Anda di halaman 1dari 4

BAB VI

REFLEKSI TEOLOGIS DAN PENUTUP

Satu tahun pelayanan telah kita jalani dan lewati, dan tahun 2022 merupakan
tahun ketiga di periode 2020-2023. Sepanjang dua tahun pertama periode, energi
kita lebih banyak tersita untuk tanggap bencana berlapis. Tahun 2022, kita bisa
menarik napas sedikit lega karena pandemi berhasil dijinakkan menjadi endemi
karena luasnya cakupan vaksin serta makin meningkatnya kedisiplinan warga dunia
dalam menjaga kesehatan. Kita percaya karena kekuatan dari Roh Kudus kita
bangkit untuk mulai berbenah. Hal itu terlihat dari berbagai program pelayanan
yang bisa berjalan dengan baik.
Di setiap lingkup Pelayanan GMIT, MS/MK/MJ berkomitmen agar tahun 2023
ini kami dapat memaksimalkan capaian HKUP secara kuantitas dan kualitas,
karena tahun ini adalah tahun terakhir di periode ini. Spirit tahun ini adalah spirit
tancap gas untuk memaksimalkan input, output dan outcome pelaksanaan HKUP.
Harapan dan semangat yang sama juga terjadi di lingkup jemaat GMIT Baitani
Sumbawa. Dalam berbagai kesulitan, kita tetap terpanggil untuk terlibat dalam misi
Allah. Bentuk keterlibatan GMIT dalam misi Allah itu adalah melalui pelaksanaan
panca pelayanan yang diatur dalam HKUP.
Kami berharap di tahun 2023, kita semua dikaruniakan kesehatan serta spirit
kerja sama yang baik. Walaupun, tahun 2023 diprediksi dunia mengalami krisis
moneter, namun kita harus belajar beradaptasi dan tidak menghukum diri kita
terlalu keras, jika karena keadaan kita terbatas dalam pelaksanaannya. Yang paling
penting adalah ketulusan untuk melayani bersama.
Salah satu agenda sidang tahun 2022 adalah memilih/membentuk panitia
pemilihan Majelis Jemaat periode 2024 – 2027. Sebagai gembala persekutuan ini,
kita telah melaksanakan tugas memfasilitasi “suksesi apostolikum”, yakni tugas
memelihara kesinambungan peran kegembalaan gereja kita. Di saat penting seperti
ini kita semua perlu menyadari bahwa sesungguhnya pemeliharaan gereja dan
kepemimpinanNya adalah dalam kuasa Sang Roh sendiri. Dalam pengakuan iman
rasuli, rumusan pengakuan iman tentang Roh Kudus adalah yang paling singkat.
Tentang Allah Bapa ada beberapa pokok pikiran: “Aku percaya pada Allah Bapa
yang Maha Kuasa Pencipta langit dan bumi”. Tentang Sang Anak, lebih luas
dirumuskan: dari kelahiran sampai kenaikan dan kedatangan kembali. Namun
tentang Sang Roh hanya satu kalimat: “Aku percaya pada Roh Kudus”. Pengakuan
tentang Sang Roh yang singkat itu langsung dilanjutkan dengan pengakuan tentang
gereja: “Satu gereja yang kudus, am, dan rasuli”. Pneumatologi langsung diikuti
dengan eklesiologi. Karena itu, eklesiologi, yaitu hal memahami dan menata gereja
di sepanjang sejarah Kekristenan, harus terhubung pneumatologi, yakni
pemahaman tentang Roh Kudus dan karyaNya.
Sebelum Yesus memulai pelayananNya, Dia diurapi oleh Roh Kudus. Dia
bahkan lahir karena karya Roh Kudus dalam tubuh ibu-Nya. Saat murid-murid
ketakutan di ruang terkunci, Roh Kudus dihembuskan kepada mereka. Saat gereja
mula-mula terbentuk, Roh Kudus turun dalam bentuk angin, api, dan bahasa. Angin
dihembuskan agar mereka mengalami kesejukan. Api memberi mereka sukacita
dan keberanian. Bahasa Roh diberikan agar mereka berkata-kata dalam bahasa
yang saling menguatkan, menegor dalam kasih, bersaksi dengan berani, bernubuat
dengan jelas. Rasul Paulus mengingatkan tentang jemaat di Galatia tentang buah
Roh: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri (Galatia 5:22-23a).
Saat GMIT akan memasuki proses suksesi apostolikum, kita mesti ingat
bahwa kita mesti memberi diri dituntun dan bersama-sama melayani kehendak
Sang Roh. Angin kesejukan, api sukacita dan keberanian berupaya, bahasa cinta
kasih dan kesaksian di ruang publik menjadi karunia Sang Roh di masa-masa ini.
Mari kita berdoa Bersama: “Ya Roh Kudus, tuntunlah kami dengan hikmatMu”.
Kepada jemaat di Galatia, Rasul Paulus berkata: “Jikalau kita hidup oleh Roh,
baiklah kita juga dipimpin oleh Roh, dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita
saling menantang dan saling mendengki”. (Gal. 5:25-26)
Kita berada di kota Sumbawa ini tentu bukan karena keinginan kita sendiri,
tapi kita meyakini sebagai rencana Allah. Kita dipanggil dan ditempatkan di tempat
ini untuk mengusahakan Damai Sejahtera atau Syalom Allah bagi kota ini, (Band.
Yeremia 29:7), “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan
berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah
kesejahteraanmu”. Dengan demikian dalam kehidupan kita sebagai pembawa
damai sejahtera, perlu kita ingat bahwa kehidupan doa kita orang percaya, bukan
sekedar melipat tangan, memejamkan mata, dan menyampaikan kata-kata doa
semata, tetapi harus disertai dimensi lain dari doa orang beriman yaitu membuka
mata untuk melihat keadaan di sekeliling kita dan turun tangan untuk
mengupayakan damai sejahtera di saat pertentangan dan penderitaan terjadi,
sehingga dengan demikian orang bisa mengenal Yesus Kristus yang adalah Tuhan
melalui segala dimensi kehidupan kita. Kita dipanggil bukan saja untuk berkhotbah
tentang damai sejahtera, tetapi lebih dari itu yaitu mewujudkan damai sejahtera itu
dalam kehidupan sehari-hari. Dan damai yang diupayakan itu harus dimulai dari
hati yang tulus dan pikiran yang jernih. Maka dari itu, segala tirai pemisah, tembok
dan sekat-sekat seperti perbedaan ras, suku, agama, kedudukan, dan jenis kelamin
yang cenderung memecah belah persekutuan harus dilenyapkan. Begitu juga
dengan berbagai bencana dan penderitaan yang kita alami janganlah membuat kita
putus harapan, melainkan kita harus bangkit dan berkata “Roh Kudus
Menguatkan Persekutuan Dan Memimpin Gereja Menjadi Berkat Bagi
Semesta” seperti pesan dari tema pelayanan GMIT tahun 2023 ini. Dalam berbagai
tantangan yang dihadapi oleh gereja dan masyarakat di mana kita melayani, GMIT
beriman bahwa Roh Tuhan menguatkan dan memberdayakan gereja untuk turut
terlibat dalam karya kebaikan Tuhan. Kita percaya bahwa Roh Tuhan akan
melengkapi kita untuk bangkit dan melaksanakan amanat pengutusan dalam
kompleksitas tantangan zaman. Dia yang mengutus kita dan Dia akan melengkapi
kita dengan kuasa Roh Kudus untuk berkarya dan berhasil dalam pimpinan-Nya
(bnd. Bil. 13-14). Kita bergulat dengan banyak masalah, sekaligus dengan harapan:
Tuhan Allah, melalui Roh-Nya, sedang berkarya dan mendatangkan kebaikan bagi
dunia dan bagi Jemaat GMIT Baitani Sumbawa.
Panggilan untuk menjadi pelaku-pelaku pelayanan dan sekaligus agen
damai sejahtera adalah tugas Ilahi. Tugas ini bukanlah tugas yang mudah dan
bebas resiko. Artinya ketika panji pelayanan dan perdamaian dikibarkan, pasti ada
angin menerpa dan ada tantangan yang harus dihadapi baik dari luar maupun dari
dalam diri kita sendiri dan persekutuan kita sendiri. Namun, janganlah kita takut,
karena Yesus Kristus Sang Kepala Gereja, telah berjanji akan menyertai kita
sampai ke ujung-ujung bumi dan sampai selama-lamanya. Karena itu, marilah kita
menempatkan Tuhan Yesus pada pusat kehidupan dan pusat program-program
pelayanan kita, sehingga setiap masalah yang selama ini terjadi dalam persekutuan
hidup dan pelayanan kita akan teratasi dan terselesaikan, walau mungkin jalannya
perlahan-lahan dan tertatih-tatih. Akhirnya, dengan sinar Damai Sejahtera yang
sudah dikerjakan Kristus Yesus yang adalah Tuhan kita, kita akan dapat melihat
jalan menuju hari esok yang penuh sukacita. Selamat berkarya dalam cinta kasih
Kristus bagi seluruh Majelis Jemaat. Tuhan Yesus menolong dan memberkati kita
semua. Amin.

VII. PENUTUP
Demikianlah beberapa hal yang dapat kami sampaikan dalam informasi
pelayanan ini. Masih banyak pergumulan pelayanan yang harus kita gumuli
bersama. Oleh karena itu, semoga informasi pelayanan ini bisa menjadi acuan bagi
kita dalam merancangkan berbagai program pelayanan yang lebih baik ke depan,
khususnya dalam tahun pelayanan 2022. Semoga Tuhan Yesus Kristus, yang
empunya pelayanan selalu memberi kita kekuatan dan hikmat untuk melaksanakan
tugas mulia ini. Tuhan memberkati kita semua.

Ketua Sekretaris
Pdt. Marthen S T A Tubatonu, S.Th Dkn. Fanly Christina Maro

Anda mungkin juga menyukai