Anda di halaman 1dari 27

0

PROPOSAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING


TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM LANTAI KELAS V
DI SDN 192 KOTA PEKANBARU

Oleh:

Azwiranto
NIM. 1905113658

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI


KESEHATAN DAN REKREASI
JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2022
1

A. Judul
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM LANTAI KELAS V DI SDN
192 KOTA PEKANBARU

B. Latar Belakang Masalah


Menurut undang undang republik indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana proses belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, keceerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Keberhasilan seorang murid berasal dari berasal dari pribadi murid tersebut.
Sikap dan cara berpikir dalam menanggapi berbagai situasi serta
mengoptimalkan potensi diri.
Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perunbahan holistik dalam
kualitas individu baik hal fisik, mental serta emosional. Pendidikan jasmani
jugabagian yang tak terpisahkan dari pendidikan yang tentu di dalamnya ada
proses pembelajaran. Samsudin (2008:2), pendidikan Jasmani adalah suatu
proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk
meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,
pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan
emosi. Menrut depdiknas ( 2003:4) proses pendidikan jasmani mengemukakan
bahwa proses pendidikan jasmani dalam jangka waktu tertentu siswa mampu:
(1) mempertahankan dan meningkatkan kebugaran jasmani yang baik yang
mampu membuat program latihan aman dan sesuai kaida dalam kemampuan
gerak yang efisien. (2) mendemontrasikan gaya hidup yang aktif dan sehat. (3)
berpartisipasi dalam kegiatan olahraga dan kebugaran jasmani.
2

Menurut agus suprijono (2011:45) model merupakan bentuk


representasi dari suatu objek atau ide-ide yang di sederhanakan dari kondisi atau
fenomena
Pada saat ini pendidikan telah melaksanakan kembali pembelajaran
secara tatap muka. Untuk membantu pelaksanaan pembelajaran guru memiliki
peran yang sangat vital , terlebih untuk membangun kembali karakter peserta
didik, menciptakan kelas sosial dan pembelajaran yang aktif. Proses
pembelajaran yang berkualitas di pengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya
adalah pemilihan model pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik dan
kebutuhan peserta didik. Guru pendidikan jasmani harus mempersiapkan model
pembelajaran saat tatap muka yang tentunya memperhatikan kemampuan dan
keselamatan pada peserta didik terutama pada saat pembelajaran senam lantai.
Di karenakan pendidikan jasmani merupakan pelajaran yang memiliki makna
dan meransang siswa untuk menangkap pelaksanaan aktivitas yang di lakukan
dalam proses pembelajarannya, konsep serta penerapan yang baik akan
berdampak pada kebugaran jasmani peserta didik.
Olahraga bagi anak SD sangat lah penting melihat pada usia dini, anak
sangat aktif dalam bergerak pada saat pembelajaran pendidikan jasmani untuk
merancang pertumbuhan pada diri anak. Selain itu olahraga bagi anak harus
bersifat aman dan sebagai guru kita juga harus bisa memberikan rasa nyaman
terhadap siswa selama pembelajaran berlansung.
Mengingat dari semua pembelajaran olahraga di SD pembelajaran atau
penilaian guru lebih cenderung membebaskan kepada siswa untuk bermain atau
bergerak aktif selama proses pembelajaran pendidikan jasmani. Salah satu
olahraga atau mata pelajaran yang harus dan perlu di perhatikan oleh seorang
guru pendidikan jasmani adalah mata pelajaran senam lantai. Pada saat
pembelajaran senam lantai di perlukan teknik dalam melakukan praktik yang
aman dan tidak bisa di lakukan seacara asal-asalan. Namun pada kenyataan nya
banyak guru yangs melakukan pengajaran senam lantai hanya melalui
pemahaman secara teori tanpa memberikan contoh atau praktik yang benar.
Banyak siswa yang di biarkan bermain begitu saja tanpa adanya bimbingan oleh
3

guru Hal ini sering di temukan di sekolah sekolah dasar yang memang secara
sumber daya manusia memiliki kekurangan tenaga pendidik yang berkompeten
ini sering di temui di wilayah perdesaan atau jauh dari pusat perkotaan
Berdasarkan hasil observasi pra penelitian yang peniliti laksanakan pada
tanggal 15 mei 2022 yang bertepatan pada saat itu peneliti sedang melaksankan
tugas wawancara pada mata kuliah pembelajaran pengelolaan kelas, peneliti
meninjau dan bertanya lansung kepada salah satu guru penjas mengenai proses
pembelajaran penjas yang di terapkan di sekolah SDN 192 Kota pekanbaru.
Pada pelaksanaan pembelajaran penjas terutama mata pelajaran senam lantai
guru cenderung memberikan nilai kepada siswa yang bisa melaksakana gerakan
sempurna pada pembelajaran senam lantai.hal ini membuat hasil belajar yang
terjadi di sekolah SDN 192 Kota pekanbaru tidak begitu mengalami
peningkatan yang baik. Hal ini terjadi di sebabkan oleh minat belajar siswa yang
rendah,model pembelajaran yang membosankan yang mengakibatkan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) guru mata pelajaran yang di ampu tidak merata atau
bisa di katakan di tuntaskan sendiri oleh guru pengampu mata pelajaran yang
bersangkutan.
Dari permasalahan diatas peran guru sangatlah penting, salah satunya
bagaimana memilih model pembelajaran yang cocok untuk membangkit
partisipasi, semangat belajar dan rasa aman pada peserta didik. Salah satu model
pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik peserta didik yang senang
dan aktif bermain adalah s port education untuk memberikan hasil belajar yang
baik terhadap mata pelajaran senam lantai.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di permasalahan di atas, maka dapat di simpulkan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah melalui model pembelajaran discovery learning yang di terapkan
guru PJOK dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik?
4

2. Apakah melalui model pembelajaran discovery learning terhadap hasil


belajar senam lantai membuat suasana menyenagkan dan rasa aman peserta
didik?
3. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran discovery learning pada
pembelajaran PJOK terhadap hasil belajar senam lantai?

D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah melaui model pembelajaran discovery learning
yang di terapkan guru PJOK dapat memberikan hasil belajar senam lantai
yang baik.
2. Untuk mengetahui apakah melalui model pembelajaran discovery learning
terhadap hasil belajar senam lantai memberikan suasana menyenangkan dan
rasa nyaman peserta didik.
3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan model pembelajaran discovery
learning terhadap hasil belajar senam lantai pada pembelajaran PJOK.

E. Manfaat Pnenelitian
Setelah di lakukan penelitian lapangan nanti, maka hasil penelitian dapat
bermanfaat untuk:
1. Bagi peneliti
a. Bagi peneliti sebagai syarat untuk memproleh gelar sarjana pendidikan
(S1) di program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
JurusanPendidikan Olahraga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau.
b. Mengetahui secara jelas bagaimana pelaksanaan pembelajaran,
perencanaan model pembelajaran terhadap hasil belajar senam lantai di
kelas V SDN 192 Kota Pekanbaru.
c. Sebagai bahan penelitian dan kajian bagi mahasiswa selanjutnya.
2. Bagi siswa
a. Merasakan pengalaman pembelajaran yang menyenangkan dan aman
bagi peserta didik.
5

b. Memperoleh pengalaman aktif dalam pembelajaran peserta didik.


c. Meningkatkan semangat belajar, memberikan suasana pembelajaran
yang lebih menyenangkan dan rasa nyaman pada peserta didik.
3. Bagi guru Pendidikan Jasmani
a. Sebagai model pembelajaran baru bagi guru penjas dalam
melaksanakan pembelajaran di sekolah atau sebagai salah satu upaya
meningkat hasil belajar senam lanati di SDN 192 kota pekanbaru.
b. Sebagai upaya memperoleh hasil belajar senam lantai peserta didik

F. Definisi Oprasional

Menurut sugiyono (2011:38) variabel peneletian adalah segala sesuatu


yang berbentuk apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari
sehingga di peroleh informasi tentang hal tersebut, kemudian di tarik
kesimpulannya. Variabel penelitian ini adalah hasil belajar senam lantai,
sedngkan variabel terikatnya adalah discovery learning.

G. Kajian Teori
1. Pembelajaran PJOK
Pembelajaran menurut Nana sujana (2009:28) adalah kegiatan mengatur
dan mengorganisasikan lingkungan di sekitar siswa yang dapat mendorong
dan memudahkan minat siswa melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran
terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan dan memiliki
keteregantungan satu sama lain dan bekerjasama membentuk sebuah sistem
agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pembelajaran PJOK merupakan kegiatan mikro dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional, harus bertumpu pada upaya-upaya untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap rasional, teliti, jujur,
dan bertanggung jawab yang pada gilirannya pendidikan akan mampu
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan bertangggung
6

jawab. Pembelajaran lebih menggambarkan bahwa siswa lebih banyak


berperan dalam mengkonstruksikan pengetahuan bagi dirinya dan
pengetahuan bukanlah hasil transformasi dari guru. Sagala (2010: 57)
mengatakan pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang untuk membantu
seseorang mempelajari suatu kemampuan yang ada atau menilai yang baru.
Trianto (2010: 17) pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk
membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksinya dengan sumber
belajarnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Sanjaya (2011:
26) mengatakan pembelajaran adalah proses kerjasama antara guru dan
siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada, baik
potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat
dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi
yang ada diluar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar
sebagai upaya untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran merupakan
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk
membuat siswa belajara secara aktif yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar (Dyimyanti dan Mudjiono 2006: 297). Made (2009: 17)
menjelaskan beberapa variable yang berpengaruh dalam keberhasilan
proses pembelajaran, yaitu: (1) Kemampuan guru dalam membuka
pelajaran, (2) Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan inti
pembelajaran, (3) Kemampuan guru dalam melakukan penilaian
pembelajaran, (4) Kemampuan guru dalam menutup pembelajaran, (5)
Faktor penunjang lainnya, seperti kemampuan guru menggunakan bahasa
yang jelas dan mudah dipahami, sikap yang baik, santun dan menghargai
siswa, mampu mengorganisasi waktu sesuai dengan alokasi waktu yang
disediakan. Pembelajaran PJOK merupakan salah satu mata pelajaran yang
membutuhkan keterampilan dan kecermatan.
2. Hakikat model pembelajaran
Menurut Tiranto (2010) Model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Pengertian ini
7

hampir senada dengan Adi, namun Trianto di sini lebih menjabarkan pada
komponen-komponen dalam model pembelajaran. Komponen-komponen
tersebut di antaranya tujuan pembelajaran, langkah-langkah, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Sedangkan menurut Adi (2000)
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga dalam hal ini
penentuan model pembelajaran tidak lepas dari mempertimbangkan tujuan
pembelajaran. Kesinambungan model pembelajaran dengan tujuan
pembelajaran cenderung akan mempermudah dalam penyusunan model
pembelajaran secara menyeluruh. Ketika keduanya sinkron dan
penggambaran keseluruhannya sudah jelas, penyusunan strategi dan metode
pembelajaran bisa menjadi lebih mudah.

Dari beberap pengertian menurut para ahli di atas dapat di simpulkan


bahwa model pembelajaran merupakan penyusunan kegiatan dalam
pelaksanaan pembelajaran secara meneyluruh yang di jadikan sebagai
pedoman oleh seorang guru.

Ruang lingkup tersebut meliputi; materi, media, pendekatan-


pendekatan, alokasi waktu, metode, pola pembinaan terpadu, kompetensi
dasar peserta didik dan evaluasi.

a) Materi yang diajarkan haruslah sesuai kurikulum yang telah ditetapkan.

b) Media pembelajaran, termasuk sarana dan prasarana merupakan bagian


penting untuk menunjang suatu kegiatan belajar dan pembelajaran.
Baik itu sarana prasarana di sekolah, maupun yang dimiliki oleh siswa
itu sendiri.

c) Dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan sangatlah penting


dilakukana pleh seorang guru kepada siswanya. Hal ini bertujuan untuk
memberikan motivasi kepada siswa agar memiliki semangat balajar
8

yang tinggi. Misalnya memberi saran maupun pengarahan kepada siswa


apabila siswa tersebut melakukan kesalahan dalam kegiatan belajarnya.

d) Seorang pengajar harus bisa mengatur alokasi waktu belajar agar sesuai
dengan waktu yang diperlukan untuk menyampaikan materi yang ada.
Agar sesuai dengan target yang telah direncanakan.

e) Setiap guru memiliki metode atau cara dalam menyampaikan suatu materi
kepada siswa. Yang terpenting adalah bagaimana agar siswa tersebut
merasa nyaman dan tidak bosan dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Guru sebaiknya memberi kesempatan kepada siswa untuk
berdiskusi dalam memecahkan suatu masalah.

f) Pola pembinaan terpadu, merupakan pola pembelajaran yang


menekankan pada pembinaan kepada siswa untuk mampu bersikap
mandiri dalam memecahkan setiapa masalah.

g) Kompetensi dasar peserta didik, merupakan kemampuan yang dimiliki


oleh seorang peserta didik dalam menyampaikan materi maupun
pembelajaran kepada siswanya.

h) Dalam menentukan hasil akhir dari kemampuan siswa seorang guru


memberikan evaluasi berupa pertanyaan, tes maupun tugas kepada
siswa, lalu menganalisisnya, untuk mengetahui bagian-bagian mana
yang masih terdapaat kesalahan-kesalahan maupun yang belum
dimengerti oleh siswa.

Menurut Mahmud Achmad (2008: 1) Model adalah Model adalah


representasi dari suatu objek, benda, atau ide-ide dalambentuk yang
disederhanakan dari kondisi atau fenomena alam. Model berisiinformasi-
informasi tentang suatu fenomena yang dibuat dengan tujuan
untukmempelajari fenomena sistem yang sebenarnya. Model dapat
merupakan tiruandari suatu benda, sistem atau kejadian yang sesungguhnya
9

yang hanya berisiinformasi- informasi yang dianggap penting untuk


ditelaah.

3. Pembelajaran discovery learning


Menurut Durajad (2008) Model Discovery learning adalah teori belajar
yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar
tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan
mengorganisasi sendiri. Sedangkan menurut Effendi (2012) Discovery
learning merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan peserta didik
dalam pemecahan masalah untuk pengembangan pengetahuan dan
ketrampilan.
Dari teori di atas peneliti menyimpulkan bahwa discovery learning
merupakan proses pembelajaran yang tidak diberikan keseluruhan
melainkan melibatkan siswa untuk mengorganisasi, mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan untuk pemecahan masalah. Sehingga dengan
penerapan model discovery learning dapat meningkatkan kemampuan
penemuan individu selain itu agar kondisi belajar yang awalnya pasif
menjadi lebih aktif dan kreatif. Sehingga guru dapat mengubah
pembelajaran yang awalnya teacher oriented menjadi student oriented
sesuai dengan ketentuan Kurikulum 2013 ( K13).

4. Ciri-ciri pembelajaran discovery learning


Menurut Hosnan (2014, hlm. 284) menyatakan bahwa ciri utama
pembelajaran menemukan atau discovery leraning adalah sebagai berikut.
a. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,
menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan.
b. Pembelajarannya berpusat pada siswa.
c. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan untuk menggabungkan
pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah mapan.

5. Langkah –langkah discovery learning


10

Menurut Sinambela (2017) langkahlangkah Pelaksanaan


Pembelajaran Discovery learning yaitu:
Pertama, Stimulation (pemberian rangsangan). Siswa diberikan
permasalahan di awal sehinga bingung yang kemudian menimbulkan
keinginan untuk menyelidiki hal tersebut. Pada saat itu guru sebagai
fasilitator dengan memberikan pertanyaan, arahan membaca teks, dan
kegiatan belajar terkait discovery.
Kedua, problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah). Tahap
kedua dari pembelajaran ini adalah guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin kejadian-kejadian dari masalah
yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah)
Ketiga, data collection (Pengumpulan Data), berfungsi untuk
membuktikan terkait pernyataan yang ada sehingga siswa berkesempatan
mengumpulkan berbagai informasi yang sesuai, membaca sumber belajar
yang sesuai, mengamati objek terkait masalah, wawancara dengan
narasumber terkait masalah, melakukan uji coba mandiri.
Keempat, data processing (Pengolahan Data), merupakan kegiatan
mengolah data dan informasi yang sebelumnya telah didapat oleh siswa.
Semua informai yang didapatkan semuanya diolah pada tingkat
kepercayaan tertentu.
Kelima, verification (Pembuktian) yaitu kegiatan untuk
membuktikan benar atau tidaknya pernyataan yang sudah ada sebelumnya.
yang sudah diketahui, dan dihubungkan dengan hasil data yang sudah ada.
Keenam, generalization (menarik kesimpulan/generalisasi). Tahap
ini adalah menarik kesimpulan dimana proses tersebut menarik sebuah
kesimpulan yang akan dijadikan prinsip umum untuk semua masalah yang
sama Berdasarkan hasil maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari
generalisasi.

6. Keunggulan discovery learning


Kelebihan pada model discovery learning dapat disimpulkan
sebagai berikut: a) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan‐keterampilan dan proses‐proses kognitif, b) Model ini
memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannya sendiri, c) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa,
karena unsur berdiskusi, d) Mampu menimbulkan perasaan senang dan
bahagia karena siswa berhasil melakukan penelitian, dan e) Membantu
11

siswa menghilangkan skeptisme (keragu‐raguan) karena mengarah pada


kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

7. Hasil Belajar
Belajar merupakan proses untuk memperoleh prestasi hasil belajar.
Hasil belajar merupakan tujuan yang akan dicapai seseorang ketika ia
melakukan kegiatan pembelajaran. Nana Sudjana (2009:22)
berpendapat bahwa, “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaan belajarnya”.
Menurut Sudjana (2010: 22) Hudoyo (1990: 21) mengemukakan bahwa
dalam kegiatan mental, orang menyusun hubungan-hubungan antara
bagian-bagian informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian. Siswa
menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut
sehingga siswa itu dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan
bahan pelajaran yang dipelajari, yang merupakan hasil belajar. Arikunto
(1993: 23) mengungkapkan hasil belajar dapat dilihat dari dua jenis
yaitu behavior dan performance, yakni dua istilah yang menunjukkan
sesuatu yang dapat diamati oleh orang lain.
Menurut Blooms (2001:15) mengelompokkan hasil belajar menjadi
dua dimensi, yakni cognitive process yang meliputi pengetahuan (know
ledge), pemahaman (comprehention), aplikasi (aplication), analisis
(analysis), sintesis (syntesis) dan evaluasi (evaluation). Dimensi
knoledge yang terdiri atas fakta (faktual), konseptual (conceptual),
prosedural (procedural) dan etacognitive. Arikunto (2002:45)
mengatakan hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa
dalam mengikuti pembelajaran, dan hasil belajar ini biasanya
dinyatakan dalam bentuk angka, huruf ataupun kata-kata.
Sudjana (2009: 39) mengatakan hasil belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dalam diri siswa dan
faktor yang datang dari luar diri siswa atau lingkungan. Dapat
12

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah penguasaan yang dicapai siswa


setelah mengikuti proses pembelajaran dengan tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dilakukan
dengan cara evaluasi. Sebagaimana menurut Sanjaya (2008: 290)
evaluasi bertujuan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan dan untuk menentukan
keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah
diprogramkan.

8. Senam Lantai
Senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan fisik yang disusun
secara sistematis dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan
terencana untuk mencapai tujuan tertentu (Sutrisno & Khafadi, 2010).
Senam lantai merupakan bagian dari senam yang terdapat pada
Federation Internationale de Gymnastique yang termasuk senam artistik
(Wisahati & Santosa, 2010). Senam lantai merupakan salah satu nomor
dalam cabang olahraga senam yang dilakukan di atas lantai atau matras
(Mashar & Dwinarhayu, 2010). Olahraga senam lantai merupakan salah
satu unsur pendidikan yang mengutamakan kebiasaan hidup sehat,
pengembangan jasmani, pembinaan mental, dan pengendalian
emosional, serta pembinaan disiplin yang sangat tinggi (Aka, 2009).
Senam dapat diartikan sebagai bentuk gerakan fisik yang sistematis
yang dapat dilakukan pada lantai maupun matras. Senam sendiri terbagi
atas senam artistik, senam aerobik, senam lantai, dan senam irama yang
masing-masing terdapat aturan yang baku.

H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan gambaran di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis
sebagai berikut: jika model pembelajaran discovery learning di lakukan
pada pembelajaran PJOK khususnya mata pelajaran senam lantai maka hasil
belajar peserta didik kelas V DI SDN 192 kota pekanbaru akan meningkat.
13

I. Kajian Peneltian Yang Relevan


Meninjau hasil kembali mengenai pengambilan model prmbrlajaran
discovery learning terhadap hasil belajar merupakan proses pembelajaran
yang memberi kesempatan serta keterlibatan siswa dalam pembelajara
untuk memperoleh motivasi siswa,partisipasi dan kecerdasan intelektual
seperti dalam penelitian yang di lakukan oleh (1). darsana (2019)
menerapkan model pembelajaran disovery learning upaya meningkatkan
motivasi hasil belajar penjaskes kelas V semester satu tahun pelajaran
2018/2019 di SD Negeri 22 Ampenan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa terdorong untuk
mengadakan penelitian yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran
discovery learning Terhadap Hasil Belajar Senam Kelas V SDN 192 kota
Pekanbaru”

J. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana


teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di idemtifikasi sebagai
masalah penting ( Sugiyono, 2009). Metode yang di gunakan guru mampu
meningkatkan hasil belajar senam lantai peserta didik kelas VI SDN 192
Kota Pekanbaru. Peneliti memilih model pembelajaran discovery learning
sebagai meteode pembelajaran. Penerapan metode ini di maksudkan agar
peserta didik aktif berpartisipasi yang dapat menciptakan suasana belajar
yang menyenagkan dan berpusat pada siswa.

K. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penilaian tindakan kelas (PTK)
adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan
14

praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional ( Kanca,


2010:108)

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, PTK menurut Arikunto


(2015: 42) adalah sebagai berikut :

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan
SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan
15

Pada tahap ini peneliti dan guru kelas menyusun rancangan pembelajaran
yang terdiri dari :

a) Menyusun rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan


(treatment) yang diterapkan dalam penelitian, yaitu pembelajaran senam
lantaidengan model
b) Menyusun instrumen yang digunakan dalam siklus penelitian, yaitu
lembar observasi dan lembar penilaian senam lantai.
c) Menyiapkan media yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
d) Menyiapkan tempat dan alokasi waktu pelaksanaan penelitian.
e) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan rancangan


pembelajaran yang telah direncanakan, tahap ini dilakukan bersama dengan
tahap observasi terhadap dampak tindakan. Pada tahap pelaksanaan,
kegiatan yang dilakukan dalalah melaksanakan proses pembelajaran di
lapangan dengan langakah-langkah sebagai berikut :

a) Berdoa dan presensi.


b) Melakukan gerak pemanasan statis, dinamis, dan permainan yang
mengarah ke keterampilan senam lantai.
c) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
d) Menjelaskan rancangan pembelajaran senam lantai dengan model
discovery learning yang akan dilaksanakan.
e) Melakukan inti pembelajaran dan melakukan observasi.
f) Melakukan evaluasi dan tanya jawab atas materi yang telah
disampaikan.
g) Melakukan gerak pendinginan.
h) Berdoa dan re-presensi.
3. Observasi
16

Kegiatan obeservasi ini dilakukan bersama dengan kegiatan pelaksanaan


tindakan sesuai dengan rencana pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan
pengamatan terhadap penerapan pembelajaran langsung pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan dengan metode pembelajaran discovery learning
yang diterapkan terhadap proses pembelajaran senam lantai.

4. Refleksi

Dilakukan dengan menganalisis hasil observasi dan interpretasi


sehingga diperoleh kesimpulan apa saja yang perlu diperbaiki dan apa saja
yang perlu dipertahankan. Tahap ini mengemukakan hasil penemuan dari
pelaksanaan tindakan siklus I yang memerlukan perbaikan pada siklus
berikutnya.

5. Penilaian

Melakukan tes untuk mendapatkan hasil belajar gerakan senam lantai


dalam model pembelajaran discovery learning.

2. Rancangan penelitian
Menurut soegeng dalam tahir (2011:51) rancangan
penelitian adalah langkah-langkah penelitian yang terstruktur,
ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian sehingga data-data
yang di dapatkan adalah data yang akurat. Adapun rancangan pada
penelitian saya sebagai berikut:
1.Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini peneliti menentukan suatu perencanaan tindakan
yang akan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Membuat rencana pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran discovery learning dalm proses pembelajaran dalam
semam lantai.
b) Membuat lembaran observasi dengan menggunakan kamera
untuk mendokumentasikan fakta atau data-data selama proses
pembelajaran discovery learning yang diterapkan.
17

c) Menyiapkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan


pembelajaran dalam senam lantai.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yaitu implementasi atau penerapan
perencanaan yang telah disusun sebelumnya, yaitu mengenakan
tindakan di kelas dan diperbolehkan melakukan modifikasi, selama
tidak merobah prisip. (Arikunto, 2014: 18). Dalam proses
pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai guru yang terjun
langsung untuk melaksanakan pembelajaran senam lantai dalam
permbelajaran model discovery learning. Langkah-langkah yang
dimaksud dalam penelitian ialah :
a) Peneliti menetapkan langkah-langkah pembelajaran discovery
learning dalam pembelajaran senam lantai yang dirancang dalam
suatu pengajaran (scenario pengajaran).
b) Peneliti mengajar langsung dilapangan sekaligus melakukan
pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan.
c)Peneliti mencatat segala bentuk kegiatan, kejadia ataupun
kendala-kendala selama proses pembelajaran berlangsung
kedalam lembar observasi yang telah dipersiapkan.

3.Pengamatan

Untuk mempermudah pelaksanaan pengamatan, peniliti dibantu


oleh guru penjas ataupun rekan dari peneliti. yang menjadi objek yang
diamati alah seruh aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.

4.Refleksi
Pelaksanaan model pembelajaran discovery learning dalam
pembelajaran senam lantai yang dilakukan oleh peneliti sendiri
menghasilkam beberapa peristiwa atau kejadian berupa data-data.
Kemudian berdasarkan data-data tersebut dilakukan analisis sejak awal
18

kegiatan hingga akhir dan dilakukan tindakan perbaikan untuk rencana


tindakan berikutnya.

3. Tempat dan Waktu Penelitian


a. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini di lakukan SDN 192 kota pekanbaru ,
alasan pemilihan lokasi tersebut di karenakan SDN 192 kota
pekanbaru dekat dengan tempat tinggal peneliti dan bisa setiap saat
pergi ke lokasi sekolah tersebut, sebagian guru juga mengenal
peneliti yang akan memudahkan untuk melakukan penelitian
tersebut.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini di laksankan jika sudah melaksankan seminar
proposal dan mendapatkan izin untuk melaksankan penelitian serta
mendapatkan izin untuk melakukan penelitian.

4. Subjek Penelitian
Menurut muhammad idrus (2009) Subjek penelitian adalah
elemen benda, individu maupun organisme sebagai sumber
informasi yang di perlukan peneliti untuk mendapatkan data
penelitian. Sedangkan menurut kamus bahasa indonesia (1989: 862)
subjek penelitian adalah orang,tempat, atau benda yang di amati
dalam rangka pembubutan sebagai sasaran. Subjek pada penelitian
ini adalah siswa kelas V SDN 192 Kota Pekanbaru Tahun Pelajaran
2022/2023 yang berjumlah 74 orang.
.

5. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2002) Instrumen penelitian merupakan
alat bantu untuk mengumpulkan data atau informasi. adapun
instrument penelitian ini dibuat dalam bentuk tes. Tes yang
19

digunakan yaitu tes unjuk kerja gerakan senam lantai, yaitu sebagai
berikut :

Tabel 2 Modifikasi rubrik Penilaian Unjuk Kerja dalam senam lantai

Kualitas
No Aspek yang dinilai
1 2 3

a. Kognitif
1) Peresrta didik mampu memahami gerakan
senam lantai
2) Peserta didik mampu mengevaluasi gerakan
senam lantai
3) Peserta didik mampu mengingat gerakan senam
lantai

b. Psikomotorik
1) Posisi awal gerakan
2) Posisi gerakan
3) Posisi akhir gerakan
c. Afektif
1) Peserta didik bersikap disiplin
2) Peserta didik bersikap bertanggung jawab
20

3) Peserta didik bersikap sportivitas

Jumlah
Jumlah Skor Maksimal = 9
Sumber: Sairen (2017: 5)

Keterangan : 1 = Tidak Baik

2 = Cukup Baik

3 = Baik

Keterangan penilaian : setiap item kolom di atas disini dengan nilai 1-3 dengan
nilai maksimal 9

Keterngan nilai kualitas dalam senam lantai :

Nilai 4 diberikan jika peserta didik mampu melakukan gerakan lokomotor.

Nilai 2 diberikan jika siswa mampu melakukan gerakan non lokomotor

Nilai 1 diberikan jika siswa mampu melakukan gerakan manipulatif

Format Penilaian

Skor
No Nama Siswa Jumlah Ket
1 2 3
1 Siswa A 3 3 2 8
Jumlah 3x3=9
Keterengan : 1 = Sikap Awal Gerakan

2 = Posisi Pelaksanaan Gerakan

3 = Posisi Akhir Gerakan


21

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎


Nilai = 𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

8
Nilai = 9 𝑥 100 %

Nilai = 88,88

6. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data dan informasi pada penelitian ini
menggunakan:

1. Observasi

Menurut widoyoko (2014:46) observasi merupakan


pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap unsur –unsur
yang terlihat dalam gejalasuatu objek kejadian penelitian.

Untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan guru


selama kegiatan pembelajaran Di SDN 192 kota pekanbaru

2. Tes

Menurut zainal arifin (2016) tes merupakan suatu teknik


yang di gunakan dalam rangka melaksankan pengukuran.

Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar keterampilan


gerakan senam lantai yang dilakukan siswa.

3. Teknik Keputusan

Menurut george R. Terry penambilan keputusan adalah


pemilihan yang alternatif atau di anggap tepat untuk pemecahan
masalah.
22

Untuk mendapatkan informasi tentang penjelasan teori-teori


yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian sehingga dapat
menunjang landasan teori dalam penelitian ini.

7. Teknik Analisis Data

Menurut sugiyono (2018:482) analisis data adalah proses


mencari dan menyusun secara sistematis data yang di proleh menjadi
mudah di mengerti dalam sebuah permasalahan.

Data berupa angka akan dianalisis dengan analisis deskriptif


komparatif, menurut hasan (2002: 126-127) deskriptif kompratif adalah
membandingkan antara kondisi awal dengan perubahan yang terjadi
pada setiap tindakan. Peningkatan yang terjadi akan ditampilkan dalam
bentuk tabel sederhana untuk mendukung deskripsi verbal. Data
kualitatif hasil pengamatan akan dianalisis dengan analisis deskripsi
kritis dengan cara menampilkan data, menghubungkan dan
menganalisis secara sebab akibat.

Teknik Penilaian :

1. keterampilan senam lantai


Guna mengetahui keterampilan gerakan senam lantai maka
dilakukan tes. Tes yang dilakukan yaitu unjuk kerja melalui praktik
keterampilan gerakan senam lantai, kemudian dari hasil tes yang
dilakukan dinilai dengan perhitungan sebagai berikut :

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉


𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍

Tabel 3 Interval Kategori Hasil Belajar Senam Lantai

No Interval Kategori

1. 78 s/d 100 Tuntas


23

2. 10 s/d 77 Tidak Tuntas

2. ketuntasan belajar
Ketuntasan individu tercapai apabila siswa mencapai 78%
dari hasil tes atau nilai 78. Ketuntasan klasikal tercapai apabila 80%
dari keseluruhan siswa mampu melakukan gerakan senam lantai
dengan benar nilai minimal 78 maka kelas itu dikatakan tuntas.
Adapun rumus yang digunakan untuk penentuan ketuntasan klasikal
yaitu :
𝐹
𝑃= 𝑥 100% (𝑆𝑢𝑑𝑖𝑗𝑜𝑛𝑜, 2012: 43)
𝑁

Keterangan :

F = Frekuensi yang sedang dicari persentasinya

N = Jumlah siswa

P = Angka ketuntasan klasikal

Tabel 4 Interval Kategori Keterampilan Senam Lantai

No Interval Kategori
1. 90 s/d 100 Sangat Baik
2. 70 s/d 89 Baik
3. 50 s/d 69 Sedang
4. 30 s/d 49 Kurang
5. 10 s/d 29 Sangat Kurang

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1993. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.


24

pratama Singgih, Muhammad Jaya. "Implementasi Gaya Mengajar Discovery


untuk Meningkatkan Keterampilan Soccer Like Games Siswa Sekolah
Dasar." TEGAR: Journal of Teaching Physical Education in Elementary
School 3.1: 1-7.
Munthe, Surya Darma. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Servis Atas Permainan
Bola Voli Dengan Menggunakan Gaya Mengajar Discovery Learning Pada
Siswa Kelas XI SMK Swasta I Immanuel Kabanjahe Tahun Ajaran
2013/2014. Diss. UNIMED, 2014.
Patryansyah, Reza. Penerapan gaya mengajar guided discovery learning dalam
meningkatkan keterampilan bermain bolabasket. Diss. Universitas
Pendidikan Indonesia, 2017.
Munir, Ali, Arief Nur Wahyudi, and Aba Sandi Prayoga. "Pendekatan Model
Discovery Learning dalam Keterampilan Teknik Shooting Permainan Bola
Basket." Jurnal Pendidikan Modern 6.2 (2021): 68-73.

Darsana, Darsana. "Menerapkan Model Pembelajaran Discovery Learning Upaya


Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Penjaskes Kelas V Semester Satu
Tahun Pelajaran 2018/2019 Di Sd Negeri 22 Ampenan." Jurnal Ilmiah
Mandala Education 5.2 (2019): 47-56.

Kurdi, Fauziah Nuraini. "Penerapan student-centered learning dari teacher-


centered learning mata ajar ilmu kesehatan pada program studi
penjaskes." Forum Kependidikan. Vol. 28. No. 2. 2009.

Kurniasih, Nia. "MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN HASIL BELAJAR


DALAM MATERI SENAM IRAMA (AEROBIK) DENGAN
MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
SISWA SMAN 4 CIMAHI."

Lampiaran
25

No. Fase Kegiatan

Pembelajaran dimulai dengan guru mengajukan pertanyaan, contoh-contoh atau


referensi lainnya, dan penjelasan singkat yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah. Tahap ini berfungsi untuk menyiapkan kondisi belajar yang dapat
1. Stimlasi
membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan ajar. Siswa dihadapkan dengan
pertanyaan atau persoalan relevan untuk menumbuhkan keinginan untuk
menyelidiki dan mencari tahu sendiri jawabannya.

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan pendapat atau jawaban
2. Identifikasi masalah
sementara terkait dengan topik pembahasan.

Siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan informasi relevan sebanyak-


banyaknya untuk membuktikan apakah jawaban sementara yang mereka berikan
3. Pengumpulan data
sudah tepat atau belum. Hal ini dapat dilakukan dengan membaca buku atau sumber
daring, mengamati objek, eksperimen, dll.

Siswa mengolah informasi yang telah didapatkan baik melalui pengumpulan data,
4. Pengolahan data
kemudian menafsirkannya.

Siswa mempresentasikan hasil pengolahan informasi kelompoknya di depan kelas.


5. Pembuktian Siswa yang lain diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan, kritik dan
saran, serta pertanyaan.
26

Guru menuntun siswa untuk menarik kesimpulan dari temuan, tafsiran, dan
6. Generalisasi pembuktian yang telah dipresentasikan untuk mendapatkan suatu gambaran umum
atau jawaban atas persoalan yang dihadapi dan disetujui oleh setiap kelompok.

Guru mengulas kembali materi yang telah dipelajari bersama-sama oleh siswa dan
7. Penutup memberikan koreksi jika diperlukan serta rekomendasi dari proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai