Anda di halaman 1dari 39

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori medis

1. Bayi Baru Lahir

a. Definisi

Menurut Saifuddin (2006), Bayi baru lahir adalah bayi yang baru

lahir selama satu jam pertama kelahiran (Marmi, 2012).

Menurut M. Sholeh Kosim (2007), Bayi baru lahir adalah berat

lahir antara 2500- 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan

tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan yang berat) (Marmi, 2012).

Jadi Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam

pertama dengan berat lahir 2500-4000 gram, cukup bulan, langsung

menangis dan tidak ada kelainan kongenital.

b. Ciri – ciri Bayi Baru lahir Normal

1) Bayi lahir aterm antara 38 – 42 minggu.

2) Berat badan bayi 2.500 – 4.000 gram, panjang badan 48 – 52 cm,

lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar kepala 33 – 35 cm dan lingkar

lengan 11 – 12 cm.

3) Frekuensi denyut jantung bayi pada saat keadaan terjaga adalah

120 – 130 denyut per menit, dan pada keadaan istirahat 100 denyut

per menit.

4) Frekuensi pernafasan 35 – 60 kali per menit

commit to user
5

 
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang

cukup.

6) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah

sempurna.

7) Kuku agak panjang dan lemas.

8) Nilai APGAR >7 dan gerakannya aktif serta bayi lahir langsung

menangis kuat.

9) Refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil

pada pipi dan daerah mulut), reflek sucking (isap dan menelan),

reflek morro (gerakan memeluk jika dikagetkan) dan reflek

grasping (menggenggam) sudah terbentuk dengan baik.

10) Genetalia : pada bayi perempuan kedua labiya mayor bertemu pada

garis tengah, menutupi seluruh genetalia, vagina mengeluarkan

sekret putih akibat stimulasi hormon ibu terhadap janin, pada bayi

laki – laki testis telah turun pada skrotum dan penis berlubang.

11) Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam

24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.

(Rudolph, 2006) dan ( Behrman, 2010).

c. Penatalaksanaan bayi baru lahir normal

1) Jaga kehangatan.

2) Bersihkan muka/wajah daerah mata, mulai dari bagian dalam

keluar (setiap kali usapan kapas harus ganti).

3) Bersihkan jalan nafas (bila perlu).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4) Keringkan dan tetap jaga kehangatan. Menjaga kehangatan bayi

dengan kenakan pakaian bayi atau selimuti dengan kain yang

bersih, kering dan lembut. Kenakan topi pada kepala bayi selama

beberapa hari pertama, terutama bila bayi kecil.

5) Potong dan ikat tali pusat, kira-kira 2 menit setelah bayi baru lahir.

6) Lakukan inisiasi menyusui dini dan kontak kulit bayi dengan kulit

ibu, sehingga keduanya bisa merasa nyaman.

7) Beri salep mata antibiotika Tetrasiklin 1% pada kedua mata.

8) Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskuler, di paha kiri

anterolateral setelah inisiasi menyusui dini.

9) Beri imunisasi hepatitis B 0,5 mL intramuskuler, di paha kanan

anterolateral, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian

vitamin K1.

10) Catat pengeluaran mekonium dan urin, hal ini terjadi beberapa

saat setelah kelahiran, namun biasanya terjadi dalam 24 jam setelah

kelahiran (Winkjosastro, 2008; Meadow, 2005; Schwartz, 2004).

d. Pemantauan

1) Terapi

Bayi normal biasanya tidak memerlukan terapi lanjut. (Firmanda,

2004).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Pemantauan Lain

Meskipun bayi normal, tetap dipantau selama 6 jam untuk melihat

kemungkinan timbulnya bahaya, terutama hipotermia, hipoglikemia

serta gangguan nafas (Firmanda, dkk, 2004)

3) Pemantauan tumbuh kembang

a) Perlu kunjungan tindak lanjut pada bidan atau dokter

b) Pemberian imunisasi BCG pada usia 1 bulan

c) Periksa teratur di klinik tumbuh kembang, Posyandu, Puskesmas,

bidan atau dokter untuk memantau tumbuh kembangnya

(Firmanda, 2004).

e. Bayi Baru Lahir Risiko Tinggi

Kondisi-kondisi yang menjadikan neonatus berisiko tinggi, antara

lain:

1) Asfiksia neonatorum

Suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara

spontan dan teratur segera setelah lahir sehingga bayi tidak dapat

memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam

arang dari tubuhnya (Abdoerrachman, 2007).

2) Bayi dengan berat badan lahir rendah

Bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu bayi yang

mempunyai berat badan lahir kurang dari 2.500 gram. Komplikasi

yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah

diantaranya adalah penyakit membran hialin, ikterus, hipoglikemia,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

hipokalemia, dan dapat pula terjadi perdarahan intrakranial

(Abdoerrachman, 2007).

3) Perdarahan tali pusat

Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul karena

trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan

proses pembentukan trombus normal. Selain itu, perdarahan pada

tali pusat juga bisa sebagai petunjuk adanya penyakit pada bayi

(Dewi, 2010).

4) Kejang neonatus

Kejang bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan gejala dari

gangguan saraf pusat, lokal atau sistemik. Kejang pada bayi baru

lahir adalah kejang yang timbul dalam masa neonatus atau dalam

28 hari sesudah lahir. Kejang ini merupakan tanda penting akan

adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang tersebut, yang dapat

mengakibatkan gejala sisa yang menetap dikemudian hari. Bila

penyebab tersebut diketahui harus segera diobati (Abdoerrachman,

2007).

2. Berat Badan Lahir Rendah

a. Definisi

Menurut Saiffudin (2009) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

adalah bayi baru lahir yang berat badan saat lahir kurang dari 2.500 gram

(sampai dengan 2.499).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

Awalnya bayi baru lahir berat badannya kurang atau sama dengan

2500 gram disebut bayi premature. Tetapi, sejak tahun 1961 WHO telah

mengganti istilah prematur dengan Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ).

Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi yang berat kurang dari 2.500

gram pada waktu lahir disebut bayi prematur (Wiknjosastro, 2005;

Marmi, 2012).

Menurut Saifuddin (2009), BBLR dibedakan menjadi 3 kelompok

yaitu:

1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500- 2500 gram

2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir 1000- 1500

gram

3) Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat lahir <1000 gram.

b. Etiologi

1) Prematuritas Murni

Faktor yang menyebabkan kelahiran bayi prematur, yaitu

a) Faktor ibu

(1) Penyakit

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan

misalnya toksemia gravidarum, perdarahan antepartum,

trauma fisis dan psikologis. Penyakit lainnya yaitu riefritis

akut, diabetes melitus, infeksi akut atau tindakan operatif

(Abdoerrachman, 2007).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

(2) Usia

Angka kejadian prematuritas tertinggi yaitu pada usia ibu di

bawah 20 tahun dan pada multigravida yang jarak antar

kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah yaitu pada

usia ibu antara 26 - 35 tahun (Abdoerrachman, 2007).

(3) Keadaan sosial-ekonomi

Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial-ekonomi

yang rendah dan perkawinan yang tidak sah. Hal ini

disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan

pengawasan antenatal yang kurang (Abdoerrachman,

2007).

b) Faktor janin

Hidramnion dan kehamilan ganda umumnya akan

mengakibatkan bayi lahir dengan BBLR (Abdoerrachman, 2007).

c) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi terjadinya

BBLR, meliputi tempat tinggal dataran tinggi, radiasi zat-zat

beracun (Muslihatun, 2010).

d) Komplikasi Obstetric

Komplikasi obstetric juga dapat mempengaruhi terjadinya

BBLR pada bayi baru lahir, antara lain: multiple gestation,

incompetence, pro (premature rupture of membrane) dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

krionitis, pregnancy induce hipertention (PIH), plasenta previa

ada riwayat kelahiran prematur (Muslihatun, 2010).

e) Komplikasi Medis

Komplikasi medis, meliputi: diabetes maternal, hipertensi

kronis, infeksi traktus urinarius (Surasmi, 2003).

2) Dismaturitas

Faktor yang dapat menyebabkan kelahiran dismaturitas, yaitu:

a) Faktor Ibu

(1) Malnutrisi atau gizi buruk

Ibu dengan berat badan kurang seringkali melahirkan bayi

dengan berukuran lebih kecil daripada yang dilahirkan ibu

dengan berat badan normal atau berlebihan. Selama

embryogenesis status nutrisi ibu memiliki pengaruh terhadap

pertumbuhan janin (Surasmi, 2003).

(2) Penyakit- penyakit ibu

Penyakit- penyakit ibu, meliputi: toksemia, hipertensi,

penyakit paru-paru (hipoksia ibu, penyakit paru kronik),

penyakit gula, penyakit ginjal kronik, anemia sel sabit

(surasmi, 2003).

(3) Komplikasi hamil

Komplikasi hamil, meliputi: pre-eklamsia, eklamsia,

perdarahan antepartum (Surasmi, 2003).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

(4) Kebiasaan ibu

Kebiasaan ibu, meliputi: perokok, peminum, pengguna

narkoba (surasmi, 2003).

b) Faktor uterus dan plasenta

Faktor uterus dan plasenta, meliputi: gangguan insersi tali

pusat, berat plasenta kurang, plasenta berongga atau keduanya,

luas permukaan berkurang, plasentitis vilus, infark tumor (korio

angiona) plasenta yang lepas, sindrom transfusi bayi kembar

(surasmi, 2003).

c) Faktor janin

Faktor janin, meliputi: kelainan kromosom, cacat bawaan,

infeksi janin kronik, disotonomia familial, retardasi, kehamilan

ganda, aplasia pancreas (Surasmi, 2003).

d) Faktor lain

(1) Keadaan sosial ekonomi yang rendah

Kejadian BBLR terdapat pada golongan sosial

ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang

kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang (Kosim,

2007).

(2) Tidak diketahui

c. Patofisiologi

Secara umum bayi berat badan lahir rendah ini berhubungan

dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

disebabkan karena dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan, tapi

berat badan lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu

tidak mencapai 2500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya

gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan

oleh faktor ibu, plasenta, komlikasi hamil, komplikasi janin yang

menyebabkan suplai makanan ibu ke bayi berkurang. Faktor-faktor lain

yang menyebabkan bayi berat badan lahir rendah yaitu faktor genetik

atau kromosom, infeksi, kehamilan ganda, perokok, peminum alkohol,

dan sebagainya (Mochtar, 2002) dan (Abdoerrachman, 2007). Berikut

ini, digambarkan tentang patofisiologi bayi berat lahir rendah, yaitu:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

1. Faktor ibu (malnutrisi,


1. Faktor ibu (usia, penyakit, penyakit ibu, komplikasi
sosial ekonomi) hamil, kebiasaan ibu
2. Faktor janin 2. Faktor uterus dan
3. Faktor lingkungan plasenta
4. Komplikasi obstetric 3. Faktor janin
5. Komplikasi medis 4. Faktor lain

1. Belum maturnya organ 1. Insufisiensi plasenta/


reproduksi (>20 tahun) dan plasenta berongga
kesehatan menurun (>35 2. Perkapuran plasenta
tahun) 3. Kelainan congenital
2. Gizi kurang 4. Gizi kurang
3. Insufisiensi plasenta

Gangguan pertumbuhan janin Retardasi pertumbuhan janin

Prematuritas Murni (kelahiran Dismaturitas


< 37 minggu )

kematangan organ
tidak sempurna

BBLR

Gambar c.1 Patofisiologi Bayi Berat Lahir Rendah

Sumber: (Mochtar, 2002; Abdoerrachman, 2007; Surasmi ,2003;dkk)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

d. Faktor Predisposisi

1) Faktor ibu : riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan

antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung

atau penyakit kronik lainnya, hipertensi, pre-eklamsi, tumor, ibu yang

menderita penyakit akut dengan gejala panas tinggi dan penyakit

kronis seperti TBC, jantung, tifus abdominalis,umur ibu kurang dari

20 tahun atau lebih dari 35 tahun, infeksi, jarak kehamilan yang

terlalu dekat, trauma, kelainan letak plasenta, dan lain-lain.

2) Faktor janin : cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban

pecah dini, infeksi (misalnya rubella, sifilis, toksoplasmosis),

insufisiensi plasenta, inkompabilitas darah ibu dan janin.

3) Keadaan sosial ekonomi yang rendah.

4) Kebiasaan : pekerjaan melelahkan, merokok.

5) Faktor yang masih belum diketahui (Saifuddin, 2009 ) dan (Surasmi,

2003).

e. Klasifikasi

Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat badan

lahir rendah dibedakan menjadi:

1) Prematurisasi murni

Bayi prematuritas murni lahir dengan umur kehamilan kurang

dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat

badan untuk masa kehamilan atau neonatus kurang bulan sesuai masa

kehamilan (Muslihatun, 2010).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum

usia kehamilan minggu ke-37 (dihitung dari hari pertama haid

terakhir). The American Academy of Pediatric, mengambil batasan 38

minggu untuk menyebut prematur (Surasmi, 2003).

Bayi prematur atau bayi preterm adalah bayi yang berumur

kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan. Sebagian

besar bayi lahir dengan berat bdan kurang dari 2500 gram adalah bayi

prematur (Surasmi, 2003).

2) Dismaturitas

Dismaturitas yaitu bayi yang lahir dengan berat badan lahirnya

kurang dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa

gestasi bayi itu (Abdoerrachman, 2007).

Bayi dismatur lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya

untuk masa kehamilan. Dapat terjadi dalam tiga kemungkinan, yaitu

Preterm (Neonatus Kurang Bulan-Kecil Masa Kehamilan), Aterm

(Neonatus Cukup Bulan- Kecil Masa Kehamilan) dan Postterm

(Neonatus Lebih Bulan- Kecil Masa Kehamilan) (Muslihatun, 2010).

f. Diagnosa dan Gejala Klinis

Menurut Mochtar (2002) dan Abdoerrahman (2007), Diagnosa

dan gejala klinis pada prematuritas murni, yaitu:

1) Prematuritas Murni

Diagnosa dan Gejala Klinis yang dapat ditemukan pada prematuritas

murni, adalah:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

a) Pada anamnesis (saat kehamilan) sering dijumpai adanya riwayat

abortus, partus prematurus dan lahir mati (Mochtar, 2002)

b) Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion, hidramnion,

hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia

gravidarum atau perdarahan antepartum (Mochtar, 2002)

c) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau

sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkaran

kepala kurang dari 33 cm

d) Masa gestasi kurang dari 37 minggu

e) Gerakan kurang aktif, otot masih hipotonis

f) Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus

g) Tulang-tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar

h) Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana

i) Jaringan payudara tidak ada dan putting susu kecil

j) Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apneu

k) Kulit tipis, transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada

dahi dan pelipis dahi dan lengan

l) Lemak subkutan kurang

m) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh

labia mayora (pada wanita) dan testis belum turun (pada laki-

laki)

n) Reflek tonickneck lemah, reflek menghisap dan menelan belum

sempurna (Abdoerrachman, 2007).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

2) Dismaturitas

Diagnosa dan Gejala Klinis dapat ditemukan saat masa

kehamilan, yaitu:

a) Pembesaran uterus tidak sesuai umur kehamilan

b) Pergerakan janin yang pertama (quickening) terjadi lebih

lambat, gerakan janin lebih lama walaupun kehamilannya sudah

agak lanjut

c) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut

seharusnya (Mochtar, 2002).

Gejala klinis yang tampak sangat bervariasi karena dismatur

dapat terjadi preterm, aterm dan posterm. Bayi dismatur preterm

akan terlihat gejala fisis sama dengan bayi prematur ditambah

dengan gejala retardasi pertumbuhan dan wasting. Pada cukup bulan

dan posterm dengan dismaturitas, gejala yang menonjol adalah

wasting (Abdoerrachman, 2007).

Gruendwald (1967) mengatakan bahwa tidak semua

kekurangan makanan pada janin diakibatkan oleh insufisiensi

plasenta. Gejala isufisiensi plasenta timbulnya tergantung pada berat

dan lamanya bayi menderita defisit. Defisit yang menyababkan

retardasi pertumbuhan biasanya berlangsung lama (kronis). Sebagai

akbibat defisit tersebut itu akan terjadi fetal distress

(Abdoerrachman, 2007).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

Dalam arti luas fetal distress dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:

a) Acute fetal distress yaitu defisit yang mengakibatkan gawat

perinatal tetapi tidak mengakibatkan retardasi pertumbuhan

dan wasting.

b) Subacute fetal distress yaitu bila defisit tersebut menunjukkan

tanda wasting tetapi tidak mengakibatkan retardasi

pertumbuhan

c) Chronic fetal distres, yaitu bila bayi jelas menunjukkan

retardasi pertumbuhan.

Bayi dismatur dengan tanda wasting atau insufisiensi plasenta

dapat dibagi dalam 3 stadium menurut berat ringannya pelusitan

tersebut (Clifford), yaitu:

a) Stadium pertama

Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar,

kering seperti perkamen tetapi belum terdapat noda mekonium.

b) Stadium kedua

Didapatkan tanda stadium pertama ditambah dengan warna

kehijauan pada kulit, plasenta dan umbifikus. Hal ini disebabkan

oleh mekonium yang tercampur dalam amnion yang kemudian

mengendap ke dalam kulit umbilikus dan plasenta sebagai

akibat anoksia intrauterin.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

c) Stadium ketiga

Ditemukan tanda stadium kedua ditambah dengan kulit yang

berwama kuning, demikian pula kuku dan tali pusat. Ditemukan

juga tanda anoksia intrauterin yang lama (Abdoerrachman,

2007).

Menurut Mochtar (2002), tanda dan gejala pada bayi dengan

retardasi pertumbuhan intrauterine, meliputi:

a) Secara klasik tampak seperti bayi kelaparan

b) Tengkorak kepala keras

c) Gerakkan bayi terbatas

d) Verniks kaseosa sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kering,

berlipat-lipat, mudah diangkat

e) Abdomen cekung atau rata, jaringan lemak bawah kulit sedikit,

tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan.

g. Penyakit atau Masalah Bayi Baru Lahir Rendah

1) Prematuritas Murni

Di bawah ini akan diuraikan beberapa penyakit yang dapat terjadi

pada bayi prematuritas murni, menurut Surasmi (2003) dan

Abdoerrachman (2007):

a) Sindrom gangguan pernafasan Idiopatik

Disebut juga penyakit membrane hialin karena pada

stadium terakhir akan terbentuk membrane hialin yang melapisi

alveolus paru (Abdoerrachman, 2007).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

b) Pneumonia aspirasi

Sering ditemukan pada prematur, karena reflek menelan

dan batuk belum sempurna. Penyakit ini dapat dicegah dengan

perawatan yang baik (Abdoerrachman, 2007).

c) Perdarahan iniraventrikular

Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral biasanya

disebabkan oleh karena anoksia otak. Biasanya terjadi bersamaan

dengan pembentukan membran hialin pada paru. Seringkali tidak

mungkin membedakan dispnu yang disebabkan oleh perdarahan

otak ini dengan yang disebabkan oleh sindrom gangguan

pernafasan idiopatik, kelainan ini biasanya hanya ditemukan

pada otopsi (Abdoerrachman, 2007).

d) Fibroplasia retrolental

Penyakit ini terutama ditemukan pada bayi prematur dan

disebabkan oleh gangguan oksigen yang berlebihan. Dengan

menggunakan oksigen dalam konsentrasi tinggi, akan terjadi

vasokonstriksi pembuluh darah retina. Kemudian setelah bayi

bernapas dengan udara biasa lagi. pembuluh darah ini akan

mengalami vasodilatasi yang selanjutnya akan disusul dengan

proliferasi pembuluh darah baru secara tidak teratur menghilang

(Abdoerrachman, 2007).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

e) Hiperbilirubinemia

Bayi prematur lebih sering mengalami hiperbilirubinemia

dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan

karena faktor kematangan hepar, sehingga konjugasi bilirubin

indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna. Kadar bilirubin

normal pada bayi prematur 10 mg/dL. Hiperbilirubinemia pada

prematur bila tidak segera diatasi dapat menjadi kern ikterus

yang akan menimbulkan gejala sisa yang permanen

(Abdoerrachman, 2007) dan (Surasmi, 2003).

f) Hipoglikemia

Bayi prematur memiliki kadar gula darah 40mg/dL.

Sedangkan pada bayi matur memiliki kadar darah 50-60mg/dL.

Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum memadai.

Hipoglikemia terjadi pada bayi prematur bila kadar gula darah

sama dengan atau kurang 20 mg/dL (Surasmi, 2003).

g) Perdarahan Intrakranial

Pada bayi prematur pembuluh darah masih sangat rapuh

hingga mudah pecah. Perdarahan intrakranial dapat terjadi karena

trauma lahir, diseminated intravascular coagulopathy atau

trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidimal yang kaya

pembuluh darah merupakan wilayah sangat rentan terhadap

perdarahan selama 1 minggu pertama kehidupan (Surasmi,

2003).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

h) Rentan terhadap infeksi

Bayi prematur mudah menderita infeksi karena imunitas

humoral dan seluler masih sangat kurang hingga bayi mudah

terkena infeksi (Surasmi, 2003).

i) Kerusakan integritas kulit

Lemak subkutan yang sedikit, struktur kulit yang belum

matang dan rapuh, sensitivitas yang kurang akan memudahkan

terjadinya kerusakan integritas kulit (Surasmi, 2003).

j) Sindrom gawat napas

Kesukaran pernafasan pada bayi prematur disebabkan

belum sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan paru

yang merupakan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan

dinding alveoli paru. Tanda klinis sindrom gawat nafas yaitu

pernafasan cepat, sianosis, merintih waktu ekspirasi, retraksi

substernal dan interkostal (Surasmi, 2003).

2) Dismatur

a) Sindrom aspirasi mekonium

Kesulitan pernafasan yang sering ditemukan pada bayi

dismatur ialah sindrom aspirasi mekonium. Keadaan hipoksia

intrauterin akan meng-akibatkan janin mengadakan gasping

dalam uterus. Selain itu mekonium akan dilepaskan ke dalam

likour amnion seperti yang sering terjadi pada subacute fetal

distress. Akibatnya cairan yang mengandung mekonium yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

lengket itu masuk ke dalam paru janin karena inhalasi. Pada saat

lahir bayi akan menderita gangguan pernafasan yang sangat

menyerupai sindrom gangguan pernafasan idiopatik

(Abdoerrachman, 2007).

b) Hipoglikemia simtomatik

Keadaan ini terutama terdapat pada bayi laki-laki.

Penyebabnya belum jelas, tetapi mungkin sekali disebabkan oleh

persediaan glikogen yang sangat kurang pada bayi dismatuiritas.

Bayi cukup bulan dinyatakan menderita hipoglikemia apabila

kadar gula darahnya kurang dan 30 mg%, sedangkan bayi BBLR

apabila kadar gula darahnya kurang dan 20 mg%

(Abdoerrachman, 2007).

c) Asfiksia neonatorum

Bayi dismatur lebih sering menderita asfiksia neonatorum

dibandingkan dengan bayi biasa (Abdoerrachman, 2007).

d) Penyakit membrane hialin

Penyakit ini terutama mengenai bayi dismatur yang

preterm. Hal ini karena surfaktan paru belum cukup sehingga

alveoli selalu kolaps. Penyakit ini dapat mengenai bayi dismatur

yang preterm terutama bila masa gestasinya kurang daripada 35

minggu (Abdoerrachman, 2007).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

e) Hiperbilirubinemia

Bayi dismatur lebih sering mendapat hiperbilirubinemia

dibandingkan dengan bayi yang sesuai dengan masa

kehamilannya. Hal ini mungkin disebabkan gangguan

pertumbuhan hati. Menurut Gruenwald, hati pada bayi dismatur

beratnya kurang dibandingkan dengan bayi biasa

(Abdoerrachman, 2007).

h. Penatalaksanaan

1) Medikamentosa

Bayi baru lahir dengan BBLR dapat diberikan vitamin K1

dengan cara injeksi 1 mg IM atau per oral 2 mg sekali pemberian atau

1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4 - 6

minggu) (Firmanda, 2004).

2) Pengaturan Suhu Badan Bayi

a) Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti

kontak kult ke kulit, kangaroo mother care atau perawatan bayi

lekat, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia

di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.

Menghangatkan bayi pada inkubator dengan suhu yang diatur,


yaitu:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

Tabel 2.1 Suhu Inkubator menurut berat dan umur bayi


Berat Bayi Suhu Inkubator (º C) menurut umur
35º C 34º C 33º C 32º C
<1500 gram 1-10 hari 11 hari- 3 minggu 3-5 minggu >5 minggu
1500-2000 gram 1- 10 hari 11 hari- 4 >4 minggu
minggu
2100 – 2500 gram 1- 2 hari 3 hari- 3 >3 minggu
minggu
>2500 gra, 1 - 2 hari >2 hari
Sumber: Kosim, 2005.

b) Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

c) Mengukur suhu tubuh bayi dengan berkala. Pantau suhu disekitar

bayi, jangan sampai kedinginan karena bayi dengan BBLR mudah

hipotermi akibat luas permukaan tubuh bayi relatif lebih besar dari

lemak subkutan (Firmanda, 2004)

3) Diatetik

Reflek hisap dan menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu

pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat. Apabila daya isap

belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi sedikit, apabila

bayi belum bisa menetek pemberian ASI dikeluarkan dengan pompa

atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet.

Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat

dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan

diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada putting.

Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan, harus

dipasang sonde fooding (Mochtar, 2002).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

Pemberian minum untuk bayi harus diberikan dalam dua jam

untuk mencegah hipogikemia. Pemberian minum bayi BBLR dengan

berat lahir 1.750 – 2.500 gram adalah sebagai berikut:

a) Bayi sehat

(1) Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Bayi kecil lebih

mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu

lebih sering yaitu setiap 2 jam bila perlu.

(2) Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk

menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat

menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah

satu alternatif cara pemberian minum.

b) Bayi sakit

(1) Bayi yang dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan

IV, diberikan minum seperti pada bayi sehat.

(2) Bayi yang memerlukan cairan intravena:

(a) Memberikan cairan intravena hanya selama 24 jam

pertama

(b) Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera

setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu

ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk

menyusu.

(c) Bayi dengan masalah sakitnya menghalangi proses

menyusui, ASI peras diberikan melalui pipa lambung:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

(1) Memberikan cairan IV dan ASI menurut umur

(2) Memberikan minum 8 kali dalam 24 jam atau setiap 3

jam. Bayi yang telah mendapat minum 160 ml/kgBB

per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan

ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu bila

keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan

keinginan untuk menyusu (Firmanda, 2004).

4) Penimbangan secara rutin

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi nutrisi bayi

dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh. Oleh sebab itu

penimbangan berat badan harus dilakukan secara ketat. Pada hari

kedua dan ketiga bayi biasanya mengalami penurunan berat badan

yang fisiologis. Pada ke 10- 14 hari kehidupannya biasanya berat lahir

kembali kecuali jika bayi tersebut sakit (Saiffudin, 2009) dan

(Cooper, 2008).

5) Pemantauan (monitoring)

a) Pemantauan saat dirawat

(1) Terapi

(a) Terapi untuk penyulit tetap diberikan hanya jika diperlukan

(Firmanda, 2004).

(b) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2

minggu (Firmanda, 2004).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

(c) Tambahan vitamin dengan preparat yang memberikan 400

unit vitamin D dan 20 mg vitamin C setiap hari harus

diberikan, dimulai pada usia 10 hari terutama untuk bayi

yang minum ASI (Mochtar, 2002).

(2) Tumbuh kembang

Memantau berat badan bayi secara periodik. Perubahan berat

badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat

kaitannya dengan daya tahan tubuh.

(a) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama

(sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir ≥ 1.500 gram

dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1.500 gram.

(b) Bayi yang sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada

semua kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7

hari harus diperhatikan, antara lain:

(1) Meningkatkan jumlah ASI 20 ml/kg/hari sampai

tercapai jumlah 180ml/kg/hari.

(2) Meningkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan

berat badan agar jumlah pemberian ASI tetap

180ml/kg/hari.

(3) Bayi dengan kenaikan berat badan yang tidak adekuat,

jumlah pemberian ASI harus ditingkatkan hingga 200

ml/kg/hari.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

(4) Mengukur berat badan setiap hari , panjang badan dan

lingkar kepala setiap minggu.

b) Pemantauan setelah pulang

Pemantauan setelah pulang sangat diperlukan untuk

mengetahui perkembangan bayi dan mencegah atau mengurangi

kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai

berikut:

1) Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30 dan dilanjutkan

setiap bulan.

2) Menghitung umur koreksi. Menghitung umur anak yang lahir

prematur, dalam mengukur berat, panjang dan lingkaran kepala

harus digunakan umur koreksi sampai anak berusia 2 tahun.

Cara menghitung umur koreksi adalah mengurangi umur

kronologis terhadap jumlah minggu prematur (Behrman, 2012).

3) Pertumbuhan: berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.

4) Tes perkembangan, denver development screening test

(DDST).

5) Mengawasi adanya kelainan bawaan.

6) Mengajarkan ibu/orang tua cara:

(a) Membersihkan jalan nafas

(b) Mempertahankan suhu tubuh

(c) Mencegah terjadinya infeksi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

(d) Perawatan bayi sehari-hari meliputi: memandikan,

perawatan tali pusat, pemberian ASI.

7) Menjelaskan pada ibu (orang tua) mengenai:

(a) Pemberian ASI

(b) Makanan bergizi bagi ibu

(c) Mengikuti program KB segera mungkin.

8) Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada

perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi harus

dirujuk ke rumah sakit (Firmanda, 2004; Abdoerrachman,

2007; Proverawati, 2010).

i. Prognosis berat badan lahir rendah

Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat

ringannya masalah perinatal (masa gestasi),yaitu: asfiksia atau iskemia

otak, sindroma gangguan pernapasan, perdarahan intraventrikuler,

displasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasia, infeksi, gangguan

metabolik (asidosis, hipoglikemi, hiperbilirubinemia) (Wiknjosastro,

2008).

Kematian perinatal pada bayi berat lahir rendah 8 kali lebih besar

dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Prognosis akan lebih

buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi

terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelaianan komplikasi

neontal. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah dan gangguan

lainnya (Mochtar, 2002).

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Penerapan Manajemen Kebidanan Pada Bayi baru lahir berat badan lahir

rendah Menurut 7 Langkah Varney:

a. Langkah I: Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar secara Lengkap

Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:

1) Anamnesa

a) Riwayat kehamilan ibu

Kesehatan ibu selama hamil dapat mempengaruhi terjadinya

BBLR. Ada atau tidaknya penyakit, berapa kali ibu harus

melakukan kunjungan antenatal (Matondang, 2003).

b) Riwayat penyakit kehamilan

Pada anamnesa perlu dikaji tentang riwayat penyakit

kehamilan meliputi perdarahan, pre-eklamsia, eklamsia dan

penyakit kelamin. Ibu yang mempunyai riwayat perdarahan, pre-

eklamsi, eklamsi tersebut mempunyai faktor resiko melahirkan

bayi BBLR (Matondang, 2003).

c) Kebiasaan ibu waktu hamil

Kebiasaan ibu waktu hamil seperti ibu merokok, makanan

ibu selama hamil, dan konsumsi alkohol telah dihubungkan dengan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

defisit neurologik pada bayi baru lahir dan dengan berat bayi lahir

rendah (Ladewig, 2005) dan (Matondang, 2003).

d) Riwayat persalinan sekarang

Usia kehamilan preterm kurang dari 37 minggu yaitu faktor

terjadinya BBLR (Hidayat, 2005).

2) Data Objektif

Data yang dikaji pada bayi baru lahir dengan berat badan

lahir rendah adalah :

a) Apgar score

Pada bayi BBLR Pemeriksaan Apgar score dihitung pada

interval 1 menit dan 5 menit sesudah lahir. Bayi BBLR sering

mengalami asfiksia saat kelahiran, meliputi: asfiksia berat (nilai

APGAR 0-3), asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6), asfiksia ringan

atau bayi normal (nilai APGAR 7-9), bayi normal dengan nilai

APGAR 10. Lima parameter yang diamati atau diperiksa meliputi:

frekuensi jantung, pernafasan, tonus otot, iritabilitas refleks, dan

warna tubuh (Mochtar, 2002) dan (Behrman, 2010).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

Tabel 2.2 Cara menentukan nilai APGAR

Tanda 0 1 2
Frekuensi Tidak ada < 100 ≥ 100
jantung
Pernafasan Tidak ada Lambat Menangis
kuat
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas Gerakan
fleksi sedikit aktif
Refleks Tidak Gerakan Reaksi
bereaksi sedikit melawan
Warna kulit Seluruh Tubuh Seluruh
tubuh biru / kemerahan, tubuh
pucat ekstremitas kemerahan
biru
Sumber : American Academy of Pediatric, American College
of Obstetricians and Gynecologists dalam buku Kosim (2005).

b) Keadaan umum

Keadaan umum BBLR adalah pergerakannya kurang dan

masih lemah, bayi lebih banyak tidur daripada bangun

(Abdoerrachman, 2007).

c) Vital sign

(1) Denyut nadi pada BBLR 100 - 140 kali per menit

(Wiknjosastro, 2008).

(2) Pernafasan BBLR biasanya tidak teratur kecepatan dan

kedalamannya (Maryunani, 2008).

(3) Suhu tubuh pada BBLR sering mengalami temperatur yang

tidak stabil. Suhu < 36,5oC dapat menyebabkan bayi

kehilangan energi (Maryunani, 2009).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

d) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung rambut sampai kaki.

Pemeriksaan ini dilakukan pada 2 jam setelah kelahiran.

(1) Kepala : ukuran kepala pada BBLR kecil kurang dari

33 cm.

(2) Dada : pada BBLR bentuk dada sempit, atau kurang

dari 30 cm.

(3) Abdomen : pada BBLR abdomen relatif besar.

(4) Ekstremitas : pada BBLR kuku pendek dan lunak.

(5) Genetalia : alat kelamin pada laki-laki pigmentasi dan

rugae pada skrotum kurang. Sedangkan bayi

perempuan klitoris menonjol, labia minora

belum tertutup oleh mayora kemungkinan

bisa dikatakan BBLR karena belum

sempurna.

(6) Kulit : pada BBLR warna kulit putih atau merah

muda pucat, lemak subkutan tampak jarang,

keriput, kulit kering (Maryunani, 2008;

Ladewig, 2005; Pantiawati 2010; Surasmi,

2003).

(7) Reflek

(1) Reflek morro pada bayi BBLR lemah (Abdoerrachman,

2007)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

(2) Reflek walking pada bayi BBLR lemah (Hidayat, 2006)

(3) Pada BBLR reflek tonick neck pada bayi BBLR lemah

(Wiknjosastro, 2008)

(4) Pada BBLR reflek rooting pada bayi BBLR adalah lemah.

(Meadow, 2005)

(5) Pada BBLR reflek sucking yaitu reflek menghisap. Pada

bayi BBLR relek sucking lemah (Hidayat, 2005).

(8) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan hemoglobin pada bayi aterm < 14 gr/dL dan pada

bayi preterm Hb < 13 g/dL (Ladewig, 2005).

b. Langkah II: Intepretasi Data Dasar

(1) Diagnosis Kebidanan

Diagnosis kebidanan yang dapat ditegakkan pada kasus

pasien bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah adalah bayi

Ny.S umur 1 jam 10 menit dengan berat badan lahir rendah.

(2) Masalah

Masalah yang dapat terjadi pada bayi baru lahir dengan berat

badan lahir rendah adalah malas minum dikarenakan bayi dengan

berat badan lahir rendah kemampuan menghisapnya masih lemah,

selain itu dapat terjadi pula hipotermia dan bayi rentan terhadap

infeksi (Mansjoer, 2007).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

(3) Kebutuhan

Kebutuhan yang diperlukan pada bayi baru lahir dengan berat

badan lahir rendah adalah memberi dukungan pada ibu untuk rajin

menyusui bayinya tiap 1 – 2 jam, jika bayi tidak mampu menghisap

dengan baik ASI bisa diberikan lewat sonde, selain itu kebutuhan

untuk bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah yaitu menjaga

kehangatannya dengan merawat bayi dalam inkubator serta menjaga

kebersihan bayi, mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh

bayi (Mansjoer, 2007).

c. Langkah III: Identifikasi Diagnosis Potensial atau Masalah Potensial dan

Antisipasi Penanganannya

Diagnosis potensial yang mungkin muncul pada bayi baru lahir

dengan berat badan lahir rendah adalah hipotermia, hipoglikemia,

hiperbilirubinemia, sindrom gawat nafas, hipoksia, asupan kalori yang

tidak mencukupi dan hilangnya kalori (Kosim, 2007).

Maka untuk mencegah diagnosa potensial tersebut terjadi,

diperlukan langkah antisipasi yang tepat, yaitu dengan pengawasan dan

perawatan yang intensif serta kolaborasi dengan dokter spesialis anak

untuk menentukan tindakan yang tepat dan aman.

d. Langkah IV: Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera

Antisipasi tindakan segera yang dilakukan pada bayi baru lahir

dengan berat badan lahir rendah yaitu dengan melakukan kolaborasi

dengan dokter Spesialis Anak untuk menentukan jenis tindakan dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

terapi yang akan dilakukan sesuai dengan kondisi atau keadaan pasien

antara lain: merawat bayi dalam inkubator dengan suhu 34 0C sebagai

pencegahan hipotermia, segera memberikan makanan dini (ASI) untuk

mencegah hipoglikemia, mengobservasi bayi sesering mungkin untuk

mendeteksi kondisi bayi dan mencuci tangan sebelum memegang bayi

untuk mencegah infeksi (Abdoerrachman, 2007).

e. Langkah V: Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh

Perencanaan tindakan untuk bayi baru lahir dengan berat badan

lahir rendah antara lain :

1) Menurut Saiffudin (2009) dan Pantiawati (2010), Perencanaan

tindakan untuk bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah,

yaitu:

(a) Melakukan penilaian apgar score

(b) Membersihkan jalan napas

(c) Mengeringkan secepatnya dengan handuk kering dan hangat

(d) Memotong dan merawat tali pusat

(e) Mengganti kain yang basah dengan kain yang kering dan hangat

(f) Memberikan lingkungan yang hangat dengan cara kontak kulit

ke kulit dan bungkus bayi dengan kain hangat

(g) Memberikan lampu 60 watt, dengan jarak minimal 60 cm dari

bayi

(h) Menutupi kepala bayi dengan topi

(i) Memberikan oksigen

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

(j) Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi

dan pemeriksaan laboratorium

(k) Melakukan identifikasi bayi

(l) Memberi obat tetes atau salep mata

(m) Memberi suntikan vitamin K1 1 mg pada bayi

(n) Menetesi ASI bila dapat menghisap dan menelan, apabila tidak

bisa berikan minum dengan sonde. Bila tidak mungkin, infus

Dextrose 10 % +Bicarbonas Natricus 1,5% = 4: 1

Hari I : 60 cc/kg/hari

Hari II : 70 cc/kg/hari

(o) Memberikan antibiotika

(p) Memenuhi kebutuhan nutrisi

(q) Mengawasi keadaan umum dan vital sign bayi pada 24 jam

pertama

(r) Mengobservasi BAK dan BAB bayi

(s) Melakukan pencegahan infeksi.

2) Menurut Poeverawati (2010) dan Kosim (2005), perencanaan

tindakan untuk bayi berat lahir badan rendah, yaitu:

(a) Mempertahankan suhu optimal

(b) Mempertahankan oksigenasi

(c) Memenuhi kebutuhan nutrisi

(d) Mencegah dan mengatasi infeksi

(e) Mengatasi hiperbilirubinemia

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

(f) Memenuhi kebutuhan psikologis

(g) Melibatkan program imunisasi

(h) Memantau kemajuan keadaan bayi dengan melakukan

penilaian umum, meliputi: frekuensi nafas, nadi, suhu, warna

kulit, frekuensi dan volume pemberian minum.

f. Langkah VI: Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman

Pada pelaksanaan asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan berat

badan lahir rendah disesuaikan dengan pelaksanaan tindakan

berdasarkan prioritas utama kasus.

g. Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi dari bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah kecil

masa kehamilan adalah terpenuhinya kebutuhan nutrisi bayi,

mempertahankan suhu kulit, dan peningkatan berat badan (Saifuddin,

2009) dan (Mitayani, 2009).

2. Follow Up Data Perkembangan Kondisi Klien

Dalam pendokumentasian pada asuhan kebidanan bayi baru lahir

dengan berat badan lahir rendah, penulis menggunakan metode

pendokumentasian yang disebut dengan SOAP.

Tujuh langkah Varney disarikan menjadi 4 langkah, yaitu SOAP

(Subjektif, Objektif, Analisa, Penatalaksanaan). SOAP disarikan dari proses

pemikiran penatalaksanaan kebidanan dipakai untuk mendokumentasikan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

asuhan pasien dalam rekam medis pasien sebagai catatan kemajuan atau

perkembangan.

S : Subjektif

Data subjektif pada kasus bayi baru lahir dengan berat badan

lahir rendah didapatkan dari hasil wawancara dengan keluarga dan

bidan jaga. Pada tanggal 09 Maret 2013, gerakan bayi aktif, menangis

kuat, warna kemerahan, dan reflek menghisap kuat.

O : Objektif

Data objektif pada kasus bayi baru lahir dengan berat badan

lahir rendah adalah berupa hasil observasi keadaan umum baik, vital

sign normal , berat badan bayi meningkat, reflek menghisap kuat,

gerakan aktif, pola nutrisi dan eliminasi baik.

A : Analisa

Pada kasus bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah,

diagnosis yang dapat ditegakkan berdasarkan data subjektif dan

objektif adalah bayi Ny. S umur 4 hari dengan berat badan lahir

rendah.

P : Penatalaksanaan

Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan,

dukungan, kolaborasi, evaluasi atau follow up dari rujukan sebagai

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

langkah III,IV,V,VI dan VII Varney (KepMenKes RI No. 938/

Menkes/ SK/ VII/ 2007).

Melaksanakan dan melanjutkan asuhan yang sudah dilakukan.

Tetap berkolaborasi dengan dokter Sp.A. Diagnosa Potensial

diharapkan tidak terjadi. Evaluasi dari bayi baru lahir dengan berat

badan lahir rendah adalah terpenuhinya kebutuhan nutrisi bayi,

mempertahankan suhu kulit, dan peningkatan berat badan (Saifuddin,

2009) dan (Mitayani, 2009).

commit to user

Anda mungkin juga menyukai