Anda di halaman 1dari 101

ANALISIS EFEKTIVITAS PENGELOLAAN DAN SISTEM

PENGENDALIAN PIUTANG PADA PT. PELABUHAN INDONESIA IV


(PERSERO) CABANG TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR

Skripsi

Untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi

Disusun dan Diajukan oleh :

ANGGRAENY RETNO HAYATI

A 211 07 625

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

42
43

ANALISIS EFEKTIVITAS PENGELOLAAN DAN SISTEM


PENGENDALIAN PIUTANG PADA PT. PELABUHAN INDONESIA IV
(PERSERO) CABANG TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR

Skripsi
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi

Disusun dan Diajukan oleh :

ANGGRAENY RETNO H.

A 211 07 625

Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Cepi Pahlevi, SE.,M.Si Hj. Andi Ratna Sari Dewi, SE.,M.Si
NIP.196911131993031001 NIP. 197209212006042001
44

ANALISIS EFEKTIVITAS PENGELOLAAN DAN SISTEM


PENGENDALIAN PIIUTANG PADA PT. PELABUHAN INDONESIA IV
(PERSERO) CABANG TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR

Disusun dan diajukan oleh :

ANGGRAENY RETNO HAYATI


A211 07 625

Telah dipertahankan di Depan Dewan Penguji


Pada Tanggal 25 Januari 2012
Dan dinyatakan LULUS

No. Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan

1. Prof. Dr. H. Cepi Pahlevi, SE.,M.Si Ketua .........................


2. Hj. Andi Ratna Sari Dewi,SE.,M.Si Sekretaris .........................
3. Prof. Dr. H. Djabir Hamzah, SE.,MA Anggota .........................
4. Dra. Hj. Nursiah Sallatu, MA Anggota .........................
5. H.M. Sobarsyah, SE.,M.Si Anggota .........................

Disetujui

Jurusan Manajemen Ketua Tim Penguji


Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen
Universitas Hasanuddin Fakultas Ekonomi
Ketua, Ketua,

Dr.Muh.Yunus Amar, SE.,MT Prof. Dr. H. Cepi Pahlevi,


SE.,M.Si
NIP. 19620430 198810 1 001 NIP. 19691113 199303 1 00
45

MOTTO

 Jangan sedih bila sekarang masih dipandang sebelah mata, buktikan bahwa
anda layak mendapatkan kedua matanya #MarioTeguh.

 Kepuasan terbesar dalam hidup adalah berhasil melakukan sesuatu yang orang
lain kira kamu tak mampu melakukannya.

 Bersahabatlah dengan mereka yang bisa meringankan masalah dalam


hidupmu, bukan mereka yang hanya melihat dan tak berbuat apa-apa.

 “Pohon menjadi besar justru dipupuk dengan kotoran yang bau, dan akan mati
perlahan justru kalau disiram dengan minyak wangi. Yakinlah, Anda akan
besar justru karena dipupuk dengan cairan, hambatan, kritikan bahkan
fitnahan. Dan Anda akan layu dan roboh justru karena sering dipuji dan
senantiasa didukung. Anda akan besar justru dengan masalah dan ujian
kesulitan. Kalau ingin ikan paus mancinglah di samudra bukan di lautan
dangkal”.

 Tiada cinta yang lebih indah dan abadi melainkan cinta kepada Allah swt.

 Nikmat apapun yang kamu terima, maka itu dari Allah, dan bencana apa saja
yang menimpamu, maka itu karena (kesalahan) dirimu sendiri. [An-Nisaa :
79]

 Semoga aku tetap berendah hati ketika yang lain beranjak sombong.

 Janganlah kalian berjalan didepanku, aku mungkin tidak bisa mengikutimu,


Jangan pula kalian berjalan dibelakangku, aku mungkin tidak dapat
memimpin, Tetapi berjalanlah seiring bersamaku dan jadilah sahabatku.
(Albert Camus)

PERSEMBAHAN

Skripsiku ini ku persembahkan kepada :


46

 Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya.

 Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa mendo’akan serta membiayaiku untuk
menyelesaikan Proyek Akhir.

 Bapak dan Ibu Pembimbing yang telah memberikan ilmunya dan sabar
dalam memberikan pengarahan kepada kami selama di Kampus UNHAS.

 Seseorang yang kelak menjadi pendamping dalam hidupku.

 Sahabat-sahabatQ – Sari, Uchy, Tamara, Dewi, Anwar, Papul, Dian, Ellink,


Udin, Wahyu, Asty, Hicko.

 Almamaterku

RINGKASAN

Anggraeny Retno Hayati. 2012. Analisis Efektivitas Pengelolaan dan

Sistem Pengendalian Piutang pada PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang

Terminal Petikemas Makassar. (dibimbing oleh Prof. Dr. H. Cepi Pahlevi, SE.,

M.Si dan Hj. Andi Ratna Sari Dewi , SE, M.Si) Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Hasanuddin.


47

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas pengelolaan dan

sistem pengendalian piutang yang diterapkan oleh perusahaan, untuk menganalisis

kebijakan pengelolaan piutang sehingga dapat mengurangi jumlah piutang tak

tertagih (bad debt). Metode analisis yang digunakan yaitu Analisis Receivable

Turn Over (RTO), Avarage Collection Period (ACP), Rasio Penagihan dan Rasio

Tunggakan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa PT. Pelabuhan

Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal Petikemas Makassar masih belum

optimal dan efektif dalam mengelolah dan mengendalikan piutang usahanya, hal

ini dilihat dari perhitungan ACP perusahaan yang hasilnya masih jauh dari standar

hari yang ditetapkan sebagai standar kredit perusahaan. Jika nilai ACP lebih kecil

atau sama dengan standar hari yang ditetapkan perusahaan, berarti pengendalian

piutang dapat dikatakan berhasil. Sebaliknya, jika beberapa pelanggan kredit

melakukan penunggakan atau melanggar standar kredit yang ditetapkan

perusahaan atau bagian administrasi / penatausahaan piutang belum melakukan

tugasnya secara optimal.

ABSTRACT

Anggraeny Retno Hayati. 2012. Effectiveness Analysis and Control Systems

Accounts Receivable Management in PT. Indonesia harbors IV (Limited) Branch


48

Makassar Container Terminal. (guided by Prof. Dr. H. Cepi Pahlavi, SE.,M.Si

and Hj. Andi Ratna Sari Dewi,SE,M.Si) Department of Management Faculty of

Economics, University of Hasanuddin.

This study aims to determine the effectiveness of receivables management

and control system implemented by the company, to analyze the accounts

receivable management policy so as to reduce the amount of uncollectible

accounts (bad debt). The method of analysis used the analysis of Receivable Turn

Over (RTO), avarage Collection Period (ACP), Ratio Ratio Billing and Arrears.

Based on the research results can be concluded that the PT. Indonesia harbors IV

(Limited) Branch of Makassar Container Terminal is still not optimal and

effective in its accounts receivable manage and control, it is seen from the

calculation of ACP companies whose results are still far from the standards set

today as the company's credit standards. If the value of ACP is less than or equal

to the standard day of the company, means the control of accounts receivable can

be said to succeed. Conversely, if some customers do arrears credit or credit that

violate standards set by the company or the administration / administration of

receivables has not done its job optimally.

KATA PENGANTAR
49

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan memberikan berkah ilmu

pengetahuan serta pencerahan akal budi sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Analisis Efektivitas Pengelolaan dan Sistem Pengendalian

Piutang pada PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal Petikemas

Makassar”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

memperoleh gelar sarjana pada program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas

Hasanuddin Makassar.

Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-

pihak yang telah banyak memberikan dukungan, bantuan, dan bimbingan serta

saran-saran yang sangat bermanfaat selama prose penulisan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kepada kedua Orang tua saya M. Asikin HP dan Puji lestari yang dengan

ikhlas merawat, mengajar, mendampingi dan mendoakan sehingga saya

dapat menyelesaikan tugas akhir.

2. Saudara-saudara saya yang tercinta (Dina, Surya, Agung, Anisa, Mba

wiwin, Kiki, Ika) yang terus memberikan dukungan dan semangat kepada

penulis.

3. Bapak Prof. Dr. H. Cepi Pahlevi, SE.,M.Si selaku Pembimbing I dengan

penuh rasa tanggung jawab mengarahkan dan mendampingi saya selama

proses penulisan skripsi.


50

4. Ibu Hj. Andi Ratna Sari Dewi,SE.,M.Si selaku Pembimbing II

mendampingi saya selama proses penulisan skripsi.

5. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Ali, SE,.M.Si selaku Dekan Fakultas

Ekonomi.

6. Bapak Dr. Darwis Said, SE.,M.SA, AK selaku Pembantu Dekan I.

7. Bapak Dr. Muhammad Yunus Amar, SE., M.T selaku Ketua Jurusaan

Manajemen.

8. Bapak Prof. Dr. Nurdin Brasit, SE., M.Si selaku penaseha akademik

penulis.

9. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin dan staff, serta

yang telah berjasa mengajari banyak ilmu pengetahuan kepada penulis.

10. Kepada Bapak dan Ibu pegawai PT. Pelabuhan Indonesia IV Cabang

Terminal Petikemas Makassar.

11. Kepada teman-teman seangkatan dan seperjuangan saya (Sari, Uchy,

Tamara, Dewi, Anwar, Papul, Dian, Ellink, Udin, Wahyu, Asty, Hicko)

thanks Guys !!!


51

Penulis menyadari bahwa isi dari skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat diharpakan oleh penulis demi bekal dalam menatap masa depan.

Makassar, Februari 2012

PENULIS
52

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................. iii

MOTTO.................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN................................................................................... v

RINGKASAN.......................................................................................... vi

ABSTRAK............................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................ viii

DAFTAR ISI ........................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................... xv

DAFTER GAMBAR ............................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................... ........ 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... ........ 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. ........ 6

1.3.1 Tujuan Penelitian ............................................................. ........ 6

1.3.2 Manfaat Penelitian .................................................................... 6

1.4 Sistematika Penulisan ................................................................. ........ 7


53

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 9

2.2 Kebijaksanaan Penjualan Kredit.......................................................... 14

2.2.1 Manfaat Penjualan Kredit ......................................................... 15

2.3 Pengertian Piutang .............................................................................. 16

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi Piutang ................. ........ 18

2.5 Administrasi Piutang ........................................................................... 20

2.5.1 Tujuan Administrasi Piutang .................................................... 20

2.5.2 Cara Administrasi Piutang ........................................................ 21

2.5.3 Biaya Atas Piutang ................................................................... 21

2.5.4 Cara Pengumpulan Piutang ...................................................... 22

2.5.5 Pengendalian Piutang ............................................................... 24

2.6 Kebijaksanaan Pengelolaan Piutang ................................................... 26

2.7 Kegiatan Pengendalian Manajemen .................................................. 28

2.8 Laporan Keuangan .............................................................................. 30

2.9 Rasio Keuangan ................................................................................. 32

2.10 Kerangka Pikir .................................................................................. 35

2.11 Hipotesis ............................................................................................ 37

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian ............................................................................... 37

3.2 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 37

3.2.1 Jenis Data .................................................................................. 37

3.2.2 Sumber Data ............................................................................. 37


54

3.3 Metode Pengumpulan data ................................................................. 38

3.4 Metode Analisis .................................................................................. 39

3.5 Definisi Operasional Variabel ........................................................... 41

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah Singkat Perusahaan ............................................................... 42

4.2 Visi dan Misi Perusahaan ................................................................... 45

4.2.1 Visi Perusahaan ......................................................................... 45

4.2.2 Misi Perusahaan ........................................................................ 45

4.3 Struktur Organisasi Perusahaan .................................................... 47

4.4 Tugas dan Tanggung Jawab Struktural Perusahaan ..................... 49

BAB V PEMBAHASAN HASIL ANALISIS

5.1 Pengelolaan dan Pengendalian Piutang Usaha Perusahaan .......... 56

5.2 Prosedur Pengelolaan dan Pengendalian Piutang Usaha Perusahaan 58

5.2.1 Penerbitan dan Pengiriman Nota Tagihan ................................... 58

5.2.2 Surat Pengantar Nota Tagihan ..................................................... 60

5.2.3 Pelunasan Piutang Usaha ............................................................. 60

5.2.4 Koreksi Nota Tagihan .................................................................. 61

5.2.5 Penatausahaan Piutang usaha ..................................................... 62

5.2.6 Pengendalian Piutang Usaha ....................................................... 63

5.2.7 Sanksi dan Denda ........................................................................ 64

5.2.8 Konfirmasi Piutang Usaha .......................................................... 64

5.2.9 Penyisihan Piutang Usaha .......................................................... 65

5.2.10 Perlimpahan Pengurusan ........................................................ 65


55

5.3 Kriteria Untuk mengukur Efektivitas Pengelolaan Piutang usaha ... 66

5.3.1 Perputaran Piutang (Receivable Turn Over-RTO) ........... 68

5.3.2 Umur rata-rata Piutang (Average Collection Period-ACP) ..... 71

5.3.3 Rasio Tunggakan ...................................................................... 73

5.3.4 Rasio Penagihan ..................................................................... 76

Daftar Pustaka ...................................................................................... 82

Daftar Online ......................................................................................... 83

Lampiran-lampiran
56

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kinerja Piutang Usaha 5 Tahunan ........................................... 4

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .............................................................. 12

Tabel 5.1 Piutang Usaha PT. Pelabuhan IV (Persero) Cab. TPM .......... 67

Tabel 5.2 Perhitungan Receivable Turn Over (RTO) ........................... 69

Tabel 5.3 Perhitungan Average Collection Period (ACP) ..................... 72

Tabel 5.4 Perhitungan Rasio Tunggakan ................................................ 75

Tabel 5.5 Perhitungan Rasio Penagihan ................................................. 77


57

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir .................................................. ........ 35

Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi .................................................... 48


58

DAFTAR LAMPIRAN

Ikhtisar Neraca Komparatif Tahun 31-12-2004 s/d 31-12-2005 .....................85

Ikhtisar Laporan Laba Rugi Komparatif Tahun 31-12-2004 s/d 31-12-2005..86

Ikhtisar Neraca Komparatif Tahun 31-12-2005 s/d 31-12-2006......................87

Ikhtisar Laporan Laba Rugi Komparatif Tahun 31-12-2005 s/d 31-12-2006..88

Ikhtisar Neraca Komparatif Tahun 31-12-2007 s/d 31-12-2008......................89

Ikhtisar Laporan Laba Rugi Komparatif Tahun 31-12-2007 s/d 31-12-2008..90

Ikhtisar Neraca Komparatif Tahun 31-12-2008 s/d 31-12-2009......................91

Ikhtisar Laporan Laba Rugi Komparatif Tahun 31-12-2008 s/d 31-12-2009..92


59

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melihat perkembangan dunia usaha yang banyak bermunculan dan tumbuh

dengan semakin cepat, hal ini merupakan suatu dampak yaitu yang ditandai

dengan semakin meningkatnya suatu persaingan usaha yang kompetitif.

Menghadapi persaingan tersebut, perusahaan atau pimpinan perusahaan dituntut

untuk mampu menciptakan atau meningkatkan nilai perusahaan serta mampu

untuk mengelola faktor-faktor produksi yang ada secara efektif dan efisien agar

tujuan suatu perusahaan tercapai. Dalam hal ini pula perusahaan juga dituntut

untuk mampu menentukan kinerja usaha yang baik, sehingga perusahaan akan

dapat menjamin kelangsungan hidupnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut manajemen harus mengelola perusahaan

dengan baik dan harus didukung oleh penetapan perencanaan, kebijakan,

prosedur, pendelegasian wewenang, metode-metode dan standar pelaksanaan yang

dapat diterapkan untuk mengevaluasi hasil yang dicapai.

Dengan semakin berkembangnya perusahaan, ruang lingkup perusahaan

semakin luas, sehingga tugas dan wewenang pimpinan didelegasikan kepada

orang lain. Dengan demikian pimpinan perusahaan membutuhkan laporan-laporan

dan analisis kegiatan operasional agar dapat mengarahkan, mengendalikan,

melindungi perusahan dalam rangka usaha pencapaian tujuan. Kebutuhan akan


60

laporan ini dapat dipenuhi dengan adanya sistem yang memadai dalam rangka

pengelolaan kegiatannya.

Perusahaan menyadari bahwa persaingan yang sangat ketat mengharuskan

perusahaan terus bertahan dan mampu menghasilkan laba. Oleh karena itu,

semakin dirasakan pentingnya suatu strategi pemasaran yang dapat membantu

perusahaan untuk terus mempertahankan pangsa pasarnya. Strategi yang

digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba salah satunya adalah penjualan

kredit. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi

menimbulkan piutang kepada konsumen atau disebut piutang usaha.

Di dalam piutang tertanam sejumlah investasi sebagaimana halnya dengan

investasi pada aktiva lancar lainnya. Untuk itu harus dilakukan analisis tentang

pengadaan piutang terutama dalam hal pengelolaannya, mulai dari penjualan

kredit yang menimbulkan piutang sampai kembali menjadi kas. Sebab investasi

yang terlalu besar dalam piutang dapat menimbulkan lambatnya perputaran modal

kerja sehingga semakin kecil pula kemampuan perusahaan dalam meningkatkan

volume penjualannya.

Sebelum perusahaan memutuskan untuk melakukan penjualan kredit, maka

sebaiknya diperhitungkan terlebih dahulu mengenai jumlah dana yang

diinvestasikan dalam piutang, syarat penjualan dan pembayaran yang diinginkan,

kemungkinan kerugian piutang (piutang tak tertagih) dan resiko yang akan timbul

lainnya. Oleh karena itu, sistem pengelolaan piutang harus dilakukan secara

efektif dan efisien. Sistem pengelolaan piutang yang efektif akan memengaruhi

keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan kebijakan penjualan barang


61

atau jasa secara kredit. Dan sebaliknya, jika pengelolaan piutang tidak berjalan

dengan efektif yaitu lemahnya kebijakan pengumpulan dan prosedur penagihan

piutang, maka akan menimbulkan resiko piutang tak tertagih (bad debt).

Pengelolaan piutang usaha yang efektif diperlukan untuk mendorong

kemampuan kas yang dibutuhkan untuk pembiayaan perusahaan karena

penerimaan yang tidak sepadan dengan kebutuhan dana akan memberatkan dalam

menjalankan program kerja yang telah ditetapkan sebagai sasaran kegiatan

perusahaan.

Sistem pengelolaan dan pengendalian piutang usaha yang baik sebagai

upaya untuk lebih meningkatkan performansi/kinerja keuangan sebagai upaya

untuk menekan biaya-biaya terutama yang berkaitan langsung dengan pengelolaan

piutang usaha seperti penyisihan piutang, penagihan piutang (yang bermasalah)

dan penghapusan piutang usaha.

PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal Petikemas,

merupakan salah satu BUMN yang dipercaya oleh pemerintah dalam

mengembangkan sektor penyediaan dan pengelolaan jasa transportasi air,

khususnya laut. Untuk mendukung pengangkutan laut inilah dibutuhkan

pelabuhan yang merupakan simpul sistem pengangkutan laut dengan darat. Pada

masa kini, meskipun banyak orang yang memilih menggunakan pesawat terbang

sebagai sarana angkutan yang paling cepat. Tetapi, fungsi pelabuhan laut tidak

berkurang. Karena daya angkut kapal yang sangat besar yang merupakan daya

tarik tersendiri bagi dunia perdagangan.


62

Tabel 1.1
KINERJA PIUTANG USAHA 5 (LIMA) TAHUNAN
TAHUN 2005 S/d 2009 (Dalam Jumlah Rupiah)
PT. PELABUHAN INDONESIA IV (PERSERO) CABANG TERMINAL
PETIKEMAS MAKASSAR

Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi


NO.
Uraian Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1 2 3 4 5 6
A. KINERJA PENDAPATAN

1. Pendapatan Usaha 124,291 157,386 134,032 60,379 70,550

2. Reduksi Pendapatan 19,918 27,252 19,133 3,984 3,411

3. Pendapatan Usaha Bersih (1-2) 104,372 130,134 114,898 56,394 67,138

4. Pendapatan diluar usaha 8,835 591 427 8,992 2,131

5. Total Pendapatan Bersih (3+4) 113,208 130,726 115,325 65,386 69,269

B. KINERJA PIUTANG USAHA

1. Saldo awal piutang usaha 6,129 3,563 11,646 5,004 6,570

2. Mutasi debet piutang berjalan 121,139 154,334 130,000 54,61 62,518

3. Total Piutang usaha (1+2) 127,268 157,334 141,646 59,615 69,088

4. Pencairan / Pelunasan :

a. Piutang tahun lalu 4,809 2,534 10,554 4,688 4,911

b. Piutang tahun berjalan 118,896 143,717 126,087 48,356 60,312

5. Total pencairan piutang (4a+b) 123,705 146,251 136,641 53,045 65,224

6. Saldo akhir piutang usaha (3-5) 3,563 11,646 5,004 6,570 3,863
Sumber : PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal Petikemas 2011
63

Jasa pelayanan yang diberikan oleh perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia

adalah berupa Pelayanan Kapal yang meliputi pelayanan labuh, penambatan,

pemanduan, penundaan, dan air kapal. Pelayanan barang yang meliputi dermaga,

gudang penumpukan, dan lapangan penumpukan serta Pelayanan rupa-rupa yang

meliputi jasa penyediaan air, listrik, persewaan alat dan telepon. Pelayanan

terminal petikemas meliputi penyewaan gudang penumpukan petikemas,

lapangan, penyewaan petikemas.

Dalam suatu perusahaan, ada kalanya penjualan kredit lebih besar posisinya

daripada penjualan secara tunai dan memberikan kontribusi terbesar terhadap laba

perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, peranan manajemen piutang

dalam hal ini menjadi sangat penting bagi perusahaan yang bersangkutan.

Beberapa cara yang telah dilakukan untuk mencegah terjadinya piutang tak

tertagih yang telah dilakukan oleh manajemen perusahaan antara lain :

mempercepat proses penerbitan nota, mempercepat pengantaran surat penagihan,

konfirmasi yang baik dari pengguna jasa, dan lain-lain sebagainya. Akan tetapi,

masalah yang umum dihadapi adalah penagihan piutang yang telah jatuh tempo

tidak selalu dapat diselesaikan dengan seluruhnya.

Berdasarkan urainan diatas, penulis mencoba mengangkat judul “Analisis

Efektivitas Pengelolaan dan Sistem Pengendalian Piutang Pada PT. Pelabuhan

Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal Petikemas Makassar”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penilitian ini adalah “Apakah pengelolaan piutang dan sistem pengendalian
64

PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal Petikemas Makassar

sudah berjalan secara efektif ?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui efektivitas sistem pengendalian dan prosedur

pengelolaan piutang pada PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang

Terminal Petikemas Makassar.

2. Untuk menganalisis efisiensi penagihan piutang yang dilakukan oleh

perusahaan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

perusahaan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian

piutang dagang.

2. Bagi Peneliti

Penelitan ini merupakan penerapan dari ilmu ekonomi khususnya

manajemen keuangan yang telah didapat dari proses belajar penulis

sehingga menambah wawasan penulis mengenai bagaiman penerapan teori

dengan praktek yang sebenarnya.

3. Bagi Pihak lain

Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan dan digunakan

sebagai acuan penelitian lebih lanjut ataupun peneliti sejenis nantinya.


65

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan ini adalah memberikan penjelasan singkat

tentang hal-hal yang akan diuraikan pada setiap bab dari laporan ini. Sistematika

penulisan adalah sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan

Menjelaskan tentang latar belakang, tujuan dan manfaat serta sistematika

penulisan laporan ini.

Bab II Landasan Teori

Merupakan kegiatan yang bersifat teoritis sebagai dasar pemecahan masalah,

sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai. Berisi tentang teori yang mencakup

tinjauan pustaka seperti : pengertian sistem, sistem pengendalian piutang,

pengertian piutang, faktor-faktor yang memengaruhi piutang, kebijaksanaan

pengelolaan piutang, administrasi piutang, pengendalian piutang, laporan

keuangan, rasio keuangan, kerangka pemikiran, dan hipotesis.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini membahas tentang lokasi penelitian, jenis dan sumber data, metode

pengumpulan data, dan metode analisis yang digunakan.

Bab IV Metode Penelitian

Menjelaskan tentang gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, serta tugas

setiap bagian.

BAB V Hasil Analisis

Menjelaskan tentang hasil penelitian terhadap sistem yang diperlakukan,

pelaksanaan pengelolaan piutang serta analisis efektivitas piutang dari tahun 2005
66

hingga tahun 2009 pada PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal

Petikemas Makassar.

BAB VI Penutup

Menjelaskan tentang kesimpulan dan saran.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu tentang rasio perputaran modal ( Receivable turn

over) telah dilakukan oleh beberapa peneliti. A. Musliha M (2009) melakukan

penelitian untuk mengetahui efektivitas sistem pengendalian piutang dalam

mengurangi jumlah piutang tak tertagih ( Bad debt ) perusahaan sehingga dapat

meningkatkan efisiensi penagihan piutang. Musliha juga menggunakan Rasio

keuangan yang berhubungan dengan piutang yaitu Rasio Perputaran Piutang

(Receivable turn over-RTO), Umur Rata-rata piutang (Average Collection

Period), Rasio tunggakan, dan Rasio Penagihan. Hasil dari penelitian Musliha

tersebut menunjukkan bahwa sudah optimal dalam menerapkan sistem

pengendalian piutang untuk mengurangi jumlah piutang yang tidak tertagih.


67

Ria Agustina (2009) melakukan penelitian untuk menganalisis kinerja

manajemen piutang, faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang,

keefektifan pengelolaan manajeman piutang. Ria Agustina menggunakan

beberapa alat analisis (1) Analisis 5c, Analisis Rasio Keuangan, Analisis

Horisontal dan Vertikal, analisis investasi piutang. (2) Analisis Deskripsi faktor-

faktor yang mempengaruhi besarnya piutang. (3) Analisis umur piutang (ACP)

untuk keefektifan pengelolaan manajemen piutang. Hasil dari penelitian Ria

Agustina menunjukkan bahwa pengelolaan piutang kurang baik, tergambar pada

hasil analisis rasio keuangan.

Dian Hartati (2009) dalam penelitiannya menggunakan uji kualitatif

terhadap kuesioner pengendalian intern piutang usaha yang mengacu pda

kerangka kerja COSO pada unsur-unsur pengendalian intern. Hasil pengujian

menunjukkan bahwa dari unsur-unsur pengendalian intern menurut kerangka kerja

COSO, unsur penentuan resiko, dan unsur aktivitas pengendalian kurang efektif,

sedangkan unsur lingkuangan pengendalian, unsur informasi dan komunikasi,

serta unsur pengawasan atau pemantauan telah efektif.

Dhahiri Hagyar Siwi (2010) melakukan penelitian untuk mengetahui

ganbaran praktek manajemen piutang, mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi besarnya piutang serta menganalisis pengaruh manajemen piutang

terhadap stabilitas arus kas dan likuiditas perusahaan secara parsial maupun secara

bersamaan. Dari hasil pengolahan data menunjukkan bahwa secara parsial tidak

terdapat pengaruh yang signifikan antara Rasio Perputaran Piutang (ARTO)

dengan kas dan antara Rasio Periode Penagihan Rata-rata (ACP) dengan kas.
68

Sedangkan antara Investasi Piutang (IP) dengan kas terdapat pengaruh secara

signifikan. Serta tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ARTO dengan

likuiditas dan antara ACP dengan likuiditas sedangkan antara IP dengan likuiditas

terdapat pengaruh secara signifikan. Secara bersamaan, hasil pengolahan data

menunjukkan bahwa manajemen piutang tidak berpengaruh terhadap kas akan

tetapi manajemen piutang terdapat pengaruh terhadap likuiditas pada PT.”X”.

Ilham (2011) melakukan penelitian untuk mengetahui efektivitas sistem

pengendalian dan prosedur pengelolaan piutang, serta menganalisis kebijakan

pengelolaan piutang sehingga dapat mengurangi jumlah piutang tak tertagih (bad

debt). Ilham menggunakan beberapa rasio sebagai analisis yaitu receivable turn

over (RTO), Average Collection Period (ACP), Rasio Penagihan dan Rasio

tunggakan. Hasil dari penelitian ilham tersebut menunjukkan bahwa kurang

optimalnya dan efektif dalam mengelola dan mengendalikan piutang usaha.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Variabel/Metode Hasil Temuan

(Tahun) Analisis
69

A. Musliha Analisis sistem RTO, ACP, Rasio Bahwa sudah optimal


1.
M. (2009) pengendalian Tunggakan, Rasio dalam menerapkan sistem

piutang pada PT. Penagihan pengendalian piutang

PLN (Persero) untuk mengurangi jumlah

wilayah Sultan piutang yang tidak

Batara Cab. tertagih.

Makassar

2. Ria Analisis Rasio Keuangan, Bahwa pengelolaan

Agustina Efektivitas Analisis piutang kurang baik,

(2009) Manajemen Horizontal dan tergambar pada hasil

Piutang pada Vertikal, Analisis analisis rasio keuangan.

PT.Unitex,Tbk. Deskripsi,

Analisis umur

Piutang (ACP)

3. Dian Analisis Uji kualitatif Bahwa unsur pengendalian

Hartati Pengendalian terhadap intern aktivitas

(2009) Intern Piutang pengendalian pengendalian kurang

Usaha pada PT. intern piutang efektif, sedangkan unsur

SFI Medan usaha. lingkungan pengendalian,

informasi,komunikasi,serta

unsur pengawasan telah

efektif.

4. Dhahiri Analisis RTO, ACP, IP bahwa secara parsial tidak


70

Hagyar pengaruh (Investasi Piutang) terdapat pengaruh yang

Siwi manajemen signifikan antara Rasio

(2010) piutang terhadap Perputaran Piutang (RTO)

stabilitas arus kas dengan kas dan antara

dan likuiditas Rasio Periode Penagihan

perusahaan pada Rata-rata (ACP) dengan

PT. X kas.Sedangkan antara

Investasi Piutang (IP)

dengan kas terdapat

pengaruh secara

signifikan. Serta tidak

terdapat pengaruh yang

signifikan antara RTO

dengan likuiditas dan

antara ACP dengan

likuiditas sedangkan antara

IP dengan likuiditas

terdapat pengaruh secara

signifikan. Secara

bersamaan, hasil

pengolahan data

menunjukkan bahwa

manajemen piutang tidak


71

berpengaruh terhadap kas

akan tetapi manajemen

piutang terdapat pengaruh

terhadap likuiditas pada

PT.”X”.

5. Ilham Analisis sistem RTO, ACP, Rasio Bahwa kurang optimalnya

(2011) pengendalian dan Tunggakan, Rasio dan efektif dalam

Efektivitas Penagihan mengelola dan

pengelolaan mengendalikan piutang

piutang pada PT. usaha.

Pelabuhan

Indonesia IV

(Persero) Cab.

Makassar

2.2 Kebijaksanaan Penjualan Kredit

Kebijaksanaan penjualan kredit merupakan pedoman yang ditempuh oleh

perusahaan dalam menentukan apakah seseorang pelanggan akan diberikan

kredit dan jika diberikan berapa banyak atau berapa jumlah kredit yang akan

diberikan.

Ada beberapa unsur yang terkandung dalam penjualan kredit

sebagaimana yang dijelaskan oleh Kasmir (2002:74), yaitu :

1. Kepercayaan
72

Yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang

diberikannya dalam bentuk uang, barang, atau jasa akan benar-benar

diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan

datang.

2. Waktu

Yaitu suatu masa yang akan memisahkan antar pemberian prestasi

dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan

datang.

3. Degree of Risk

Yaitu tingkat resiko akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan

antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi pada masa yang akan

datang.

4. Prestasi

Yaitu objek kredit yang tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi juga

dalam bentuk barang dan jasa.

Perusahaan-perusahaan yang tidak hanya mementingkan penentuan

standar kredit yang akan diberikan tetapi juga penerapan standar kredit tersebut

secara tepat dalam membuat keputusan-keputusan kredit

2.2.1 Manfaat Penjualan Kredit

Investasi pada piutang akan memberikan manfaat bagi perusahaan.

Penjualan kredit ini ditempuh dengan harapan agar bisa memperoleh penjualan

yang lebih tinggi daripada menjual secara tunai, karena itu perusahaan
73

mengharapkan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Meskipun demikian,

ada banyak biaya yang harus ditanggung. Pertama, ada kemungkinan piutang

tidak terbayar. Kedua, perusahaan akan memerlukan dana yang lebih besar, dan

semua dana mempunyai biaya. Karena itu perusahaan menanggung biaya dana

yang lebih besar. Oleh karena itu, tambahan manfaat harus lebih besar dari

tambahan pengorbanannya, agar pembentukan piutang tersebut bisa dibenarkan.

Gunawan Adisaputra (2003:43) mengemukakan manfaat penjualan kredit,

antara lain :

1. Upaya untuk meningkatkan omzet penjualan.

2. Meningkatkan keuntungan.

3. Meningkatkan hubungan dagang antara perusahaan dengan para

langganan.

4. Manfaat keuntungan berupa selisih bunga modal pinjaman yang harus

dibayarakan kepada bank sebagai sumber dana pembelanjaan piutang.

2.3 Pengertian Piutang

Pada saat perusahaan menjual barang hasil produksinya, penjualan dapat

dilakukan secara tunai atau secara kredit. Memberikan kredit berarti melakukan

investasi kepada pelanggan. Penjualan secara kredit tersebut merupakan suatu

upaya untuk meningkatkan penjualan. Dengan meningkatnya penjualan

diharapkan terjadi peningkatan terhadap laba perusahaan.

Piutang timbul pada saat perusahaan melakukan pinjaman secara kredit.

Namun, memiliki piutang menimbulkan biaya bagi perusahaan. Oleh karena itu,
74

analisis terhadap piutang penting karena dampaknya terhadap posisi aktiva dan

arus laba. Kedua dampak ini saling terkait. Pengalaman menunjukkan bahwa

perusahaan tidak dapat menagih semua piutangnya.

Pengertian piutang menurut Kuswadi (2004:249) :

“Piutang adalah kekayaan perusahaan (aktiva lancar) yang timbul sebagai

akibat dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit”.

Lain halnya yang dikemukakan oleh Munawir (2004:15) ,

“Piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain ( kepada kreditur atau

langganan ) sebagai akibat adanya penjualan dagang secara kredit “.

Sedangkan menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (Ikatan Akuntan

Indonesia, 1999), piutang dipakai dalam yang arti sempit, yaitu hanya

menunjukkan tagihan yang akan dilunasi dengan uang. Piutang-piutang tersebut

dapat digolongkan atas :

1. Piutang usaha ( Trade Receivable )

Merupakan segala tagihan dari penjualan barang-barang atau jasa

yang dilakukan secara kredit oleh perusahaan. Jika tagihan itu

didukung dengan tagihan tertulis oleh debitur kepada peusahaan untuk

membayar pada suatu tanggal tertentu, piutang tersebut adalah piutang

wesel.

2. Piutang Lain-lain ( Non Trade Receivable )


75

Merupakan tagihan yang tidak berasal dari penjualan barang maupun

jasa dalam kegiatan normal perusahaan.

Untuk tujuan akuntansi, tagihan atau piutang tersebut dapat dikelompokkan

ke dalam dua golongan sesuai dengan jangka waktu yang diperlukan untuk

merealisasikannya menjadi kas (jatuh tempo), yaitu :

1. Piutang Lancar

Meliputi tagihan-tagihan yang diharapkan akan diterima pelunasannya

dalam tempo jangka waktu satu tahun atau dalam periode siklus kegiatan

normal perusahaan.

2. Piutang Jangka Panjang

Meliputi tagihan-tagihan yang jangka waktu pelunasannya lebih dari satu

tahun. Di dalam neraca, harus disajikan dalam kelompok aktiva tidak

lancar dan biasanya termasuk sebagai aktiva lain-lain.

Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan

bahwa piutang dapat diartikan perusahaan memiliki hak penagihan terhadap pihak

lain yang menjadi langganannya dan mengharapkan pembayaran dari mereka agar

memenuhi kewajiban terhadap perusahaan.

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi piutang

Piutang sebagai salah satu unsur aktiva lancar dalam neraca memiliki

perputaran yang cepat dan kurang dari satu tahun. Oleh karena itu, banyak hal

yang dapat memengaruhi besarnya piutang tersebut.


76

Menurut Bambang Riyanto (2001 : 85), faktor-faktor yang memengaruhi

besar kecilnya dana yang diinvestasikan ke dalam piutang, sebagai berikut :

1. Volume penjualan kredit

Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan,

maka makin besar pula jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin

besarnya volume kredit setiap tahunnya, berarti bahwa perusahaan itu

harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang.

Makin besarnya jumlah piutang berarti makin besar jumlah resiko,

tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar tingkat

profitabilitasnya.

2. Syarat pembayaran penjualan kredit

Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak.

Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat, berarti

bahwa perusahaan tersebut lebih mengutamakan keselamatan kredit

daripada pertimbangan profitabilitas dan sebaliknya piutang yang

lunak lebih mengutamakan profitabilitas. Syarat pembayaran yang lebih

ketat antar lain tampak dari batas waktu pembayaran yang pendek atau

pembebanan bunga yang berat untuk pembayaran piutang yang

terlambat.

3. Ketentuan tentang pembatasan kredit

Dengan penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas

maksimal atau plafond biaya kredit yang akan diberikan kepada

pelanggan. Makin tinggi plafond yang diberikan kepada pelanggan,


77

makin besar pula dana yang diinvestasikan ke dalam piutang. Selain itu,

penentuan kriteria pihak yang akan diberikan kredit juga dapat

memperkecil jumlah investasi dalam piutang. Dengan demikian,

pembatasan kredit dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

4. Kebijakan dalam penagihan

Perusahaan dapat menjalankan kebijakan dalam penagihan secara aktif

maupun pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif dalam

menagih piutang akan mempunyai pengeluaran dana yang lebih besar

untuk membiayai aktivitas ini. Dibandingkan dengan perusahaan yang

menjalankan kebijaksanaanya secara pasif.

5. Kebiasaan membayar dari pelanggan

Ada sebagian pelanggan yang mempunyai kebiasaan untuk membayar

dengan menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount period,

dan ada sebagian yang tidak menggunakan kesempatan tersebut.

Kebiasaan para pelanggan untuk membayar dalam cash discount period

atau sesudahnya akan mempunyai efek terhadap besarnya investasi

dalam piutang. Apabila sebagian besar para langganan membayar

dalam waktu selama cash discount period, maka dana yang tertanam

dalam piutang akan lebih cepat bebas, berarti makin kecilnya investasi

dalam piutang.

Menurut Martono dan Agus Harjito (2008:95) besarnya investasi pada

piutang yang muncul di perusahaan ditentukan oleh dua faktor. Pertama, adalah

besarnya persentase penjualan kredit terhadap penjualan total. Kedua, adalah


78

kebijakan penjualan kredit dan jangka waktu pengumpulan piutang (jangka waktu

penagihan piutang).

2.5 Administrasi Piutang

Pengendalian terhadap piutang harus diikuti dengan adanya suatu sistem

administrasi yang baik. Administrasi piutang umumnya membantu dalam

meminimalkan penyelewengan serta mempercepat dan mempermudah pelayanan

kepada pelanggan ataupun calon pelanggan.

2.5.1 Tujuan Administrasi Piutang

Menurut M. Samsul (1993:350) tujuan dari administrasi piutang adalah

sebagai berikut :

1. Memberikan informasi untuk penagihan tepat waktu.

2. Meyakinkan jumlah piutang itu memang benar atau terbukti.

3. Untuk mendapatkan dasar di dalam membuat penghapusan

piutang.

4. Menentukan likuiditas, untuk mengelompokkan ke aktiva lancar

atau aktiva lain-lain.

5. Sebagai kontrol terhadap saldo buku besar piutang.

2.5.2 Cara Administrasi Piutang

Adapun cara administrasi piutang yang umum dikenal menurut M. Samsul

(1993:352), antara lain :

1. File dokumen
79

2. Kartu piutang

3. Buku piutang

Laporan yang sering dibuat dalam administrasi piutang menurut M.

Samsul (1993:352), antara lain :

1. Rekening koran piutang dagang per langganan

Yaitu meliputi rekening koran tiap saldo akhir bulan.

2. Daftar umum piutang

Dibuat tiap akhir bulan atau sewaktu-waktu diperlukan

pinjaman. Dipakai untuk menilai langganan yang

menunggak pembayarannya.

3. Daftar piutang yang dihapuskan

Apabila pihak kredit telah menyelesaikan administrasi

piutangnya dan tidak terdaftar lagi pada daftar umum

piutang.

2.5.3 Biaya Atas Piutang

Selain memberikan manfaat, piutang dapat juga menimbulkan resiko

biaya bagi perusahaan. Biaya-biaya tersebut menurut Indriyo Gitosudarmono

dan Basri (2002:83), antara lain :

a. Biaya penghapusan piutang

Biaya penghapusan piutang terhadap tidak tertagihnya sejumlah piutang

tertentu akan dimasukkan sebagai biaya bad debt atau piutang ragu-ragu
80

yang nantinya akan diadakan penghapusan piutang. Oleh karena itu,

perlu diperhitungkan pada setiap periode.

b. Biaya pengumpulan piutang

Dengan adanya piutang maka akan timbul kegiatan penagihan piutang

yang akan mengeluarkan biaya yang disebut sebagai biaya pengumpulan

piutang.

c. Biaya administrasi

Dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan piutang,

misalnya pencatatan para debitur, pengiriman surat penagihan dan lain-

lain sebagainya, pasti akan memerlukan biaya. Biaya-biaya yang akan

dikeluarkan perusahaan akan dicatat dalam bentuk biaya administrasi.

d. Biaya sumber dana

Dengan adanya piutang maka diperlukan dana baik dari dalam maupun

luar perusahaan untuk sumber dana.

2.5.4 Cara Pengumpulan Piutang

Pengumpulan piutang suatu perusahaan merupakan prosedur yang harus

diikuti dalam mengumpulkan piutang-piutangnya apabila sudah jatuh tempo.

Sebagian dari keefektivan perusahaan dalam menerapkan kebijaksanaan dalam

pengumpulan piutangnya dapat dilihat dari jumlah kerugian piutang atau bad

debt expense, karena jumlah piutang yang dianggap sebagai kerugian tersebut

tidak hanya tergantung pada kebijaksanaan pengumpulan piutang tetapi juga

pada kebijaksanaan-kebijaksanaan penjualan kredit yang diterapkan.


81

Menurut Lukman Syamsuddin (2007:273), cara pengumpulan piutang

yang harus dilakukan oleh perusahaan bilamana langganan atau pembeli belum

membayar sampai jangka waktu yang telah ditentukan, adalah :

1) Melalui surat

Apabila waktu pembayaran utang sudah lewat dari jatuh tempo,

maka perusahaan dapat mengingatkan langganan tersebut bahwa

hutangnya telah jatuh tempo dengan mengirimkan surat. Apabila

hutang tersebut belum juga terbayar, maka dapat dikirimkan surat

berikutnya yang lebih mempertegas dengan menggunakan nada

yang keras.

2) Melalui telepon

Apabila setelah dikirim surat teguran ternyata hutang juga belum

terbayar, maka pihak perusahaan dapat menelfon langganan

secara pribadi dan memintanya untuk segera melakukan

pembayaran. Namun, apabila hasil percakapan tersebut ternyata

misalnya : pelanggan mempunyai alasan tertentu yang dapat

dipertimbangkan oleh pihak perusahaan, maka pihak perusahaan

mungkin bisa memberikan keringanan waktu atau memperpanjang

sampai jangka waktu tertentu.

3) Kunjungan personal
82

Melakukan kunjungan pribadi ke tempat langganan seringkali

digunakan karena dianggap efektif dalam usaha-usaha

pengumpulan piutang.

4) Tindakan yuridis

Apabila pihak pelanggan tidak bisa membayar hutangnya, maka

perusahaan dapat menggunakan tindakan-tindakan hukum dengan

mengajukan gugatan melalui pengadilan.

Adapun prosedur menurut Suad Husnan (2004:481), terhadap pelanggan

yang telah terlambat membayar hutangnya, umumnya dilakukan beberapa

prosedur sebagai berikut :

1. Mengirim surat teguran yang menjelaskan bahwa pelanggan telah

terlambat untuk melunasi hutangnya.

2. Menghubungi pelanggan tersebut melalui via telepon secara

langsung.

3. Menggunakan bantuan perusahaan jasa yang bergerak dalam

bidang jasa pengumpulan piutang.

4. Menempuh jalur hukum atas pelanggan yang telah terlambat atau

tidak membayar hutan.

2.5.5 Pengendalian Piutang

Dalam pengendalian piutang dibutuhkan suatu usaha untuk mengawasi

setiap perkembangan yang terjadi baik dari jumlah atau kuantitasnya, waktu,

maupun keadaan debitur. Selain hal tersebut, perusahaan perlu menetapkan


83

kebijakan piutang yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi unit kerja yang

mengurusi masalah piutang perusahaan.

Untuk melaksanakan pengendalian kredit atas dana yang tertanam pada

piutang, maka manajer harus memperhatikan beberapa faktor yang perlu

dipertimbangkan oleh manajer perusahaan.

Menurut Lukman Syamsuddin (2007:257), syarat kredit yang perlu

diperhatikan oleh pihak manajer antara lain :

1. Biaya-biaya administrasi

Bilamana perusahaan memperlunak standar kredit yang diterapkan, maka

berarti lebih banyak kredit yang diberikan dan tugas-tugas yang tidak

dapat dipisahkan dengan adanya pertambahan penjualan kredit tersebut

juga akan semakin besar. Sebaliknya, apabila standar kredit diperketat,

maka jumlah penjualan kredit yang diberikan akan semakin kecil dan

tugas-tugas itu pun akan semakin kecil dan tugas-tugas itu pun akan

semakin sedikit. Dengan demikian, dapat diperkirakan bahwa pelunasan

standar kredit yang lebih ketat akan mengurangi biaya-biaya administrasi.

2. Investasi dalam piutang

Penanaman modal dalam piutang mempunyai biaya-biaya tertentu.

Semakin besar piutang, semakin besar pula biayanya (carrying cost),

demikian pula sebaliknya. Bilamana perusahaan memperlunak standar

kredit yang digunakan, maka rata-rata jumlah piutang akan mengecil.

Perubahan rata-rata piutang dikaitkan dengan perubahan standar kredit

disebabkan oleh faktor perubahan volume penjualan dan perubahan


84

dalam kebijaksanaan pengumpulan piutang. Perlunakan standar kredit

diharapkan untuk meningkatkan volume penjualan sedangkan standar

kredit yang diperketat akan menurunkan volume penjualan.

3. Kerugian piutang (Bad debt expanses)

Probabilitas resiko kerugian piutang atau bad debt expanses akan

semakin meningkat dengan perlunakan standar kredit, dan akan menurun

bilamana standar kredit di perketat.

4. Volume penjualan

Perubahan standar kredit dapat diharapkan akan mengubah volume

penjualan. Bilamana standar kredit yang diperlunak maka diharapkan

akan dapat meningkatkan volume penjualan, sedangkan sebaliknya yang

diterapkan di mana perusahaan memperketat standar kredit yang

diterapkan maka dapat diperkirakan bahwa volume penjualan akan

menurun.

2.6 Kebijaksanaan Pengelolaan Piutang

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan dalam hal kebijaksanaan

piutang menurut Gunawan Adisaputra (2003:64), antara lain :

1. Dibentuknya unit kerja atau seksi yang khusus digunakan mengurusi

piutang, yang mana tugasnya meliputi :

a. Mencari langganan potensial yang dapat diberikan kredit.

b. Menyeleksi calon debitur.

c. Membukukan transaksi kredit yang terjadi.

d. Melakukan penagihan piutang.


85

e. Membukukan piutang.

f. Menyusun dan mengklasifikasikan piutang outstanding menurut

usianya masing-masing.

g. Membuat analisa dan evaluasi piutang sebagai salah satu bentuk

investasi.

h. Menyusun dan memperkirakan arus kas masuk dari piutang.

i. Membuat laporan tentang pengelolaan piutang baik para pengambil

keputusan tentang piutang.

2. Digariskannya kebijakan piutang yang jelas untuk digunakan sebagai

pedoman bagi unit kerja yang mengurusi piutang, yang meliputi :

a. Penentuan plafond kredit untuk berbagai jenis / tingkatan debitur.

b. Penentuan jangka waktu kredit.

c. Pedoman melakukan seleksi calon kerja debitur.

d. Penentuan jumlah piutang ragu-ragu maksimal yang dapat

dibenarkan sebagai dasar penentuan besarnya cadangan piutang

ragu-ragu.

e. Penentuan jumlah anggaran yang digunakan untuk administrasi

piutang.

3. Penentuan kriteria untuk mengukur efisiensi pengelolaan piutang

Berbagai kriteria yang dapat digunakan sebagai indikator efisiensi

pengelolaan piutang, antara lain :

a. Tingkat perputaran piutang.

b. Persentase piutang yang tak tertagih


86

c. Biaya pengelolaan piutang, yang terdiri dari :

 Biaya modal

 Biaya adminstrasi piutang

 Biaya piutang yang tak tertagih

Biaya ini berbeda dari waktu ke waktu karena :

1. Perbedaan jumlah langganan yang harus dilayani

2. Perbedaan nilai piutang keseluruhan yang harus dikelola

3. Perbedaan fungsi piutang atau penjualan kredit dari waktu ke waktu

berhubungan dengan adanya perbedaan kondisi dan situasi ekonomi

secara umum.

4. Perbedaan jangka waktu kredit yang diberikan.

2.7 Kegiatan Pengendalian Manajemen

Pengendalian manajemen bermaksud mengendalikan organisasi agar

kegiatan organisasi tetap konsisten dengan sasaran yang ditetapkan dalam

rencana. Pengendalian manajemen berkaitan langsung dengan sasaran dan

strategi organisasi, pengalokasian sumber daya bagi pencapaian strategi, serta

selanjutnya menilai efektivitas dan efisiensi strategi dalam mencapai sasaran.

(George M. Scott, 2001:45).

Menurut Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajan (2005:8),

pengendalian manajemen merupakan proses dimana para manajer

mempengaruhi anggota organisasi lainnya untuk mengimplementasikan strategi

organisasi.
87

Adapun kegiatan pengendalian manajemen sebagai upaya agar kegiatan

perusahaan dapat berjalan efisien, yaitu :

1. Merencanakan apa yang seharusnya dilakukan oleh organisasi.

2. Mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas dari beberapa bagan organisasi.

3. Mengkomunikasikan informasi kepada semua pihak yang bersangkutan.

4. Mengevaluasi informasi yang diperoleh.

5. Memutuskan tindakan apa yang seharusnya diambil jika perlu.

6. Mempengaruhi orang-orang untuk mengubah perilaku mereka.

Sedangkan fungsi-fungsi pengendalian manajemen menurut Robert N.

Anthony dan Vijay Govindarajan (2005:74), yaitu :

1. Merancang dan mengoperasikan informasi serta sistem pengendalian.

2. Menyiapkan pernyataan keuangan dan laporan keuangan kepada pihak

eksternal dan pemegang saham.

3. Menyiapkan dan menganalisis laporan kinerja, menginterprestasikan

laporan-laporan ini untuk para manajer, menganalisis program, dan

proposal anggaran dari berbagai segmen perusahaan serta

mengkonsolidasikannya ke dalam anggaran tahunan secara keseluruhan.

4. Melakukan supervise audit internal dalam mencatat prosedur-prosedur

pengendalian untuk menjamin validitas informasi, menetapkan

pengamanan yang memadai terhadap kecurangan, serta menjalankan

audit operasional.
88

5. Mengembangkan personal dalam organisasi pengendali dalam

berpartisipasi dalam pendidikan personal manajemen dalam kaitannya

dengan fungsi pengendalian.

Berdasarkan peraturan direksi, pedoman pengendalian piutang usaha yang

dimiliki oleh PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal Petikemas

Makassar nomor : PD 11 Tahun 2008 pada tanggal 17 April 2008.

Pengendalian piutang usaha dilaksanakan untuk :

a. Menekan/memperkecil saldo piutang usaha untuk meningkatkan arus kas

masuk (cash in flow) perusahaan.

b. Mewujudkan pengendalian administrasi dan penatausahaan piutang

usaha perusahaan.

c. Meningkatkan koordinasi antar seluruh unit kerja perseroan dalam upaya

menekan saldo piutang usaha.

d. Membangun hubungan kerja sama yang erat dengan pengguna jasa agar

tertib dan lancar dalam melaksanakan pelunasan tagihan jasa

kepelabuhan.

2.8 Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan ikhtisar yang menggambarkan keadaan

harta, kewajiban dan modal suatu perusahaan pada waktu tertentu serta memberi

informasi tentang hasil usaha perusahaan selama periode tertentu (suatu periode

akuntansi). Laporan keuangan juga melaporkan prestasi historis dari suatu


89

perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi,

untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan.

Dalam menganalisa dan menafsirkan suatu laporan keuangan, seorang

analis harus mempunyai pengertian yang mendalam mengenai bentuk-bentuk

maupun prinsip-prinsip penyajian laporan keuangan serta masalah-masalah yang

timbul dalam penyusunan laporan keuangan tersebut. Oleh karena itu, perlu

diketahui tentang pengertian dari laporan keuangan.

Dalam Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (Ikatan Akuntan

Indonesia,1999), diketahui bahwa :

“Laporan keuangan ialah neraca dan perhitungan laba rugi serta segala

keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya, antara

lain sumber dan penggunaan dana-dana”.

Sedangkan menurut Munawir (2004:2), pengertian laporan keuangan

adalah:

“Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi

yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data

keuangan atau aktivitas suatu perusahan dengan pihak-pihak yang

berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut”.

Analisa laporan keuangan merupakan suatu proses pertimbangan dalam

rangka membantu mengevaluasi prosisi keuangan dan hasil operasi perusahaan

pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan

estimasi dan prediksi mengenai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan pada

masa yang akan datang tersebut (Fanny dan Baldric, 2009 :42 ). Analisa laporan
90

keuangan mencakup aplikasi alat dan teknik analisis laporan keuangan dan data

keuangan, dalam rangka memperoleh ukuran-ukuran dan hubungan-hubungan

yang berarti dan berguna dalam proses pengambilan keputusan.

Anaisis laporan keuangan tidaklah berarti mengurangi kebutuhan akan

penggunaan pertimbangan-pertimbangan, melainkan memberikan dasar yang

layak dan sistematis dalam menggunakan pertimbangan-pertimbangan tersebut

(Fanny dan Baldric, 2009:42). Dua jenis laporan keuangan (utama) yang

umumnya dibuat oleh setiap perusahaan adalah neraca dan laporan laba rugi.

2.9 Rasio Keuangan

Untuk mengevaluasi kinerja dan kondisi keuangan perusahaan, analis

keuangan dan pemakai laporan keuangan harus melakukan analisis terhadap

kesehatan perusahaan. Alat yang sering dipakai adalah rasio atau indeks yang

menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya.

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (Mathematical

Relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dengan

menggunakan alat analisa berupa rasio ini, yang dapat menjelaskan atau

memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan

atau posisi keuangan. Dengan rasio keuangan juga memungkinkan perbandingan

jalannya perusahaan dari waktu ke waktu serta mengidentifikasi

perkembangannya. Untuk melakukan analisa ini dapat dilakukan dengan cara

membandingkan prestasi suatu periode dengan periode sebelumnya sehingga

diketahui adanya kecenderungan selam periode tertentu.


91

Analisis rasio menurut Djarwanto (2001:123), adalah :

“Rasio dalam analisi laporan keuangan merupakan suatu angka yang

menunjukkan hubungan antara satu unsur dengan unsur yang lainnya

dalam laporan keuangan”.

Secara umum, menurut Suad Husnan (2004:69), rasio pada umumnya dapat

diklasifikasikan menjadi 4 (empat) macam, yaitu :

1. Rasio likuiditas (liquidity ratio)

2. Rasio aktivitas (Activity ratio)

3. Rasio Leverage financial (Financial Leverage ratio)

4. Rasio Keuntungan (Profitability ratio)

Adapun rasio keuangan yang berhubungan dengan piutang adalah sebagai

berikut :

1. Rasio perputaran piutang (Receivable turn over – RTO)

Rasio ini mengukur berapa kali (dalam rata-rata) piutang itu terjadi.

Rasio perputaran piutang adalah besarnya rasio total penjualan kredit

terhadap saldo piutang rata-rata selama periode tertentu. Apabila angka

piutang rata-rata sama dengan nol (0), berarti perusahaan sudah tidak

memiliki piutang lagi atau dengan kata lain, semua piutang sudah

tertagih.

Menghitung Receivable turn over – RTO

Penjualan Kredit
Receveible Turn Over = .... (1)
Rata−rata Piutang

Dimana, untuk menghitung rata-rata piutang adalah,


92

Saldo Awal Piutang + Saldo Akhir Piutang


Rata-rata Piutang = .....
2

(2)

2. Umur rata-rata piutang (Average collection period – ACP)

Rasio ini berfungsi untuk mengetahui rata-rata hari yang diperlukan untuk

mengumpulkan piutang dan mengubahnya menjadi kas. Hasil yang

ditetapkan dari perhitungan ini akan dihubungkan dengan jumlah hari yang

ditetapkan sebagai standar kredit jika lebih kecil atau sama dengan, maka

berarti pengendalian piutang dapat dikatakan berhasil dan sebaliknya,

maka berarti beberapa pelanggan kredit melakukan penunggakan atau

melanggar standar kredit yang ditetapkan perusahaan.

Menghitung Average collection Period – ACP

365
Average Collection Period =
Turn ..... (3)
Receivable ¿
¿

3. Rasio tunggakan

Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa jumlah piutang yang telah

jatuh tempo dari sejumlah penjualan kredit yang dilakukan dari piutang

yang belum tertagih.

Menghitung rasio tunggakan :

Saldo Piutang Tertunggak Akhir Periode


Rasio Tunggakan= ×100%
Total Piutang Pda Periode yg Sama

.... (4)

4. Rasio penagihan
93

Rasio ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas penagihan

yang dilakukan atau berapa besar piutang yang tak tertagih dari total

piutang yang dimiliki perusahaan.

Menghitung rasio penagihan :

Jumla h Piutang yang Tertagi h


Rasio Penagi h an= × 100 % .... (5)
Total Piutang

2.10 Kerangka Pemikiran

Bagan Kerangka Pemikiran

PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero)

Cabang Terminal Petikemas Makassar

Laporan Keuangan

1. Piutang Feed back


2. Pengelolaan Piutang

3. Pengendalian Piutang
Alat Analisis :

1. Receivable Turn Over (RTO)

2. Average Collection Period (ACP)

3. Rasio Tunggakan

4. Rasio Penagihan

Hasil Analisis
94

2.11 Hipotesis

Mengacu pada rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

“ Diduga bahwa pengelolaan dan sistem pengendalian piutang yang

diterapkan pada PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) cabang

Terminal Petikemas belum efektif dalam meminimalisasi piutang tak

tertagih (bad debt)”.


95

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam rangka pengumpulan data dalam penulisan

skripsi ini pada PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal

Petikemas Makassar yang berlokasi di Jalan Nusantara No. 329 Makassar.

3.2 Jenis dan Sumber Data

3.2.1 Jenis Data

Dalam penulisan laporan ini, jenis data yang digunakan sebagai berikut:

1. Data kualitatif

Yaitu data yang merupakan kumpulan dari data non-angka, yang

bentuknya informasi baik lisan maupun tulisan, seperti : sejarah singkat

berdirinya perusahaan, pembagian tugas dan struktur perusahaan, dan

lain-lain sebagainya yang berhubungan dengan penulisan ini.

2. Data kuantitatif

Yaitu data yang diperoleh perusahaan dalam bentuk angka-angka,

seperti laporan keuangan perusahaan.

3.2.2 Sumber Data


96

Sumber data dalam menyelesaikan dan menganalisis data dalam

penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh data berupa :

1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh melalui penelitian lapangan, observasi,

maupun wawancara langsung dengan staff pelaksana perusahaan tentang

berbagai hal yang berkaitan dengan tujuan perusahaan.

2. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh melalui laporan keuangan perusahaan,

seperti : neraca laporan laba rugi, dan lapran arus kas selama lima tahun

terakhir, serta dokumen-dokumen perusahaan yang berhubungan dengan

tujuan penelitian.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data guna penelitian penulisan ini, maka perlu

dilakukan proses pengumpulan data yang didalamnya terdiri dari informasi-

informasi yang diterima oleh penulis baik dalam bentuk lisan maupun tulisan,

maka penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang relevan

dengan penganalisan masalah, yaitu :

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan langsung melalui observasi

dan wawancara pada bagian perusahaan, khususnya pada keuangan,


97

serta sejumlah informasi yang terkait, untuk mendapatkan informasi yang

akurat dan lengkap yang berhubungan dengan penulisan proposal ini.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penulis menggunakan beberapa teori dari literatur-literatur yang

berhubungan dengan masalah yang akan dibahas :

3.4 Metode Analisis

Dalam informasi yang diberikan oleh pihak perusahaan kepada penulis,

bahwa metode analisis yang diterapkan dalam perusahaan sama dengan yang

digunakan oleh penulis. Beberapa Metode analisis yang dipakai penulis, antara

lain sebagai berikut :

1. Rasio perputaran piutang (Receivable turn over – RTO)

Rasio ini mengukur berapa kali (dalam rata-rata) piutang itu terjadi.

Rasio perputaran piutang adalah besarnya rasio total penjualan kredit terhadap

saldo piutang rata-rata selama periode tertentu. Apabila angka piutang rata-rata

sama dengan nol ( 0 ), berarti perusahaan sudah tidak memiliki piutang lagi atau

dengan kata lain, semua piutang sudah tertagih.

Menghitung Receivable turn over – RTO

Penjualan K redit
Receveible Turn Over = ..... (1)
Rata−rata Piutang

Dimana, untuk menghitung rata-rata piutang adalah,


98

Saldo Awal Piutang + Saldo Akhir Piutang


Rata-rata Piutang = ..... (2)
2

2. Umur rata-rata piutang (Average collection period – ACP)

Rasio ini berfungsi untuk mengetahui rata-rata hari yang diperlukan untuk

mengumpulkan piutang dan mengubahnya menjadi kas. Hasil yang ditetapkan

dari perhitungan ini akan dihubungkan dengan jumlah hari yang ditetapkan

sebagai standar kredit jika lebih kecil atau sama dengan, maka berarti

pengendalian piutang dapat dikatakan berhasil, dan sebaliknya. Maka berarti

beberapa pelanggan kredit melakukan penunggakan atau melanggar standar

kredit yang ditetapkan perusahaan.

Menghitung Average collection period – ACP

365
Ave rage Collection Period=
Turn ...... (3)
Receivable ¿
¿

3. Rasio tunggakan

Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa jumlah piutang yang telah

jatuh tempo dari sejumlah penjualan kredit yang dilakukan dari piutang yang

belum tertagih.

Menghitung rasio tunggakan :

Saldo Piutang Tertunggak Akhir Periode


Rasio Tunggakan= ×100% ...... (4)
Total Piutang Pda Periode yg Sama

4. Rasio penagihan

Rasio ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas penagihan

yang dilakukan atau berapa besar piutang yang tak tertagih dari total piutang

yang dimiliki perusahaan.


99

Menghitung rasio penagihan :

Jumlah Piutang yang Tertagih


Rasio Penagihan= ×100 % ..... (5)
Total Piutang

3.5 Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1

Tabel Operasional Variabel

Variabel Definisi Pengukuran Skala

Sistem Serangkaian kebijakan  Rasio perputaran piutang (Receivable turn over – Rasio

Pengendalian penerapan sistem prosedur RTO)

Piutang yang digunakan Penjualan Kredit


Receveible Turn Over =
Rata−rata Piutang
manajemen dan

mengawasi aktivitas yang saldo awal +akhir piutang Rasio


rata−rata piutang=
2
terjadi didalam
 Umur rata-rata piutang (Average collection
perusahaan. (Mulyadi,
period – ACP)
2000:183)
365
Average Collection Period = Rasio
Turn
Receivable ¿
Prosedur Suatu penatausahaan yang ¿

Pengeloaan efektif dari sejumlah uang

Piutang kepada pemakai jasa dan  Rasio tunggakan Rasio

atau fasilitas pelabuhan Saldo Piutang Tertunggak Akhir Periode


Rasio Tunggakan= ×100
Total Piutang Pda Periode yg Sama
yang dituangkan dalam

bentuk nota tagihan dan


100

ditetapkan melalui  Rasio Penagihan

peraturan untuk Jumlah Piutang yang Tertagih


Rasio Penagihan= ×100 %
menunjang pencapaian
Total Piutang

kinerja keuangan.

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Manajemen PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) menyadari sepenuhnya

bahwa pelayanan jasa petikemas merupakan salah satu segmen usaha andalan

yang harus terus dikembangkan, hal ini sesuai dengan tuntutan dari perkembangan

dunia maritim global yang bergeser dari bentuk pelayanan secara general menjadi

pelayanan dengan tuntutan dari perkembangan dunia maritim global yang

bergeser dari bentuk pelayanan secara general menjadi pelayanan dengan

penggunakan pallet atau petikemas.

Berdasarkan kondisi tersebut pada tahun awal tahun 1990 dengan dibantu

oleh JICA, manajemen PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) mulai menyusun


101

studi revitalisasi Pelabuhan Makassar, salah satunya adalah menetapkan

Pangkalan Hatta yang selama ini digunakan untuk kegiatan multipurpose dirubah

menjadi suatu terminal yang dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan yang

memadai untuk memberikan pelayanan petikemas secara modern.

Proses pengembangan/revitalisasi pada Pelabuhan Makassar mulai dari

awal hingga menjadi Terminal Petikemas Makassar seperti sekarang ini

disampaikan sebagai berikut :

1. Penyiapan study pengembangan Pelabuhan Makassar, telah dimulai pada

era kepemimpinan Bpk. Ir. Sumardi yang dilantik menjadi Direktur Utama

Perum Pelabuhan IV pada tahun 1988. Pada masa itu penyusunan rencana

pengembangan Pelabuhan Makassar dipimpin oleh Bpk. Ir. Djarwo Surjanto

dengan dibantu oleh JICA untuk menyusun studinya.

2. Pada tahun 1994 mulailah dilakukan revitalisasi Pelabuhan Makassar,

dimana sasaran utamanya adalah menjadikan Pangkalan Hatta/Dermaga

Hatta yang sebelumnya digunakan untuk pelayanan multipurpose menjadi

suatu dermaga petikemas yang dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan

yang modern. Pembangunan dermaga dan fasilitas infrastruktur pada

Pangkalan Hatta tersebut menggunakan sumber pendanaan bantuan dari

Pemerintah Jepang melalui OECF (Overseas Economic Cooperation Fund)

atau sekarang telah menjadi JBIC (Japan Bank for International

Cooperation). Pada tahun 1998 pembangunan infrastruktur untuk Terminal

Petikemas Makassar yang meliputi dermaga, lapangan penumpukan


102

(container yard), workshops, container freight station, dan fasilitas

penunjang lainnya telah selesai.

Pada tahun 1999 terjadi suksesi kepemimpinan pada PT Pelabuhan

Indonesia IV (Persero), dimana Bpk. Drs. Prayitno masuk menggantikan Bpk. Ir.

Sumardi sebagai Direktur Utama. Komitmen jajaran manajemen baru tersebut

tetap sama yaitu untuk menjadikan Pangkalan Hatta menjadi suatu terminal

petikemas modern.

Pada tahun 2000 bersumber dari pendanaan pinjaman ADB (Asia

Development Bank), manajemen PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) melakukan

pengadaan peralatan bongkar muat petikemas modern yang terdiri dari 2 (dua)

unit Container Crane, 5 (Lima) unit Transtainer dan 8 (Delapan) unit Head Truck

beserta Chassisnya.

Pada tanggal 28 Juli 2001, Terminal Petikemas Makassar diresmikan

pengoperasiannya oleh Presiden Republik Indonesia pada waktu itu yaitu Ibu

Megawati Soekarnoputri. Kegiatan pelayanan petikemas pada Terminal Petikemas

Makassar terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan, sehingga untuk

menambah kapasitas dan meningkatkan kualitas pelayanan, maka pada tahun

2003 dilakukan lagi penambahan peralatan bongkar muat petikemas berupa 2

(dua) unit Container Crane, 3 (tiga) unit Transtainer dan 5 (Lima) unit Head Truck

beserta Chassis. Dan Pada tahun 2008 manajemen PT Pelabuhan Indonesia IV

(Persero) melakukan penambahan peralatan bongkar muat petikemas kembalai,

yaitu 1 (satu) unit Container Crane dan 2 (dua) unit Transtainer.


103

Di lain sisi, sesuai dengan kebutuhan operasional terhadap pelayanan

petikemas yang terus meningkat maka organisasi yang memberikan pelayanan

terhadap petikemas juga terus mengalami transformasi. Mulai dari berbentuk

Dinas Bongkar Muat Petikemas yang berada dibawah kendali dari Divisi usaha

Terminal pada saat awal pelayanan petikemas, berubah menjadi Divisi Pelayanan

Petikemas pada tahun 1999 pada PT Pelabuhan Indonesia IV(Persero) Cabang

Makassar, dan pada 1 Agustus 2007 Divisi Pelayanan Petikemas bertransformasi

dan terpisah dari PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Makassar.

4.2 Visi dan Misi Perusahaan

4.2.1 Visi Perusahaan

Perusahaan jasa kepelabuhanan berstandar internasional yang mandiri, sehat

dan menjamin kesinambungan sistem transportasi nasional.

4.2.2 Misi Perusahaan

1. Mengembangkan usaha yang dapat memberikan keuntungan optimal bagi

pemegang saham.

2. Mendorong percepatan pengembangan wilayah PT Pelabuhan Indonesia IV

(Persero).
104

3. Memberikan Pelayanan Jasa yang berkualitas, tepat waktu dengan tarif yang

layak.

4. Mengembangkan kompetensi, komitmen dan meningkatkan kesejahteraan

Sumber Daya Manusia.

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, perusahaan menyelenggarakan usaha

dibidang :

1. Kolam-kolam pelabuhan dan perairan untuk lalu lintas dan tempat

berlabuhnya kapal.

2. Jasa-jasa yang berhubungan dengan pemanduan kapal (Pilotage) dan

penundaan kapal.

3. Dermaga dan fasilitas lain untuk bertambat, bongkat muat barang

termasuk hewan dan fasilitas naik turunnya penumpang.

4. Gudang-gudang dan tempat-tempat penimbunan barang-barang,

angkutan, alat bongkar muat, serta peralatan pelabuhan.

5. Tanah untuk berbagai bangunan dan lapangan

gudang-gudang/bangunan yang berhubungan dengan kepentingan dan

kelancaran angkutan.

6. Penyediaan listrik, air minum, dan instalasi limbah pembuangan.

7. Jasa terminal, kegiatan konsolidasi dan distribusi barang termasuk

hewan.

8. Jasa konsultasi, pendidikan, dan pelatihan yang berkaitan dengan

kepelabuhan.
105

9. Usaha-usaha lainnya yang dapat menunjang tercapainya tujuan

perseroan.

Demikian gambaran singkat mengenai sejarah berdirinya PT. Pelabuhan

Indonesia IV (Persero) cabang Terminal Petikemas Makassar dimana sampai

sekarang masih menjadi salah satu pintu gerbang perhubungan laut khususnya di

Indonesia bagian timur.

4.3 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal

Petikemas Makassar dibuat dengan memperhatikan kondisi perusahaan, kegiatan

usaha serta pengembangan pada masa yang akan datang. Hal ini akan memberikan

stabilitas dan kontinuitas yang memungkinkan organisasi tetap hidup serta

mengkoordinasikan hubungannya dengan lingkungan perusahaan.


106
107

Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI PT. PELABUHAN INDONESIA IV (PERSERO)


CABANG TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR

GENERAL MANAGER

TERMINAL PETIKEMAS
MANAGER

SISTEM INFORMASI

MANAGER MANAGER MANAGER SDM


PERENCANAAN MANAGER TEKNIK DAN UMUM
KEUANGAN
DAN OPERASI

ASMEN ASMEN ASMEN ASMEN


OPERASI PERALATAN DAN AKUNTANSI SDM DAN
INSTALASI UMUM

ASMEN ASMEN ASMEN ASMEN HUKUM,


PERENCANAAN BANGUNAN DAN HUMAS, DAN
PERBENDAHARAAN
DAN ADM.OPERASI ADM. TEKNIK UMUM
4.4 Tugas dan Tanggung Jawab Struktural Perusahaan

1. General Manager

Berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direksi.

General Manager mempunyai tugas memimpin Terminal Petikemas Makassar

dalam hal menyusun rencana pengelolaan, mengendalikan kegiatan

administrasi dan operasional sesuai arah, kebijaksanaan dan sasaran

Perseroan agar tercapai produktivitas, pelayanan, pendapatan laba

Perseroan. Dalam hal ini fungsi General Manager adalah :

 Pengelolaan Terminal Petikemas Makassar sesuai dengan visi, misi dan

tujuan Perseroan;

 Pengelolaan dan pemeliharaan kekayaan Perseroan;

 Wakil Perseroan di dalam dan di luar pengadilan, baik yang berhubungan

dengan pelaksanaan tugas, maupun yang timbul sebagai akibat dari

pelaksanaan tugas, setelah mendapatkan Surat Kuasa khusus dari

Direksi;

 Pengelolaan dan pengembangan SDM;

 Pelaksanaan fungsi sistem informasi;

 Pelaksanaan kebijaksanaan umum Perseroan yang telah ditetapkan oleh

Direksi sesuai ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku;

 Pembinaan manajemen mutu dan bina lingkungan;

 Penyiapan rencana kerja dan anggaran tahunan serta pengelolaan dan

pelaporan keuangan perusahaan.

56
57

 Penyiapan laporan pertanggung jawaban kegiatan dan perhitungan hasil

usaha.

2. Manager Perencanaan dan Operasi

Berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada General Manager.

Manager Perencanaan dan Operasi mempunyai tugas menyelenggarakan

perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan dan pengembangan

usaha pelayanan petikemas meliputi : jasa kegiatan stevedoring,

haulage/trucking, lift on, lift off, angsur, tripping/stuffing, jasa dermaga

penumpukan petikemas, jasa pelayanan petikemas lainnya serta pemeliharaan

dan pengelolaan alat bongkar muat petikemas dalam rangka pencapaian

target kelancaran mutu dan produksi pelayanan bongkar muat petikemas.

Dalam hal ini fungsi Manager Perencanaan dan Operasi adalah :

 Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan kegiatan

pelayanan bongkar muat petikemas;

 Pencapaian pendapatan pelayanan petikemas sesuai rencana kerja

anggaran;

 Pengawasan kegiatan bongkar muat petikemas;

 Penyusunan laporan kegiatan operasional pelayanan petikemas;

 Penyusunan program pemasaran dan pelaksanaan pemasaran usaha jasa

pelayanan petikemas;

 Mengembangkan usaha melalui kerja sama usaha yang berkaitan dengan

jasa pelayanan petikemas;

 Pelaksanaan dan pengendalian pengisian dan pengosongan petikemas;


58

 Penyusunan perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan pelaksanaan

tugas operator bongkar muat dan angkutan petikemas;

 Penyusunan laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan yang

berkaitan dengan kegiatan operasional pelayanan petikemas;

 Penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian program kegiatan,

anggaran pendapatan dan biaya yang berkaitan dengan bidang pelayanan

petikemas;

Manager Perencanaan dan Operasi dibantu oleh :

a. Asisten Manager Operasi ;

b. Asisten Manager Perencanaan dan Administrasi Operasi

3. Manager Teknik

Berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada General Manager.

Manager Teknik mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan,

mengendalikan dan mengawasi kegiatan pembangunan, pemeliharaan,

perbengkelan, analisa dampak lingkungan hidup dan pencemaran limbah

pelabuhan. Dalam hal ini fungsi Manager Teknik adalah :

 Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan program

pembangunan fasilitas dan pengadaan peralatan;

 Pemberian pertimbangan klasifikasi penggunaan tanah dan perairan di

dalam daerah kerja pelabuhan;

 Pelaksanaan kebersihan fasilitas, peralatan dan bangunan pelabuhan

serta pengelolaan lingkungan hidup dan analisa mengenai dampak

lingkungan;
59

 Perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program pemeliharaan,

perbaikan, fasilitas peralatan dan bangunan pelabuhan;

 Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program pengadaan bahan

operasional, suku cadang serta kegiatan perbengkelan teknik;

 Pelaksanaan evaluasi dan pengkajian ulang secara periodic terhadap

master plan pelabuhan;

 Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program kegiatan,

anggaran pendapatan dan biaya yang berkaitan dengan bidang teknik;

Manager Teknik dibantu oleh :

c. Asisten Manager Peralatan dan Instalasi

d. Asisten Manager Bangunan dan Administrasi Teknik.

4. Manager Keuangan

Berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada General Manager.

Manager Keuangan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan,

mengendalikan dan mengawasi kegiatan administrasi keuangan, akuntansi,

perbendaharaan, perpajakan, distribusi barang, verifikasi dan pengamanan

dokumen. Dalam hal ini fungsi Manager Keuangan adalah :

 Perencaaan dan penyiapan bahan dalam rangka penyusunan rencana

kerja anggaran cabang serta pengendaliannya.

 Perencanaan administrasi keuangan, perbendaharaan, perpajakan,

akuntansi umum dan akuntansi biaya, pengelolaan bahan persediaan,

serta melaksanakan verifikasi penerimaan dan pengeluaran;

 Penyimpanan dan pengamanan dokumen;


60

 Perencanaan dan pengendalian program kegiatan, anggaran dan biaya

yang berkaitan dengan bidang administrasi keuangan dan akuntansi.

Manager Keuangan dibantu oleh :

a. Asisten Manager Akuntansi

b. Asisten Manager Perbendaharaan.

5. Manager SDM dan Umum

Berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada General Manager.

Manager SDM dan Umum mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan,

mengendalikan dan mengawasi kegiatan administrasi sumber daya manusia,

administrasi perkantoran, kerumahtanggaan, hukum, hubungan masyarakat,

dokumentasi dan kearsipan, manajemen mutu, pemeliharaan kesehatan,

keselamatan kerja, kebersihan dan pengamanan kantor dan daerah kerja

pelabuhan. Dalam hal ini fungsi Manager SDM dan Umum adalah :

 Penyusunan perencanaan administrasi sumber daya manusia,

kesejahteraan dan keselamatan kerja serta pemeliharaan kesehatan

pegawai, pensiunan dan keluarganya;

 Penanganan permasalahan bidang hukum, penyelenggaraan hubungan

masyarakat dan dokumentasi;

 Pelaksanaan urusan administrasi perkantoran, kerumahtanggaan,

protokoler, penyusunan kebutuhan dan perlengkapan kantor, pelaksanaan

pemeliharaan peralatan kantor, kebersihan kantor dan mengorganisir

laporan cabang;
61

 Penanganan K3 dan Satuan Pengamanan (Satpam) di dalam daerah

lingkungan kerja pelabuhan dan asset Cabang di luar daerah kerja

pelabuhan;

 Pelaksanaan manajemen mutu;

 Pengendalian program kegiatan, anggaran biaya yang berkaitan dengan

bidang SDM dan Umum;

Manager SDM dan Umum dibantu oleh:

a. Asisten Manager Sumber Daya manusia

b. Asisten Manager Hukum, Humas dan Umum

6. Manager Sistem Informasi

Berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada General Manager.

Manager Sistem Informasi mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan,

mengendalikan dan mengawasi kegiatan administrasi, pengumpulan dan

pengolahan analisa da evaluasi data, informasi, statistik, laporan operasional

dan laporan lainnya, penangganan sistem komputerisasi agar tercapai

penyajian data yang akurat dan tepat waktu serta peralatan computer dalam

keadaan siap operasi. Dalam hal ini fungsi Manager Informasi adalah :

 Penyusunan perencanaan administrasi Sistem Informasi dan pengendalian

program kegiatan manajemen yang berkaitan dengan bidang sistem

informasi;

 Penyusunan, pengolahan sistem informasi, analisa dan evaluasi,

penyajian data secara sistematis, cepat dan akurat, baik dengan media

komputer dan atau media lainnya;


62

 Penyusunan laporan operasional cabang dan pengendalia sistem

informasi bidang usaha, teknik, keuangan, personalia dan administrasi

umum, baik yang dilaksanakan dengan menggunakan komputer maupun

secara manual;

 Penyelenggaraan pemeliharaan peralatan pengolahan data yang meliputi

perangkat lunak dan perangkat keras serta bertanggung jawab atas

kelancaran pelaksanaan sistem komputerisasi, baik dari segi perangkat

keras maupun perangkat lunak.

BAB V

PEMBAHASAN HASIL ANALISIS

5.1 Pengelolaan dan Pengendalian Piutang Usaha Perusahaan

Sesuai dengan Peraturan Direksi PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero)

Nomor : PD 11 Tahun 2008 tanggal 17 April 2008, Tentang Pedoman

Pengelolaan dan Pengendalian Piutang Usaha. Pembekalan ini bertujuan untuk

memberikan masukan/pedoman dalam melaksanakan pengelolaan dan

pengendalian piutang usaha dan sebagai salah satu langkah untuk mengenal

sejauh mana sistem yang digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan

pencairan piutang usaha.

Adapun beberapa ketentuan umum sesuai dengan PD. 11 Tahun 2008

tanggal 17 April 2008, Tentang Pedoman Pengelolaan dan Pengendalian Piutang

usaha, yaitu :
63

a. Perseroan adalah PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero).

b. Hutang adalah kewajiban perseroan kepada pihak lain yang harus

dibayar.

c. Piutang adalah hutang pemakai jasa atau kewajiban pemakai jasa kepada

Perseroan atas pemberian pelayanan jasa dan atau pemakaian fasilitas

pelabuhan yang belum dilunasi pembayarannya.

d. Piutang usaha lancar adalah piutang usaha yang dapat dicairkan

maksimal dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak tagihan diterima

pengguna jasa.

e. Piutang Usaha tidak Lancar adalah piutang usaha yang berumur lebih

dari 1 (satu) tahun.

f. Piutang Usaha Macet adalah piutang usaha yang berumur lebih dari 1

(Satu) tahun, dan pengurusannya dilimpahkan kepada pihak lain setelah

pengguna jasa diberi teguran pembayarannya, tetapi tidak juga melunasi

pembayaran.

g. Surat Perjanjian/kontrak adalah kesepakatan antara Perseroan dengan

pelanggan mengenai pemakaian fasilitas jasa kepelabuhanan.

h. Pengguna jasa adalah lembaga, instansi pemerintah, TNI, Kepolisian,

Perorangan atau Badan Hukum lainnya yang menerima pelayanan jasa

kepelabuhanan dari Perseroan dan atau yang menggunakan fasilitas jasa

Perseroan serta masih mempunyai hutang kepada Perseroan.

Dalam mengendalikan piutang, perusahaan perlu menetapkan

kebijaksanaan kreditnya yang kemudian berfungsi sebagai standar. Apabila


64

kemudian dalam pelaksanaannya penjualan kredit dan pengumpulan piutang tidak

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka perusahaan perlu melakukan

perbaikan. Kegiatan ini untuk menjamin agar hasil sesuai dengan rencana,

merupakan esensi dari fungsi pengendalian.

Pengelolaan piutang usaha yang efektif diperlukan untuk mendorong

kemampuan kas yang dibutuhkan untuk pembiayaan perusahaan karena

penerimaan yang tidak sepadan dengan kebutuhan dana akan memberikan dalam

menjalankan program kerja yang telah ditetapkan sebagai sasaran kegiatan

perusahaan.

Pengelolaan dan pengendalian piutang usaha yang baik sebagai upaya

untuk lebih meningkatkan performansi/kinerja keuangan sebagai upaya untuk

menekan biaya-biaya terutama yang berkaitan langsung dengan pengelolaan

piutang usaha seperti penyisihan piutang, penagihan piutang ( yang bermasalah)

dan penghapusan piutang usaha.

Pengendalian piutang usaha dilaksanakan untuk :

1. Menekan/memperkecil saldo piutang usaha untuk meningkatkan arus kas

masuk (cash in flow ) perseroan.

2. Mewujudkan pengendalian administrasi dan penatausahaan piutang

usaha perseroan.

3. Meningkatkan koordinasi antar seluruh unit kerja perseroan dalam upaya

menekan saldo piutang usaha.


65

4. Membangun hubungan kerjasama yang erat dengan para pengguna jasa

agar tertib dan lancar dalam melaksanakan pelunasan tagihan jasa

kepelabuhanan.

5.2 Prosedur Pengelolaan dan Pengendalian Piutang Usaha Perusahaan

Adapun ruang lingkup prosedur pengelolaan dan pengendalian piutang

usaha pada PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) antara lain :

5.2.1 Penerbitan dan Pengiriman Nota Tagihan

1. Pasca pelayanan jasa pelabuhan pada setiap segmen usaha, setiap

penanggungjawab pelayanan segera menyelesaikan seluruh dokumen

pemakaian jasa dan menyerahkan kepada petugas pembuat perhitungan

penagihan;

2. Sebelum menerbitkan Nota Tagihan, unit keuangan wajib meneliti

kebenaran dokumen dan perhitungan tarif jasa yang digunakan oleh

pengguna jasa;

3. Format Nota Tagihan (Bentuk 4) Jasa Kepelabuhanan yang dipergunakan

diatur sebagai berikut :

a. Format Nota Tagihan jasa kepelabuhanan yang diproses dengan

komputer menggunakan format sebagaimana dalam aplikasi komputer.

b. Format Nota Tagihan jasa kepelabuhanan yang dikerjakan secara manual

menggunakan format, sebagaimana lampiran I Peraturan ini.

4. Penerbitan Nota Tagihan atau format Bentuk 4 dicatat sebagai pengakuan

pendapatan. Pembayaran tunai terhadap Nota Tagihan dibukukan sebagai


66

penerimaan kas, dan Nota Tagihan yang belum dibayar lunas, dicatat

sebagai piutang usaha;

5. Penerbitan Nota Tagihan untuk pelayanan jasa kepelabuhanan di

Pelabuhan khusus dan Dermaga Untuk Kepentingan Sendiri (DUKS),

paling lambat 15 (lima belas) hari kalender sejak selesainya pelayanan

atau sesuai kesepakatan yang diatur tersendiri dalam

kesepakatan/Perjanjian Kerja Sama antara Perseroan dengan Pengelola

Pelabuhan Khusus dan Dermaga Untuk Kepentingan Sendiri (DUKS);

6. Jangka waktu penerbitan Nota Tagihan yang menggunakan komputer atau

yang dikerjakan secara manual sejak penyelesaian bukti pelayanan jasa

atau format Bentuk 2 sampai dengan penerbitan Nota Tagihan atau

Format Bentuk 4, diatur sebagaimana lampiran II Peraturan ini;

5.2.2 Surat Pengantar Nota Tagihan

1. Setiap Nota Tagihan, diadministrasikan dan disampaikan kepada

pengguna jasa dengan menggunakan Surat Pengantar Nota Tagihan yang

dilampiri Lembar II Nota Tagihan beserta dokumen lainnya sebagai

pemberitahuan kepada pengguna jasa.

2. Surat Pengantar Nota Tagihan dibuat minimal 2 (dua) rangkap, Lembar I

untuk pihak pengguna jasa dan Lembar II sebagai bukti arsip Perseroan

setelah ditandatangani oleh penerima beserta tanda terima yang diberi

stempel perusahaan penerima dengan mencantumkan tanggal jatuh tempo

pembayaran.
67

3. Tanggal terima dalam surat pengantar tersebut ayat (2) Pasal ini menjadi

dasar perhitungan waktu untuk masa pembayaran dan pemberian

sanksi/denda atas keterlambatan pembayaran penyelesaian Nota Tagihan.

5.2.3 Pelunasan Piutang Usaha

1. Nota Tagihan harus dilunasi selambat-lambatnya 8 (delapan) hari

kalender sejak Nota Tagihan diterima oleh pengguna jasa. Tanggal jatuh

tempo pembayaran dituangkan dalam Surat Pengantar Nota Tagihan;

2. Pelunasan piutang usaha dilakukan oleh pengguna jasa pelabuhan

melalui:

a. Setoran langsung ke Kas Perseroan melalui Kasir Perseroan;

b. Transfer/Pemindahbukuan/setoran melalui bank dengan bukti kredit

Nota Bank dan atau Slip Penyetoran ke Bank;

3. Pelunasan piutang usaha oleh pengguna jasa dinyatakan sah apabila

terdapat cap, kas register atau cap lunas yang diparaf oleh petugas

kas/kasir Perseroan, Jika pembayaran melalui kas Perseroan dan atau

Kredit nota bank apabila debitur melakukan pembayaran melalui Bank;

4. Dalam hal debitur ingin melakukan pembayaran dengan fasilitas Short

Message Service (SMS) Banking maka General Manager harus

mempersiapkan fasilitas penunjang untuk itu serta membuat sistem dan

prosedur pelaksanaan yang disosialisasikan terlebih dahulu kepada para

pengguna jasa;

5.2.4 Koreksi Nota Tagihan


68

1. Pengajuan permohonan koreksi terhadap Nota Tagihan dari pengguna

jasa harus dilampiri dengan bukti-bukti data yang valid sehubungan

dengan keberatan yang disampaikan.

2. Batas waktu pengajuan koreksi Nota Tagihan adalah 5 (lima) hari

kalender setelah nota tagihan diterima oleh pengguna jasa. Apabila

melampaui batas waktu tersebut maka koreksi perhitungan dari pengguna

jasa tidak dapat diterima;

3. Pengguna jasa yang mengajukan koreksi atas Nota Tagihan harus

membayar 50 % terlebih dahulu dari jumlah tagihan yang diajukan, dan

sanggup membayar secara tunai kekurangan tagihan setelah Nota

Pengganti (baru) diterbitkan;

4. Jawaban Perseroan terhadap permohonan koreksi atas Nota Tagihan

diterima atau dapat diproses lebih lanjut, harus dijawab kembali kepada

pengguna jasa paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah permintaan

koreksi Nota Tagihan diterima;

5. Terhadap pelaksanaan koreksi, dibuat Berita Acara Hasil Penelitian atas

terjadinya kesalahan/atau kekeliruan berdasarkan bukti-bukti yang sah

yang ditandatangani oleh pengguna jasa, Manager Operasi, Manager

Keuangan dan diketahui oleh General Manager.

5.2.5 Penatausahaan Piutang Usaha

1. Penatausahaan piutang usaha dilaksanakan oleh unit keuangan secara

teratur dalam bentuk format : umur piutang (aging), kelompok pengguna


69

jasa, segmen usaha, buku besar dan kartu piutang per pengguna jasa, dan

setiap bulan dievaluasi;

2. Dalam pelaksanaan pengamanan penyimpanan nota asli, dapat ditunjuk

salah seorang pegawai/petugas Divisi/Dinas Keuangan dengan Surat

Perintah Tugas General Manager.

3. Penyimpanan bukti piutang usaha dilaksanakan sebagai berikut :

a. Bukti piutang usaha berupa asli nota tagihan berikut lampirannya dan

asli bukti Surat Pengantar Nota Tagihan, disimpan oleh pegawai yang

ditunjuk pada tempat penyimpanan yang aman;

b. Penyimpanan asli nota tagihan tersebut, dipisahkan untuk masing-

masing pengguna jasa yang ditata secara kronologis;

c. Asli Nota Tagihan yang telah diserahkan kepada pengguna jasa

sebagai bukti pelunasan.

4. Opname asli Nota Tagihan dilaksanakan secara periodik setiap 4 (empat)

bulan dan hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Opname Asli Nota

Tagihan yang ditandatangani anggota Tim Opname, Manager Keuangan

dan diketahui oleh General Manager dengan format , sebagaimana

Lampiran IV Peraturan ini.

5. Asli Nota Tagihan yang hilang akibat kelalaian, kesengajaan atau faktor

lainnya sebagaimana pada ayat (8) Pasal ini harus dipertanggung

jawabkan oleh Penanggung Jawab Asli Nota Tagihan dan atau

sebagaimana hasil penelitian yang dituangkan dalam Berita Acara

sebagaimana dimaksud pada ayat (8).


70

5.2.6 Pengendalian Piutang Usaha

1. Pengendalian saldo Piutang usaha merupakan tanggung jawab seluruh

jajaran manajemen Kantor Cabang/UPK dan Kawasan dan dilaksanakan

secara konsisten;

2. Pengukuran kinerja piutang usaha cabang dilakukan dengan penerapan

Key Performance Indicator (KPI) atau kunci indikator keberhasilan

sebagai berikut :

3. Kinerja pengguna jasa harus dievaluasi secara periodik per 4 (empat)

bulan sebagai pedoman untuk menetapkan kebijakan berupa teguran dan

atau apresiasi kepada yang bersangkutan;

5.2.7 Sanksi dan Denda

1. Dalam hal Nota Tagihan belum dilunasi dalam jangka waktu

sebagaimana dimaksud pada Pasal 5, maka kepada pengguna jasa

tersebut dikenakan sanksi dan denda sebagai berikut :

2. Pada saat denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,

melampaui batas tanggal jatuh tempo yaitu 30 hari dibuatkan Nota

Tagihan, dan dicatat secara extra accountable dan pelunasannya dicatat

sebagai pendapatan diluar usaha;

3. Denda sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, dihitung dari jumlah

tunggakan yang belum diselesaikan. Nota Tagihan denda dibuat pada saat

pembayaran hutang pokok dan disampaikan kepada pengguna jasa yang

bersangkutan pada saat pembayaran utang pokoknya;


71

4. Dalam hal nota denda yang diterbitkan tidak dilunasi maka nota tersebut

dibukukan secara extra acoountable dan ditagih pada kegiatan

berikutnya.

5. Apabila terdapat piutang usaha yang sudah melampaui tanggal jatuh

tempo dan tidak diterbitkan nota denda pada saat pelunasan hutang

pokok, jajaran manajemen terkait dapat dikenakan sanksi sesuai ketentuan

yang berlaku.

5.2.8 Konfirmasi Piutang Usaha

1. Terhadap piutang usaha yang tidak diakui oleh pengguna jasa segera

diteliti dan hasilnya dituangkan dalam Berita Acara, untuk selanjutnya

diusulkan dalam penghapusan piutang macet.

2. Konfirmasi piutang usaha untuk tiap pengguna jasa dilaksanakan

minimal 1 (satu) kali dalam satu periode akuntansi.

3. Secara berkala setiap 4 (empat) bulan dilakukan pencocokan antar daftar

saldo piutang dengan fisik asli Nota Tagihan. Apabila terdapat

ketidakcocokan, dilakukan penyelesaian.

5.2.9 Penyisihan Piutang Usaha

1. Untuk menutup kerugian yang mungkin timbul akibat adanya piutang jasa

kepelabuhan, penyisihan piutang usaha dengan metode pencadangan

penyisihan piutang usaha pada tahun berjalan.


72

2. Besaran prosentase penyisihan piutang usaha sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) Akuntasi Perusahaan Pelabuhan Indonesia (PAPPI), dan

atau ditetapkan tersendiri.

3. Anggaran biaya penyisihan disusun oleh Kantor Cabang/UPK bersamaan

dengan waktu Penyusunan Anggaran Perseroan (RKAP) Tahunan

Cabang/UPK.

5.2.10 Perlimpahan Pengurusan

1. Piutang usaha yang tidak dapat diselesaikan oleh salah satu unit kerja

karena pengguna jasa tersebut tidak aktif lagi, melalui Kantor Pusat

penagihannya dapat dillimpahkan kepada Kantor Cabang yang lain atau

kepada PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) I,II,III dimana pengguna

jasa dimaksud berkedudukan atau masih melakukan kegiatan.

2. Pelaksanaan pelimpahan penagihan piutang usaha kepada PT Pelabuhan

Indonesia I,II,III.

5.3 Kriteria untuk mengukur Efektivitas Pengelolaan Piutang Usaha

Perusahaan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, beberapa Metode

Analisis yang digunakan untuk mengukur efektivitas piutang usaha perusahaan

PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal Petikemas Makassar,

antara lain :

a. Receivable Turn Over (RTO)

b. Average Collection Period (ACP)


73

c. Rasio Tunggakan

d. Rasio Penagihan
74

Tabel 5.1

Piutang Usaha PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal Petikemas Makassar

Tahun 2005-2009

Tahun Saldo Awal Penjualan Kredit Total Piutang Piutang Tertagih Piutang Tertunggak

2005 6.129.585.201 121.139.334.278 127.268.919.479 123.705.612.770 3.563.306.709

2006 3.563.306.709 154.334.793.259 157.898.099.968 146.251.894.149 11.646.205.819

2007 11.646.205.819 130.000.269.783 141.646.475.602 136.641.860.757 5.004.614.845

2008 5.004.614.845 54.610.618.910 59.615.233.755 53.045.041.496 6.570.192.259

2009 6.570.192.259 62.518.249.143 69.088.441.402 65.224.646.232 3.863.795.170

Sumber : PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal Petikemas Makassar, 2011
5.3.1 Receivable Turn Over (RTO)

Rasio ini mengukur berapa kali (dalam rata-rata) piutang yang terjadi pada

suatu periode tertentu. Periode perputaran piutang adalah periode terikatnya modal

dalam piutang yang tergantung dari syarat pembayarannya.

Menghitung Receivable Turn Over – RTO

Penjualan Kredit
Receveible Turn Over = ..... (1)
Rata−rata Piutang

Dimana, untuk menghitung rata-rata piutang adalah,

Saldo Awal Piutang + Saldo Akhir Piutang


Rata-rata Piutang = ..... (2)
2

Adapun hasil perhitungan dari Receivable turn over adalah sebagai berikut :

a. Tahun 2005

121,139,334,278
RTO= =25,00
4.846 .445 .955

Rata Piutang = {6.129.585.201+3.563.306.709 } over {2} =4.846.445.95

b. Tahun 2006

154.334 .793 .259


RTO= =20,29
7.604 .756 .264

Rata Piutang = {3.563.306.709+11.646.205.819} over {2} =7.604.756.26

c. Tahun 2007

130.000 .269 .783


RTO= =15,61
8.325 .410 .332

Rata Piutang = {11.646.205.819+5.004.614.845} over {2} =8.325.410.33

d. Tahun 2008
lxxvi

54.610 .618 .910


RTO= =9,44
5.787 .403 .552

Rata Piutang = {5.004.614.845+6.570.192.259} over {2} =5.787.403.55

e. Tahun 2009

62.518 .249 .143


RTO= =11,98
5.216 .993 .715

Rata Piutang = {6.570.192.259+3.863.795.170} over {2} =5.216.993.71

Hasil perhitungan RTO diatas dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut :

Tabel 5.2

Hasil Perhitungan Receivable Turn Over (RTO)

Tahun Penjualan Rata-rata RTO Perubahan

Kredit (Rp) Piutang (Rp) RTO


(Kali)

2005 121,139,334,278 4.846 .445 .955 25,00 -

2006 154.334 .793 .259 7.604 .756 .264 20,29 (4,71)

2007 130.000 .269.783 8.325 .410 .332 15,61 (4,68)

2008 54.610 .618.910 5.787 .403 .552 9,44 (6,17)

2009 62.518 .249 .143 5.216 .993 .715 11,98 2,54

Sumber : Data Diolah, 2011

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa kinerja Receivable Turn Over (RTO)

mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini ditunjukkan pada peningkatan RTO

yang terjadi pada tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 25,00 kali. Pada tahun

2006 terjadi penurunan RTO yaitu 20,29 kali atau turun sebesar 4,71 dari tahun

lxxvi
lxxvii

sebelumnya. Pada tahun berikutnya, yaitu 2007 kembali mengalami penurunan RTO

sebesar 15,61 atau turun sebesar 4,68 dan tahun 2008 menurun menjadi 9,44 kali atau

turun sebesar 6,17.

Pada tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar 11,98 kali atau naik hingga 2,54.

Kinerja RTO perusahaan mencapai titik tertinggi yaitu pada tahun 2005 sebesar 25,00

kali dan sebaliknya RTO yang terendah pada tahun 2008 sebesar 9,44 atau turun 6,17.

Pada tahun 2008, kinerja RTO perusahaan mencapai titik terendah dalam lima

tahun terakhir. Kinerja RTO pada tahun 2008 sebesar 9,44 kali, terjadi penurunan

sebesar 6,18 kali dari tahun 2007 sebesar 15,61. Hal ini disebabkan karena tingkat

penjualan kredit yang sangat rendah yaitu sebesar Rp. 54.610.618.910,- yang diikuti

oleh rata-rata piutang yang tinggi yaitu sebesar Rp. 5.787.403.552.- sehingga

mengakibatkan tingkat RTO perusahaan sangat rendah. Pada tahun 2009, kinerja RTO

meningkat menjadi lebih baik dari tahun 2008 yaitu 11,98 kali atau meningkat 2,54 kali.

Hal ini disebabkan karena penjualan kredit perusahaan meningkat yaitu dari Rp

54.610.618.910,- pada tahun 2008 menjadi Rp. 82.518.249.143,- dan juga terjadi

penurunan total piutang Rp. 5.787.403.552,- pada tahun 2008 menjadi Rp.

5.216.993.715,- ini membuktikan bahwa perusahaan berusaha untuk memperbaiki

kinerja piutangnya dengan cara meningkatkan penjualan kreditnya dan mengurangi

dengan seminimal mungkin jumlah piutang tertunggaknya, karena pada dasarnya

semakin tinggi tingkat perputaran piutang suatu perusahaan, maka semakin baik

pengelolaan piutangnya, dan juga jika tingkat perputaran piutangnya tinggi berarti

semakin pendek waktu terikatnya modal dalam piutang.

lxxvii
lxxviii

5.3.2 Average Collection Period (ACP)

Rasio ini berfungsi untuk mengetahui rata-rata hari yang diperlukan untuk

mengumpulkan piutang dan mengubahnya menjadi kas. Hasil yang ditetapkan dari

perhitungan ini akan dihubungkan dengan jumlah hari yang ditetapkan sebagai standar

kredit perusahaan.

Menghitung Average collection Period – ACP

365
Average Collection Period =
Turn ..... (3)
Receivable ¿
¿

Adapun hasil perhitungan dari ACP adalah sebagai berikut :

a. Tahun 2005

365
ACP= =14,6
25,00

b. Tahun 2006

365
ACP= =17,99
20,29

c. Tahun 2007

365
ACP= =23,38
15,61

d. Tahun 2008

365
ACP= =38,68
9,44

e. Tahun 2009

365
ACP= =30,46
11,98

Hasil perhitungan ACP diatas dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut :

lxxviii
lxxix

Tabel 5.3

Hasil Perhitungan Average Collection Periode – ACP

Tahun RTO (Kali) ACP (Hari) Perubahan ACP

2005 25,00 14,60 -

2006 20,29 17,99 3,38

2007 15,61 23,38 5,39

2008 9,44 38,68 15,31

2009 11,98 30,46 8,22

Sumber : Data diolah, 2011

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel diatas, perusahaan belum efektif

dalam mengelola piutang usahanya sesuai dengan standar dan batas waktu yang telah

ditentukan oleh perusahaan. Karena perusahaan menetapkan batas pelunasan atau

tanggal jatuh tempo selambat-lambatnya 8 (delapan) hari kalender sejak nota tagihan

diterima oleh pengguna jasa.

Tingkat Average collection period (ACP) perusahaan sangat dipengaruhi oleh

tingkat Receivable Turn Over (RTO) tahun bersangkutan. Semakin besar tingkat RTO

perusahaan, maka semakin baik pula nilai ACPnya. Tingkat Average Collection period

(ACP) perusahaan yang terbaik pada tahun 2005, yaitu sebesar 14 hari, dimana tingkat

perputaran piutangnya pun sangat tinggi. Sedangkan tingkat ACP perusahaan yang

lxxix
lxxx

terendah adalah pada tahun 2008, dimana tingkat ACPnya mencapai 38 hari, dimana

tingkat perputaran piutangnya pun sangat rendah yaitu 9,44 kali. Pada tahun berikutnya

yaitu tahun 2009, tingkat ACPnya menurun menjadi 30 hari. Ini menunjukkan kinerja

piutang usahanya sudah lebih baik dari tahun 2008.

Perhitungan rasio ini dimaksudkan untuk menilai efisiensi dari upaya

pengumpulan piutang perusahaan. Apabila umur rata-rata pengumpulan piutang selalu

lebih besar daripada batas waktu yang telah ditetapkan perusahaan, berarti perusahaan

dinyatakan kurang efisien dalam pengumpulan piutang.

5.3.3 Rasio Tunggakan

Rasio tunggakan ini digunakan untuk mengetahui berapa jumlah piutang yang

telah jatuh tempo dari sejumlah penjualan kredit yang dilakukan dari piutang yang

belum tertagih.

Menghitung rasio tunggakan :

Saldo Piutang Tertunggak Akhir Periode


Rasio Tunggakan= ×100% ....
Total Piutang Pda Periode yg Sama

(4)

Adapun hasil perhitungan dari Rasio Tunggakan adalah sebagai berikut :

a. Tahun 2005

3.563 .306 .709


Rasio Tunggakan= x 100 %=2,80 %
127.268 .919 .479
b. Tahun 2006

lxxx
lxxxi

11.646 .205 .819


Rasio Tunggakan= x 100 %=7,38 %
157.898 .099 .968

c. Tahun 2007

5.004 .614 .845


Rasio Tunggakan= x 100 %=3,53 %
141.646 .475 .602

d. Tahun 2008

6.570 .192 .259


Rasio Tunggakan= x 100 %=11,02 %
59.615 .233 .755

e. Tahun 2009

3.863.795 .170
Rasio tunggakan= x 100 %=5,59 %
69.088 .441.402

Hasil perhitungan Rasio Tunggakan diatas dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut :

Tabel 5.4

Hasil Perhitungan Rasio Tunggakan Piutang

Tahun Jumlah Piutang Total Piutang Rasio Tunggakan

Tertunggak (Rp) Pada Periode

lxxxi
lxxxii

yang Sama (Rp)

2005 3.563 .306 .709 127.268 .919.479 2,80 %

2006 11.646 .205 .819 157.898 .099.968 7,38 %

2007 5.004 .614 .845 141.646 .475 .602 3,53 %


6.570 .192.259 59.615 .233.755
2008 11,02 %
3.863 .795.170 69.088 .441.402
2009 5,59 %

Sumber : Data diolah, 2011

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa rasio tunggakan perusahaan mengalami

fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 kinerja perusahaan membaik, dimana

rasio tunggakan mencapai titik terkecil, yaitu sebesar 2,8 %. Hal ini terjadi karena

perusahaan dapat meminimalkan piutang tertunggaknya menjadi Rp. 3.563.306.709,-

walaupun jumlah total piutangnya meningkat menjadi Rp. 127.268.919.479,-. Namun,

pada tahun 2006 terjadi peningkatan rasio tunggakan menjadi 7,38 % atau naik

sebesar 4,58 %. Hal ini disebabkan jumalah piutang tertunggak yang sangat besar

yaitu Rp. 11.646.205.819,-. Pada tahun 2007, terjadi penurunan rasio tunggakan

menjadi sebesar 3,83 % atau menurun sebesar 3,85 % dari tahun sebelumnya. Hal ini

disebabkan karena perusahaan dapat meminimalkan jumlah piutang tertunggaknya

menjadi sebesar Rp. 5.004.614.845,- atau berkurang sebesar Rp. 6.641.590.974,-.

Pada tahun 2008, rasio tunggakan mencapai titik tertinggi yaitu sebesar 11,02

% atau meningkat sebesar 7,49 % dari tahun 2007. Hal ini disebabkan terjadinya

peningkatan piutang tertunggak dari Rp. 5.004.614.845,- pada tahun 2007 menjadi Rp.

6.570.192.259,- dan juga karena jumlah total piutang yang sangat rendah yaitu sebesar

Rp. 59.615.233.755. Pada tahun 2009, rasio tunggakan mengalami penurunan yaitu

lxxxii
lxxxiii

menjadi 5,59 % atau menurun sebesar 5,43 % dari tahun sebelumnya. Ini disebabkan

terjadi peningkatan pada total piutangnya yaitu sebesar Rp. 69.088.441.402,- dan

terjadi penurunan pada piutang tentunggaknya yaitu sebesar Rp. 3.863.795.170,-.

5.3.4 Rasio Penagihan

Rasio ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas penagihan yang

dilakukan atau berapa besar piutang yang tak tertagih dari total piutang yang dimiliki

perusahaanl. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melaksanakan

kegiatan penagihan piutang.

Menghitung rasio penagihan :

Jumlah Piutang yang Tertagih


Rasio Penagihan= ×100 % .... (5)
Total Piutang

Adapun hasil perhitungan dari Rasio Penagihan adalah sebagai berikut :

a. Tahun 2005

123.705 .612 .770


Rasio Penagihan= x 100 %=97,20 %
127.268 .919 .479

b. Tahun 2006

146.251 .894 .149


Rasio Penagihan= x 100 %=92,62%
157.898 .099 .968

c. Tahun 2007

136.641 .860.757
Rasio Penagihan= x 100 %=96,47 %
141.646 .475 .602

d. Tahun 2008

lxxxiii
lxxxiv

53.045 .041.496
Rasio Penagihan= x 100 %=88,98 %
59.615 .233 .755

e. Tahun 2009

65.224 .646 .232


Rasio Penagihan= x 100 %=94,41 %
69.088.441 .402

Hasil perhitungan Rasio Penagihan diatas dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut :

Tabel 5.5

Hasil Perhitungan Rasio Penagihan Piutang

Tahun Jumlah Piutang Total Rasio

Tertagih (Rp) Piutang (Rp) Penagihan (%)

2005 123.705 .612.770 127.268 .919.479 97,20 %

2006 146.251.894 .149 157.898 .099.968 92,62 %

2007 136.641.860 .757 141.646 .475 .602 96,47 %

53.045 .041.496 59.615 .233.755 88,98 %


2008
65.224 .646 .232 69.088 .441.402 94,41 %
2009

Sumber : Data diolah, 2011

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa rasio penagihan perusahaan juga

mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 kinerja perusahaan

mengalami peningkatan, dimana rasio penagihan mencapai titik tertinggi yaitu sebesar

97,20 %. Hal ini terjadi karena perusahaan dapat memaksimalkan divisi

administrasi/penatausahaan piutang sehingga jumlah piutang tertagihnya menjadi Rp.

123.705.612.770,- walaupun jumlah total piutangnya meningkat menjadi Rp.

127.268.919.479,- Namun pada tahun 2006, terjadi penurunan rasio tagihan dari 97,20

% pada tahun 2005 menjadi 92,62 % atau naik turun 4,58 %. Hal ini disebabkan

lxxxiv
lxxxv

karena walaupun jumlah piutang tertagihnya meningkat yaitu sebesar Rp.

146.251.894.149,- disisi lain terjadi peningkatan total piutang sebesar Rp.

157.898.099.968,-. Pada tahun 2007, terjadi peningkatan rasio penagihan menjadi

sebesar 96,47 % dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena perusahaan dapat

meningkatkan kinerja bagian penagihan hingga jumlah piutang tertagih menjadi

sebesar Rp. 136.641.860.757,-.

Pada tahun 2008, kinerja rasio penagihan mencapai titik terendah yaitu sebesar

88,98%. Hal ini disebabkan karena jumlah total piutang yang sangat rendah yaitu

sebesar Rp. 59.615.233.755. Pada tahun 2009, rasio tunggakan mengalami

peningkatan yaitu menjadi 94,41% atau meningkat sebesar 5,43 % dari tahun

sebelumnya. Ini disebabkan terjadi peningkatan pada total piutangnya yaitu sebesar

Rp. 69.088.441.402,- dan terjadi peningkatan pada bagian penagihan yaitu sebesar Rp.

65.224.646.232.-.

BAB VI

lxxxv
lxxxvi

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan uraian-uraian pada bab sebelumnya, maka penulis

dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal Petikemas Makassar

dalam pelaksanaan menerapkan prosedur pengelolaan dan sistem pengendalian

piutang belum optimal untuk mengurangi jumalah piutang tak tertagih.

2. Rasio Perputaran Piutang (RTO) pada tahun 2005 sangat meningkat yaitu

sebesar 25,00 kali, sedangkan nilai RTO yang terendah yaitu pada tahun 2008

sebesar 9,44 kali. Peningkatan RTO di tahun 2005 yang mencapai nilai tertinggi

disebabkan tingginya tingkat kepedulian dan kerja sama dari manajemen.

3. Umur rata-rata pengumpulan piutang (Average Collection period-ACP) lebih

besar dari standar pengumpulan piutang yang diterapkan oleh perusahaan,

terutama nilai pada tahun 2008 dimana, nilai Average Collection Periodnya

mencapai 39 hari. Ini berarti perusahaan belum efektif dalam mengelola

piutang usahanya, sebab standar pengumpulan piutang yang diterapkan oleh

perusahaan adalah batas pelunasan atau tanggal jatuh tempo selambat-

lambatnya 8 (delapan) hari kalender sejak nota tagihan diterima oleh pengguna

jasa.

4. Dengan melihat persentase rasio tunggakan dan rasio penagihan, belum

berjalan secara efektif. Terutama pada kondisi tahun 2008 yang mencapai

11,02% pada rasio tunggakan dan 88,89% pada rasio penagihan. Jika bagian

lxxxvi
lxxxvii

administrasi atau penagihan mampu bekerja secara optimal sehingga hari rata-

rata penagihan dapat ditekan hingga sekecil mungkin, maka presentase

penagihan piutang akan terus meningkat sesuai dengan presentase penurunan

hari rata-rata penagihan.

5. PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal Petikemas masih

kurang optimal dan efektif dalam mengelola dan mengendalikan piutang

usahanya. Karena umur rata-rata pengumpulan piutang tidak sesuai dengan

standar kredit yang ditetapkan oleh perusahaan.

6.2 Saran

1. Hendaknya piutang dikendalikan dan dikelola dengan sebaik mungkin oleh

bagian administrasi atau penatausahaan piutang agar tingkat perputaran

piutang menjadi lebih baik, sehingga presentase penagihan dapat terus

meningkat dan sebaiknya mengurangi jumlah piutang yang tertunggak untuk

mencegah timbulnya risiko kerugian piutang.

2. Sebelum diterbitkan surat pengantar nota tagihan sebaiknya pihak pengguna

jasa diberitahukan terlebih dahulu mengenai sanksi dan denda yang dikenakan

apabila terjadi keterlambatan pembayaran nota tagihan sesuai dengan tanggal

jatuh tempo yang telah ditentukan.

3. Sebaliknya perusahaan membentuk tim khusus pengumpulan piutang atau

penagihan piutang untuk mempercepat proses pelunasan piutang agar tingkat

perputaran piutang dari tahun ke tahun semakin meningkat sehingga modal

yang diinvestasikan dalam piutang tidak terlalu besar.

lxxxvii
lxxxviii

DAFTAR PUSTAKA

lxxxviii
lxxxix

Adisaputra, Gunawan, 2003. Anggaran Perusahaan (Cetakan Kedua). BPFE ;


Yogyakarta.
Arista, Fany dan Baldric Siregar. 2009. Jurnal Ekonomi & Bisnis vol. 3, No. 1 Maret
2009. STIE; Yogyakarta.
Djarwanto. 2001. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan. BPFE ; Yogyakarta.
Gitusudarmono, Indriyo dan Basri H. 2002. Manajemen Keuangan Edisi Empat. BPFE ;
Yogyakarta.
Husnan, Suad. 2004. Pembelanjaan Perusahaan, Dasar-dasar Manajemen Keuangan
(Edisi Empat). Liberty ; Yogyakarta.
-----------------. 2004. Manajemen Keuangan teori dan Penerapannya. BPFE;
Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 1999. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat;
Jakarta.
Kasmir. 2002. Dasar-dasar Perbankan. PT. Raja Grafindo Persada ; Jakarta.
Kuswadi. Cara Mudah Memahami Angka dan Manajemen Keuangan bagi orang awam.
2004. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Martono dan Agus Harjito. 2008. Manajemen Keuangan (Cetakan Ketujuh).
EKONISIA ; Yogyakarta.
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat.
Munawir. 2004. Analisis Laporan Keuangan (Cetakan Kelima). Liberty ; Yogyakarta.
N. Anthony, Robert dan Vijay Govindarajan. 2005. Sistem Pengendalian Manajemen.
Jakarta : Salemba Empat.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta :
Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada.
Samsul, M. 1993. Sistem Akuntansi, Pendekatan Manajerial. Liberty ; Yogyakarta.
Syamsuddin, Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT. Raja Grafindo
Persada ; Jakarta.

DAFTAR ONLINE

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/14132/ho9rag_abstract.pdf

lxxxix
xc

http://repository.usu..ac.id/bitstream/123456789/8953/1/10e00425.pdf

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/26906/h10dha-abstract.pdf

xc

Anda mungkin juga menyukai