Anda di halaman 1dari 24

SURVEI SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN JASMANI

OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASKES) DI SMA NEGERI 1


MOOTILANGO KAB. GORONTALO

PROPOSAL

Oleh
SUNANDY R. DUMBELA
NIM. 831417097

PRODI S1 PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


JURUSAN PENDIDIKAN KEOLAHRAGAAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi

berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Dengan adanya

pendidikan, maka akan timbul dalam diri seseorang untuk berlomba-lomba dan

memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan

merupakan salah satu syarat untuk lebih memajukan pemerintahan ini, maka

usahakan pendidikan mulai dari tingkat SD sampai pendidikan di tingkat

Universitas. Pada intinya pendidikan itu bertujuan untuk membentuk karakter

seseorang untuk menjadi lebih baik sebagai mahkluk individu dan mahkluk

social.

Pendidikan olahraga adalah sebuah kurikulum dan pengembangan model

pengajaran, dalam pengembangan program pendidikan jasmani di sekolah.

Pendidikan olahraga mempunyai potensi untuk revolusi pendidikan jasmani.

Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan mata pelajaran yang

penting, karena membantu mengembangkan siswa sebagai individu dan mahkluk

sosial agar tumbuh dan berkembang secara wajar. Ini dikarenakan pelaksanaan

dalam pendidikan jasmani mengutamakan aktivitas jasmani khususnya olahraga

dan kebiasaan hidup sehat. Proses transfer ilmu pengetahuan tersebut memerlukan

suatu alat atau media, sehingga mempermudah dalam proses pentransferan ilmu
pengetahuan. Media atau alat dalam pendidikan di dunia olahraga dapat dikatakan

sebagai sarana dan prasarana.

Kurang sesuainya sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani

akan membuat proses pembelajaran menjadi kurang lancar dan tujuan

pembelajaran tidak sepenuhnya tercapai karena kurangnya sarana pendidikan

jasmani dapat menghambat memanipulasi gerak pada siswa. Siswa akan

mengantri dalam pergantian menggunakan peralatan pendidikan jasmani, siswa

akan menjadi bosan dan siswa banyak beristirahat. Ini akan mengakibatkan

kebugaran tidak akan tercapai.

Kurang sesuainya sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani

akan membuat proses pembelajaran menjadi kurang lancar dan tujuan

pembelajaran tidak sepenuhnya tercapai karena kurangnya sarana pendidikan

jasmani dapat menghambat memanipulasi gerak pada siswa. Siswa akan

mengantri dalam pergantian menggunakan peralatan pendidikan jasmani, siswa

akan menjadi bosan dan siswa banyak beristirahat.

Maka dari itu peran sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan

jasmani sangatlah penting. Dengan adanya sarana dan prasarana yang baik dan

mencukupi, sangat membantu guru pendidikan jasmani dalam memberikan

pembelajaran. Guru akan lebih mudah dan terarah dalam menyampaikan materi

dengan berbagai variasi dan metode pembelajaran.

Masih banyak SMA yang belum memiliki fasilitas lapangan atau halaman

yang memadai untuk pembelajaran pendidikan jasmani. Selain itu juga belum
dimilikinya sarana peralatan pendidikan jasmani salah satunya di SMA Negeri 1

Mootilango.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan di atas

mendorong penulis untuk mengadakan penelitian lebih dalam tentang bagaimana

keadaan sarana dan prasarana pendidikan jasmani di SMA Negeri 1 Mootilango

Oleh karena itu, Peneliti berusaha mencari fakta yang ada di lapangan untuk dapat

diambil kesimpulan terhadap keadaan sarana dan prasarana pendidikan jasmani

yang tersedia di SMA Negeri 1 Mootilango.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah di kemukakan di atas maka

bisa di kemukakan identifikasi masalah sebagai berikut :

1.2.1 Pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sangat

membosankan

1.2.2 Minat siswa untuk mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan (Penjaskes) kurang

1.2.3 Sarana dan pra sarana pendidikan jasmani olahraga, dan kesehatan

(Penjaskes) kurang mendukung

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, tidak semua

permasalahan dijadikan masalah penelitian oleh peneliti. Dalam penelitian ini,

peneliti hanya membatasi pada survey sarana dan prasarana Pendidikan Jasmani

Olahraga, dan Kesehatan (Penjeaskes) di SMA Negeri 1 Mootilango.


1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka

rumusan masalah yang saya bawakan yaitu, Bagaimana kondisi sarana dan

prasarana Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan yang ada di SMA Negeri

1 Mootilango memenuhi standar?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui kondisi sarana dan prasarana Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan di SMA Negeri 1 Mootilango.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan di bidang olahraga dan para insan olahraga tentang bagaimana

keadaan sarana dan prasarana pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

yang ada di SMA Negeri 1 Mootilango.

1.6.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Peniliti

Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber

referensi bagi para peneliti selanjutnya agar dapat melakukan

penelitian yang lebih berkualitas lagi.

b. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat lebih meningkatkan kemampuan

dalam kegiatan olahraga dalam perkuliahan.

c. Bagi Sekolah

Sebagai kajian dalam upaya sekolah untuk meningkatkan

sarana dan prasarana pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang

ada di SMA Negeri 1 Mootilango.

d. Bagi Masyarakat

Memberikan wawasan dan gambaran kepada masyarakat luas

pada umumnya tentang sarana dan prasarana pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan yang ada di SMA Negeri 1 Mootilango.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakekat Sarana Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Data terbaru per 2016, 88,8 persen sekolah di Indonesia mulai SD hingga

SMA/SMK belum melewati mutu standar pelayanan minimal. Pada Pendidikan Dasar

hingga kini layanan pendidikan mulai dari guru, bangunan sekolah, fasilitas

perpustakaan dan laboratorium, buku-buku pelajaran dan pengayaan serta buku-buku

referensi minim. Pada jenjang sekolah dasar (SD) baru 3,29 persen dari 146.904 yang

masuk kategori sekolah standar nasional, 51,71 persen kategori standar minimal dan

44,84 persen dibawah standar pendidkan minimal. Pada jenjang SMP 28,41 persen

dari 34.185 artinya 44,45 persen berstandar minimla dan 26 persen tidak memnuhi

standar pelayanan minimal. Data Balitbang Depdiknas 2003 juga menyebutkan untuk

satuan SD, dari seluruh ruang kelas dari 146.052 lembaga yang akan menampung

25.918.898 siswa, 42,12 persen dalam kondisi baik, 34,62 persen rusak ringan dan

23,26 persen rusak berat (jumlah ruangan kelas adalah 865.258 buah). Keadaan ini

juga terjadi di SMP, MTs, SMA dan MA. Hal tersebut membuktikan bahwa

pendidikan di Indonesia tidak terpenuhi sarana prasarana pendidikannya. (Mona

Novita, 2017)

Sarana atau alat mengacu pada segala sesuatu yang diperlukan dalam

pembelajaran jasmani, mudah dipindahkan bahkan dibawa oleh pelaku atau siswa,

contoh: bola, raket, pemukul, tongkat, balok, selendang, gada bed, shuttle cock, dan
lain-lain. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam

mencapai maksud tujuan (Agus S. Suryobroto dalam Imam Dwi Saputro 2014)

Soepartono dalam Latifah Anis Angga Dewi (2016) sarana pendidikan

jasmani adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam

pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani. Sarana olahraga dapat

dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:

1. Peralatan (apparatus)

Peralatan adalah sebuah yang digunakan, contoh: palang tunggal, palang

sejajar, gelang dan lain-lain

2. Perlengkapan (device)

Pertama, sesuatu yang melengkapi kebutuhan prasarana, antara lain net,

garis batas, bendera untuk batas

Kedua, sesuatu yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan tangan

atau kaki, antara lain: bola, raket, pemukul.

Berdasarkan dasar teori yang di kemukakan para ahli di atas maka peneliti

menyimpulkan bahawa dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani apabila

didukung dengan sarana yang baik dan mencukupi, maka anak didik atau siswa

bahkan guru akan dapat menggunakan sarana tersebut dengan baik dan maksimal.

Tentunya anak didik atau siswa tersebut akan merasa senang bahkan puas dalam

memakai sarana yang terdapat disekolahnya. Dengan memiliki sarana yang

memenuhi standar maka anak atau siswa dapat mengembangkan keinginannya untuk

terus mencoba olahraga yang disenanginya.


2.1.2 Hakekat Prasarana Pendidikan Jasmani Olaharaga dan Kesehatan

Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama

terselenggarakannya suatu proses, Dalam olahraga prasarana adalah sesuatu yang

mempermudah atau memperlancar tugas dan memiliki sifat yang permanen, salah

satu sifat tersebut adalah susah dipindahkan. Berdasarkan definisi tersebut dapat

disebutkan beberapa contoh prasarana olahraga yaitu: lapangan bola basket, lapangan

tenis, gedung olahraga, stadion sepak bola, stadion atletik, dan lainlain. Berdasarkan

sifatnya. (Suryobroto dalam Imam Dwi Saputro 2014)

Menurut Soepartono (dalam Muhammad Aufal Azdy 2019), prasarana

pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan adalah sesuatu yang

merupakan penunjang terlaksananya suatu proses pembelajaran Pendidikan Jasmani

Olahraga dan Kesehatan. Dala pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga, prasarana

didefinisikan sebagai sesuatu yang mempermudah dan memperlancar proses. Salah

satu sifat yang dimiliki oleh prasarana Pendidikan Jasmani Olahraga adalah sifatnya

yang relatif permanen atau susah untuk dipindah. Prasarana Pendidikan Jasmani

Olahraga yang dimaksud dalam pendapat tersebut dapat diartikan sebagai prasarana

dengan ukuran standar, seperti lapangan bola basket, lapangan tenis, gedung olahraga

(hall), stadion sepak bola, dan stadion atletik. Gedung olahraga merupakan prasarana

berfungsi serbaguna yang secara berganti-ganti dapat digunakan untuk pertandingan

beberapa cabang olahraga. Gedung olahraga dapat digunakan sebagai prasarana

pertandingan bola voli dan prasarana pertandingan bulutangkis. Sedangkan stadion

atletik didalamnya termasuk lapangan lompat jauh, lapangan lemar cakram, lintasan
lari dan lain-lain. Seringkali stadion atletik dipakai sebagai prasarana pertandingan

sepak bola yang memenuhi syarat pula. Contohnya stadion utama di Senayan.

Menurut Agus S. Suryobroto (dalam imam dwi saputro 2014) persyaratan

saran dan prasarana pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah:

1. Aman, merupakan syarat paling utama yaitu sarana dan prasarana pendidikan

jasmani harus terhindar dari unsur bahaya.

2. Mudah dan murah, sarana dan prasarana pendidikan jasmani mudah

didapat/disiapkan/diadakan dan jika membeli tidak mahal harganya, tetapi

juga tidak mudah rusak.

3. Menarik, sarana dan prasarana yang baik, jika menarik bagi penggunanya

artinya siswa senang dalam menggunakannya, bukan sebaliknya. Jangan

dengan adanya sarana dan prasarana menjasdikan siswa takut untuk

beraktivitas

4. Memacu untuk bergerak, dengan adanya sarana dan prasarana pendidikan

jasmani maka siswa akan lebih terpacu untuk bergerak.

5. Sesuai dengan kebutuhan, dalam menyediakan sarana dan prasarana

hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan siswa atau penggunanya.

6. Sesuai dengan tujuan, sarana dan prasarana hendaknya disesuaikan dengan

tujuannya, maksudnya jika sarana dan prasarana tersebut akan digunakan

untuk mengukur kekuatan yang sesuai dengan tujuan tersebut.

7. Tidak mudah rusak, hendaknya sarana dan prasarana pendidikan jasmani

tidak mudah rusak, meskipun harganya murah.


8. Sesuai dengan lingkungan, sarana dan prasarana yang digunakan untuk

pembelajaran jasmani hendaknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi

lingkungan.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pendidikan jasmani tidak dapat

berjalan dengan efektif dan efisien dalam pembelajaran bila tidak memiliki sarana

dan prasarana atau fasilitas yang memadai, mengingat hampir semua materi

memerlukan berbagai jenis sarana dan prasarana atau fasilitas yang sejenis. Dari

pendapat yang dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan bahwa prasarana

pendidikan jasmani adalah hal yang vital dalam kelangsungan proses pembelajaran

jasmani. Prasarana adalah fasilitas dasar yang digunakan untuk menjalankan fungsi

satuan pendidikan jasmani.Prasarana bersifat permanen (fasilitas) ataupun semi

permanen (perkakas).

Prasarana pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga di sekolah untuk

tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas

dengan 6-10 kelas dan jumlah siswa 150-250 siswa. Diperlukan area seluas 8

m2/siswa untuk prasarana sekolah ditambah 1.400 m2 untuk prasarana pembelajaran

Pendidikan Jasmani Olahraga. Disini sudah ada bangsal tertutup dan bangsal terbuka.

Prasarana pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga di sekolah untuk tingkat

Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas dengan 18

kelas dan jumlah siswa 450-500 siswa diperlukan arena untuk prasarana sekolah 8 m2

siswa ditambah 2.000 m2 untuk prasarana pembelajaran Pendidikan Jasmani

Olahraga.
Selain mengacu pada standar umum prasarana sekolah dan olahraga dari

Soepartono tersebut, penulis juga berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang standar sarana dan

prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah

Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah

Aliyah (SMA/MA).

Tabel : 2.1 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Tempat Bermain/Berolahraga


No Jenis Rasio Deskripsi
1 Peralatan Bola Voli 2 set/sekolah Minimal 6 Bola
2 Peralatan Sepak Bola 1 set/sekolah Minimal 6 bola
3 Peralatan Bola Basket 1 set/sekolah Minimal 6 bola
4 Peralatan Senam 1 set/sekolah Minimum matras, peti
loncat, tali loncat, simpai,
bola plastik, tongkat,
palang tunggal, gelang
5 Peralatan Atletik 1 Set/sekolah Minimum lembing,
cakram, peluru, tongkat
estafet, bak loncat
Peraturan Mendiknas RI (2007: 69)

Brdasarkan beberapa teori yang telah di kemukakan maka bisa di simpulkan

bahwa prasarana olahraga memang harus dituntut untuk memenuhi persyaratan yang

ada, selain itu sarana dan prasarana harus lengkap dan kondisinya harus baik.

2.1.3 Tujuan Sarana dan Prasarana Penjaskes

Faozan Fiansyah (2014:11) mengemukakan bahwa sarana dan prasarana

pendidikan jasmani bertujuan untuk: 1) “Memotivasi siswa dalam pembelajaran”.

Dengan adanya sarana dan prasarana pendidikan jasmani dapat lebih memotivasi

siswa dalam bersikap, berpikir dan melakukan aktivitas jasmani atau fisik. 2)
“Memudahkan gerakan”. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai, maka

akan memperlancar siswa dalam melakukan gerakan pada proses pembelajran

jasmani. 3) “Menjadi tolak ukur keberhasilan”. Siswa dengan adanya sarana dan

prasarana akan mudah untuk mengukur tingkat keberhasilan mereka. Seperti alat ukur

dalam lompat tinggi, stopwatch. 4) “Menarik perhatian siswa”. Siswa akan tertarik

ketika proses pembelajaran jasmani menggunakan alat untuk melakukan aktivitas.

Setiap pokok bahasan memerlukan sarana dan prasarana pembelajaran yang berbeda.

Agar sarana dan prasarana benar-benar dapat membantu dalam pencapaian tujuan

pembelajaran pendidikan jasmani maka dalam penggunaan dan pemilihannya harus

tepat.

Adapun jenis-jenis sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani di

Sekolah Menengah Pertama yaitu:

1. Permainan

Pembelajaran permainan terdiri dari enam macam permainan yaitu:

sepakbola, basket, voli, bulutangkis, tenis meja, tenis lapangan. Sarana dan

prasarana yang digunakan antara lain: bola sepak, bola basket, bola voli, raket,

bet, net, meja tenis, ring dan papan basket, lapangan basket, lapangan voli.

2. Atletik

 Jalan dan Lari Pada jalan dan lari diperlukan alat seperti star block,

bendera start, stopwatch. Sedangkan fasilitas yang diperlukan adalah

lintasan lari atau lapangan terbuka.


 Nomor Lompat Sarana dan prasarana serta alat pada nomor lompat

terdiri dari: meteran gulung bendera kecil, mistar lompat, tiang mistar,

cangkul, bak pasir, balok tumpuan, matras.

 Nomor Lempar Memerlukan sarana dan prasarana seperti: cakram,

peluru, lembing, meteran gulung, bendera kecil, lapangan terbuka dan

luas.

3. Senam

Pada proses pembelajaran senam terdiri dari senam dasar, senam

irama, senam lantai. Sarana dan prasarana yang mendukung yaitu: matras,

busa, tali, peti lompat, tape recorder, tongkat, balok titian, dan ruangan yang

bisa digunakan untuk senam.

4. Kegiatan Pilihan

Dalam kegiatan pilihan setiap sekolah mempunyai pilihan yang

berbeda, kegiatan ini biasnaya pada protgram ekstrakurikuler.

Berdasarakan penjelasan diatas bahwa pengadaan sarana dan prasarana dalam

pembelajaran pendidikan jasmani di SMA se kabupaten gorontalo perlu disikapi dan

ditindak lanjuti secara serius. Upaya untuk meningkatakan kualitas pendidikan tentu

tidak bisa lepas dari faktor sarana dan prasarana pendidikan. Pemanfaatan sarana dan

prasrana pendidikan mempunyai peranaan yang penting dalam pemebelajaran,

terutama dalam hubungan peningkatan prestasi belajar siswa disekolah.

2.2 Kerangka Berfikir


Kurangnya sarana dan prasarana dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani

Olahraga merupakan salah satu isu yang cukup merata dan sangat terasa oleh para

pelaksana pembelajaran tersebut.. Pada umumnya, sekolah-sekolah di setiap jenjang

pendidikan, selalu dihadapkan dengan permasalahan kekurangan sarana dan

prasarana ini. Tidak sedikit sekolah di Indonesia, khusunya di daerah perkotaan, tidak

memiliki tempat atau lahan untuk melakukan aktivitas jasmani, misalnya lapangan.

Meskipun ada, jumlahnya tidak proporsional dengan jumlah siswa, seringkali

ditambah dengan kualitasnya yang kurang memenuhi tuntutan pembelajaran. Sarana

dan prasarana ini meliputi alat-alat, ruangan, dan lahan untuk melakukan berbagai

aktivitas pendidikan jasmani. Idealnya, sarana dan prasarana harus lengkap,tidak

hanya standar dengan kualitas yang standar pula, tetapi juga meliputi sarana dan

prasarana yang sifatnya modifikasi dari berbagai ukuran dan berat ringannya.

Modifikasi ini sangat penting untuk melayani berbagai kebutuhan tingkat

perkembangan belajar siswa di masing-masing sekolah,yang sangat beragam

karakteristiknya.

Berkaitan dengan ketersediaan sarana dan prasarana dalam pembelajaran

Pendidikan Jasmani Olahraga, maka pemenuhan sarana dan prasarana dilakukan

dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kondisi sekolah masing-masing 1 dengan

tetap berpedoman pada standar sarana dan prasarana pendidikan dan ruang lingkup

pada kurikulum. Kerangka Pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut.
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Berdasarkan uraian kajian teori di atas maka Hipotesis yang diajukan

adalah keadaan Sarana dan prasarana berada pada standar dan dalam keadaan

baik.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Eksperimen

3.1.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini berjenis kualitatif, Penelitian deskriptif adalah penelitian tentang

fenomena yang terjadi pada masa sekarang. Prosesnya berupa pengumpulan dan

penyusunan data, serta analisis dan penafsiran data tersebut. (Aufal Azdy

Muhammad. 2019).

Penelitian ini bertujuan menjelaskan dan menggambarkan peristiwa secara

natural yang dilakukan dengan menganalisis data dan hasil dari data tersebut dengan

menggunakan hasil data yang diperoleh dari proses yang sudah berlangsung.

3.1.2 Desain Eksperimen

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Peneliti terlebih dahulu mengurusi surat ijin penelitian, menyusun jadwal

penelitian, dan merancang instrumen penelitian.

2. Peneliti melakukan wawancara kepada guru olahraga di SMA Negeri 1

Mootilango tentang kondisi sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan

jasmani olahraga.

3. Peneliti melakukan survei secara langsung terhadap kondisi sarana dan

prasarana pembelajaran pendidikan jasmani olahraga di SMA Negeri 1

Mootilango.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di salah satu sekolah yakni SMA Negeri 1

Mootilango yang bertempat di Jl, Salim Manumba, Desa Pilomonu, Kecamatan

Mootilango, Kab. Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Dan Waktu penelitian akan di

laksanakan sesuai dengan SK penelitian akan turun, yakni bulan Maret Tahun 2021.

3.3 Populasi, Sampel, dan Sampling

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek ataupun

subjekyang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh penelitiuntuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,

2015:117)

Populasi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah SMA Se-

Kabupaten Gorontalo.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. (Sugiyono, 2015:118) Sampel dalam penelitian ini adalah

SMA Negeri 1 Mootilango.

3.3.3 Sampling

Teknik pengambilan sampel untuk lulusan yaitu dilakukan dengan

teknik Sampling Random. Menurut Sugiyono (2017:82) Teknik

simple random sampling adalah teknik yang sederhana karena pengambilan

anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa melihat dan
memperhatikan kesamaan atau starata yang ada dalam populasi. Cara ini

digunakan apabila anggota populasi dianggap homogen.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan

mencatat dan menyalin berbagai dokumen yang ada dalam instansi terkait

(Suharsimi Arikunto, 2006: 135).

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh melalui metode dokumentasi

adalah sarana dan prasarana Penjeskes SMA Negeri 1 Mootilango.

2. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan

dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang ada dalam

objek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006: 133). Data yang diperoleh dari

observasi pada penelitian ini merupakan hasil dari catatan secara langsung

terhadap objek yang diteliti, yaitu data tentang keadaan sarana dan prasarana

pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga di SMA Negeri 1 Mootilango.

3.5 Definis Operasional Variabel

Definisi operasional variabel penelitian ini yakni jumlah keberadaan,

kondisi dan status kepemilikan sarana dan prasarana pendidikan jasmani olahraga

dan kesehatan sebagai penunjang tercapainya tujuan pembelajaran pendidikan

jasmani (Penjeas) sehingga dapat terlaksana secara optimal sesuai dengan


fungsinya. Keberadaan menjelaskan ada atau tidak ada dan berapa jumlah sarana

dan prasarana pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjas), kondisi

menjelaskan tentang berapa jumlah keadaan setiap sarana dan prasarana

pendidikan jasmani yang baik dan yang rusak, sedangkan status kepemilikan

menjelaskan tentang berapa jumlah sarana dan prasarana pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan yang milik sendiri dan meminjam. Untuk mengungkap

semua ini digunanakan lembar observasi untuk mencatat keadaan,sarana dan

prasarana pendidikan jasmani di SMA Negeri 1 Mootilango.

3.6 Instrumen Penelitian

Seperti yang telah di jelaskan diatas maka dalam penelitian ini metode

yang di gunakan adalah metode survey dengan menggunakan lembar observasi

sebagai alat pengambilan data.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Variabel Faktor Indikator Butir

Sarana dan 1.1 Permainan Olahraga

Prasarana Fasilitas 1.2 Atletik

Pendidikan 2.1 Permainan Olahraga

Jasmani Olahraga Peralatan 2.2 Senanm

dan Kesehatan 2.3 Atletik

(Penjeaskes) Perkakas 3.1 Senam


3.7 Teknik Analisis Data

Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.

Menurut Sugiyono (2006: 21) Analisis data yang digunakan untuk mengetahui

ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dalam

penelitian ini adalah analisis kualitatif. Teknik analisis ini untuk menggambarkan

keadaan sarana dan prasarana pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjaskes)

di SMA Negeri 1 Mootilango.

Tabel 3.2 Standar Presentase Penilaian Sarana dan Prasarana Pendidikan


Jasmani Olaharag dan Kesehatan (Penjaskes)
NO PRESENTASE KATEGORI
1 81 – 100 Sangat Memadai
2 61 – 80 Memadai
3 41 – 60 Cukup Memadai
4 21 – 40 Kurang Memadai
5 0 – 21 Sangat Kurang Memadai
Sumber: Suharsimi Arikunto (2006: 115)

Berdasarkan table di atas maka memprosentasekan jumlah sarana dan

prasarana Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan pada masing-masing cabang

olahraga yang ada di SMA Negeri 1 Mootilango dengan menggunakan rumus sebagai

berikut.

J umlah Fasilitas Tersedia


Presentase= × 100 %
Jumlah Fasilitas Ideal

3.8 Prosedur Eksperimen

Berdasarkan pendapat Milles dan Huberman dalam Anwar S. (1993: 68),

bahwa analisa data dalam penelitian kualitatif terbagi dalam tiga alur kegiatan, yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, maka analisis data dalam

penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Tahap Reduksi

Data Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi

data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan.

Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah memilih data yang

relevan dengan tujuan penelitian, meringkas, dan selanjutnya

mengelompokkan sesuai tema-tema data yang ada.

2. Tahap Penyajian Data

Penyajian data berisi sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian data dalam penelitian ini adalah bentuk teks naratif untuk hasil

observasi dan wawancara. Pemilihan bentuk penyajian data ini didasarkan

pada pertimbangan bahwa dalam penelitian ini, antara data satu dengan yang

lain saling berkaitan, tidak terlepas dari konteks latar belakangnya. Penyajian

data dalam bentuk teks naratif terbagi dalam dua bentuk, yaitu penyajian data

lengkap (dimasukkan dalam lampiran), dan penyajian data dalam bentuk

tema-tema singkat yang langsung diikuti dengan analisis tiap tema.

3. Tahap Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

Penarikan kesimpulan dilakukan setelah membandingkan tujuan

penelitian dan hasil dengan teori-teori relevan yang mendasari masalah


modifikasi alat-alat olahraga sehingga dapat diambil kesimpulan akhir,

bagaimana kreativitas guru dalam menciptakan modifikasi alat-alat olahraga

untuk pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :


Rineka Cipta.

Aufal Azdy Muhammad. 2019. Survei Sarana Dan Prasarana Pendidikan Jasmani
Di Sman 11 Pangkep. Skripsi. Universitar Negeri Makasar. Kota Makasar.

Dewi Latifah Anis Angga. 2016. Kesesuaian Sarana Dan Prasarana Pembelajaran
Pendidikan Jasmani Sekolah Menengah Pertama Di Kecamatan
Prambanan Sleman Berdasarkan Permendiknas No 24 Tahun 2007.
Skripsi. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.

Dewi Kristina. 2014. Survey Sarana Dan Prasarana Pendidikan Jasmani Sekolah
Menengah Pertama Di Kecamatan Bengkayang Tahun 2014. Jurnal
Nasional Program Studi Pendidikan Jasmani FKIP UNTAN

Mona Novita. 2017. Sarana Dan Prasarana Yang Baik Menjadi Bagian Ujung
Tombak Keberhasilan Lembaga Pendidikan Islam. Jurnal Nasional Volume
4. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Yasni Muara Bungo

Permendiknas. 2007. Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan
SMA/MAN. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Saputro Imam Dwi. 2014. Survei Sarana Dan Prasarana Pendidikan Jasmani Di
Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Selopampang Kabupaten
Temanggun. Skripsi. Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan
Jasmani Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

Pramudito Aditya. 2016. Survei Pengelolaan Ekstrakurikuler Olahraga Sepakbola Di


Sekolah Menengah Atas Se-Kabupaten Klaten. Skripis. Jurusan Pendidikan
Olahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Uiniversitas Negeri Yogyakarta

Wahyu Ristyanto. 2017. Survei Sarana Dan Prasarana Pendidikan Jasmani Sekolah
Menengah Kejuruan Se-Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul.
Skripsi. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai