AKUNTANSI BIAYA
ACTIVITY BASED COSTING (ABC)
PT. FOXBAT memproduksi 2 jenis arloji, Model A dan Model B. Dalam mengalokasikan biaya
overhead pabrik, Foxbat selama ini memakai pembebanan biaya tradisional dengan menggunakan
dasar jam tenaga kerja langsung. Berikut data mengenai pembebanan biaya Foxbat pada bulan
Desember 2012:
Model A Model B
Volume Produksi 100 unit 75 unit
Bahan Baku Rp.12.500.000 Rp.35.000.000
Jam TKL Tarif upah perjam TKL=Rp.5.000,- 1.500 jam TKL 500 jam TKL
OHP OHP dibebankan dengan tariff
Rp.16.500 per jam TKL
Selama beberapa bulan terakhir, sejak Model B dilepas ke pasaran perusahaan mengalami
penurunan laba operasi. Setelah menyadari bahwa masalah yang dihadapi mungkin
terletak pada sistem pembebanan biaya, perusahaan mulai melirik pembebanan biaya
dengan menggunakan dasar aktivitas (Activity Based Costing). Berikut data mengenai
aktivitas penggerak dan biaya overhead pabriknya untuk Desember 2012:
Instruksi:
1. Hitunglah biaya manufaktur per-unit bila memakai Functional/Traditional
Costing!
2. Hitunglah biaya manufaktur per-unit bila memakai Activity Based Costing!
3. Asumsikan dirimu sebagai konsultan biaya, manakah yang lebih kamu sarankan
untuk perusahaan yang memiliki produk tunggal, Traditional Costing atau ABC?
Jelaskan alasannya!
4. Pada kasus seperti PT.Foxbat, manakah yang lebih kamu sarankan, memakai
Traditional Costing atau ABC! Jelaskan alasannya!
1. Biaya Manufaktur Per-Unit dengan Traditional Costing:
Untuk menghitung biaya manufaktur per-unit dengan Traditional Costing,
kita akan mengalokasikan biaya overhead pabrik berdasarkan dasar jam tenaga
kerja langsung.
Biaya overhead pabrik = (Tarif upah per jam TKL x Total jam TKL) + OHP
Biaya overhead pabrik Model A = (Rp.5.000,- x 1.500 jam TKL) + Rp.16.500,- x
1.500 jam TKL = Rp.39.000.000,-
Biaya overhead pabrik Model B = (Rp.5.000,- x 500 jam TKL) + Rp.16.500,- x
500 jam TKL = Rp.9.500.000,-