Anda di halaman 1dari 32

Analisis Komunikasi Antarpribadi

Pada Film Still Alice

FINAL EXAM
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI

OLEH:
AZWANIL FAKHRI
NIM. 157045030

MAGISTER ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
ANALISIS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
PADA FILM “STILL ALICE”

1. Sekilas Film Still Alice


Film Still Alice adalah film dengan kategori drama yang diangkat
dari sebuah novel karya Lisa Genova dengan judul yang sama. Film
besutan pasangan sutradara Richard Glatzer dan Wash Westmoreland ini
dirilis pada 2015, di Amerika Serikat, setelah sebelumnya diputar di
Toronto International Film Festival pada 2011. Film ini telah mendapatkan
beberapa penghargaan, di antaranya, Academy Awards.
Dari perspektif komunikasi antarpribadi, film ini sangat layak
dijadikan bahan telaahan. Di dalamnya banyak diceritakan bagaimana
hubungan dan komunikasi antarpribadi dalam suatu keluarga sederhana.
Banyak adegan emosional yang menunjukkan hubungan dan komunikasi
dalam sebuah keluarga yang sedang menghadapi persoalan seorang ibu
yang terserang penyakit Alzheimer dini, di kala karirnya tengah berada di
puncak. Film ini juga menceritakan bagaimana dukungan yang terjalin
melalui komunikasi antarpribadi masing-masing individu baik dari
suami, anak-anak dan orang terdekatnya.
Still Alice menjadi film yang secara jujur menampilkan keseharian
yang bisa saja terjadi di tiap keluarga. Keterbukaan dalam komunikasi
antarpribadi anggota keluarga dapat dilihat dari bagaimana cara film ini
menggambarkan dukungan keluarga pada saat Alice (tokoh utama)
menderita Alzheimer, sangat menyentuh hati. Dimulai dari tak bisa
mengingat kata demi kata, tak dapat mengingat apa yang baru saja
dilakukan, tak dapat mengingat tempat, tak dapat mengingat apa yang
baru saja dikatakan, dan yang paling menyedihkan adalah kehilangan
kenangan. Alice selalu didampingi keluarganya yang tentu saja tidak
lepas dari konflik di dalamnya serta bagaimana dia mengatasi
penyakitnya secara total, berjuang mempertahankan segala yang telah
diraihnya.

2. Sinopsis Film Still Alice


Film Still Alice akan membawa kita pada kisah seorang perempuan
bernama Alice Howland, wanita yang sukses dalam karir dan sukses
dalam membangun keluarga kecilnya yang bahagia. Ia memiliki suami
yang juga sukses dalam karirnya dan tiga anak yang sudah dewasa,
kemudian mengetahui di pertengahan usianya ia harus mengalami situasi
yang sulit, menderita “penyakit pelupa”. Alice Howland dengan
‘beautiful mind’, wanita yang memiliki penyakit Alzheimer.
Dan inilah kisah singkatnya: Alice Howland adalah seorang
profesor psikologi kognitif di Columbia University dan ahli linguistik
terkenal di dunia, ia telah mengajar selama 25 tahun. Konflik dalam cerita
ini dimulai pada suatu hari, saat Alice keluar jogging. Dia menemukan
dirinya tersesat di Harvard Square dan tidak dapat menemukan jalan
pulang, padahal ia hanya satu mil dari rumahnya, pada rute yang selalu ia
lewati dalam perjalanan setiap hari. Mencoba untuk mencari tahu apa
yang sedang terjadi, Alice melakukan pencarian di Google untuk "gejala
menopause" dan mendapati bahwa gangguan yang ia alami disebabkan
oleh kurangnya estrogen.
Namun penyakit ‘kehilangan memori’ yang ia alami semakin
terlihat nyata dan serius. Pada saat ia sedang memberi kuliah di kelasnya,
Alice hanya menghabiskan 45 menit dan kemudian ia menyadari bahwa
ia tidak bisa mengingat topik dan bahan materi yang telah ia persiapkan
sebelumnya. Dan pada saat di rumah, suaminya mengingatkannya bahwa
seharusnya hari ini ia ada perjalanan bisnis di Chicago, bukan bersantai di
rumah.
Alice berusaha menjaga keharmonisan kehidupannya baik di
rumah maupun di tempat ia bekerja dengan penyakit anehnya itu. Alice
ketakutan untuk mengetahui bahwa penyakit yang ia alami jauh lebih
mengerikan daripada menopause. Kemudian Alice meminta kepada
dokter kandungannya untuk mereferensikannya ke dokter syaraf. Dari
dokter syaraf tersebut Alice mengetahui bahwa kehidupannya telah
berubah dengan dua kata, “penyakit Alzheimer”.
Ia mulai berperang melawan pemikiran-pemikirannya sendiri dan
ia tidak ingin menerima bahwa ia telah kehilangan kendali atas hidupnya.
Tetapi ia mengakui dan menyadari bahwa penyakit ini menyerang
kepalanya, membuat dunianya bergeser beberapa waktu lebih lambat.
Alice masih belum bisa menerima penyakit Alzheimer itu menimpanya, ia
memilih untuk mengabaikannya. Penyakitnya semakin parah, Alice
merahasiakan penyakitnya ini dari keluarganya, ia merasa bisa mengatasi
penyakitnya ini sendiri. Namun Alzheimer ini semakin membuat Alice
kehilangan dirinya sendiri dan keluarganya. Akhirnya keluarganya
mengetahui penyakitnya ini.
Ini merupakan kenyataan yang menyakitkan buat dirinya dan
keluarganya. Di mana ia dulu adalah sebagai “jangkar” untuk melindungi
keluarganya, sekarang ia harus bersandar pada suaminya dan tiga
anaknya agar ia aman. Semua harus bersama-sama menangani dan
memecahkan permasalahan ini, mereka perlu untuk menarik benang
hidupnya ini bersama-sama agar tidak kusut, ini yang disadari keluarga
Howland. Bahwa Alice tidak sendirian bersama penyakitnya, ada
dukungan, kasih sayang dan keluarga di sampingnya yang akan selalu
ada untuknya. Bagi Alice sendiri, dukungan dan kasih sayang
keluarganya membuatnya bahagia sekaligus menderita. Bagaimana tidak!
Untuk menikmati kesenangan sederhana saja, yang biasa ia lakukan
seperti jogging dan memasak menjadi tugas yang sekarang membutuhkan
bantuan.
Untuk seorang wanita yang dihargai kemerdekaannya,
ketergantungannya sekarang begitu jelas dan menyakitkan. Alice
mengetahui bahwa pada akhirnya semuanya tidak akan cukup baik,
namun ia berjuang untuk tetap mengontrol dunianya, bergulat selama ia
bisa untuk melawan penyakitnya, melawan dirinya sendiri. Alice tidak
ingin menjadi seseorang yang dihindari dan ditakuti. Dia ingin hidup
untuk melihat bayi Anna, dan mengetahui bahwa itu cucunya. Dia ingin
melihat Lydia melakukan sesuatu yang bisa membuatnya bangga. Dia
ingin melihat Tom jatuh cinta. Dia ingin membaca setiap buku yang dia
bisa, sebelum ia tidak lagi bisa membaca.
Alice menulis untuk dirinya sendiri, menggambarkan dirinya
seperti lilin yang sudah kehilangan cahayanya karena Alzheimer: ”Ketika
sesuatu sudah mulai redup, kau membutuhkan cahaya lain untuk tetap
melihat dunia”. Still Alice dengan ‘beautiful mind’, akan membuat kita
memperoleh pemahaman tentang mereka yang terkena dampak awal-
awal Alzheimer. Film ini menginspirasi kita bagaimana melihat
Alzheimer dalam pandangan yang berbeda.

3. Karakter tokoh dalam Film


Untuk menganalisis komunikasi dan hubungan antarpribadi dalam
film Still Alice, ada baiknya kita kenali terlebih dahulu masing-masing
karakter tokoh dalam film ini.
1) Alice Howland; seorang profesor psikologi kognitif dan linguistik
yang sukses dalam karir dan pernikahannya, mandiri dan
berusaha keras untuk berjuang mempertahankan hidup setelah
didiagnosa Alzheimer yang akhirnya mengubah semua hidupnya.
2) John Howland; seorang dokter, lelaki penyayang, pekerja keras
dan ambisius dalam karir, sabar mendampingi istri yang semakin
lama melupakan kenangan mereka dan dirinya karena penyakit
Alzheimer dan akhirnya menerima keadaan itu.
3) Anna Howland-Jones; putri sulung keluarga Howland yang
berperan sebagai pengacara, yang memiliki karakter tegas, egois
dan mendominasi dalam keluarga.
4) Tom Howland; adalah putra kedua keluarga Howland,
mahasiswa kedokteran, cemas akan kondisi ibunya, memiliki
hubungan dekat dengan ayahnya namun sering berdebat dengan
kakak tertuanya sebagai pengalah dan sering berganti pacar.
5) Lydia Howland; putri bungsu keluarga Howland yang teguh
pendirian untuk menggapai mimpinya sebagai aktris,
pemberontak, apa adanya, mandiri dan lepas dari keluarga
namun memberikan dukungan yang lebih kepada ibunya
daripada anggota keluarga lainnya.

6) Charlie Jones; suami Anna Howland yang penyayang, suka


bercanda dan beradaptasi dengan baik dalam keluarga, sering
menengahi perdebatan Anna dan Lidya dan terkadang berada di
bawah kendali istri.
7) Eric Wellman; rekan kerja Alice di Columbia University¸ berbicara
terbuka dan merasa prihatin dengan kondisi Alice namun tidak
bisa memberikan bantuan yang dibutuhkan Alice.
8) Dr. Travis Benjamin, seorang Neurologist (ahli syaraf) yang
menangani Alice, dengan sabar memberikan penjelasan dan
memberikan dukungan kepada Alice untuk berjuang menghadapi
penyakitnya.
4. Komponen Komunikasi Antarpribadi yang digunakan
Dalam film Still Alice, hampir semua percakapan yang terjadi
adalah komunikasi antarpribadi yang melibatkan Alice sebagai tokoh
utama. Dapat dijelaskan, hal yang diamati untuk di analisis dalam film ini
adalah sebagai berikut:
1) Adakah hubungan antarpribadi yang terjalin
2) Jelaskan tahapan-tahapan hubungan antarpribadi yang ada
3) Apakah ada terjadi konflik di sana
4) Bagaimana pengelolaan konfliknya
5) Negosiasi
6) Pemanfaatan Computer Mediated Communication dan Teknologi
Informasi dalam komunikasi antarpribadi
7) Bagaimana pengembangan hubungan yang ada

5. Analisis Film Still Alice dalam Komunikasi Antarpribadi


5.1. Hubungan Antarpribadi
Para ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi antarpribadi
secara berbeda-beda. Joseph DeVito (1997) melihat komunikasi
antarpribadi dari sisi berbeda: (1) Berdasarkan komponen, di mana
komunikasi antarpribadi diartikan sebagai komunikasi dari satu orang
kepada orang lain atau sekelompok kecil orang dengan berbagai
dampaknya dan peluang untuk memberikan umpan balik segera; (2)
Berdasarkan hubungan diadik di mana komunikasi antarpribadi diartikan
sebagai komunikasi yang berlangsung antara dua orang yang mempunyai
hubungan yang mantap dan jelas, (3) berdasarkan pengembangan,
komunikasi antarpribadi dilihat sebagai akhir perkembangan dari
komunikasi yang bersifat tak pribadi (impersonal) pada satu ekstrim
menjadi komunikasi yang intim pada ekstrim yang lain.
Hubungan antarpribadi seperti layaknya komunikasi antarpribadi
bersifat transaksional di mana setiap individu yang terlibat saling
mempengaruhi satu dengan lainnya. Terkait dengan hal ini maka
hubungan antarpribadi dimaknai sebagai suatu sistem sekaligus proses.
Hubungan antarpribadi sebagai suatu sistem di mana perubahan yang
terjadi pada satu elemen dalam hubungan akan berpengaruh pada elemen
lainnya. Semakin bergantung satu dengan yang lain, maka semakin
besarlah pengaruh yang dirasakan bila terjadi perubahan pada satu
elemen. Sebagai sebuah proses, hubungan antarpribadi disebutkan terus
berubah, berkembang dan dinamis. Perubahan yang terjadi mungkin
tidaklah besar, namun sebagai bagian dari hubungan, individu pasti juga
mengalami perubahan.
Dalam film Still Alice terdapat beberapa hubungan antarpribadi.
Hubungan antarpribadi menurut Duck & Gilmour dalam Budyatna dan
Ganiem (2011) didefinisikan sebagai serangkaian interaksi antara dua
individu yang saling kenal satu sama lainnya. Sedangkan menurut Miller
dan Steinberg hubungan antarpribadi adalah hubungan komunikasi
meliputi prediksi timbal balik berdasarkan data psikologis. Maksudnya
yaitu kontak atau interaksi antarpribadi satu sama lain memiliki suatu
prediksi tentang profil satu sama lain, baik berupa perilaku komunikasi
maupun data psikologis. Dalam memprediksi profil orang lain, pesan
disampaikan sebagaimana penafsiran terhadap lawan bicara. Dalam
proses komunikasi tersebut, pesan akan bernilai jika komunikator mampu
menggunakan secara efektif jika lawan komunikasi memperoleh informasi
lebih lanjut.
Dalam pada ini, hubungan antarpribadi yang ada dalam film ini
adalah:
1) Hubungan suami-istri antara Alice Howland dan suaminya John
Howland.
2) Hubungan ibu dan anak antara Alice dan ketiga anaknya yaitu
Anna, Tom dan Lidya.
3) Hubungan ayah dan anak antara John Howland dengan ketiga
anaknya yaitu Anna, Tom, dan Lidya.
4) Hubungan suami-istri antara Anna Howland dan suaminya Charlie
Jones
5) Hubungan adik-kakak antara Anna, Tom dan Lidya
6) Hubungan rekan sekerja antara Alice Howland dan Eric Wellman

Film Still Alice yang berlatar drama keluarga banyak menampilkan


komunikasi antarpribadi, terutama komunikasi dalam keluarga Howland.
Alice sebagai tokoh utama digambarkan dalam karakter yang lengkap,
seorang isteri, ibu dari 3 anak, sekaligus wanita yang berkarir sebagai
pengajar (dosen) di Columbia University. John Howland, lelaki yang
berprofesi sebagai dokter digambarkan sebagai suami penyayang, dan
‘ngemong’ pada keluarganya. Mereka memiliki anak dengan karakter yang
unik pada masing-masingnya. John dan Alice berkomunikasi kepada
ketiga anaknya atas dasar hubungan keluarga.
Keluarga bila didefinisikan secara tradisional mungkin akan
merujuk pada pasangan suami istri dengan anak-anak. Namun kini tidak
dapat dipungkiri ada juga orang tua tunggal yang membesarkan anaknya,
pasangan yang hidup bersama tanpa menikah atau pasangan sejenis yang
tinggal bersama, yang semuanya juga disebut sebagai keluarga. Beberapa
karakteristik keluarga antara lain adanya pembagian peran, adanya
tanggungjawab dan kewajiban, berbagi sejarah dan masa depan, dan
tinggal bersama. Pengklasifikasian keluarga dapat dibagi berdasarkan
beberapa cara, namun berdasarkan konformitas (kesesuaian) dan
perbincangan (coversation) maka keluarga bisa dibagi menjadi :
a. Consensual families, memiliki konformitas dan perbincangan yang
tinggi. Keluarga ini mendorong komunikasi yang terbuka dan
adanya persetujuan.
b. Protective families, memiliki konformitas tinggi namun minim
perbincangan. Keluarga ini menekankan persetujuan dan
menghindari konflik dengan hanya sedikit komunikasi.
c. Pluralistic families, memiliki konformitas rendah namun
perbincangan tinggi. Keluarga ini mendorong anggota keluarga
untuk mengungkapkan perbedaan tingkah laku dan pemikiran
melalui komunikasi terbuka.
d. Laissez-faire families, memiliki konformitas dan perbincangan yang
rendah. Keluarga ini menghindari interaksi dan komunikasi,
menjaga privasi dan mendorong perilaku “lakukan semaumu”.

Ditilik dari kesesuaian dan klasifikasi perbincangannya, keluarga


Alice dan John Howland memiliki dua klasifikasi, yakni consensual families
dan pluralistic families. Ini tampak dari komunikasi yang dilakukan oleh
dan antar sesama dalam keluarga Howland. Alice dan suami serta anak-
anak berbagi suka dan duka bersama, memahami karakter satu sama lain
dengan baik, terlibat dalam konflik keluarga, dan saling membuka diri
dalam setiap permasalahan, terutama pada saat Alice menyampaikan
hasil diagnosa penyakit yang diidapnya (mulai menit ke 27.10 dalam
tayangan film), ungkapan rasa kasih sayang keluarga dan dukungan
penuh untuk melawan penyakitnya itu menunjukkan komunikasi yang
erat dan harmonis dalam hubungan antarpribadi.
Alice dan John Howland memiliki hubungan cinta yang harmonis.
Baron dan Byrne (2003) mendefinisikan cinta sebagai sebuah kombinasi
emosi, kognisi, dan perilaku yang ada dalam sebuah hubungan intim. 
Dalam teorinya, Stenberg mengemukakan bahwa cinta memiliki tiga
dimensi, yaitu hasrat (passion), keintiman (intimacy), dan
komitmen/keputusan (comitment/decision). Cinta merupakan perasaan
yang ditandai dengan kedekatan, kepedulian, keintiman, hasrat dan
komitmen.
Hubungan Alice dengan rekan kerjanya Eric Wellman,
menunjukkan komunikasi antarpribadi dalam lingkup hubungan kerja
dan hubungan pertemanan asosiasi. Lingkungan kerja memungkinkan
segala jenis komunikasi bisa terjadi, dan pada akhirnya segala jenis
hubungan pun bisa terlihat. Hal ini tentu tidak terlepas dari budaya yang
berlaku di mana terdapat ritual, norma dan aturan dalam berkomunikasi.
Eric Wellman sebagai rekan mengajar Alice menggunakan dua gaya
ketika berkomunikasi dengannya, yakni Lateral communication;
penyampaian pesan antar rekan yang setara, misalnya manajer dengan
manajer atau dua orang profesor di sebuah universitas; dan Grapevine
messages; pesan komunikasi yang penyalurannya tidak mengikuti bentuk
formal yang ada dalam organisasi. Biasanya pesan berisi hal-hal yang
bersifat personal atau isu-isu.
Ini terjadi ketika Eric (mulai menit ke 32.17 dalam tayangan film)
meminta penjelasan tentang banyaknya keluhan yang disampaikan oleh
mahasiswa melalui email kampus tentang menurunnya kemampuan Alice
mengajar, Eric menyentuh hal yang bersifat amat pribadi kala
menanyakan apakah masalah itu muncul karena Alice sedang memiliki
masalah dengan John, serta menawarkan bantuan. Alice kemudian
mencoba menjelaskan tentang penyakitnya kepada rekan kerjanya.
Patterson dalam DeVito (2013) menyebutkan bahwa hubungan
Pertemanan asosiasi (the friendship of association), bersifat sementara. Ini
didefinisikan bukan sebagai persahabatan sejati. Pertemanan asosiasi
seperti halnya dengan teman sekelas, tetangga atau rekan kerja. Tidak
terdapat loyalitas besar, kepercayaan besar, tidak ada prinsip memberi
dan menerima secara sungguh-sungguh.
Sementara itu, hubungan antara Alice dengan Dr. Benjamin (Ahli
Syaraf) tidak terjalin hubungan komunikasi antarpribadi, meski
pembicaraan mereka berkisar hal pribadi. Alice dan Dr. Benjamin hanya
berkomunikasi secara profesional tentang penyakit yang dideritanya.
5.2. Tahapan dalam Hubungan Antarpribadi
Menurut Bochner, Capella dan Miller dalam DeVito (1997) ada tiga
rancangan utama defenisi tahapan pengembangan hubungan dalam
komunikasi antarpribadi, sebagai berikut:
1) Definisi berdasarkan komponen (componential)
Definisi berdasarkan komponen menjelaskan komunikasi
antarpribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya dalam
hal ini, penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh
orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan
dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.
2) Definisi berdasarkan Hubungan Diadik (Relational Diadik)
Dalam definisi berdasarkan hubungan, kita mendefinisikan
komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi yang berlangsung antara
dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. Misalnya,
komunikasi antarpribadi meliputi komunikasi yang terjadi antara
pramuniaga dengan pelanggan, anak dengan ayah, dua anak dalam suatu
wawancara, dan sebagainya. Dengan definisi ini hampir tidak mungkin
ada komunikasi diadik (dua orang) yang bukan komunikasi antarpribadi.
Hampir tidak dihindarkan, selalu ada hubungan tertentu antara dua
orang. Bahkan orang asing disebuah kota yang menanyakan arah jalan ke
seorang penduduk mempunyai hubungan yang jelas dengan penduduk
itu segera setelah pesan pertama disampaikan.
3) Definisi berdasarkan Pengembangan (Developmental)
Dalam rancangan pengembangan (developmental), komunikasi
antarpribadi dilihat sebagai akhir dari pengembangan dari komunikasi
yang bersifat tidak pribadi (impersonal) pada satu ekstrim, menjadi
komunikasi pribadi atau intim pada ekstrim yang lain.
Tahapan dalam hubungan antarpribadi yang menarik perhatian
dalam Still Alice dapat dilihat pada hubungan antara Alice dan John, serta
hubungan antara Alice dan Lidya.
a) Tahapan hubungan Alice dan John Howland
Tahapan hubungan yang pertama sekali adalah hubungan antara
Alice dan suaminya. Hubungan mereka sudah berada pada tahap
sempurna. Rumahtangga yang bahagia, anak-anak yang sukses, karir
yang cemerlang. Namun pada saat dihadapkan sebuah masalah yaitu
penyakit Alzheimer, keluarga ini berada dalam ujian dan membuat
keadaan menjadi terbalik.
Dilihat dari definisi yang ada, hubungan hangat dan mesra Alice
dan John tergolong pada hubungan relasional diadik, yakni kita
mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi yang
berlangsung antara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap
dan jelas. Ketika Alice divonis terserang Alzheimer dini, John
menguatkannya untuk menghadapi penyakit itu.
Teori yang diungkapkan Mark Knapp (dalam Liliweri, 2015) tentang
tahapan dalam hubungan antarpribadi maka dapat diperhatikan pada
gambar berikut ini:

Gambar 1. Tahapan hubungan antarpribadi


Dari gambar di atas, hubungan Alice dan John berada pada tahap
coming together. John senantiasa berupaya untuk memahami kondisi Alice.
Dengan kondisi Alice yang demikian, John (mulai menit ke 61.10 dalam
tayangan film) bahkan berencana untuk pindah ke Rochester, Minnesota
demi perawatan Alice yang lebih baik.
Meskipun John menawarkan harapan baru di Minnesota namun
Alice menganggap bahwa ia hanya mampu mengingat kenangan dan
tempat di mana dia berada sekarang bersama John dan anak-anak. John
akhirnya mengurungkan rencana kepindahan itu. John senantiasa
mendampingi Alice, walau sesekali ia tampak kesal dengan keadaan
mereka. Ia memegang janjinya (mulai menit ke 41.40 dalam tayangan
film), ketika sedang bermesraan berdua di tepi pantai dekat villa mereka,
“Aku mencintaimu apa adanya”, “Aku menerima segala keadaanmu”.
Topik yang membahas hubungan atau relationship merupakan salah
satu topik dalam ilmu komunikasi yang paling banyak menarik perhatian
karena mengandung banyak sekali aspek menarik didalamnya. Menurut
Littlejohn dan Foss dalam Morissan (2013), banyak orang tertarik dengan
topik hubungan karena setiap hubungan memiliki dimensi yang berbeda.
Adakalanya suatu hubungan terjalin sangat mudah dan menyenangkan
namun tidak jarang orang memiliki hubungan yang sulit sehingga
hubungan itu tampak aneh dan tidak menarik.

b) Tahapan Hubungan Alice-Lidya


Dalam film ini, tahapan hubungan antara Alice dan Lidya adalah
bagian kedua yang paling menarik ditelaah. Sebab, hubungan keduanya
senantiasa mengalami pasang surut akibat kerap terlibat dalam konflik.
Hubungan antarpribadi dapat dijelaskan dengan mengidentifikasi
karakteristik penting, yaitu :
1. Hubungan terbina melalui tahapan-tahapan
2. Keluasan dan kedalaman hubungan
3. Hubungan Akrab
4. Masalah-masalah yang berhubungan dengan keakraban

Kebanyakan hubungan, mungkin semua, berkembang melalui


tahap-tahap menurut Knap dan Wood dalam DeVito (1997). Kita tidak
menjadi kawan akrab segera setelah pertemuan terjadi. Kita
menumbuhkan keakraban secara bertahap, melalui serangkaian langkah
atau tahap, dan hal yang sama berlaku untuk kebanyakan hubungan
lainnya. DeVito (1997) menguraikan tahap-tahap penting dalam
pengembangan hubungan terlihat dalam gambar berikut ini :

Gambar 2. Model hubungan lima tahap dalam hubungan antarpribadi


Kelima tahapan ini adalah kontak, keterlibatan, keakraban, perusakan
dan pemutusan. Tahap-tahap ini menggambarkan hubungan seperti apa
adanya, bukan mengevaluasi atau menguraikan bagaimana seharusnya
hubungan itu berlangsung.
Tahapan hubungan antarpribadi Alice dan Lidya seringkali berada
pada tahap keakraban – perusakan – keakraban. Misalnya ketika Alice (mulai
menit ke 05.46 dalam tayangan film) menemui Lidya di apartemen
sederhana miliknya. Alice digambarkan masih saja sering
mempertanyakan pilihan Lidya yang tetap memilih menjadi pemain
teater untuk menunjang cita-citanya menjadi aktris. Di sisi lain, Lidya
kedua kakaknya. Hubungan yang akrab tadi akhirnya masuk pada tahap
perusakan akibat tidak adanya kesepahaman makna dari komunikasi yang
dilakukan.
5.3. Konflik
Menurut Budiyatna & Ganiem (2011) sepakat bahwa tidak seorang
ilmuwan komunikasi antarpribadi sepakat dengan defenisi konflik,
namun demikian mereka sependapat bahwa ketidakcocokan atau
imcompatibility sebagai karakteristik utama, misalnya:
a. Deutsch (1973): ”Timbulnya konflik apabila aktivitas-aktivitas
yang tidak cocok muncul. Suatu tindakan dikatakan tidak cocok
atau bertentangna dengan tindakan pihak lain yang sifatnya
mencegah, merintangi, mencampuri, merugikan atau dalam hal
tertentu tindakan pihak lain menjadi kurang menyenangkan atau
kurang efektif”.
b. Hocker dan Wilmot (1995) “Konflik antarpribadi sebagai
perjuangan yang dinyatakan antara paling tidak dua pihak yang
saling bergantung yang memersepsikan tujuan-tujuan yang tidak
cocok atau imcompatible goals, sumber-sumber yang langka dan
campur tangan pihak lain dalam mencapai tujuan mereka”.
c. Vander Zanden (1984), “Konflik merupakan bentuk interaksi
manusia baik secara individual maupun kelompok memersepsikan
diri mereka sebagai terlibat dalam perjuangan mengenai sumber-
sumber atau nilai-nilai sosial” (Kreisberg, 1973; Scherer et al., 1975
dalam Budyatna, 2011: 277).
d. George Wihelm Hegel dan Karl Marx mengatakan bahwa konflik
merupakan instrument yang perlu untuk perubahan dan
kemajuan.
e. George Simmel (1955) dan Lewis Coser (1956) melihat konflik
sebagai sarana bagi pembentukan kelompok-kelompok sebagai
perekat sosial merajut manusia bersama-sama dalam unit-unit
sosial.

Jadi dapat dikatakan bahwa Konflik adalah ketidakcocokan antara


dua orang atau lebih yang dapat menimbulkan pertikaian yang biasanya
disebaban oleh adanya perbedaan baik individu maupun kelompok,
keinginan tidak sesuai dengan kenyataan, perbedaan perasaan dan
pendirian di antara mereka dan perbedaan kepentingan.
Ada beberapa model konflik yang terjadi dalam adegan film Still
Alice, di antaranya:
a) Konflik prinsip/komunal
Konflik prinsip/komunal berkenaan dengan dengan
ketidaksetujuan mengenai hal-hal yang dianggap baik dan yang
mencerminkan perbedaan-perbedaan nilai; konflik komunal menganggap
pihak-pihak yang berselisih setuju berkenaan dengan nilai-nilai mereka,
tetapi berbeda mengenai bagaimana mereka harus bertindak. Dalam pada
ini, adegan (mulai menit ke 07.29 dalam tayangan film) terjadi konflik
antara Alice dan Lidya perihal pilihannya menjadi seorang pemain peran
atau aktris. Menurut Alice, Lydia anak yang pintar dan masih banyak lagi
yang bisa dilakukannya dalam hidupnya seperti melanjutkan kuliah.
Namun Lydia menyatakan bahwa ia tahu apa yang ia lakukan dan benar-
benar bahagia dengan menentukan pilihannya sendiri.
Alice dan Lidya kembali terlibat konflik prinsip/komunal ketika
mereka sedang berjalan menyusuri pantai menuju villa. Alice (mulai
menit ke 47.29 dalam tayangan film) kembali menyampaikan
keinginannya untuk melihat Lidya berkuliah. Tapi Lidya tetap pada
pendiriannya.
b) Konflik realistik/non-realistik
Coser (dalam Budyatna dan Ganiem, 2011) berpendapat bahwa
konflik timbul dari perasaan frustasi, bahwa sumber frustasi itu tidak
perlu dari pihak yang bertengkar. Konflik nonrealistik sering kali muncul
dari situasi di mana individu tidak dapat menghadapi sebab frustasi dan
akibatnya melemparkan kemarahan kepada orang lain. Dalam pada ini,
adegan konflik realistik/non-realistik tersaji (mulai menit ke 22. 30 dalam
tayangan film) ketika Alice berbicara dengan John bahwa ia sudah
berkonsultasi ke ahli syaraf yang menduga Alice terserang Sindrom
Alzheimer dini. Tapi John belum mempercayai hal itu sampai diagnosa
dinyatakan resmi oleh dokter, karena masih berupa dugaan.
Konflik model ini kembali terjadi (mulai menit ke 23.30 dalam
tayangan film), ketika Alice kembali marah kepada John yang masih tidak
mempercayai dugaan penyakitnya. Kembali terjadi (mulai menit ke 35.15
dalam tayangan film) ketika John mengkhawatirkan keadaan Alice.
Padahal mereka sudah berjanji untuk makan malam bersama di suatu
restoran masakan Thailand, ternyata Alice melupakan janji itu. Alice
malah pergi jogging dan singgah untuk menikmati es krim kesukaannya di
cafe Pinkberry.
c) Konflik pribadi/individu super
Konflik Pribadi yaitu konflik di mana individu bertindak untuk
kepentingan dirinya sendiri. Konflik individu super di mana individu
bertindak untuk kepentingan kolektivitas. Apabila individu bertindak
untuk orang lain dan bukan hanya untuk dirinya sendiri ia cenderung
memperkuat dan menjadikan radikal posisinya.
Konflik pribadi/individu super, misalnya terjadi (mulai menit ke
54.00 dalam tayangan film) yang melibatkan Anna – Tom – Lidya – Alice -
Charlie dalam percakapan berikut ini:
Alice : Lydia, jam berapa teatermu?
Lydia : Jam 8
Charli :Lidya kau gugup untuk besok malam?
Lidya : Ya. Aku akan baik-baik saja saat di sana besok malam. Tapi
aku jelas harus menganggap kalian tak ada.
Alice : Maaf, jam berapa tadi kau bilang?
Lidya : Jam 8
Anna : Ibu tak perlu mencatatnya.
Alice : Tak apa, aku perlu mencatatnya. Di mana tempatnya?
Lidya : The Saugatuck Theater.
Alice : Bisakah kau mengejanya?
Lidya : Tentu, s-a-u-g-a-t-u-c-k...
Anna : Bu, kami takkan lupa mengajak ibu kenapa ibu harus
khawatir dengan mengingat sesuatu jika tidak perlu.
Lydia : Biarkan saja dia mencatatnya, dia takkan khawatir.
Anna : Astaga!
Tom : Anna, kau tak membantu.
Anna : Kau yang tidak membantu!
Lydia : Biarkan saja dia mencatatnya, dia takkan khawatir.
Anna : Itu masalahmu! Kenapa kau bicara seolah-olah ibu tidak
duduk di sini?! Tidak, aku sedang bicara padanya, iya ‘kan
bu?
Alice : Iya, benar
Anna : Terimakasih, dan apa yang membuatmu merasa hebat?
Lydia : Oh. Diam!
Anna : Dewasalah Lydia!
Lidya : Masa bodoh!
Anna : Itu perkataan yang manis. Kau ingin aku menunjukkannya
yang benar saja. Diam!
Lydia : Kau yang diam!
Dalam perdebatan Anna dan Lydia, Alice menengahi: “Anak-anak,
hentikan kumohon!”

d) Konflik dinyatakan/tidak dinyatakan


Konflik yang dinyatakan memungkinkan individu untuk
mengeluarkan amarahnya atau uneg-unegnya dan mengarah kepada
penyelesaian perselisihan, kedua pihak dapat meningkatkan stabilitas
hubungan. Konflik yang tidak dinyatakan diperkirakan dapat
menciptakan ambivalensi hubungan bahkan permusuhan bahkan
konfrontasi.
Konflik model ini salah satunya terjadi (mulai menit ke 25.10 dalam
tayangan film) ketika mereka selesai berkonsultasi pada ahli syaraf. Ketika
hendak menuju ke suatu ruangan, John menumpahkan kekesalannya
pada pintu lift yang hendak mereka naiki. John terlihat kesal setelah
mendengarkan langsung diagnosa dokter atas penyakit Alzheimer dini
yang menyerang Alice, tapi ia menolak menerima kenyataan itu.
Telaahan lain model konflik ini adalah konflik antara Anna dan
Lidya. Sepanjang durasi film tampak menggambarkan bahwa memang
ada ketidakcocokan di antara mereka.
e) Konflik antagonistik/dialektikal
Ketidakcocokan antagonistik muncul apabila para mitra relasional
memiliki kebutuhan-kebutuhan yang bertentangan, seperti apabila
seorang individu menginginkan otonomi pribadi yang lebih besar di
dalam hubungan tetapi mitranya menghendaki hubungan atau
keterikatan yang lebih besar.
Ketidakcocokan dialektikal muncul apabila para mitra mencari
atau mengejar kebutuhan-kebutuhan yang adanya saling ketergantungan
yang agaknya bertentangan. Misalnya, para individu dapat
mengingingkan otonomi dan keterhubungan tetapi untuk memenuhi
kebutuhan yang satu dapat mengurangi pemenuhan kebutuhan lainnya.
Menurut Verderver et. al. (dalam Budyatna dan Ganiem, 2011) konflik
dapat dibagi dalam 5 kategori besar:
 Konflik Semu; Konflik yang nyata atau jelas kelihatan tetapi tidak
betul-betulan. ini terjadi di dalam situasi mengenai ketidakcocokan
yang nyata antara kebutuhan-kebutuhan atau gagasan dari kedua
mitra. Bentuk yang umum adalah merengek-rengek, olok-olokan
ringan, ejekan, dan perilaku menghina atau mengejek.
 Konflik Fakta; Sering kali mengacu kepada konflik sederhana, terjadi
apabila informasi yang seseorang sampaikan dibantah atau
diperdebatkan oleh pihak yang satunya. Konflik-konflik semacam
ini adalah "sederhana" karena akurasi informasi yang
memperdebatkan dapat dibuktikan.
 Konflik Nilai; Konflik-konflik nilai terjadi apabila keyakinan
seseorang dianutnya begitu mendalam apa yang dinilainya baik
atau buruk, berguna atau tidak berguna, bermoral atau tidak
bermoral sifatnya bertentangan. Konflik nilai terjadi; (1) bila kita
memberatkan mengenai apa yang kita yakini baik/buruk; (2) bila
kita membedakan prioritas pada sebuah nilai.
 Konflik Kebijakan; Terjadi apabila dua orang di dalam suatu
hubungan tidak setuju mengenai apa yang akan menjadi rencana
yang tepat, mengenai pelaksanaannya, atau perilaku yang
berkenan dengan sebuah masalah yang dipersepsikan.
 Konflik Ego; Terjadi apabila orang-orang yang terlibat memandang
“memenangkan” konflik sebagai hal penting untuk memelihara
citra diri mereka yang positif. Apabila kedua orang melihat konflik
sebagai ukutan mengenai siapa mereka, bagaimana mereka,
seberapa hebatnya mereka, terhadap siapa mereka punya pengaruh
atau kekuasaan.

Salah satu konflik antagonistik/dialektikal yang terjadi dalam film


Still Alice yakni ketika Alice (mulai menit ke 50.50 dalam tayangan film)
masuk ke kamar Lidya yang bermaksud mencari buku drama yang akan
diperankan Lidya, tapi ia malah membaca buku harian Lidya. Lidya
mengetahui hal itu dari obrolan mereka berdua, dan akhirnya terjadilah
konflik. Lidya merasa nilai-nilai yang diyakininya perihal hak-hak privasi
dilanggar oleh ibunya.

5.4. Pengelolaan Konflik


Dalam mengelola konflik antarpribadi, orang-orang terkadang
menggunakan manajemen konflik yang efektif atau tidak, yang bisa
dilihat dari komunikasi antara pihak yang berkonflik. Konflik memang
memiliki dampak negatif. Konflik dapat mengancam eksistensi sebuah
kelompok juga dapat merusak hubungan antar individu. Namun, dengan
adanya konflik, individu-individu dalam kelompok akan belajar
bagaiamana mengelola dan mengatasi sebuah konflik sehingga organisasi
atau kelompok menjadi lebih matang atau dewasa. Konflik merupakan
sesuatu yang natural dan pasti akan selalu terjadi dalam kelompok atau
organisasi, namun terkadang tidak dikelola dengan baik akhirnya dapat
berujung pada pemisahan (segregasi) dari individu yang menjalani
komunikasi antarpribadi tersebut.
Pengelolaan konflik dalam komunikasi antarpribadi diperlukan
untuk membuat efek dari konflik tersebut memberikan manfaat bagi yang
menjalani komunikasi antarpribadi itu sendiri. Karena pada dasarnya efek
konflik bisa dikategorikan menjadi dua, efek positif dan negatif. Efek
positif konflik bisa meningkatkan kohesivitas dan kualitas komunikasi
antarpribadi itu sendiri. Sedangkan efek negatifnya, jika konflik tidak
dikelola dengan baik membuat konflik tersebut mengalami degradasi dan
akhirnya hubungan yang terjalin berakhir.
Faktor-faktor yang penting dalam pengelolaan komunikasi
antarpribadi adalah:
1) Percaya (Trust); Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi
komunikasi antarpribadi, faktor percaya adalah yang paling
penting. Apabila di antara individu ada rasa saling percaya maka
akan terbina saling pengertian sehingga akan terbentuk sikap
saling terbuka, saling mengisi, saling mengerti dan terhindar dari
kesalahpahaman. Sejak tahap yang pertama dalam hubungan
antarpribadi (tahap perkenalan), sampai tahap kedua (tahap
peneguhan), “percaya” menentukan efektivitas komunikasi.
Menurut psikologi humanistik, pemahaman antarpribadi terjadi
melalui self disclosure, feedback, dan sensitivity to the disclosures of
others. Kesalahpahaman dan ketidakpuasan dalam suatu jalinan
antarpribadi diakibatkan oleh ketidakjujuran, tidak adanya
keselarasan antara tindakan dan perasaan, serta terhambatnya
pengungkapan diri.
2) Sikap Sportif (Sportivness); Sikap ini dibutuhkan untuk mengurangi
sikap defensif dalam berkomunikasi yang dapat terjadi karena
faktor-fakor personal seperti ketakutan, kecemasan, dan lain
sebagainya yang menyebabkan komunikasi antarpribadi akan
gagal, karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri
dari ancaman yang ditanggapinya dalam komunikasi ketimbang
memahami pesan orang lain.
3) Sikap Terbuka (open-mindedness); Sikap ini amat besar pengaruhnya
dalam menumbuhkan komunikasi antarpribadi yang efektif.
Dengan komunikasi yang terbuka diharapkan tidak akan ada hal-
hal yang tertutup. Bersama-sama dengan sikap saling percaya dan
sikap suportif, sikap terbuka mendorong timbulnya saling
pengertian, saling menghargai, dan paling penting saling
mengembangkan kualitas hubungan antarpribadi. Walaupun
berkomunikasi merupakan salah satu kebiasaan dan kegiatan kita
sepanjang kehidupan, namun tidak selamanya dan pasti akan
memberikan hasil sebagaimana diharapkan.
Dalam film Still Alice, terdapat beberapa pengelolaan konflik yang
efektif yang dapat dilihat dari beberapa adegan, misalnya ketika John
(mulai menit ke 35.15 dalam tayangan film) marah ketika Alice
melupakan rencana makan malam mereka dan malah pergi jogging selama
2 jam, sesungguhnya John sedang menyampaikan kekhawatirannya,
apalagi saat itu Alice tak bisa dihubungi.
Alice mengatakan setelah selesai berlari ia ke cafe Pinkberry.
Berdasarkan komunikasi John dan Alice di atas, terlihat bahwa mereka
menggunakan manajemen konflik yang efektif, sebab kedua-duanya
langsung menyatakan masalah mereka masing-masing saat itu juga.
Budyatna dan Ganiem (2011) menyatakan bahwa hal yang penting untuk
dilakukan jika konflik itu akan dikelola ialah dengan menyatakan; misal
yang bersangkutan sedang marah, terluka perasaannya, atau merasa
frustasi. Seperti apa yang disampaikan John bahwa ia kecewa Alice
pulang telat sehingga membatalkan janji mereka, begitu juga Alice yang
menyatakan bahwa dirinya benci ketika harus menjadi seorang Alzheimer
sampai ia berkata bahwa lebih baik ia mengalami kanker.
Ketika keduanya menyampaikan perasaannya, masing-masing
menjadi saling paham dan tidak menyalahkan. John juga dapat merespons
konflik dengan baik. Saat Alice mengeluhkan perasaannya seperti di atas,
ia memberikan respons empatik. Kejadian serupa, adalah ketika Alice
yang tiba-tiba teringat akan ponselnya yang terletak entah di mana (mulai
menit ke 61.10 dalam tayangan film). Padahal ketika itu waktu tengah
malam. Alice turun ke lantai bawah dan segera mencarinya. Ia
memaksakan diri mencari dengan cara membongkar semua laci di
dapurnya. John berkata “Akan kubantu kau menemukannya besok. Aku
janji”. Sambil memeluk untuk menenangkan Alice yang terlihat frustasi
saat itu.
Adegan lain adalah ketika Lidya yang marah kepada Alice (mulai
menit ke 50.50 dalam tayangan film) ketika ia mengetahui ibunya
melanggar hak privasinya, yakni membaca buku hariannya. Lidya, yang
mengagungkan nilai-nilai yang diyakininya itu, berpendapat bahwa tidak
menghormatinya, apa pun alasannya. Tapi kemudian, Lidya memutuskan
untuk memaafkan ibunya, dan tanpa diketahui Alice, (mulai menit ke
58.30 dalam tayangan film) ia menyelipkan buku hariannya di bawah
selimut tidur ibunya dengan tulisan besar pada sampulnya, “No secret”.
Dalam pengelolaan konflik terdapat salah satu teknik yang dapat
memulihkannya yaitu memaafkan, seperti yang dikemukakan oleh Lulofs
dan Cahn (dalam Budyatna dan Ganiem, 2011) bahwa “Terdapat
persetujuan yang sebenarnya di dalam literatur bahwa perbuatan
memaafkan merupakan proses di mana seseorang meninggalkan perasaan
dendam dan keinginan untuk melakukan pembalasan terhadap orang
lain”.

5.5. Negosiasi
Negosiasi dalam pendekatan komunikasi antar pribadi adalah
salah satu metode manajemen konflik selain mediasi dan dialog (Eadie,
2009). Negosiasi dilakukan dalam bentuk perundingan sosial di mana
pihak-pihak yang terlibat berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan
yang berbeda dan bertentangan. Negosiasi dapat juga merupakan suatu
proses saat dua pihak mencapai perjanjian yang dapat memenuhi
kepuasan semua pihak yang berkepentingan dengan elemen-elemen
kerjasama dan kompetisi. Termasuk di dalamnya tindakan yang
dilakukan ketika berkomunikasi, kerjasama atau mempengaruhi orang
lain dengan tujuan tertentu.
Negosiasi secara tipikal dapat dibedakan dengan bentuk
pengelolaan konflik yang lainnya melalui penekanannya pada tujuan
yang tidak sama di antara kedua pihak dan pertukaran penawaran yang
dimaksudkan untuk mengurangi perbedaan di antara ketidakcocokan ini
dan menghasilkan persetujuan (Negotiation is typically distinguished from
other forms of conflict management through its emphasis on incompatible goals
among persons and the exchange of proposals intended to reduce the differences
among these incompatibilities and create an agreement) (Littlejohn dan Foss,
2009).
Pendekatan manapun yang diterapkan, tetap berujung pada situasi
menang-kalah di mana posisi tawar-menawar yang keras cenderung
menekankan pada pencapaian tujuan dengan cara mengalahkan pihak
lain, sementara posisi tawar menawar yang lunak mengacu pada
kegagalan untuk mencapai tujuan pribadi dan membiarkan pihak lain
mendapatkan apa yang mereka kehendaki.
Michael Schatzki dan Wayne R. Coffey dalam bukunya, Negotiation:
The Art of Getting What You Want (2009) menyatakan bahwa negosiasi
adalah sebuah pertukaran di antara dua pihak dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan mereka (an exchange between people for the purpose of
fulfilling their needs). Negosiasi adalah life skill dan kita semua adalah
negosiator, orang yang melakukan negosiasi dan sebenarnya sudah
mengetahui sesuatu tentang negosiasi, bahkan mungkin jauh lebih banyak
dari yang kita pikir kita ketahui. Namun kebanyakan negosiasi dilakukan
secara intuitif.
Dalam Still Alice, proses negosiasi dapat dilihat pada saat Alice
mengunjungi apartemen sederhana Lidya, dan mengajaknya berbicara
perihal rencana masa depannya (mulai menit ke 07. 29 dalam tayangan
film). Di adegan lain, ketika Alice dan Lidya berjalan di pantai (mulai
menit ke 47.28 dalam tayangan film), Alice mencoba mendiskusikan
kembali tentang masa depan Lidya untuk melanjutkan pendidikan. Di sini
Alice memanfaatkan posisi seorang ibu yang sedang sakit dan berharap
Lidya mempertimbangkan penawaran dan idenya. Namun, Lidya tetap
bersikeras dan teguh pada pendiriannya untuk tetap menjadi seorang
pemain peran teater.

Dalam pada ini, Alice menerapkan model Prinsip Negosiasi


sebagaimana diungkapkan oleh Roger Fisher dan William Ury dalam
Littlejohn dan Foss (2009). Fisher dan Ury membedakan antara posisi
tawar menawar dan negosiasi prinsip. Posisi tawar menawar menekankan
pada individu yang bertindak dengan cara-cara untuk mencapai tujuan
atau keinginannya. Mereka akan mempertahankan hal-hal yang
menyangkut kebutuhan, hasrat dan keinginan. Seseorang individu dapat
menempatkan dirinya pada posisi tawar menawar dalam satu atau dua
cara. Mereka dapat mengambil posisi ‘keras’ di mana mereka
menggunakan taktik yang keras pula untuk memperoleh tujuannya, atau
mereka dapat memposisikan diri pada posisi tawar menawar yang ‘lunak’
di mana mereka cenderung mengorbankan kebutuhan, hasrat dan
keinginan dalam rangka menjaga relasi mereka dengan pihak lain.

5.6. Pemanfaatan Computer Mediated Communication dan Teknologi


Informasi dalam komunikasi antarpribadi
Teknologi sebagai media untuk berkomunikasi dan berbagi
informasi saat ini telah berkembang dengan pesatnya. Efek dari
perkembangan teknologi ini adalah terjadinya perubahan perilaku dan
peradaban manusia secara global dan kompleks. Teknologi ini dikenal
dengan sebutan new media, atau media baru.
Menurut Liliweri (2015) media baru adalah konsep yang
menjelaskan kemampuan media yang dengan dukungan perangkat
digital dapat mengakses konten kapan saja, dimana saja sehingga
memberikan kesempatan bagi siapa saja sebagai penerima/pengguna
untuk berpartisipasi aktif, interaktif, dan kreatif terhadap umpak balik
pesan yang pada gilirannya membentuk komunitas/masyarakat “baru”
melalui isi media.
Media baru adalah istilah yang dimaksudkan untuk mencakup
kemunculan digital, komputer, atau jaringan teknologi informasi dan
komunikasi. Sebagian besar teknologi yang digambarkan sebagai “media
baru” adalah digital, seringkali memiliki karakteristik; dapat
dimanipulasi, bersifat jaringan, padat, mampat, interaktif dan tidak
memihak. Contoh-contoh dari media baru antara lain; internet, siaran
televisi digital, komputer, telepon seluler, dan lain sebagainya.
            Supaya mampu berhubungan dengan orang lain, saat ini manusia
sudah sangat dimudahkan berkomunikasi. Berbagai alat canggih
komunikasi telah dikembangkan mulai dari perkembangan telepon
genggam atau handphone yang semakin canggih dengan tujuan untuk
semakin mempermudah manusia dalam berkomunikasi, hingga internet
yang telah bertambah fungsinya sebagai jaringan komunikasi yang sangat
efektif. Saat ini, internet dapat digunakan oleh siapa saja, kapan saja, dan
di mana saja menggunakan berbagai media elektronik seperti handphone,
laptop, tablet, atau PC. Proses komunikasi yang menggunakan perangkat
komputer berjaringan internet sebagai media komunikasi ini biasa disebut
dengan Computer Mediated Communication (CMC).
Onong Uchyana Effendy dalam bukunya, Ilmu Teori dan Filsafat
Komunikasi (1993) menerjemahkan istilah komunikasi antarpribadi
ialah komunikasi antara dua orang, di mana terjadi kontak langsung
dalam bentuk percakapan, komunikasi jenis ini bisa langsung secara
berhadapan muka (face to face) bisa juga melalui medium, umpamanya
telepon. Ciri khas komunikasi antarpribadi adalah dua arah atau timbal
balik.
Komunikasi atau interaksi antara dua orang atau lebih yang
menggunakan komputer yang berbeda dan menggunakan aplikasi yang
sama dan tersedia dalam komputer masing-masing dikategorikan
sebagai computer-mediated communication. Shaff, Martin & Gay (dalam
Pearson et. al., 2006), mendefenisikan computer-mediated
communication (CMC) sebagai interaksi antar dua atau lebih manusia yang
menggunakan komputer dengan jaringan internet.
Dalam film Still Alice, para tokoh digambarkan menggunakan
ponsel pintar (smartphone) sebagai media berkomunikasi antar satu sama
lain. Alice digambarkan sangat tergantung dengan ponsel pintarnya,
terlebih ketika sakit Alzheimer yang dideritanya kian parah. Adegan
‘ketergantungan’ itu tampak ketika Alice yang tiba-tiba teringat akan
ponselnya yang terletak entah di mana (mulai menit ke 61.10 dalam
tayangan film). Padahal ketika itu waktu tengah malam. Alice turun ke
lantai bawah dan segera mencarinya.
Adegan lainnya adalah (mulai menit ke 09.00 dalam tayangan film)
ketika Alice menanyakan keberadaan John menggunakan fasilitas
Whatsapp pada ponselnya, atau saat Anna berkomunikasi melalui udara
lewat telepon dengan Alice (mulai menit ke 30.30 dalam tayangan film)
yang mengabarkan bahwa ia didiagnosa positif memiliki sindrom
Alzheimer yang sama, dan ‘menurun’ dari ibunya, sementara Tom
negatif. Anna juga menyampaikan bahwa ia berharap bisa memastikan
bahwa bayi kembar yang dikandungnya tidak menurunkan genetik
sindrom serupa dari dirinya.
CMC mempunyai dua tipe yang ditentukan dari jenis komunikasi
yang terjadi, yaitu synchronous communication atau asynchronous
communication (Pearson et. al., 2006). Synchronous communication adalah
komunikasi yang terjadi bila peserta komunikasi berinteraksi secara real-
time. Peserta komunikasi di sini berperan sebagai pengirim sekaligus
penerima, contohnya pada panggilan telepon atau online-chat. Sedangkan
asynchronous communication adalah komunikasi yang interaksinya tertunda
dan setiap peserta komunikasi harus bergantian menjadi pengirim dan
penerima, contohnya adalah surat menyurat lewat e-mail.
Adegan ‘sempurna’ komunikasi antarpribadi ber-CMC ialah ketika
Alice berkomunikasi dengan Lidya menggunakan fasilitas Skype (mulai
menit ke 61.03 dalam tayangan film). Skype termasuk dalam kategori CMC
berbasis Online Video Conversation (OVC), yaitu suatu model yang
menerangkan bahwa seluruh komunikasi berpusat pada komputer di
mana pengirim dan penerima pesan menyandikan pesan dalam bentuk
data tertentu yang dengan bantuan komputer dan dapat langsung
bertatap muka untuk menyampaikan pesannya.
Meski hubungan antarpribadi Alice dan Lidya selalu pasang-surut
dan sering terlibat konflik, namun intensitas berkomunikasi mereka lebih
baik bila dibandingkan dengan kedua saudara kandungnya. Komunikasi
keduanya tentu saja berefek positif sebagaimana dijelaskan Liliweri
(2015), bahwa hubungan jarak jauh yang sebelumnya ditandai oleh
tiadanya komunikasi kini akan terus terpelihara. Kehadiran media baru
memang membantu kita untuk membangun jejaring komunikasi
antarpribadi yang melampaui batas-batas ruang dan waktu.
5.7. Pengembangan Hubungan dengan Keluarga, Teman, Kekasih
dan Kolega
Film Still Alice merupakan drama keluarga yang sangat
menonjolkan kekuatan komunikasi dalam pengembangan hubungan
antarpribadi di antara sesama anggota keluarga. Ada gambaran
keakraban dan kehangatan dalamnya. sebagaimana ditampakkan pada
adegan awal yang menunjukkan perayaan ulang tahun Alice, dan mereka
saling memberi ucapan selamat dan kado. Keakraban merupakan
pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan antarpribadi akan
terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang keakraban yang
diperlukan (Rakhmat, 2012). Prisbell & Anderson dalam Budyatna dan
Ganiem (2011) menambahkan bahwa hubungan akrab ditandai oleh kadar
yang tinggi mengenai keramahtamahan dan kasih sayang, kepercayaan,
pengungkapan diri, dan tanggung jawab yang dirumuskan melalui
lambang-lambang dan ritual.
Hatfield (dalam Tubbs dan Sylvia, 1996) percaya bahwa setiap orang
dapat mengembangkan kemampuan mengakrabkan hubungan. Ia
menganjurkan agar orang-orang didorong “untuk menerima diri mereka
sebagaimana adanya”, “untuk mengenali keakraban mereka, terlepas dari
apa posisi mereka” dan “untuk mengekspresikan diri mereka”.
Kemampuan mengakrabkan dapat juga dikembangkan dengan belajar
menanggapi respon-respon orang lain, yaitu belajar tidak menyalahkan
dri sendiri atau membisu atau menarik diri, bila orang lain berekasi
negatif terhadap apa yang anda katakan. Penekanan pada keakraban
sebagai suatu proses, memungkinkan kita untuk melihat bahwa
keakraban dapat diusahakan, itu tidak terjadi dengan sendirinya.
Beberapa situasi dalam film Still Alice menggambarkan bahwa
anggota keluarga mereka sering mengadakan pertemuan seperti makan
bersama, saling mengunjungi, saling memberikan motivasi, saling
bertanya tentang kabar masing-masing (mulai menit ke 00.00; 05.46; 17.00;
19.00; 24.08; 27.10; 41.40; 45.00; 47.28; 50.20; 54.00; 56.00; 58.03; 61.00; 61.16;
01.21; 61.27; 61.29) dalam tayangan film), hal itu memperlihatkan adanya
kebutuhan untuk mengembangkan hubungan di antara mereka.
Termasuk juga ketika Alice mengunjungi Anna ke rumah sakit
setelah ia melahirkan bayi kembarnya. Situasi-situasi tersebut tentunya
melibatkan emosi keakraban dari masing-masing anggota keluarga.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa Alice merupakan sosok ibu yang
hangat dan suka memberikan perhatian kepada keluarganya termasuk
saat dia sudah berada dalam kondisi yang buruk akibat penyakit
Alzheimer yang dideritanya. DeVito (1997) mengungkapkan setidaknya
ada 4 alasan umum untuk pengembangan hubungan yaitu: mengurangi
kesepian, mendapatkan rangsangan (stimulasi), mendapatkan
pengetahuan diri (self-knowledge), memaksimalkan kesenangan, dan
meminimalkan penderitaan.
KEPUSTAKAAN

Baron, Roberta A., dan Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial. Penerbit
Erlangga. Jakarta

Budyatna, Muhammad dan Leila Mona Ganiem. 2011. Teori Komunikasi


Antarpribadi. Kencana. Jakarta

DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Professional Books.


Jakarta

DeVito, Joseph A. 2013. The Interpersonal Communication Book (13th editin).


Pearson Education Inc. Boston

Eadie, William F. 2009. 21st Century Communication: A Reference Handbook.


Sage Publications, Inc. California.

Effendy, Onong Uchyana. 1993. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. PT.
Citra Aditya Bhakti. Bandung

Liliweri, Alo. 2015. Komunikasi Antarpersonal. Kencana. Jakarta

Littlejohn, Stephen W., dan Karen A. Foss. 2009. Encyclopedia of


Communication Theory. Sage Publications, Inc. California.

Morissan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Kencana. Jakarta

Pearson, Judy et. al. 2006. Human Communication (2nd edition). McGraw-
Hill. New York

Rakhmat, jalaluddin. 2012. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya.


Bandung

Schatzki, Michael dan Wayne R. Coffey. 2009. Negotiation: The Art of


Getting What You Want. Signet Books. New Jersey

Tubbs, Stewart & Sylvia Moss. 1996. Human Communication; Konteks-


konteks Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung

Anda mungkin juga menyukai