individu dilihat dari tingkat kecemasan juga berpengaruh dalam membuat inferensi maupun kesimpulan. Dari inferensi ataupun kesimpulan yang dibuat kita dapat menilai mana yang lebih memahami suatu bacaan dan mana yang kurang atau tidak sama sekali.

10. Bab ini membahas baik tentang mendengar maupun membaca. Bandingkan kedua bagian bahasa ini. Proses mana yang mirip, dan mana yang berbeda? Untuk persiapan pada bab 10, bandingkan speech production dan menulis dalam gaya yang sama. Jawab: Perbedaan antara membaca dan mendengar: - Membaca berkaitan dengan ruang sedangkan mendengar terkait dengan waktu - Membaca dapat mengatur input yang masuk sedangkan mendengar tidak - Membaca dapat mengulang kembali apa yang mereka baca, sedangkan mendengar tidak dan sangat mengandalkan kemampuan memori kerja mereka Perbandingan antara bicara dengan menulis: - Menulis memiliki standar tertentu dan jarang ada kesalahan, sedangkan berbicara sering terjadi kesalahan seperti pengulangan kata ataukalimat, dan salah pengucapan

50

- Dalam menulis dapat terlihat dengan jelas batas antara satu kata dengan kata yang lain, sedangkan dalam berbicara sama sekali tidak. - Ketika berbicara terdapat petunjuk halus untuk memahami isi dari pembicaraan, seperti bahasa tubuh atau penekanan terhadap suatu kata. Pada menulis petunjuk yang ada hanya pada apa yang tertulis saja.

51

MAKALAH

Comprehending Language

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Psikologi Perkembangan Kognitif

Dosen : Prof. Dr. Kusdwiratri Setiono, M. Pd.

Oleh :

BETRY SAPUTRI. ZD RAVINA RIFKI SURVANI

: 1201408 : 1200895 : 1201392

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI (A) SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM MAGISTER (S2) UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2012

52

Anda mungkin juga menyukai