Oleh
Fernando Octavianus
2191000510069
KELAS D 2019
Pada Penelitian Tindakan Kelas dan Inovasi pembelajaran di IKIP Budi Utomo
Selain itu, penulis juga berharap agar proposal ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang PENERAPAN PERMAINAN SEPAK BOLA MINI
TERHADAP SISWA
Nama Penulis
Fernando Octavianus
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I (PENDAHULUAN)
2.1 DEFENISI.
2.2 KARAKTERISTIK
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Modifikasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh para
guru agar pembelajaran mencerminkan DAP. Oleh karena itu, DAP, termasuk
didalamnya “Body scaling” atau ukuran tubuh siswa, harus selalu dijadikan
prinsip utama dalam memodifikasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan. Esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan
materi pelajaran dengan cara meruntunkanya dalam bentuk aktivitas belajar yang
potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajar. Cara ini
dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa dari yang
tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih
tinggi yang tadinya kurang terampil menjadi lebih terampil. (Yoyo Bahagia, dkk.
2000 :1)
Perlunya pengertian akan arti penting pendidikan jasmani pada siswa juga
ikut berperan dalam membangkitkan minat siswa dalam belajar. Dengan metode
yang tepat dan informasi yang benar akan dapat menarik minat siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani, selain itu tersedianya fasilitas
dan peralatan yang ada di sekolah juga tidak kalah penting dalam rangka
mewujudkan tujuan dari pendidikan jasmani.
Di SMPK Frater Don Bosco Tarakan, untuk sarana dan prasarana yang ada
bisa dikatakan kurang untuk dapat dilangsungkan proses pembelajaran permainan
sepak bola. Halaman sekolah dengan luas 162 m² ( 9meter x 18meter ) dapat
dipakai menjadi lapangan bola voli dan badminton, di belakang gedung sekolah
terdapat bak pasir yang digunakan untuk lompat jauh. Untuk mencapai lapangan
sepak bola yang bahkan harus ke kecamatan tetangga dibutuhkan waktu kurang
lebih 30 menit dengan berjalan kaki sehingga menyebabkan pembelajaran tidak
berjalan maksimal.
1.2. RumusanMasalah
3) Bagaimana pengaruh minat siswa kelas VIII SMPK Frater Don Bosco Tarakan
terhadap permainan sepakbola mini di sekolah?
Bagi siswa:
Bagi guru:
1) Untuk mengetahui minat siswa kelas VIII SMPK FRATER DON BOSCO
TARAKAN
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Definisi
Terdapat banyak definisi pendidikan jasmani yang disampaikan oleh para pakar,
antara lain : Pendidikan jasmani sebagai proses pendidikan via gerak insani
(human movement) yang dapat berupa aktifitas jasmani, permainan atau olahraga
untuk mencapai tujuan pendidikan. Sejalan dengan upaya mencapai tujuan
pendidikan maka dalam pendidikan jasmani dikembangkan potensi individu,
kemampuan fisik, intelektual, emosional, sosial dan moral spiritual (Rusli Lutan,
1992:7).
1.Jasmani dan Psikomotor, meliputi: 1)Kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan
kardiovaskuler, dan kelentukan 2)Persepsi gerak, gerak dasar, keterampilan,
olahraga dan tari
1.Perkembangan Fisik.
2.2 Karakteristik
Karekteristik Siswa SMP kelas VIIIRata-rata siswa SMP kelas VIII ada di rentang
12-14 tahun. Usia ini ada dalam rentang masa remaja, yang oleh para ahli
psikologi ditentukan secara normal pada usia 12 sampai 22 tahun.
Karakteristik usia remaja dapat dikelompokkan secara lebih ketat lagi dalam dua
kelompok, yakni kelompok masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masa
remaja awal berkisar pada usia 12, 13 -17, atau 18 tahun. Sedangkan masa remaja
akhir berkisar antara 17, 18 -21, atau 22 tahun. Jadi siswa SMP Kelas VIII yang
rata-rata berusia 12-14 tahun tergolong dalam masa remaja awal. Menurut Sri
Rumini (1995:32-38), masa awal remaja memiliki karakteristik :
1. Keadaan perasaan dan emosi yang sangat peka, sehingga tidak stabilImplikasi
keadaan emosi yang peka dan tidak stabil menimbulkan semangat belajar yang
fluktuatif.
Pada usia remaja secara mental anak telah dapat berfikir logis tentang berbagai
gagasan yang abstrak. Dengan kata lain, berfikir operasi formal lebih bersifat
hipotesis dan abstrak serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah
daripada berfikir konkrit.
Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola fikir sendiri dalam
usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan
berfikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah
dapat membayangankan banyak alternatif pemecahan masalah beserta
kemungkinan akibat atau hasilnya.
Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan
memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka
sendiri. Mereka juga tidak mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang
untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa
depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu
mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan
kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain
diluar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa
ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain.
Baginya dunia menjadi lebih luas dan sering kali membingungkan terutama jika ia
terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Pada masa ini juga berkembang sikap “conformity”, yaitu kecenderungan untuk
menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau
keinginan orang lain (teman sebaya).
Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku
yang secara moral dan agama dapat dipertanggung jawabkan maka kemungkinan
besar remaja tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sedangkan,
apabila kelompoknya itu menampilkan dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai
moral maka sangat dimungkinkan remaja akan melakukan perilaku seperti
kelompoknya tersebut.
Masa remaja, terutama remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan
mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana
serta prasarana, menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing.
Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini penguasaan bahasa asing
merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karir
seseorang. Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidak
mampuan berbahasa asing tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap
kesuksesan hidup dan kariernya. Terhambatnya perkembangan kognitif dan
bahasa dapat berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan aspek-aspek
perilaku dan kepribadian lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nuansa. Agus Setiawan. 2010. Modifikasi Permainan Sepak Bola Mini terhadap
MinatSiswa dalam Mengikuti Mata Pelajaran Penjasorkes Kelas VII dan VIII
MTs Ma’arif Nyatnyono Kabupaten SemarangTahun Pelajaran 2009/2010.
Sepak Bola Aturan dan Latihan. Jakarta: Gramedia. Engkos Kosasih. 1994.
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Erlangga. Gusril. 2004.
Coaching Youth Soccer. United States: Human Kinetics. Sucipto dkk. 2000.
Sepak Bola. Departemen Pendidikan Nasional. Suharsimi Arikunto. 2006.