Anda di halaman 1dari 7

|18

Jurnal Kalacakra
Volume 01, Nomor 01, 2020, pp: 18-24

e-mail: jurnalkalacakra@untidar.ac.id, website: https://jurnal.untidar.ac.id/index.php/kalacakra/index

ANCAMAN BUDAYA POP (POP CULTURE) TERHADAP PENGUATAN


IDENTITAS NASIONAL MASYARAKAT URBAN

Annisa Istiqomah1a), Delfiyan Widiyanto2b)


1
Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Yogyakarta, Jl. Colombo No.1, Karang
Malang, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Telp (0274) 548202
2
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Tidar, Jl. Kapten Suparman No.39, Tuguran,
Potrobangsan, Kec. Magelang Utara, Kota Magelang, Telp (0293) 364113
e-mail: a)annisa.istiqomah@uny.ac.id, b)delfiyanwidiyanto@untidar.ac.id

Received: 21 Juni 2020 Revised: 24 Juni 2020 Accepted: 24 Juni 2020

ABSTRAK
Identitas nasional berkaitan dengan nilai-nilai, sejarah, dan cita-cita yang menyatukan suatu kelompok
masyarakat dalam suatu ikatan. Identitas nasional dipahami sebagai suatu kondisi dinamis yang terbentuk
dari faktor etnisitas, teritorial, bahasa, agama, dan sejenisnya, selain itu dari faktor pembangunan. Salah
satu faktor yang mempengaruhi dinamika identitas nasional adalah globalisasi. Globalisasi dimaknai
sebagai kebebasan masyarakat dunia dalam mengembangkan berbagai aspek kehidupan seperti ilmu
pengetahuan, teknologi, nilai-nilai, dan budaya. Interaksi masyarakat dunia yang semakin mudah
menyebabkan proses transmisi nilai-nilai budaya lintas negara seperti berkembangnya budaya pop di
Indonesia. Penelitian menggunakan metode studi literatur dengan mengumpulkan berbagai referensi baik
sumber primer dan sekunder yang relevan dengan ancaman budaya pop terhadap penguatan identitas
nasional masyarakat urban. Hasil dari kajian penelitian menunjukkan bahwa budaya pop identik dengan
perilaku kebarat-baratan yang cenderung pragmatis, hedonis, dan konsumtif. Ideologi tersebut
bertentangan dengan ideologi Pancasila yang mengancam bagi bangsa Indonesia dalam penguatan
identitas nasional. Dengan demikian, perlu upaya untuk menguatkan identitas nasional khususnya
masyarakat urban yang sudah terpapar dengan budaya pop, melalui: 1) internalisasi nilai-nilai budaya
masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan; 2) upaya filterisasi berbagai budaya asing yang dianggap
membawa nilai-nilai yang bertentangan dengan budaya Indonesia; 3) pendidikan multikultural untuk
menguatkan pondasi setiap individu agar tidak mudah tercerabut akar budayanya.

Kata Kunci: budaya pop, identitas nasional, ideologi, masyarakat urban.

ABSTRACT
National identity is related to the values, history and ideals that unite a group of people in a bond.
National identity is understood as a dynamic condition that is formed from factors of ethnicity,
territoriality, language, religion, and the like, besides that of development factors. One of the factors that
influence the dynamics of national identity is globalization. Globalization is interpreted as the freedom of
the world community to develop various aspects of life such as science, technology, values, and culture.
The increasingly easy interaction of the global community causes the process of transmitting cross-
cultural cultural values such as the development of pop culture in Indonesia. The research uses the
literature study method by gathering various references both primary and secondary sources that are
relevant to the threat of pop culture to strengthening the national identity of urban communities. The
results of the research study show that pop culture is identical with westernized behavior that tends to be
pragmatic, hedonistic, and consumptive. This ideology is contrary to the ideology of Pancasila which
threatens the Indonesian nation in strengthening national identity. Thus, efforts are needed to strengthen
national identity, especially urban communities that have been exposed to pop culture, through: 1)
internalization of cultural values in various fields of life; 2) efforts to filter various foreign cultures that
are considered to carry values that are contrary to Indonesian culture; 3) multicultural education to
strengthen the foundation of each individual so it is not easily uprooted by its cultural roots.

Keywords: pop culture, national identity, ideology, urban society.

Jurnal Kalacakra, Volume 1, Nomor 1


|19

PENDAHULUAN bebas, budaya nongkrong, transgender dan


pria metroseksual, infotainment dan
Pembauran nilai dan ideologi lintas selebriti, serta kebiasaan lain yang bersifat
negara merupakan implikasi dari populer dan banyak diminati oleh
berkembangnya teknologi sehingga dengan masyarakat pada umumnya.
mudah masyarakat dunia saling Beberapa kebiasaan-kebiasaan yang
berkomunikasi antara satu sama lain. dibawa oleh budaya pop tersebut dianggap
Globalisasi diartikan sebagai suatu era yang bertentangan dengan nilai-nilai tradisional
ditandai dengan perubahan tatanan dalam masyarakat Indonesia. Kebiasaan-
kehidupan dunia akibat kemajuan ilmu kebiasaan tersebut dapat memengaruhi
pengetahuan dan teknologi, khususnya individu dalam mendefinisikan identitas diri
teknologi informasi sehingga interaksi yang selanjutnya dapat berdampak pada
manusia menjadi sempit serta seolah-olah identitas nasional bangsa. Identitas nasional
dunia tanpa ruang. Salah satu budaya yang merupakan pemahaman tentang jati diri
berkembang sejalan dengan berkembangnya masyarakat dalam suatu entitas yang
era globalisasi adalah budaya populer atau memiliki kesamaan nasib dan tujuan.
disebut budaya pop (pop culture). Dalam Identitas nasional berkaitan dengan nilai-
konsepsi budaya, dimensi kongkrit budaya nilai, sejarah, dan cita-cita yang
populer terwujud dalam artifak-artifak menyatukan suatu kelompok masyarakat
budaya seperti makanan, musik, program dalam suatu ikatan. Identitas nasional
televisi, arsitektur, pergaulan, periklanan, dipahami sebagai suatu kondisi dinamis
dll. Sedangkan dalam dimensi abstrak yang tidak hanya terbentuk karena faktor
budaya populer ini terwujud dalam nilai, etnisitas, territorial, bahasa, agama,dan
ideologi, norma, dan kepercayaan tradisi. sejenisnya tetapi juga karena faktor
Budaya pop disukai secara luas oleh pembangunan dalam konteks
banyak orang, Storey (2009: 8) perkembangan zaman. Individu dalam
mengemukakan bahwa budaya populer masyarakat urban yang terpapar budaya pop
adalah budaya komersial tidak berdaya akan dengan mudah terpengaruh karena
yang merupakan produk mengambang yang sikap dasar dari budaya pop yang banyak
dikonsumsi massa. Budaya pop sendiri disukai oleh masyarakat, sehingga individu
bersifat formula, manipulatif (untuk hak seringkali mengabaikan nilai-nilai
politik atau kiri, tergantung siapa yang tradisional yang seharusnya
melakukan analisis). Budaya pop diinternalisasikan dalam diri untuk
dikonsumsi dengan otak pasif dan mati selanjutnya terwujud dalam identitas
rasa. Budaya pop mudah berkembang nasional.
dalam masyarakat urban karena masyarakat
urban memiliki akses yang lebih mudah METODE PENELITIAN
dalam menerima berbagai informasi,
termasuk dalam mengakomodasi berbagai Metode yang digunakan dalam studi ini
budaya dan nilai-nilai yang ditransmisikan adalah studi literatur. Studi literatur adalah
lewat teknologi. Budaya pop memberikan metode dengan mengumpulkan berbagai
kemudahan bagi individu dalam mengakses referensi yang terkait dan relevan dengan
suatu kebutuhan hidup seperti sandang, permasalahan yang dikaji. Referensi
papan dan pangan. Namun kemudahan tersebut terdiri sumber primer dan sumber
tersebut sekaligus menumbuhkan sikap sekunder seperti jurnal, buku, artikel,
individu yang cenderung pragmatis, laporan penelitian, dan berbagai jenis
hedonis, dan konsumtif. Hal ini karena informasi yang didapatkan dari situs-situs
budaya pop sering menghadirkan sesuatu internet. Studi literatur dilakukan untuk
yang bersifat instan dan juga glamour memperkuat permasalahan yang dikaji dan
misalnya budaya shopping, pergaulan menjadi dasar dalam memberikan berbagai

Jurnal Kalacakra, Volume 1, Nomor 1


|20

argumen mengenai ancaman budaya pop atau dimodifikasi dalam setiap transmisi
(pop culture) terhadap penguatan identitas sosial (Fisher, 2012:106).
nasional masyarakat urban. Produk budaya pop dapat diprediksi
berdasarkan masalah yang dihadapi dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN sejarah nenek moyang seperti masalah
kawin dan pola asuh, bertahan hidup, dan
Postmodernisme dan Budaya Populer hidup sosial (Fisher & Salmon, 2012: 106).
(Pop Culture) Budaya populer umumnya mengacu pada
Populer merupakan konteks gagasan gambar, narasi, dan gagasan yang beredar
tentang budaya postmodernisme pertama dalam budaya mainstream. Budaya
yang terbentuk dan trend budaya dalam "populer" dikenal oleh kebanyakan massa
postmodernisme yang menentang di masyarakat tertentu yang terpapar dengan
permusuhan modernisme terhadap budaya aspek dominan budaya pop yang sama.
massal. Terminologi populer banyak Bieniek & Leavy (2014:6) mengemukakan
digunakan sebagai citra yang melingkupi
bahwa orang-orang lebih cenderung melihat
berbagai aspek bidang kehidupan seperti budaya pop sebagai hal yang
pendidikan, gelar, proyek, dan pekerjaan. menyenangkan dan sembrono, dan karena
Budaya pop merupakan salah satu implikasi itu mungkin gagal untuk menginterogasi
dampak invasif dari teknologi karena pesan budaya pop dan bagaimana
menempati banyak institusi yang dampaknya terhadap masyarakat.
memberikan dasar untuk menghasilkan Menurut Guins & Cruz (2005: 2-3)
makna baru dan ungkapan budaya baru
budaya populer membahas kombinasi
(McRobbie, 1994: 18). perubahan ekonomi, teknologi, politik,
Teori postmodernisme dengan jelas sosial dan budaya yang membentuk
memegang apa yang dianggapnya sebagai kemampuan untuk mendefinisikan budaya
argumen penting tentang fenomena visual, populer. Esai-esai yang dikandungnya
dan film. Tanda-tanda yang paling jelas dari memberi rasa taruhan dan kompleksitas
postmodernisme yaitu penekanan gaya, yang menjadi ciri khas ekspresi populer,
tontonan, efek khusus dan gambar, dengan material, dan ideologis dalam kehidupan
mengorbankan konten, karakter, substansi,
sehari-hari. Guins & Cruz (2005: 12)
narasi dan komentar sosial. menyatakan bahwa guna
Postmodernisme menggambarkan
mempertimbangkan budaya populer sebagai
kemunculan sebuah masyarakat dimana
proses dinamis maka perlu menekankan
media massa dan budaya pop adalah satu set prinsip aksiomatik. Pertama, semua
institusi yang paling penting dan kuat. aspek budaya populer bersifat politis.
Media massa dan budaya pop Kedua, kaliber pertunangan dengan budaya
mengendalikan dan membentuk semua jenis memerlukan pemahaman tentang sejarah
hubungan sosial lainnya. Budaya pop dan perkembangan bentuk komoditas, dan
semakin mendominasi perasaan realitas ketiga, pentingnya budaya populer
kehidupan, mempengaruhi pemikiran dipengaruhi oleh hubungannya dengan
masyarakat dalam mendefinisikan jati diri gerakan sosial dan transformasi dalam
dan dunia di sekitar. Budaya pop cenderung kesadaran sosial.
merusak kualitas seperti kemampuan
artistik, integritas, keseriusan, keaslian,
Identitas Nasional Masyarakat Urban
realisme, kedalaman intelektual dan narasi
Identitas nasional dipahami sebagai
karena hanya menggambarkan gaya, main- suatu kondisi dinamis yang tidak hanya
main, dan lelucon yang mengorbankan isi, terbentuk karena faktor etnisitas, territorial,
substansi, dan makna (Strinati, 2004: 212-
bahasa, agama,dan sejenisnya tetapi juga
216). Budaya pop bersifat dinamis yang karena faktor pembangunan dalam konteks
selalu bergerak ke suatu tempat. Budaya
globalisasi. Sarinah, dkk (2017: 47)
pop bukanlah suatu budaya yang diturunkan mengemukakan bahwa identitas nasional
dari generasi ke generasi tetapi diciptakan

Jurnal Kalacakra, Volume 1, Nomor 1


|21

adalah kepribadian nasional atau jati diri berkembang dalam aspek kehidupan suatu
nasional suatu bangsa yang terbentuk bangsa (nation), ciri khas tersebut yang
karena kesamaan dalam pengalaman sejarah membedakan satu bangsa dengan bangsa
dan penderitaan. Identitas nasional menurut yang lain. Kaelan (2013: 40) menyatakan
Sarinah juga dapat diartikan sebagai bahwa identitas nasional suatu bangsa tidak
pandangan hidup bangsa, filsafat Pancasila hanya bersifat statis tetapi juga dinamis.
dan kepribadian bangsa. Rahman & Artinya, bahwa identitas nasional tidak
Madiong (2017: 85) menyatakan bahwa hanya terbentuk dari berbagai unsur seperti
identitas nasional adalah manifestasi nilai- etnis, suku, budaya, adat-istiadat, atau
nilai budaya yang tumbuh dan berkembang agama tetapi juga karena proses
dalam aspek kehidupan suatu bangsa pembangunan dalam proses interaksi secara
dengan ciri-ciri yang membedakan dengan global.
bangsa lain. Proses interaksi bangsa Indonesia
Castell (2011) menyatakan bahwa dengan bangsa lain secara sosial maupun
identitas nasional sebagai hasil interaksi budaya dapat mempengaruhi proses
historis berbagai unsur yang saling melekat penguatan identitas nasional khususnya
erat seperti sosial, agama, ekonomi, budaya, dalam lingkungan masyarakat urban.
geografis. Jenkins (Schnabel & Hjerm Masyarakat urban hidup dalam semi-
2014: 3) mengemukakan bahwa identitas identitas, mereka cenderung merujuk pada
nasional mencakup dimensi emosional dari wajah perubahan yang terjadi secara terus-
kesetiaan, afiliasi, dan komitmen yang jauh menerus. Dengan demikian, kerapuhan
lebih besar dan spesifik dari kepercayaan akan sangat rentan menyerang identitas
umum karena berakar pada asumsi yang tidak final tersebut (Antoni, 2012: 15).
kesamaan. Menurut Ramlan Surbakti Masyarakat urban yang dianggap
(Widodo, dkk., 2015: 6-7) identitas nasional menikmati langsung proses globalisasi
dibentuk dengan menyatukan berbagai dengan berbagai fasilitas yang memadai
faktor perbedaan yang terdapat dalam memberikan ruang bagi mereka untuk
masyarakat (unity in diversity) seperti suku, mengeksplor berbagai bentuk nilai atau
bangsa, adat istiadat, ras, dan agama tanpa ideologi yang pada akhirnya akan
menghilangkan keterikatannya. Identitas mempengaruhi identitas diri dan cara
nasional adalah kekuatan mengikat yang mereka dalam merepsentasikan identitas
membentuk hubungan erat antara individu nasional. Masyarakat urban dalam
dan negara. Identitas nasional tidak sama merepresentasikan identitas nasionalnya
dengan semua kelompok sosial karena akan terus mengalami keragu-raguan karena
beberapa kelompok dapat memprioritaskan terus mengalami perubahan mengikuti
identitas budaya dan etnis mereka sendiri perkembangan arus global dan
daripada identitas nasional (Kymlicka, pembangunan.
2007: 83). Dilematika terhadap identitas nasional
Miller (Hung, 2014: 203) berpendapat akan terus dialami oleh masyarakat urban
bahwa negara terbentuk dari bahan etnik sejalan dengan perubahan berbagai aspek
yang bercampur dengan identitas nasional kehidupan dalam konteks globalisasi.
sehingga dalam realitasnya tidak dipungkiri Sebagaimana yang diungkapkan
bahwa keragu-raguan terhadap identitas Widjanarko & Hidayat (2008: 213-214)
nasional akan sering muncul karena adanya bahwa reproduksi identitas nasional terjadi
pemikiran tentang upaya mendukung melalui hal-hal rutin dalam berbagai aspek
kelompok budaya mayoritas atau kelompok kehidupan, khususnya yang mencerminkan
yang secara tradisional mendominasi pemenuhan hak-hak sipil, politik, dan
politik. Menurut Koenta Wibisona ekonomi. Dengan demikian, penguatan
(Herdianto & Juanta, 2010: 34) bahwa identitas nasional masyarakat urban perlu
identitas nasional sebagai manisfestasi mendapatkan perhatian karena apabila tidak
nilai-nilai budaya yang tumbuh dan diberikan pondasi yang kuat maka akan

Jurnal Kalacakra, Volume 1, Nomor 1


|22

terjadi distorsi atau perbenturan nilai-nilai dalam bagian dari kebudayaan popular yang
yang mengarah pada sosial lag atau cultural tidak lepas dari campur tangan industri dan
lag. hiburan (Agustinus & Gatot: 2007: 127-
128). Hadi (2005 : 48) menggambarkan
Ancaman Budaya Populer Terhadap budaya pop sebagai paket “ideologi gaya
Penguatan Identitas Nasional hidup” yang terus merangsang masyarakat
Masyarakat Urban untuk terus mengonsumsi produk-produk
Identitas nasional yang bersifat ekstasi yang serba glamour di era
dinamis memberikan dampak dilematis masyarakat industri dewasa ini. Raymond
masyarakat dalam merepresentasikan Williams (Haryanto, 2006 :188)
identitas nasionalnya. Masyarakat urban menyatakan bahwa budaya populer bisa
cenderung mengikuti kebaruan dan arus didefinisikan ke dalam empat macam: 1)
utama sehingga dikhawatirkan akan Budaya popular sebagai kebudayaan yang
mengalami kebingungan dalam disukai oleh banyak orang; 2) Kerja
menginternalisasikan nilai atau ideologi kebudayaan yang inferior; 3) Kerja
yang berkembang dalam masyarakat karena kebudayaan yang dimaksud untuk meraih
adanya sistem globalisasi. Hal ini dianggap simpati banyak orang; dan 4) Kebudayaan
dapat menjadi sebuah ancaman bagi yang dibuat sekelompok orang untuk diri
penguatan identitas nasional bangsa, karena mereka sendiri.
apabila masyarakat tidak mampu Budaya pop yang datang dengan
melakukan filterisasi dengan baik maka adanya globalisasi ini memberikan sesuatu
akan terjadi sebuah perbenturan nilai-nilai. yang baru di mata masyarakat Indonesia.
Nilai-nilai atau ideologi yang dibawa oleh Rasa keingintahuan yang tinggi dalam diri
arus global tidak seluruhnya dapat berbaur manusia menjadi penyebab utama
dan diadopsi dalam kehidupan masyarakat. masyarakat urban menjadi suatu komunitas
Nilai-nilai hidup yang berkembang dalam yang berperilaku komsumtif. George F.
masyarakat Indonesia tercermin dalam Mclean (Antoni, 2012:15 ) menyebut hal ini
sebuah ideologi bangsa yaitu Pancasila. sebagai krisis rasio objektif, yakni krisis
Pancasila adalah pedoman bagi saat kemampuan rasio manusia direduksi
bangsa Indonesia dalam menyelenggarakan sehingga hanya bersifat empiris, eksternal,
kehidupan masyarakat. Namun, karena instrumental, utilitarian, dan eksploitatif.
perkembangan globalisasi maka banyak Menurut McLean, krisis ini berawal dari
nilai atau ideologi yang berkembang dalam hilangnya pemikiran yang menekankan
kehidupan masyarakat misalnya kesatuan antara imajinasi dan akal budi
kapitalisme, liberalisme, neoliberalisme, manusia, antara keseluruhan fisik dan
komunisme, atau sosialisme. Dengan metafisik. Krisis inilah yang melanda
demikian, masyarakat urban dikhawatirkan banyak masyarakat urban yaitu melakukan
akan mudah terpapar berbagai bentuk pemaknaan realitas yang berpijak pada
ideologi asing yang dapat mengancam logika empiris.
penguatan identitas nasional. Sebagaimana Budaya pop menjadi salah satu
diungkapkan oleh Antoni (2012: 15) bahwa ancaman penguatan identitas nasional
pijakan masyarakat urban yaitu sesuatu masyarakat urban karena mampu
yang dianggap baru dan booming yang menghilangkan kerangka acuan tradisional
mereka peroleh dari realitas empiris. Obyek masyarakat seperti etnis, agama, suku,
yang dianggap baru dan booming dalam budaya, dan nilai-nilai atau falsafah hidup
perkembangan zaman pastmodernisme bangsa. Penafsiran identitas menjadi isu
adalah merebaknya budaya populer (pop utama dalam perdebatan yang diangkat oleh
culture). teori postmodern. Identitas saling bersaing
Budaya populer dapat terwujud dalam dan hilangnya identitas keolektif yang
bentuk mode pakaian, film, musik, menyebabkan meningkatnya fragmentasi
makanan, yang kesemuanya termasuk identitas pribadi. Strinati (2004: 226-227)

Jurnal Kalacakra, Volume 1, Nomor 1


|23

menyatakan bahwa terjadi proses bertahap mengikuti nilai-nilai kearifan lokal tersebut,
yang membuat hilangnya kerangka acuan melalui proses habituasi dalam kehidupan
tradisional sebagai penentu individu sehari-hari masyarakat.
terhadap identitasnya dan kedudukan Kedua, upaya filterisasi berbagai
mereka di masyarakat. Sumber tradisional budaya asing yang dianggap membawa
seperti masyarakat lokal, lingkungan, nilai-nilai yang bertentangan dengan
agama, serikat pekerja, negara, bangsa budaya Indonesia. Masyarakat urban harus
dianggap mengalami kemunduran sebagai memiliki sistem benteng diri yang kuat
akibat tendensi kapitalisme modern yang ketika berinteraksi dalam kehidupan global.
semakin pesat. Hal ini sebagai upaya masyarakat agar tidak
Salah satu yang menyebabkan mudah terbawa oleh arus budaya pop yang
terkikisnya identitas tradisional adalah menghadirkan nilai-nilai yang dapat
globalisasi ekonomi yaitu kecenderungan mengancam identitas nasional. Ketiga,
investasi, produksi, pemasaran dan pendidikan multikultural untuk menguatkan
distribusi yang berlangsung secara pondasi setiap individu agar tidak mudah
internasional di atas dan di luar negara atau tercerabut akar budayanya. Pendidikan
masyarakat setempat. Budaya pop multikultural dapat diperoleh individu baik
menumbuhkan sikap hedonisme, di sekolah maupun masyarakat. Pendidikan
konsumerisme, dan pragmatis dalam diri multikultural memberikan pemahaman
masyarakat urban. Konsumerisme kepada individu untuk melestarikan
menumbuhkan sifat individualisme yang berbagai bentuk budaya yang ada dalam
berpusat pada diri sendiri yang mengganggu masyarakat, bagaimana cara menghargai
kestabilan identitas nasional. Seperti halnya budaya, dan juga bagaimana menghargai
televisi, salah satu produk dari budaya pop budaya orang lain. Individu harus merasa
yang memiliki efek serupa karena bersifat bangga terhadap budaya yang dimilikinya,
individualistik dan universal. Sumber hal ini sebagai pondasi bagi individu agar
tradisional yang diyakini secara kolektif dan tidak mudah terombang-ambing dalam
merupakan gagasan yang sah sebagaimana menghadapi pergumulan nilai-nilai budaya
tercermin dalam nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat global yang selanjutnya
cenderung diabaikan, terkikis atau berimplikasi pada identitas nasional.
terfragmentasi.
Ancaman budaya pop terhadap SIMPULAN
identitas nasional tidak dapat dibiarkan
begitu saja karena dikhawatirkan akan Berdasarkan uraian mengenai
mengganggu stabilitas keutuhan sikap ancaman budaya popular terhadap
afiliasi dan kesetiaan masyarakat terhadap penguatan identitas nasional masyarakat
ideologi bangsa Pancasila. Dengan urban, maka dapat disimpulkan beberapa
demikian, diperlukan upaya yang dianggap simpulan sebagai berikut:
mampu menguatkan identitas nasional 1. Masyarakat urban cenderung mengikuti
masyarakat urban. Pertama, internalisasi kebaruan dan arus utama sehingga
nilai-nilai budaya masyarakat (local dikhawatirkan akan mengalami
wisdom) dalam berbagai bidang kehidupan. kebingungan dalam menginternalisasi
Nilai-nilai yang berasal dari kehidupan nilai atau ideologi yang berkembang
budaya dalam masyarakat (local wisdom) dalam masyarakat karena adanya
perlu diinternalisasikan dalam berbagai sistem globalisasi.
aspek kehidupan baik sosial, ekonomi, dan 2. Budaya populer menjadi salah satu
pendidikan, sehingga dalam ancaman dalam penguatan identitas
implementasinya berbagai aspek kehidupan nasional masyarakat urban karena
tersebut dijiwai oleh semangat nilai-nilai mampu menghilangkan kerangka acuan
hidup bangsa Indonesia. Mindsett tradisional masyarakat seperti etnis,
masyarakat pun secara tidak langsung akan agama, suku, budaya, dan nilai-nilai

Jurnal Kalacakra, Volume 1, Nomor 1


|24

atau falsafah hidup bangsa. Budaya and Taiwanese Citizenship Curricula:


populer menumbuhkan sikap civic or ethnic nationalism?. Research
hedonisme, konsumerisme, dan in Comparative and International
pragmatis dalam diri masyarakat urban. Education, 9(1): 197- 212.
3. Upaya untuk menguatkan identitas https://doi.org/10.2304/rcie.2014.9.2.
nasional khususnya masyarakat urban 197
antara lain: 1) internalisasi nilai-nilai Kaelan. (2013). Problem Epistemologis
budaya masyarakat (local wisdom) Empat Pilar Berbangsa dan
dalam berbagai bidang kehidupan; 2) Bernegara. Prosiding FGD Pakar,
upaya filterisasi berbagai budaya asing PSP UGM. Kajian Ilmiah Masalah
yang dianggap membawa nilai-nilai Perbedaan Pendapat 4 Pilar
yang bertentangan dengan budaya Kehidupan Berbangsa dan Bernegara,
Indonesia; 3) pendidikan multikultural Kerjasama Pusat Studi Pancasila
untuk menguatkan pondasi setiap UGM dan Masyarakat Pengawal
individu agar tidak mudah tercerabut Pancasila Joglo Semar (Jogja Solo
akar budayanya. Semarang), Yogyakarta, 14
September 2013, 36-69.
DAFTAR PUSTAKA Kymlicka, W. (2007). Multicultural
odysseys. New York: Oxford
Agustinus, N., & Gatot T.R. (2007). Satu University Press
Dekade Perjalanan Komunitas BETA- McRobbie, A. (1994). Postmodernism and
UFO Indonesia Melacak Fenomena populer culture. London: Routledge
UFO. Surabaya: BETA_UFO Rahman, A., & Madiong, B. (2017).
Indonesia Pendidikan Kewarganegaraan di
Antoni, C. (2012). Wacana ruang. perguruan tinggi. Makassar: Celebes
Yogyakarta: Andi Offset. Media Perkasa.
Bieniek, A.T & Leavy, P.(Eds). (2014). Sarinah., D, Muhtar., & Harmaini. (2017).
Gender & populer culture. Pendidikan Pancasila dan
Rotterdam: Sense Publishers Kewarganegaraan (PPKn di
Castell, M. (2011). The power of perguruan tinggi). Yogyakarta:
identity: the information age: Deepublish
economy, society, and culture. New Schnabel, A., & Hjerm, M. (2014). How
Jersey: John Wiley & Sons the Religious Cleavages of Civil
Fisher, M.L., & Salmon, C. (2012). Human Society Shape National Identity, Sage
nature and populer culture. Review of Open,1-14. https://doi.org/10.1177/21
General Psychology, 16(2), 102-108. 58244014525417
DOI: 10.1037/a0027905 Strinati, Dominic . (2004). An introduction
Guins, R., & Cruz, O.Z. (Eds). (2005). to theories of populer culture
Populer culture. London : Sage (second edition). London : Routledge
Hadi, A. (2005). Matinya dunia Storey, J . (2009 ). Cultural theory and
cyberspace: kritik humanis Mark populer culture: an introduction (fifth
Slouka terhadap jagat maya. edition). London: Perasong Longman.
Yogyakarta: LKis. Widjanarko, P., & Hidayat, K. (2008).
Haryanto, I. (2006). Aku selebriti maka aku Reinventing Indonesia (menemukan
penting. Yogyakarta: PT Bintang kembali masa depan bangsa). Jakarta:
Utama. Mizan
Herdianto, H., & Juanta. (2010). Cerdas, Widodo, W., Anwari, B. & Maryanto.
Kritis, dan Aktif Berwarga Negara. (2015). Pendidikan
Jakarta: Erlangga. kewarganegaraan. Yogyakarta: Andi.
Hung, C.Y . (2014). Teachers’ Perceptions
of National Identity in the English

Jurnal Kalacakra, Volume 1, Nomor 1

Anda mungkin juga menyukai