Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tas memiliki beragam bentuk dan cara penggunaannya yang berbeda-beda.

Tas punggung atau back pack merupakan salah satu tas yang banyak digemari untuk

digunakan, yang terbuat dari kain dan digendong di punggung, serta ditopang

dengan dua tali yang ditempatkan di bahu. Tas punggung sangat praktis apabila

digunakan secara tepat. Berbagai jenis tas punggung memiliki sejumlah kantong

yang dapat membantu siswa untuk mengatur perlengkapan sekolah yang dibawa

selain buku. Namun kini, tas punggung yang disertai dengan beban yang berat dapat

menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini tidak terlepas dari barang ataupun

perlengkapan belajar yang dibawa oleh siswa.

Beberapa faktor yang berkaitan dengan beban pada tas punggung yaitu

jumlah mata pelajaran dan waktu pelajaran. Setiap hari jadwal pelajaran siswa

berbeda-beda dan mengakibatkan jumlah mata pelajaran yang berlangsung juga

berbeda. Hal ini menyebabkan siswa harus menyesuaikan barang atau perlengkapan

belajar yang akan dibawa. Selain itu sekolah tertentu biasanya menetapkan waktu

tambahan belajar seperti, pembinaan tambahan yang berlangsung sampai dengan

sore hari, sehingga menyebabkan perlengkapan belajar yang dibawa siswa

bertambah. Tentu hal tersebut berkontribusi terhadap beban yang ditempatkan di

tas punggung siswa. Tas punggung yang digunakan hendaknya memberikan

1
2

kenyamanan bagi siswa sehingga berdampak baik pada kesehatan siswa. Beban

yang berat dapat mengurangi kualitas kesehatan siswa khususnya yang berkaitan

dengan keluhan muskuloskeletal dan kelelahan (Haidar, et al., 2015; Wiguna dan

Adiatmika, 2019).

Miranda, et al. (2019) menyatakan bahwa beban dari tas punggung siswa

menyebabkan kerusakan dan cedera pada jaringan lunak di bagian pundak dan

mengakibatkan kerusakan mikrostruktural pada saraf. Beban yang diberikan secara

terus menerus mengakibatkan dampak seperti iritasi ringan, kapasitas saraf

menurun, keluhan pada sistem muskuloskeletal, kemampuan otot terbatas, dan

gerakan terutama pada bagian tangan akan terhambat (Miranda, et al., 2019;

Sariana dan Sudarsono, 2020). Selain itu menggunakan tas punggung yang berat

dapat menjadi risiko berbahaya yang menyebabkan siswa mengalami nyeri leher

dan punggung (Haidar, et al., 2015; Husmarika, et al., 2019). Tas punggung dengan

beban yang berat dan tidak digunakan dengan benar dapat menimbulkan

permasalahan, antara lain: perubahan gaya berjalan, keluhan muskuloskeletal,

perubahan postur tubuh dan nyeri punggung (Dumondor, et al., 2015; Lisanti, et

al., 2017). Menurut Dewantari, et al. (2017) penggunaan tas punggung yang berat

dan secara berulang mengkibatkan keluhan patologis pada punggung dan

perubahannya tidak dapat kembali kekeadaan semula (irreversible), karena ligamen

dan tulang belakang mengalami fungsi yang menurun sejalan dengan pertumbuhan

seseorang.

Keluhan muskuloskeletal umumnya terjadi karena aktivitas kerja dan kondisi

pekerjaan yang tidak ergonomis atau tidak fisiologis (Prawira, et al., 2017; Marcilin

dan Situngkir, 2020). Hal tersebut mengakibatkan peregangan otot yang berlebihan
3

dengan pembebanan yang lama dan konsekuensinya mengakibatkan kerusakan

pada jaringan halus yang mencakup saraf, tendon, dan otot (Utami, et al., 2017;

Sutajaya, 2019). Sedangkan perubahan tubuh yang meliputi rasa sakit, bola mata

terasa berat, kelambanan aktivitas motoris dan respirasi, serta menurunnya motivasi

merupakan keadaan yang tercermin saat seseorang mengalami kelelahan (Sutajaya,

2014; Hastuti, et al., 2017).

Dampak dari keluhan muskuloskeletal dan kelelahan dapat memengaruhi

semangat belajar siswa. Semangat siswa dalam mengikuti pelajaran akan

berkurang, karena gangguan kesehatan dari penggunaan tas punggung yang

melebihi kapasitas tubuhnya dilihat dari persentase berat badan. Hal tersebut

mengakibatkan siswa tidak dapat secara optimal mencapai hasil belajar yang

diinginkan. Keluhan muskuloskeletal dan kelelahan yang dirasakan oleh siswa, juga

menandakan bahwa ketidaksiapan siswa dari segi fisik untuk melakukan suatu

aktivitas, salah satunya dalam mengikuti proses pembelajaran. Dampak dari

keluhan muskuloskeletal dan kelelahan akan memengaruhi proses pembelajaran

yang meliputi: ketelitian, kecepatan, dan konstansi siswa (Hastuti, et al, 2017;

Sutajaya, 2018).

Menurut Ferdian, et al. (2018) menyatakan setiap mengikuti pembelajaran

kesiapan dari siswa baik secara fisik maupun psikis sangat diperlukan. Kesiapan

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran akan menentukan kualitas proses dan

hasil belajar siswa tersebut. Kesiapan fisik siswa dapat dilihat dari beberapa

indikator yaitu kesehatan fisik, mengantuk, dan kelelahan dalam mengikuti proses

pembelajaran. Kesehatan fisik berupa kesehatan penglihatan dan pendengaran,

dapat menandakan siswa dalam kondisi baik atau tidak saat mengikuti proses
4

pembelajaran. Kondisi fisik yang baik dapat menyebabkan siswa bersemangat

dalam belajar sehingga siswa akan berpartisipasi aktif dan memahami pelajaran

dengan mudah (Slameto, 2010; Ferdian, et al., 2018).

Kesiapan psikis siswa dapat dilihat dari konsentrasi, kondisi mental dan

emosional siswa. Siswa yang siap dalam kondisi tersebut akan memiliki hasrat atau

motivasi untuk mengikuti pembelajaran, berkonsentrasi optimal, dan memusatkan

perhatian pada seluruh pembelajaran. Siswa yang berada dalam kondisi mental dan

emosional baik, akan memudahkan memahami materi dan lebih menghargai proses

pembelajaran yang diberikan oleh guru. Siswa yang memiliki kondisi psikis kurang

baik akan merasa cepat jenuh, gelisah, tertekan, dan emosional saat mengikuti

proses pembelajaran (Effendi, 2017; Ferdian, et al., 2018).

Siswa di SMA Negeri 1 Denpasar menggunakan tas untuk menampung

perlengkapan sekolahnya. Siswa dominan menggunakan jenis tas punggung

dibandingkan dengan jenis tas lainnya seperti tas selempang, hand bag, dan tote

bag. Berdasarkan hasil wawancara dengan 79 siswa, penggunaan tas punggung

lebih diminati karena daya tampung tas punggung lebih banyak. Barang bawaan

atau perlengkapan yang dibawa siswa antara lain: buku pelajaran, kotak pensil,

laptop, dompet, payung, kotak makanan, dan botol minuman. Berdasarkan jumlah

perlengkapan yang dibawa, tas punggung lebih banyak digunakan karena dapat

menampung semua perlengkapan tersebut. Berat tas yang dibawa siswa berkisar

antara 5 s.d. 13 kg. Persentase berat beban tas punggung yang boleh digunakan

tidak lebih dari 15% dari berat badan siswa (ACA, 2011). Adapun dari 79 siswa,

terdapat 36 orang siswa (46%) yang menggunakan beban tas melebihi batas
5

rekomendasi berat tas (>15% berat badan) dan 43 orang siswa (54%) menggunakan

tas dengan beban 10 s.d. 15% berat badannya.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan terhadap 39 orang siswa di kelas XI

MIPA 3, diperoleh data bahwa seluruh siswa yang berjumlah 39 orang

menggunakan tas punggung. Hasil analisis data menunjukkan nilai rerata keluhan

muskuloskeletal yaitu saat sebelum penggunaan tas punggung sebesar 42,17 dan

rerata keluhan muskuloskeletal sesudah penggunaan tas punggung yaitu 83,16.

Keluhan muskuloskeletal yang dialami siswa tergolong ke dalam kategori sedang

dan berat. Berdasarkan data tersebut menandakan bahwa terjadi peningkatan

keluhan muskuloskeletal antara sebelum dan sesudah penggunaan tas punggung

sebesar 49,29%, akibat penggunaan tas pungggung dengan beban yang melebihi

batas rekomendasi berat tas maksimal (lebih dari 15% berat badan).

Sedangkan nilai rerata kelelahan saat sebelum penggunaan tas punggung

yaitu 53,54 dan rerata kelelahan setelah penggunaan tas punggung yaitu 83,69.

Kelelahan yang dialami siswa tergolong ke dalam kategori tidak lelah dan agak

lelah. Berdasarkan data tersebut menandakan bahwa terjadi peningkatan kelelahan

antara sebelum dan sesudah penggunaan tas punggung yaitu sebesar 36,02%, akibat

penggunaan tas pungggung dengan beban yang melebihi batas rekomendasi berat

tas maksimal (lebih dari 15% berat badan).

Hasil studi pendahuluan mengenai hasil belajar siswa, yaitu diperoleh rerata

hasil belajar sebesar 66,41 dan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang

ditetapkan di SMA Negeri 1 Denpasar, yaitu sebesar 70 yang artinya hasil belajar

dari siswa kelas XI MIPA 3 dikategorikan rendah. Hasil analisis kontribusi keluhan
6

muskuloskeletal dan kelelahan terhadap hasil belajar, yaitu tidak adanya perbedaan

yang signifikan, yang artinya bahwa keluhan muskuloskeletal dan kelelahan tidak

berkontribusi tehadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan hal tersebut variasi beban pada penggunaan tas punggung yang

mengakibatkan pebedaan keluhan muskuloskeletal dan kelelahan perlu diteliti serta

kontribusinya terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Penggunaan tas punggung

dengan beban lebih dari 15% berat badan siswa dapat mengakibatkan cedera pada

otot dan perubahan psikologis (kelelahan). Keluhan muskuloskeletal dan kelelahan

siswa juga perlu diperhatikan karena akan memungkinkan dampak buruk pada hasil

belajar siswa. Keluhan muskuloskeletal dan kelelahan dapat diminimalisir dengan

penggunaan tas punggung yang mengacu pada ergonomi. Berkurangnya keluhan

muskuloskeletal dan kelelahan pada siswa mengakibatkan siswa dapat mengikuti

pembelajaran secara optimal dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang

diharapkan.

1.2 Identifikasi Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut.

1. Beban tas punggung yang digunakan siswa melebihi batas kapasitas angkut

siswa yaitu lebih dari 15% berat badannya.

2. Keluhan muskuloskeletal siswa meningkat antara sebelum dan sesudah

penggunaan tas punggung dengan berat beban berkisar antara 5 s.d. 13 kg,

yang melebihi kapasitas angkut siswa yaitu lebih dari 15% berat badannya
7

3. Kelelahan siswa meningkat antara sebelum dan sesudah penggunaan tas

punggung dengan berat beban berkisar antara 5 s.d. 13 kg, yang melebihi

kapasitas angkut siswa yaitu lebih dari 15% berat badannya.

4. Keluhan muskuloskeletal dan kelelahan diakibatkan oleh durasi penggunaan

tas punggung yang melebihi 15% berat badan siswa yaitu berdurasi 15 menit.

5. Keluhan muskuloskeletal dan kelelahan siswa berkontribusi terhadap hasil

belajar siswa karena dapat menurunkan kualitas kesehatan.

6. Kurangnya perhatian siswa terhadap beban tas punggung maksimal yang

dapat menyebabkan keluhan muskuloskeletal dan kelelahan.

1.3 Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini permasalahan yang diteliti dibatasi pada masalah yang

berkaitan dengan penggunaan tas punggung pada siswa SMA Negeri 1 Denpasar.

Penelitian ini hanya mengungkap keluhan muskuloskeletal dan kelelahan sebagai

akibat dari variasi beban di dalam tas punggung dan kontribusinya terhadap hasil

belajar siswa. Pembatasan terhadap permasalahan tersebut disebabkan oleh

terbatasnya waktu, kemampuan, biaya peneliti, instrumen penelitian, variabel yang

bisa diteliti, dan subjek yang bisa dilibatkan dalam penelitian. Selain itu aktivitas

subjek sebelum diteliti yang sulit dipantau dan dikendalikan, sehingga peneliti

melakukan wawancara dan observasi melalui daring (dalam jaringan) untuk

mengatasi keterbatasan tersebut.


8

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tesebut dapat dibuat rumusan masalah

sebagai berikut.

1. Apakah variasi beban pada tas punggung dapat mengakibatkan perbedaan

keluhan muskuloskeletal siswa?

2. Apakah variasi beban pada tas punggung dapat mengakibatkan perbedaan

kelelahan siswa?

3. Apakah keluhan muskuloskeletal berkontribusi terhadap hasil belajar siswa?

4. Apakah kelelahan berkontribusi terhadap hasil belajar siswa?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat dibuat tujuan yang

diharapkan pada penelitian ini sebagai berikut.

1. Mengetahui variasi beban pada tas punggung dapat mengakibatkan

perbedaan keluhan muskuloskeletal siswa.

2. Mengetahui variasi beban pada tas punggung dapat mengakibatkan

perbedaan kelelahan siswa.

3. Mengetahui keluhan muskuloskeletal berkontribusi terhadap hasil belajar

siswa.

4. Mengetahui kelelahan berkontribusi terhadap hasil belajar siswa.


9

1.6 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis

sebagai berikut.

1.6.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Digunakan sebagai acuan dalam penggunaan tas punggung bagi siswa agar

sesuai dengan kaidah-kaidah ergonomi.

2. Digunakan sebagai sumber informasi tambahan bagi peneliti lainnya saat

melakukan penelitian terkait tas punggung.

3. Dapat menunjang pengembangan ilmu pengetahuan bagi peneliti utamanya

yang berkaitan dengan ergonomi.

1.6.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi siswa dapat diimplementasikan dalam mengatur beban pada tas

punggung agar tidak menyebabkan keluhan muskuloskeletal dan kelelahan

yang nantinya dapat mengganggu proses pembelajaran.

2. Bagi siswa dapat diimplementasikan agar hasil belajar meningkat tanpa

terganggu oleh keluhan muskuloskeletal dan kelelahan akibat penggunaan tas

punggung.

3. Bagi sekolah dapat diimplementasikan dalam pendidikan untuk

meminimalisir gangguan kesehatan siswa akibat pengunaan tas punggung

yang tidak sesuai.


10

4. Bagi pemerintah dapat diimplementasikan pada lembaga pendidikan jika

terdapat masalah yang serupa dengan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai