Anda di halaman 1dari 7

SPESIFIK ASI

METODE PELAKSANAAN

Paket Pekerjaan Konstruksi :

PENANGANAN LONGSORAN
RUAS JALAN BTS. KOTA MAROS– BTS. KAB. BONE (BA BUN)

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN 3.1 PROV. SULAWESI SELATAN

SATUAN KERJA PELAKSANAAN JALAN NASIONAL


WILAYAH III PROV. SULAWESI SELATAN

PROVINSI SULAWESI SELATAN


TAHUN ANGGARAN 2021
SPESIFIKASI
METODE PELAKSANAAN

PENANGANAN LONGSORAN
RUAS JALAN BTS. KOTA MAROS– BTS. KAB. BONE (BA BUN)

Metode pelaksanaan untuk pekerjaan utama yang dilaksanakan pada paket


Penanganan LongsoranRuas Jalan Bts. Kota Maros – Bts. Kab. Bone (BA BUN)
merujuk pada Spesifikasi Umum 2018 untuk pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan
Revisi 2 beserta lampirannya dengan ringkasan uraian sebagai berikut:

1. Galian Biasa

Metode Pelaksanaan Galian Biasa

- Lokasi pekerjaan ini akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan bersama-


sama kontraktor / penyedia jasa pada saat dilakukan rekayasa lapangan (field
engineering) pada periode mobilisasi;
- Permukaan galian digali dengan menggunakan alat Excavator
- Tanah lunak (Cadas) digali menggunakan alat, lalu dimuat kedalam truk untuk
diangkut ke lokasi yang telah ditentukan.
- Sisa hasi galian dibersihkan dengan menggunakan Air Compressor.
- Hasil galian dirapihkan oleh sekelompok pekerja sesuai dengan ukuran gambar
rencana

2. Geotekstil Separator klas 1

Metode Pelaksanaan Geotekstil Separator klas

- Geotextile harus digelarkan secara lepas tanpa kerutan atau lipatan berlebihan.
Geotextile harus digelar dengan arah mesin tegak lurus atau sejajar dengan as
timbunan seperti ditunjukkan pada gambar rencana. Arah tegak lurus dan sejajar
mesin harus saling berlawanan.

- Pada kondisi apapun, Geotextile tidak boleh diseret melalui lumpur atau di atas
benda tajam yang dapat merusak Geotextile. Lapis timbunan penutup harus
ditempatkan di atas Geotextile sedemikian rupa sehingga sekurang kurangnya
suatu lapisan setebal 200 mm berada antara Geotextile dan roda atau roda rantai
baja (track) .Ukuran dan berat dari alat berat harus dibatasi sehingga alur pada
penghamparan pertama di atas Geotextile tidak lebih dari 75 mm untuk
menghindari peregangan Geotextile yang berlebihan. Alat berat tidak
diperbolehkan berbelok pada hamparan timbunan pertama di atas Geotextile.
Pemadatan pada hamparan timbunan pertama di atas Geotextile harus dibatasi
hanya untuk alat penyebar tanah. Alat pemadat getar tidak boleh digunakan pada
hamparan timbunan pertama.
- Gundukan tanah atau metode berdasarkan rekomendasi Pabrik harus digunakan
untuk menahan Geotextile pada tempatnya sampai bahan timbunan penutup
telah ditempatkan.

- Jika Geotextile robek atau berlubang atau sambungan rusak, seperti ditunjukkan
oleh Geotextile yang rusak secara kasat mata, pemompaan (pumping) tanah
dasar, intrusi, atau distorsi badan jalan, urugan di sekeliling daerah yang rusak
atau berdeformasi harus dibongkar dan daerah yang rusak harus diperbaiki oleh
Kontraktor tanpa beban biaya pada Direksi Pekerjaan. Perbaikan harus meliputi
suatu tambalan Geotextile dengan jenis yang sama yang ditempatkan di atas
daerah yang rusak. Tambalan harus dijahit pada semua tepi.

- Konstruksi timbunan harus dilakukan secara simetris sepanjang waktu untuk


mencegah keruntuhan kapasitas daya dukung lokal di bawah timbunan atau
geser lateral atau gelincir timbunan. Setiap urugan yang ditempatkan di atas
Geotextile harus segera disebarkan. Gundukan persediaan tanah urugan di atas
Geotextile tidak diperbolehkan.

- Pemadat getar atau pemadat kaki domba tidak boleh digunakan untuk
memadatkan timbunan hingga sekurang-kurangnya 0,5 m timbunan telah
menutupi lapisan Geotextile terbawah dan sampai sekurang-kurangnya 0,3 m
timbunan telah menutupi lapisan Geotextile selanjutnya di atas Geotextile
terbawah.

- Geotextile harus di-pratarik sebelum penggelaran dengan menggunakan Metode


1 atau Metode 2 yang dijelaskan dalam Spesifikasi ini. Pemilihan metode tersebut
tergantung pada terbentuk atau tidaknya gelombang lumpur selama
penghamparan timbunan pertama atau kedua. Jika gelombang lumpur timbul
ketika timbunan didorong pada Geotextile lapis pertama, maka Metode 1 harus
digunakan.

- Metode 1 harus dilanjutkan hingga gelombang lumpur mulai menghilang saat


timbunan disebarkan. Ketika gelombang lumpur tidak terbentuk, Metode 2 dapat
digunakan sampai lapis Geotextile teratas tertutup timbunan minimum setebal 0,3
m. Metode konstruksi khusus ini tidak diperlukan untuk penghamparan timbunan
di atas ketinggian ini. Jika suatu gelombang lumpur tidak terbentuk ketika
timbunan didorong pada lapis pertama Geotextile, maka Metode 2 harus
digunakan di awal sampai lapis teratas Geotextile tertutup timbunan padat
minimum setebal 0,3 m.

- Metode 2
Setelah pembuatan lantai kerja (jika dibutuhkan), lapis pertama Geotextile
dihamparkan dengan arah melintang timbunan dan dijahit bersama. Geotextile
diregangkan secara manual untuk meyakinkan bahwa kerutan tidak terbentuk
pada Geotextile.
- Penghamparan timbunan harus dengan cara penumpahan ujung (end dumping)
dan disebarkan dari tepi Geotextile. Penghamparan pertama harus ditempatkan
sepanjang tepi luar Geotextile, untuk mengurung gelombang lumpur dan
membuat jalan akses yang diperlukan untuk menempatkan timbunan di tengah
timbunan. Lebar jalan akses ini harus sekitar 5m. Jalan akses di ujung Geotextile
harus mempunyai tinggi minimum terpasang 0,6 m.
- Setelah jalan akses mencapai panjang 15 m, penimbunan untuk jalan akses
harus terus dilakukan sebelum penimbunan bagian tengah. Panjang jalan akses
ini harus dipertahankan tetap 15 m di depan timbunan bagian tengah seperti
ditunjukkan pada gambar rencana. Dengan menjaga gelombang lumpur berada di
depan timbunan dan dengan mencegah pergerakan tepi Geotextile, maka
Geotextile akan tertarik secara efektif. Geotextile harus digelar tidak lebih dari 6m
di depan jalan akses untuk mencegah terjadinya tegangan berlebihan pada
jahitan Geotextile.
- Metode 2
Setelah pembuatan lantai kerja (jika dibutuhkan), lapis pertama Geotextile
dihamparkan dengan arah melintang timbunan dan dijahit bersama seperti pada
Metode 1. Penghamparan pertama timbunan harus disebarkan dari tepi
Geotextile. Penghamparan pertama dimulai di bagian tengah sebelum
penghamparan di bagian tepi luar seperti diperlihatkan pada gambar rencana.
Geotextile harus ditarik secara manual sebelum penghamparan timbunan.
Konstruksi timbunan harus dilanjutkan dengan cara tersebut untuk
penghamparan selanjutnya sampai lapisan Geotextile teratas telah tertutup oleh
timbunan padat setebal 0,3m.

3. Pasangan Batu

Metode Pelaksanaan Pasangan Batu untuk dinding Penahan Longsoran

- Pondasi untuk struktur pasangan batu harus disiapkan sesuai dengan syarat
untuk Galian.
- Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukkan pada Gambar, dasar pondasi untuk
struktur dinding penahan harus tegak lurus, atau bertangga yang juga tegak
lurus terhadap muka dari dinding. Untuk struktur lain, dasar pondasi harus
mendatar atau bertangga yang juga horisontal.
- Lapis landasan yang rembes air (permeable) dan kantung penyaring harus
disediakan bilamana disyaratkan sesuai dengan ketentuan dalam Drainase
Porous.
- Bilamana ditunjukkan dalam Gambar, atau yang diminta lain oleh Direksi
Pekerjaan, suatu pondasi beton mungkin diperlukan. Beton yang digunakan
harus memenuhi ketentuan.
- Landasan dari adukan baru paling sedikit 3 cm tebalnya harus dipasang pada
pondasi yang disiapkan sesaat sebelum penempatan masing-masing batu pada
lapisan pertama. Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapis dasar dan pada
sudut-sudut. Perhatian harus diberikan untuk menghindarkan pengelompokkan
batu yang berukuran sama.
- Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang
tampak harus dipasang sejajar dengan muka dinding dari batu yang terpasang.
- Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau memindahkan
batu yang telah terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk
memasang batu yang lebih besar dari ukuran yang dapat ditangani oleh dua
orang. Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada pekejaan yang baru
dipasang tidak diperkenankan.
- Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan
dalam waktu yang cukup untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik
jenuh. Landasan yang akan menerima setiap batu juga harus dibasahi dan
selanjutnya landasan dari adukan harus disebar pada sisi batu yang
bersebelahan dengan batu yang akan dipasang.
- Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm sampai 5 cm dan
merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga antara
batu yang dipasang terisi penuh.
- Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu haruslah
dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan baru yang belum
mengeras. Bilamana batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai
pengerasan awal, maka batu tersebut harus dibongkar, dan adukannya
dibersihkan dan batu tersebut dipasang lagi dengan adukan yang baru.
- Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan. Kecuali
ditunjukkan lain pada Gambar atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, lubang
sulingan harus ditempatkan dengan jarak antara tidak lebih dari 2 m dari sumbu
satu ke sumbu lainnya dan harus berdiameter 50 mm.
- Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan tanah, maka
delatasi harus dibentuk untuk panjang struktur tidak lebih dari 20 m. Delatasi
harus 30 mm lebarnya dan harus diteruskan sampai seluruh tinggi dinding. Batu
yang digunakan untuk pembentukan sambungan harus dipilih sedemikian rupa
sehingga membentuk sambungan tegak yang bersih dengan dimensi yang
disyaratkan di atas.
- Timbunan di belakang delatasi haruslah dari bahan Drainase Porous berbutir
kasar dengan gradasi menerus yang dipilih sedemikian hingga tanah yang
ditahan tidak dapat hanyut jika melewatinya, juga bahan Drainase Porous tidak
hanyut melewati sambungan.
- Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hampir rata dengan
permukaan pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup batu, sebagaimana
pekerjaan dilaksanakan.
- Terkecuali disyaratkan lain, permukaan horisontal dari seluruh pasangan batu
harus dikerjakan dengan tambahan adukan tahan cuaca setebal 2 cm, dan
dikerjakan sampai permukaan tersebut rata, mempunyai lereng melintang yang
dapat menjamin pengaliran air hujan, dan sudut yang dibulatkan. Lapisan tahan
cuaca tersebut harus dimasukkan ke dalam dimensi struktur yang disyaratkan.
- Segera setelah batu ditempatkan, dan sewaktu adukan masih baru, seluruh
permukaan batu harus dibersihkan dari bekas adukan.
- Permukaan yang telah selesai harus dirawat seperti yang disyaratkan untuk
Pekerjaan Beton.
- Bilamana pekerjaan pasangan batu yang dihasilkan cukup kuat, dan dalam
waktu yang tidak lebih dini dari 14 hari setelah pekerjaan pasangan selesai
dikerjakan, penimbunan kembali harus dilaksanakan seperti disyaratkan, atau
seperti diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sesuai dengan ketentuan yang
berkaitan dengan Timbunan, atau Drainase Porous.
- Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan untuk
memperoleh bidang antar muka rapat dan halus dengan pasangan batu
sehingga akan memberikan drainase yang lancar dan mencegah gerusan pada
tepi pekerjaan pasangan batu

4. Laston Lapis Antara Asbuton (AC-WC Asb)

Campuran beraspal (AC-BC Asb) adalah campuran panas antara Agregat dengan
bahan pengikat asphalt keras pen 60 yang campurannya menggunakan asbuton
butir dengankelas penetrasi 15 (0,1 mm) dan kadar abutmen 20 %, yang dicampur
di unit pencampuran Asphalt (UPA), dihampar dan dipadatkan dalam keadaan
panas pada temperatur tertentu, dengan ketebalan padat 6 cm.

Metode Pelaksanaan Laston Lapis Aus Asbuton (AC-WC Asb)

1. Lokasi pekerjaan ini akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan bersama-


sama kontraktor / penyedia jasa pada saat dilakukan rekayasa lapangan (field
engineering) pada periode mobilisasi;
2. Pekerjaan ini akan dilaksanakan dengan jadwal sedini mungkin (periode
mobilisasi) sehingga dapat memaksimumkan keuntungan bagi pemakai jalan.
3. Bahan yang digunakan adalah berupa campuran aspal panas (yang disetujui
Direksi Pekerjaan) yang diproduksi di base camp Jenis campuran aspal panas
yang digunakan adalah AC BC Asb;
4. Agregat yang digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar
campuran beraspal yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumusan yang
memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam tabel 6.3.3 1a sampai dengan
tabel 6.3.3.1d. agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahului
oleh pengawas pekerjaan;
5. Wheel Loader memuat dari Stock File ke Hot Bin, kemudian bersama-sama
dengan Asphalt Asbuton butir di campur di unit pencampuran asphalt dengan
komposisi yang telah disetujui dump truck membawa campuran asphalt panas
kelokasi pekerjaan. Campuran dihampar dengan menggunakan Asphalt
Finisher, kemudian pemadatan awal oleh Tandem Roller, pemadatan utama
oleh Type Roller dan pemadatan akhir kembali dengan Tandem Roller . lintasan
pemadatan dilakukan sesuai jumlah lintasan yang telah disetujui. Semua
rentang suhu yang disyaratkan selama proses ini harus tetap dijaga untuk
mendapatkan kepadatan yang optimum. Selama penghamparan, sekelompok
pekerja akan merapihkan tepian sambungan hamparan secara manual,
sebagian lagi bertugas mengatur lalu lintas yang lewat.
6. Peralatan yang digunakan adalah : Wheel Loader, Asphalt Mixing Plant +
Genset, Asphalt Finisher, Tandem Roller, Pneumatic Type Roller, Dump Truck,
dan alat bantu.

Adapun spesifikasi metode setiap item pekerjaan lainnya merujuk pada


Spesifikasi Umum 2018 untuk pekerjaan Kontruksi Jalan dan Jembatan dan revisinya
(Revisi 2). (terlampir)

Maros, Oktober 2020


Pejabat Pembuat Komitmen 3.1
Provinsi Sulawesi Selatan

LEATEMIA LEONARDO, ST. MT


NIP. 197508072009111002

Anda mungkin juga menyukai