Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

1. ….

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. …..

BAB II
PEMBAHASAN

1
A. Morfologi
1. Pengertian Morfologi
Istilah “morfologi” berasal dari kata morf, yang berarti bentuk, dan logos, yang
berarti ilmu. Dengan demikian, secara etimologi bisa disimpulkan bahwa morfologi
merupakan ilmu mengenai bentuk. Istilah “morfologi” ini juga dapat ditemukan di
berbagai bidang ilmu seperti biologi, geologi, dan linguistik. Di tiap bidang ilmu ini,
morfologi sama-sama mempelajari “bentuk”, namun dengan fokus berbeda bergantung
dari fokus utama masing-masing bidang ilmu tersebut. Dalam biologi, yang seyogyanya
mempelajari mengenai makhluk hidup, morfologi merupakan ilmu yang mempelajari
struktur dan bentuk organisme. Dalam geologi, yang mempelajari mengenai tanah,
istilah morfologi ini mengacu pada evolusi pembentukan alam semesta (Altiria, 2013).
Sementara itu, dalam linguistik, yang merupakan ilmu mengenai bahasa, morfologi
merupakan ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk kata (Lardiere, 2006:59).
Lebih jauh, Lardiere (2006:59) menjabarkan bahwa morfologi dalam linguistik
tidak hanya mempelajari bentuk-bentuk kata, tetapi juga maknanya dan bagaimana
bentuk-bentuk kata tersebut dapat (dan tidak dapat) dikombinasikan dalam berbagai
bahasa yang ada di dunia. Aturan bentuk-bentuk kata dan penggabungannya sehingga
memiliki makna tersebut dapat berbeda dalam tiap bahasa. Dalam bahasa Indonesia,
misalnya, ibu merupakan salah satu bentuk kata, begitu juga dengan kata Budi. Dua
kata ini, dapat dikombinasikan menjadi Ibu Budi, yang dapat bermakna “Ibu dari anak
yang bernama Budi” ataupun “wanita yang memiliki suami bernama Budi”. Namun,
dalam bahasa Korea, walaupun kata Eommoni dan Budi dapat digabungkan dan
memiliki makna yang sama dengan penggabungannya dalam bahasa Indonesia, namun
penggabungan menjadi eommoni Budi tidak berterima. Bentuk yang berterima dalam
bahasa ini adalah Budi eommoni.
Sejalan dengan Lardiere, Yule (2015:100) juga menyatakan bahwa morfologi
merupakan analisis struktur kata. Dalam penjabarannya, Lardiere dan Yule sama-sama
menyatakan bahwa apa yang disebut sebagai “kata” belum tentu dapat diidentifikasi
dengan mudah dari sekumpulan huruf-huruf yang dikombinasikan menjadi satu
kesatuan bermakna. Yule mencontohkan nitakupenda dari bahasa Swahili. Walaupun
terlihat seperti satu kata, namun ternyata nitakupenda memiliki makna aku akan
mencintaimu, dimana ni- berarti aku, ta- berarti akan, ku- berarti kamu, dan penda
berarti cinta. Dalam bahasa Indonesia pun, Ibuku terlihat seperti satu kata, namun ia
tersusun dari ibu dan aku. Dari dua contoh diatas, bisa dilihat bahwa apa yang terlihat
2
seperti “kata”, masih dapat dipecah lagi menjadi bagian yang lebih kecil yang memiliki
makna (morfem).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa morfologi dalam linguistik
merupakan analisis mengenai bentuk-bentuk, struktur-struktur, dan makna kata serta
bagaimana bentuk dan struktur itu dapat dikombinasikan sehingga dapat berterima
dalam bahasa-bahasa di dunia. Beberapa kata dapat diuraikan kembali menjadi satuan
terkecil bermakna (morfem), sementara beberapa kata lainnya tidak (“kata” itulah
morfem-nya). Kata-kata tersebut juga dapat digabungkan menjadi kombinasi yang
bermakna. Berterima atau tidaknya penguraian dan penggabungan kata-kata tersebut
dapat menjadi berbeda dalam tiap bahasa di dunia ini.

2. Mengindentifikasi Kelas Kata


Nomina, adjektiva, dan verba merupakan tiga kelas kata besar. Nomina (kata
benda) merupakan kata-kata yang digunakan untuk mengacu pada makhluk hidup,
benda, makhluk hidup selain manusia, tempat, fenomena, dan ide abstrak seolah-olah
mereka adalah “benda”. Adjektiva (kata sifat) merupakan kata-kata yang digunakan
untuk memberikan informasi lebih tentang nomina yang dimaksud. Sementara itu,
verba (kata kerja) merupakan kata-kata yang digunakan untuk mengacu pada berbagai
proses, tindakan dan keadaan yang melibatkan orang-orang dan benda dalam peristiwa
(Yule, 2015:121 & KBBI).
Berdasarkan definisi diatas, contoh untuk nomina dalam bahasa Indonesia
misalnya ayah , bunga (makhluk hidup), meja (benda), rumah (tempat), tsunami
(fenomena), ataupun keajaiban (ide abstrak). Contoh untuk adjektiva diantaranya
adalah cantik, besar. Sementara contoh untuk verba diantaranya adalah mengeliminasi
(proses), memasak (tindakan) dan mempunyai (keadaan).
Namun begitu, Tallerman (2005:30) berargumen bahwa, pengujian secara formal
tetap dibutuhkan karena ada kemungkinan tidak semua orang menyetujui sebuah kata
tertentu memenuhi unsur “benda, fenomena, ide abstrak” sehingga kata itu dapat
digolongkan menjadi kata benda, misalnya. Pengujian formal yang dilakukan oleh
pakar-pakar linguistik ini berfokus pada area morfologis dan juga sintaksis (Tallerman,
2005:32). Dalam ranah morfologi, pola-pola yang sama yang terjadi dalam beberapa
kata mengindikasikan bahwa kata-kata tersebut berada dalam kelas kata yang sama. Di
sisi lain, secara sintaksis, distribusi kata tersebut (slot yang dapat ia isi) dan fungsi apa
yang ia perankan dalam sebuah frasa/kalimat juga menunjukkan ia berada dalam kelas
3
kata yang sama. Penjelasan mengenai pengklasifikasian nomina, verba, dan adjektiva
secara lebih terperinci akan dijelaskan disubbab-subbab berikut.

a. Nomina
Secara morfologis, dalam dalam bahasa Inggris dan juga bahasa Indonesia,
misalnya, hanya nomina yang memiliki bentuk jamak. Di dalam bahasa Inggris, ini
hanya terjadi untuk nomina yang dapat dihitung (countable noun). Sehingga,
kenyataan bahwa pores, glasses, women (penambahan –s, -es, perubahan bentuk
tidak beraturan merupakan afiks untuk kata benda plural dalam bahasa Inggris)
berterima, sementara *amazings, *preciouses menunjukkan bahwa pore, glass, dan
woman berada pada kelas kata yang sama (nomina), sementara amazing dan
precious berada pada kelas kata yang berbeda dari ketiga kata sebelumnya.
Secara sintaksis, pengidentifikasian kelas kata nomina dalam bahasa Inggris,
misalnya, dapat dilihat dari contoh kalimat berikut:
(1) _______ escaped from the prison.
Dari pilihan kata Sam, beautiful, laugh, kata Sam merupakan pilihan kata yang
paling cocok. Terlihat dari kalimat diatas bahwa seseorang ataupun sesuatu
melakukan tindakan berupa melarikan diri dari penjara, dan Sam merupakan pilihan
yang tepat untuk mengisinya. Jika dua pilihan lain dimasukkan , kalimat diatas akan
menjadi *cantik melarikan diri dari penjara ataupun *tertawa melarikan diri dari
penjara, dan dua kalimat seperti ini memiliki makna yang tidak berterima. Ini
menunjukkan bahwa kata Sam termasuk dalam golongan kata benda.

b. Adjektiva
Secara sintaksis, dalam frasa nomina bahasa Inggris, adjektiva umumnya berada
di depan nomina karena ia berfungsi sebagai penerang dari nomina tersebut.
(2) an amazing house
*an amazingly house
(3) the precious rings
*the preciously rings
Frasa an amazing house dan the precious rings menjadi berterima, sementara
*an amazingly house dan *the preciously rings tidak berterima. Ini menunjukkan
bahwa kata amazing dan precious berasal dari kelas kata yang sama, adjektiva,
sementara preciously dan amazingly tidak termasuk ke dalam kelas kata ini.
4
c. Verba
Secara morfologis, verba di dalam bahasa Inggris dapat dibuktikan dengan
berterima atau tidaknya ia saat diujikan dengan penambahan afiks-afiks umum untuk
verba seperti –s, -ed, dan -ing.
(4) works
worked
working
*beautifuls
*beautifuled
*beautifulling
Bentuk works, worked dan working yang berterima menunjukkan bahwa kata
work termasuk dalam kelas kata verba, sementara beautiful bukan termasuk kelas
kata verba.
Secara sintaksis juga, verba di dalam kalimat bahasa Inggris memiliki posisi dan
fungsi sebagai predikat.
(5) I prepared the clothes last night
*I beautiful
Berterimanya prepared sebagai predikat dalam bahasa Inggris menunjukkan
bahwa kata ini tergolong kelas kata verba. Sementara beautiful bukan merupakan
verba karena ia tidak berterima; masih dibutuhkan verba untuk melengkapi kalimat
tersebut menjadi I am beautiful.

B. Sintaksis

C. Kategori Gramatika
Tiap kelas kata memiliki kategori gramatika ‘khas’ yang mengelilingi mereka. Menurut
Tallerman (2005:52), terdapat tiga jenis kategori gramatika, yakni inherent (kategori
gramatika yang dimiliki maupun tidak dimiliki oleh kata tersebut, misalnya tense dalam
verba bahasa Inggris), agreement (kategori gramatika yang menunjukkan keterpaduan
antar kata, seperti penyataraan antara subjek dan predikatnya dalam bahasa Inggris), dan
relational (kategori gramatika yang menandai hubungan yang dimiliki sebuah kata
ataupun frasa dalam sebuah kalimat, misalnya frasa kata benda bisa menjadi subjek
maupun objek). Kategori gramatika ini juga dapat dilihat dari perubahan bentuk dasar
5
kelas kata yang dimaksud (dengan menambahkan infleksi, misalnya, goes), ataupun
dengan penambahan kata lainnya untuk digunakan dengan kelas kata tertentu (misalnya,
lebih baik).

1. Kategori Gramatika untuk Nomina


Nomina memiliki number, gender, dan definiteness sebagai kategori gramatika
inherent dan case sebagai kategori gramatika relational. Untuk number, bahasa Inggris
merupakan salah satu contoh yang tepat karena nomina-nya mengalami perubahan
bentuk untuk menunjukkan jumlah jamak:
(6) The books
The potatoes
The children

Walaupun dalam bentuk jamak yang tidak beraturannya ada beberapa nomina yang
“tampak” tidak mengalami perubahan (seperti deer, fish, misalnya). Kemudian untuk
gender, dalam Italia, misalnya, nomina yang berakhiran –o biasanya merupakan
nomina maskulin dan yang berakhiran –a biasanya merupakan nomina feminin.
Sementara itu, untuk definiteness, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia termasuk
bahasa yang memiliki contoh untuk ini. Dalam bahasa Inggris digunakan the untuk
menunjukkan bahwa nomina yang dimaksud adalah nomina tertentu, misalnya the
change. Dalam bahasa Indonesia, digunakan tersebut yang digunakan setelah nomina,
misalnya peraturan tersebut.

Salah satu contoh case, disisi lain, terihat dari perubahan yang terjadi pada
nomina maupun frasa nomina saat ia berada dalam posisi subjek maupun objek dalam
kalimat. Di dalam bahasa Inggris, misalnya, ini terlihat dari penggunaan pronomina.
(7) He kicked the ball.
The car hit him yesterday.
Pronomina ‘dia (laki-laki)’ dalam bahasa Inggris seperti yang dicontohkan di atas
mengalami perubahan dari he saat ia menjadi subjek ataupun pelaku dikalimat dan him
saat berada di posisi objek.

2. Kategori Gramatika untuk Adjektiva

6
Adjektiva memiliki perbandingan sebagai kategori gramatika inherent dan
penyetaraan adjektiva dengan nomina tertentu sebagai kategori gramatika agreement.
Dalam bahasa Indonesia, tidak terdapat perubahan pada adjektiva saat berada dalam
perbandingan, adjektiva baik, misalnya, tetap menjadi baik dalam perbandingan lebih
baik. Sementara itu, dalam bahasa Inggris, adjektiva dengan satu hingga dua silaba
umumnya mengalami penambahan –er, seperti dark menjadi darker, dan sebagainya.
Di sisi lain, penyetaraan adjektiva saat mengikuti nomina tertentu dapat terlihat
dari bahasa Italia.
(8) Il gioco nuovo; la casa nuova
Kata-kata digaris bawahi diatas, nuovo dan nuova sama-sama adjektiva yang berarti
baru. Bentuk nuovo digunakan untuk mendampingi nomina maskulin, yakni gioco
(mainan), sementara nuova digunakan untuk mendampingi nomina feminin, yakni casa
(rumah). Dalam contoh tersebut terlihat penyetaraan bentuk adjektiva dengan nomina
yang diikuti.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

7
Dari pembahasan yang telah dijabarkan oleh penulis dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Morfologi merupakan analisis mengenai bentuk-bentuk, struktur-struktur, dan
makna kata serta bagaimana bentuk dan struktur itu dapat dikombinasikan
sehingga dapat berterima dalam bahasa-bahasa di dunia.
2. Kata-kata itu dapat dipecah menjadi bagian terkecil (morfem) maupun
digabungkan dengan kata-kata lainnya, dengan aturan pemecahan dan
penggabungan yang dapat berbeda dalam tiap bahasa.
3. Pengindentifikasian kelas kata dapat dilakukan secara morfologis (melihat
pola-pola yang sama dalam kelas kata tertentu) dan sintaksis (distribusi dan
fungsi kelas kata tersebut dalam sebuah frasa/kalimat)
4. Kategori gramatika untuk nomina adalah number, gender, definiteness dan
case.
5. Kategori gramatika untuk adjektiva adalah perbandingan dan penyetaraan
adjektiva dengan nomina tertentu.
6.

B. Saran
Penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna, karena itu besar harapan
penulis akan adanya kritik, masukan, dan saran demi penulisan makalah ini yang lebih
baik di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Altiria, Seradona. 2013. Kajian tentang Hubungan Morfologi dengan Sintaksis dan Semantik.
Artikel Morfologi. Magister Linguistik Universitas Indonesia. Tidak Diterbitkan.

8
Lardiere, Donna. 2006. “Words and Their Parts” dalam R. Fasold dan J. Connor-Linton
(penyunting) An Introduction to Language and Linguistics (55-96). Cambridge:
Cambridge University Press.
Tallerman, Maggie. 2005. Understanding Syntax. London: Hodder Education.
Yule, George. 2015. Kajian Bahasa. Terjemahan oleh Astry Fajria. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai