PROPOSAL
Oleh:
Azwiranto
NIM. 1905113658
A. Judul
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM LANTAI KELAS V DI SDN
192 KOTA PEKANBARU
guru Hal ini sering di temukan di sekolah sekolah dasar yang memang secara
sumber daya manusia memiliki kekurangan tenaga pendidik yang berkompeten
ini sering di temui di wilayah perdesaan atau jauh dari pusat perkotaan
Berdasarkan hasil observasi pra penelitian yang peniliti laksanakan pada
tanggal 15 mei 2022 yang bertepatan pada saat itu peneliti sedang melaksankan
tugas wawancara pada mata kuliah pembelajaran pengelolaan kelas, peneliti
meninjau dan bertanya lansung kepada salah satu guru penjas mengenai proses
pembelajaran penjas yang di terapkan di sekolah SDN 192 Kota pekanbaru.
Pada pelaksanaan pembelajaran penjas terutama mata pelajaran senam lantai
guru cenderung memberikan nilai kepada siswa yang bisa melaksakana gerakan
sempurna pada pembelajaran senam lantai.hal ini membuat hasil belajar yang
terjadi di sekolah SDN 192 Kota pekanbaru tidak begitu mengalami
peningkatan yang baik. Hal ini terjadi di sebabkan oleh minat belajar siswa yang
rendah,model pembelajaran yang membosankan yang mengakibatkan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) guru mata pelajaran yang di ampu tidak merata atau
bisa di katakan di tuntaskan sendiri oleh guru pengampu mata pelajaran yang
bersangkutan.
Dari permasalahan diatas peran guru sangatlah penting, salah satunya
bagaimana memilih model pembelajaran yang cocok untuk membangkit
partisipasi, semangat belajar dan rasa aman pada peserta didik. Salah satu model
pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik peserta didik yang senang
dan aktif bermain adalah s port education untuk memberikan hasil belajar yang
baik terhadap mata pelajaran senam lantai.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di permasalahan di atas, maka dapat di simpulkan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah melalui model pembelajaran discovery learning yang di terapkan
guru PJOK dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik?
4
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah melaui model pembelajaran discovery learning
yang di terapkan guru PJOK dapat memberikan hasil belajar senam lantai
yang baik.
2. Untuk mengetahui apakah melalui model pembelajaran discovery learning
terhadap hasil belajar senam lantai memberikan suasana menyenangkan dan
rasa nyaman peserta didik.
3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan model pembelajaran discovery
learning terhadap hasil belajar senam lantai pada pembelajaran PJOK.
E. Manfaat Pnenelitian
Setelah di lakukan penelitian lapangan nanti, maka hasil penelitian dapat
bermanfaat untuk:
1. Bagi peneliti
a. Bagi peneliti sebagai syarat untuk memproleh gelar sarjana pendidikan
(S1) di program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
JurusanPendidikan Olahraga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau.
b. Mengetahui secara jelas bagaimana pelaksanaan pembelajaran,
perencanaan model pembelajaran terhadap hasil belajar senam lantai di
kelas V SDN 192 Kota Pekanbaru.
c. Sebagai bahan penelitian dan kajian bagi mahasiswa selanjutnya.
2. Bagi siswa
a. Merasakan pengalaman pembelajaran yang menyenangkan dan aman
bagi peserta didik.
5
F. Definisi Oprasional
G. Kajian Teori
1. Pembelajaran PJOK
Pembelajaran menurut Nana sujana (2009:28) adalah kegiatan mengatur
dan mengorganisasikan lingkungan di sekitar siswa yang dapat mendorong
dan memudahkan minat siswa melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran
terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan dan memiliki
keteregantungan satu sama lain dan bekerjasama membentuk sebuah sistem
agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pembelajaran PJOK merupakan kegiatan mikro dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional, harus bertumpu pada upaya-upaya untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap rasional, teliti, jujur,
dan bertanggung jawab yang pada gilirannya pendidikan akan mampu
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan bertangggung
6
hampir senada dengan Adi, namun Trianto di sini lebih menjabarkan pada
komponen-komponen dalam model pembelajaran. Komponen-komponen
tersebut di antaranya tujuan pembelajaran, langkah-langkah, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Sedangkan menurut Adi (2000)
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga dalam hal ini
penentuan model pembelajaran tidak lepas dari mempertimbangkan tujuan
pembelajaran. Kesinambungan model pembelajaran dengan tujuan
pembelajaran cenderung akan mempermudah dalam penyusunan model
pembelajaran secara menyeluruh. Ketika keduanya sinkron dan
penggambaran keseluruhannya sudah jelas, penyusunan strategi dan metode
pembelajaran bisa menjadi lebih mudah.
d) Seorang pengajar harus bisa mengatur alokasi waktu belajar agar sesuai
dengan waktu yang diperlukan untuk menyampaikan materi yang ada.
Agar sesuai dengan target yang telah direncanakan.
e) Setiap guru memiliki metode atau cara dalam menyampaikan suatu materi
kepada siswa. Yang terpenting adalah bagaimana agar siswa tersebut
merasa nyaman dan tidak bosan dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Guru sebaiknya memberi kesempatan kepada siswa untuk
berdiskusi dalam memecahkan suatu masalah.
7. Hasil Belajar
Belajar merupakan proses untuk memperoleh prestasi hasil belajar.
Hasil belajar merupakan tujuan yang akan dicapai seseorang ketika ia
melakukan kegiatan pembelajaran. Nana Sudjana (2009:22)
berpendapat bahwa, “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaan belajarnya”.
Menurut Sudjana (2010: 22) Hudoyo (1990: 21) mengemukakan bahwa
dalam kegiatan mental, orang menyusun hubungan-hubungan antara
bagian-bagian informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian. Siswa
menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut
sehingga siswa itu dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan
bahan pelajaran yang dipelajari, yang merupakan hasil belajar. Arikunto
(1993: 23) mengungkapkan hasil belajar dapat dilihat dari dua jenis
yaitu behavior dan performance, yakni dua istilah yang menunjukkan
sesuatu yang dapat diamati oleh orang lain.
Menurut Blooms (2001:15) mengelompokkan hasil belajar menjadi
dua dimensi, yakni cognitive process yang meliputi pengetahuan (know
ledge), pemahaman (comprehention), aplikasi (aplication), analisis
(analysis), sintesis (syntesis) dan evaluasi (evaluation). Dimensi
knoledge yang terdiri atas fakta (faktual), konseptual (conceptual),
prosedural (procedural) dan etacognitive. Arikunto (2002:45)
mengatakan hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa
dalam mengikuti pembelajaran, dan hasil belajar ini biasanya
dinyatakan dalam bentuk angka, huruf ataupun kata-kata.
Sudjana (2009: 39) mengatakan hasil belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dalam diri siswa dan
faktor yang datang dari luar diri siswa atau lingkungan. Dapat
12
8. Senam Lantai
Senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan fisik yang disusun
secara sistematis dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan
terencana untuk mencapai tujuan tertentu (Sutrisno & Khafadi, 2010).
Senam lantai merupakan bagian dari senam yang terdapat pada
Federation Internationale de Gymnastique yang termasuk senam artistik
(Wisahati & Santosa, 2010). Senam lantai merupakan salah satu nomor
dalam cabang olahraga senam yang dilakukan di atas lantai atau matras
(Mashar & Dwinarhayu, 2010). Olahraga senam lantai merupakan salah
satu unsur pendidikan yang mengutamakan kebiasaan hidup sehat,
pengembangan jasmani, pembinaan mental, dan pengendalian
emosional, serta pembinaan disiplin yang sangat tinggi (Aka, 2009).
Senam dapat diartikan sebagai bentuk gerakan fisik yang sistematis
yang dapat dilakukan pada lantai maupun matras. Senam sendiri terbagi
atas senam artistik, senam aerobik, senam lantai, dan senam irama yang
masing-masing terdapat aturan yang baku.
H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan gambaran di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis
sebagai berikut: jika model pembelajaran discovery learning di lakukan
pada pembelajaran PJOK khususnya mata pelajaran senam lantai maka hasil
belajar peserta didik kelas V DI SDN 192 kota pekanbaru akan meningkat.
13
J. Kerangka Berpikir
K. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penilaian tindakan kelas (PTK)
adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan
14
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
1. Perencanaan
15
Pada tahap ini peneliti dan guru kelas menyusun rancangan pembelajaran
yang terdiri dari :
2. Tahap Pelaksanaan
4. Refleksi
5. Penilaian
2. Rancangan penelitian
Menurut soegeng dalam tahir (2011:51) rancangan
penelitian adalah langkah-langkah penelitian yang terstruktur,
ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian sehingga data-data
yang di dapatkan adalah data yang akurat. Adapun rancangan pada
penelitian saya sebagai berikut:
1.Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini peneliti menentukan suatu perencanaan tindakan
yang akan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Membuat rencana pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran discovery learning dalm proses pembelajaran dalam
semam lantai.
b) Membuat lembaran observasi dengan menggunakan kamera
untuk mendokumentasikan fakta atau data-data selama proses
pembelajaran discovery learning yang diterapkan.
17
3.Pengamatan
4.Refleksi
Pelaksanaan model pembelajaran discovery learning dalam
pembelajaran senam lantai yang dilakukan oleh peneliti sendiri
menghasilkam beberapa peristiwa atau kejadian berupa data-data.
Kemudian berdasarkan data-data tersebut dilakukan analisis sejak awal
18
4. Subjek Penelitian
Menurut muhammad idrus (2009) Subjek penelitian adalah
elemen benda, individu maupun organisme sebagai sumber
informasi yang di perlukan peneliti untuk mendapatkan data
penelitian. Sedangkan menurut kamus bahasa indonesia (1989: 862)
subjek penelitian adalah orang,tempat, atau benda yang di amati
dalam rangka pembubutan sebagai sasaran. Subjek pada penelitian
ini adalah siswa kelas V SDN 192 Kota Pekanbaru Tahun Pelajaran
2022/2023 yang berjumlah 74 orang.
.
5. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2002) Instrumen penelitian merupakan
alat bantu untuk mengumpulkan data atau informasi. adapun
instrument penelitian ini dibuat dalam bentuk tes. Tes yang
19
digunakan yaitu tes unjuk kerja gerakan senam lantai, yaitu sebagai
berikut :
Kualitas
No Aspek yang dinilai
1 2 3
a. Kognitif
1) Peresrta didik mampu memahami gerakan
senam lantai
2) Peserta didik mampu mengevaluasi gerakan
senam lantai
3) Peserta didik mampu mengingat gerakan senam
lantai
b. Psikomotorik
1) Posisi awal gerakan
2) Posisi gerakan
3) Posisi akhir gerakan
c. Afektif
1) Peserta didik bersikap disiplin
2) Peserta didik bersikap bertanggung jawab
20
Jumlah
Jumlah Skor Maksimal = 9
Sumber: Sairen (2017: 5)
2 = Cukup Baik
3 = Baik
Keterangan penilaian : setiap item kolom di atas disini dengan nilai 1-3 dengan
nilai maksimal 9
Format Penilaian
Skor
No Nama Siswa Jumlah Ket
1 2 3
1 Siswa A 3 3 2 8
Jumlah 3x3=9
Keterengan : 1 = Sikap Awal Gerakan
8
Nilai = 9 𝑥 100 %
Nilai = 88,88
1. Observasi
2. Tes
3. Teknik Keputusan
Teknik Penilaian :
No Interval Kategori
2. ketuntasan belajar
Ketuntasan individu tercapai apabila siswa mencapai 78%
dari hasil tes atau nilai 78. Ketuntasan klasikal tercapai apabila 80%
dari keseluruhan siswa mampu melakukan gerakan senam lantai
dengan benar nilai minimal 78 maka kelas itu dikatakan tuntas.
Adapun rumus yang digunakan untuk penentuan ketuntasan klasikal
yaitu :
𝐹
𝑃= 𝑥 100% (𝑆𝑢𝑑𝑖𝑗𝑜𝑛𝑜, 2012: 43)
𝑁
Keterangan :
N = Jumlah siswa
No Interval Kategori
1. 90 s/d 100 Sangat Baik
2. 70 s/d 89 Baik
3. 50 s/d 69 Sedang
4. 30 s/d 49 Kurang
5. 10 s/d 29 Sangat Kurang
DAFTAR PUSTAKA
Lampiaran
25
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan pendapat atau jawaban
2. Identifikasi masalah
sementara terkait dengan topik pembahasan.
Siswa mengolah informasi yang telah didapatkan baik melalui pengumpulan data,
4. Pengolahan data
kemudian menafsirkannya.
Guru menuntun siswa untuk menarik kesimpulan dari temuan, tafsiran, dan
6. Generalisasi pembuktian yang telah dipresentasikan untuk mendapatkan suatu gambaran umum
atau jawaban atas persoalan yang dihadapi dan disetujui oleh setiap kelompok.
Guru mengulas kembali materi yang telah dipelajari bersama-sama oleh siswa dan
7. Penutup memberikan koreksi jika diperlukan serta rekomendasi dari proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan.