Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

STUDI KASUS SARANA DAN PRASARANA PENJAS

NAMA : Muhammad Iqbal

NIM : 6203111012

MATAKULIAH : SARANA DAN PRASARANA PENJAS

KELAS : PJKR V C2020

PRODI : PJKR

PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan
yang sangat penting tidak hanya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
terlibat secara langsung tetapi juga berbagi pengalaman belajar melalui aktivitas
olahraga yang di lakukan secara sistematis (Jannah & Sontani, 2018). Kelancaran
pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan dapat diukur salah satunya dari
ketersediaan sarana dan prasarana (Saputri, 2014). Sarana dan prasarana yang memadai
akan mencerminkan kualitas pembelajaran yang dilakukan, sehingga tujuan pendidikan
akan tercapai dengan baik (H & Riady, 2018). Sebaliknya, sarana dan prasarana yang
kurang memadai akan berdampak pada rendahnya mutu pendidikan, bahkan kurikulum
tidak dapat berjalan. Suatu sarana dan prasarana akan memadai jika secara kualitas
berdaya guna dan dari sisi kuantitas cukup untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran
seluruh peserta didik (Nurrizal & Syaukani, 2023). Menurut (Natal & Bate, 2020)
proses pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan mutlak membutuhkan
sarana dan prasarana untuk tercapainya tujuan, karena lebih menekankan pada
pengembangan kemampuan motorik peserta didik.
Dari sisi peserta didik, sarana dan prasarana Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
tidak semata-mata hanya penyampaian materi secara normatif oleh guru saja, tetapi juga
bagaimana peserta didik dapat memanfaatkannya untuk membina pertumbuhan fisik
dan pengembangan psikis secara lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan
bugar sepanjang hayat. Sedangkan dari sisi guru, sarana dan prasarana Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan akan lebih memudahkan dalam penyampaian materi. Peserta
didik dapat berinteraksi langsung dengan sarana dan prasana olahraga sesuai dengan
materi yang diajarkan, sehingga pembelajaran lebih bersifat konseptual. Guru juga akan
lebih mudah melakukan evaluasi terhadap hasil pembelajaran (Koch, 2017).
Umumnya kondisi beberapa sekolah di Indonesia khususnya di Sumatera Utara
tidak memiliki sarana dan prasarana yang cukup layak untuk cabang-cabang olahraga
yang berkaitan dengan materi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Sebagian besar
sekolah seperti SMAN 3 Medan, SMAN 2 Lubuk Pakam, dan SMAN 1 Perbaungan,
tidak memiliki halaman yang terlalu luas sebagai prasarana, sekolah juga hanya
mempunyai beberapa sarana yang layak sehingga beberapa diantaranya akhirnya
dimodifikasi sedemikian rupa (Sunarto, 2017). Hal ini mengakibatkan banyak materi
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan tidak terlaksana dengan baik karena tidak
tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Kenyataan juga menunjukkan bahwa
masih ada beberapa sekolah yang beranggapan kurang pentingnya sarana dan prasarana
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan dibandingkan dengan sarana dan prasarana untuk
pembelajaran lain seperti Otomotif, Akuntansi, dan Teknologi Informasi dan
komunikasi. Bahkan tidak sedikit sekolah mengesampingkan keberadaan sarana dan
prasarana untuk pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, sehingga
pembelajaran yang dilakukan terkesan asal jalan (Nasional & Muktiani, n.d.).
Menurut (Mackintosh, 2014) pengadaan sarana dan prasarana Pendidikan Jasmani
dan Kesehatan yang baik, harus memiliki perencanaan yang baik pula. Perencanaan
sangat diperlukan untuk pencapaian tujuan yang maksimal. Perencanaan merupakan
tindakan yang teratur dengan didasari pemikiran yang cermat. Dalam merencanakan
pengadaan sarana dan prasarana harus memperhatikan kualitas dan kuantitas sarana dan
prasarana yang ingin dibeli atau dibangun. Kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
yang diinginkan harus didukung juga dengan dana yang cukup. Untuk menekan
besarnya dana yang dikeluarkan dapat didiskusikan untuk alat-alat yang harus dibeli dan
alat-alat yang dapat dikembangkan sendiri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah yang
dibahas sebagai berikut:
1. Apa kelebihan pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang
menggunakan sarana dan prasarana memadai?
2. Bagaimana cara memodifikasi sarana dan prasarana Pendidikan Jasmani
dan Kesehatan?
3. Bagaimana cara merencanakan pengadaan sarana dan prasarana
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut:
1. Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah Sarana dan Prasarana
Penjas.
2. Sebagai salah satu bentuk pengetahuan tentang perencanaan Sarana dan
Prasarana Penjas.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kelebihan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang Menggunakan Sarana


dan Prasarana Memadai
Istilah sarana mengandung arti sesuatu yang dapat digunakan atau dapat
dimanfaatkan. Sarana pendidikan jasmani ialah segala sesuatu yang dapat digunakan atau
dimanfaatkan di dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Sarana
olahraga dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu : (1) Peralatan (apparatus)
Peralatan adalah sesuatu yang digunakan, contoh : palang tunggal, palang sejajar, gelang-
gelang, dan lain-lain. (2) Perlengkapan (device) Terdiri dari: Pertama, sesuatu yang
melengkapi kebutuhan prasarana, misalnya: net, bendera untuk tanda, garis batas. Kedua,
sesuatu yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan tangan atau kaki, misalnya: bola,
raket, pemukul.
Prasarana atau fasilitas adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam
pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, bersifat permanen atau tidak
dapat dipindah-pindahkan. Contoh: Lapangan (sepakbola, bolavoli, bola basket, kasti,
tenis lapangan dll). Fasilitas harus memenuhi standar minimal untuk pembelajaran, antara
lain ukuran sesuai dengan kebutuhan, bersih, terang, pergantian udara lancar, dan tidak
membahayakan pengguna. Dalam olahraga prasarana didefinisikan sebagai sesuatu yang
mempermudah atau memperlancar tugas dan memiliki sifat yang relatif permanen. Salah
satu sifat tersebut adalah susah dipindahkan.
prasarana dan sarana yang memadai jumlah dan jenisnya diasumsikan akan
berperan banyak dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Sarana dan prasarana
pendidikan jasmani diperlukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah
merupakan hal yang vital, karena tanpa ada sarana dan prasarana menjadikan
pembelajaran tidak berjalan dengan efektif dan efisien. Banyak faktor yang
mempengaruhi pembelajaran itu dapat tercapai, seperti pembelajaran pendidikan jasmani
dapat berjalan dengan sukses dan lancar sangat ditentukan oleh beberapa unsur antara
lain: guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana, tujuan, metode, lingkungan yang
mendukung, dan penilaian unsur yang paling menentukan keberhasilan pembelajaran
pendidikan jasmani adalah guru (Nasional & Muktiani, n.d.). Akan tetapi lebih sukses
apabila didukung oleh unsur yang lain seperti tersebut diatas. Sarana dan prasarana
pendidikan jasmani merupakan salah satu unsur penunjang keberhasilan pembelajaran
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, dan merupakan unsur yang menjadi masalah
di mana-mana, khususnya di Indonesia. Tanpa tersedianya prasarana dan sarana yang
memadai dapat mengurangi derajat ketercapaian tujuan pembelajaran.

kelemahan-kelemahan dalam
pembelajarn pendidikan jasmani
dengan sarana dan
prasarana olahraga ukuran
standar yaitu sebagai berikut:
1. Banyak sekolah tidak
mempunyai lapangan yaitu,
mengajar dengan ukuran
lapangan sebenarnya
memerlukan lapangan yang
luas. Paling tidak setiap sekolah
harus memiliki satu lapangan
sepak bola dan satu lapangan
basket
B. Modifikasi Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Pada dasarnya dalam dunia pendidikan jasmani konsep modifikasi tidak terlepas
dari Developmentally Appropriate Practice (DAP). Hal ini sesuai dengan pernyataan
(Koch, 2017), yang menyatakan bahwa: Penyelenggaraan program pendidikan jasmani
hendaknya mencerminkan karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu:
“Developmentally Appropriate Practice” (DAP). Artinya adalah tugas ajar yang diberikan
harus memperhatikan perubahan kemampuan anak dan dapat membantu mendorong
perubahan tersebut.
Modifikasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan para guru agar
pembelajaraan mencermikan DAP. Oleh karena itu, DAP, termasuk kedalamnya
“bodyscaling” atau ukuran tubuh siswa harus selalu dijadikan prinsip utama dalam
memodifikasi pembelajaran penjas. Saryono (2008), modifikasi penjas dan olahraga
menjadi penting dengan berbagai alasan diantaranya sebagai berikut:
1. Secara fisik dan psikis anak-anak berbeda dengan orang dewasa sehingga mereka
tidak bisa bermain olahraga dengan peraturan dan peralatan orang dewasa.
2. Dapat mengembangkan kemampuan anak tanpa resiko cidera.
3. Mempercepat penguasaan keterampilan untuk beradaptasi dengan olahraga orang;
dewasa dikemudian waktu.
C. Perencanaan Pendanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Kegiatan awal dari pengelolaan sarana prasarana pendidikan adalah perencanaan
kebutuhan. Kegiatan ini sangat penting untuk menghindari terjadinya kesalahan dan
kegagalan yang tidak diinginkan. Dengan adanya perencanaan yang matang maka suatu
kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik sesuai rencana yang sudah ditetapkan dan
memudahkan para pengelola untuk mengetahui seberapa besar dana yang harus
disediakan untuk melaksanakan kegiatan serta memudahkan melakukan pengawasan
pengendalian terhadap kegiatan yang dilaksanakan, sesuai atau tidak sesuai dengan yang
direncanakan.
Perencanaan yang baik dan teliti akan berdasarkananalisai kebutuhan dan skala
prioritas yang sesuai dengan tersedianya dana dan tingkat kepentinganya. Istilah
perencanaan memiliki batasan yang beragam sesuai ahli manajemen. Menurut (Natal &
Bate, 2020), bahwa langkah-langkah perencanaan pengadaan sarana pendidikan di
sekolah yaitu sebagai berikut :
1. Menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah yang diajukan setiap
unit kerja sekolah dan atau menginventarisasi kekurangan perlengkapan sekolah.
2. Menyusun rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk periode tertentu
misalnya, untuk satu triwulan atau satu tahun ajaran.
3. Memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun dengan perlengkapan yang
telah dimiliki oleh sekolah. Salah satu cara adalah dengan membaca buku
inventaris atau buku induk barang. Berdasarkan pemanduan tersebut lalu disusun
rencana kebutuhan yang belum tersedia di sekolah.
4. Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran sekolah yang telah
tersedia. Apabila dana yang tersedia tidak mencukupi untuk pengadaan semua
kebutuhan perlengkapan yang telah direncanakan, dengan melihat urgensi setiap
perlengkapan tersebut. Semua perlengkapan urgen segera didaftar.
5. Memadukan rencana (daftar) kebutuhan perlengkapan dengan dana atau
aqnggaran yang ada. Apabila ternyata masih melebihi dari anggaran yang
tersedia, perlu dilakukan seleksi lagi dengan cara membuat skala prioritas.
6. Penetapan rencana pengadaan akhir.
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sarana adalah perlengkapan yang dapat dipindah-pindahkan untuk mendukung
fungsi kegiatan dan satuan pendidikan yang meliputi peralatan, perabotan, media
pendidikan lain dan buku.
Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang menjadi penunjang utama
terselenggaranya proses pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan seperti
lapangan.
B. Saran
Sarana dan prasarana dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
merupakan hal penting yang sangat menunjang tercapainya suatu tujuan pembelajaran.
Sehingga ketersediaan sarana dan prasarana perlu mendapat perhatian lebih.
DAFTAR PUSTAKA

H, H., & Riady, A. (2018). Survey Sarana Dan Prasarana Pendidikan Jasmani Di SMP/ MTS
Swasta Kabupaten Pangkep. SPORTIVE: Journal Of Physical Education, Sport and
Recreation, 1(2), 27. https://doi.org/10.26858/sportive.v1i2.5624

Jannah, S. N., & Sontani, U. T. (2018). Sarana Dan Prasarana Pembelajaran Sebagai Faktor
Determinan Terhadap Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran,
3(1), 210. https://doi.org/10.17509/jpm.v3i1.9457

Koch, N. (2017). Critical Geograpies of Sport : Space, Power, and Sport in Global Perspective
(N. Koch (ed.)). Routledge.

Mackintosh, C. (2014). Dismantling the school sport partnership infrastructure: findings from a
survey of physical education and school sport practitioners. International Journal of
Primary, Elementary and Early Years Education, 42(4), 432–449.
https://doi.org/https://doi.org/10.1080/03004279.2012.714793

Nasional, P. S., & Muktiani, N. R. (n.d.). Manual Handbook Development for Creating
Infrastructure and Facilities of Physical and Sport Education ( Pengembangan Buku
Panduan Praktik Pembuatan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Jasmani Dan Olahraga ).
274–286.

Natal, Y. R., & Bate, N. (2020). Manajemen Pengelolaan Sarana Dan Prasarana Pjok. Altius:
Jurnal Ilmu Olahraga Dan Kesehatan, 9(2), 70–82.
https://doi.org/10.36706/altius.v9i2.12879

Nurrizal, W. T., & Syaukani, A. A. (2023). Sarana dan prasarana pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan SMA Negeri 1 Sine Kabupaten Ngawi Abstrak PENDAHULUAN Sarana dan
prasarana merupakan salah satu faktor yang penting , karena sekolah menengah akhir ini
adalah satu – satunya yang ada di kecama. 6(1), 55–71.

Saputri, V. V. I. (2014). Survei Sarana Dan Prasarana Olahraga Penunjang Proses Pembelajaran
Penjasorkes Dan Pemanfaatannya Di Sekolah Luar Biasa Kabupaten Temanggung Tahun
2013. Active - Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreation, 3(11), 1402–
1407.

Sunarto. (2017). Manajemen Pendidikan Jasmani Dan Olahraga Bagi Nilai Sosial Siswa Di Sma
Negeri 3 Medan, Sma Negeri 2 Lubuk Pakam, Sma Negeri 1 Perbaungan Dan Sma
Unggulan Ct Foundation. EducanduM, 10(1), 54–61.
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/em/article/viewFile/9741/8888

Anda mungkin juga menyukai