Anda di halaman 1dari 6

Makalah Agama Hindu

Pandangan Agama Hindu Terhadap Tajen

Oleh:
1. Ni Made Ayu Widyantari (01/ 2215823002)
2. Ni Made Manika Sari (03/ 2215823013)
3. I Putu Ryan Swarditha (04/ 2215823019)
4. Kadek Adelya Putri Utami (06/ 2215823032)
5. Ni Wayan Sucipta Ningsih (09/ 2215823050)
6. I Gede Oka Sanjaya (15/ 2215823079)

PROGRAM STUDI DIII PERHOTELAN


JURUSAN PARIWISATA
POLITEKNIK NEGERI BALI
BADUNG
2023
A. PENGERTIAN TAJEN
Kata "tajen" dalam bahasa Bali terdiri dari dua kata dasar yaitu "tajak" yang berarti "pisau" dan
"tajanan" yang berarti "tandingan atau lawan". Oleh karena itu, secara harfiah "tajen" dapat
diartikan sebagai "pertandingan atau perkelahian menggunakan pisau antara dua ayam
jantan". ,suatu permainan adu ayam atau sabung ayam dengan mengikatkan taji pada kaki ayam
itu serta mengadunya, sebagai salah satu bentuk hiburan yang disertai taruhan uang. Taruhan
uang itu sendiri adalah judi atau dyuta, sedang menyebabkan matinya ayam/mahluk untuk
kesenangan semata-mata didalam ajaran Agama Hindu dinamai Himsa Karma yang tidak baik
dilakukan oleh setiap orang yang berusaha untuk mengamalkan Dharma.

B. SEJARAH TAJEN DI BALI


Sabung ayam atau Tajen yang sering disebut oleh masayarakat Bali merupakan tradisi
atau budaya masyarakat bali. Tajen sudah dikenal sejak zaman Majapahit dilihat dari kitab atau
pedoman pararaton. Kitab Pararaton pada zaman sekarang bisa disebut sebagai sastra babad.
Kitab Pararaton ini sendiri merupakan babad dari kerajaan singasari Pada awalnya, adu ayam
dalam tajen dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada dewa-dewi dalam upacara
keagamaan dan upacara adat, dan dimainkan oleh para bangsawan atau raja-raja Bali. Ayam yang
digunakan dalam tajen dipilih dengan cermat dan diberikan perawatan khusus, dan taji atau kuku
ayam diolah sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat-syarat tertentu.
Tajen telah membudaya pada era kerajaan Bali tetapi dalam hal ini besaran maksimal
taruhan dan jenis uangnya belum diketahui. Pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong
yakni pada era Gelgel, Tajen sering diadakan di depan Pura Goa Lawah dan telah mendarah
daging sebagai tradisi oleh masyarakat pada masa itu. Namun, seiring berjalannya waktu, praktik
adu ayam dalam tajen tidak lagi terbatas pada upacara keagamaan atau adat, dan telah menjadi
hiburan bagi masyarakat Bali. Pada masa penjajahan jepang aktivitas Tajen berkembang pesat
dan pada era kemerdekaan sebelum tahun 1980an, pihak penyelenggara Tajen menggunakan ini
sebagai kesempatan untuk menggalang dana guna pembangunan dan mendapat izin dari pihak
berwenang. Pada saat Undang-Undang tentang Penertiban Perjudian di sahkan Tajen sempat
surut tetapi hal ini tidak berlangsung lama dimana pada tahun 2000 pada saat suasana reformasi,
Tajen mengalami peningkatan
Pada saat dibawah kepemimpinan Kapolda Bali yakni Made Mangku Pastika aktivitas Tajen
dilarang karena adu ayam dalam tajen melanggar hukum dan dianggap kejam terhadap hewan
juga merusak kesucian tempat suci serta mengakibatkan kemiskinan. Meski hingga saat ini
Undang-Undang tentang Penertiban Perjudian belum pernah dicabut oleh pemerintah tetapi pada
kenyataanya praktik perjudian Tajen di bali masih tetap ada dan dilakukan secara diam-diam di
beberapa tempat di Bali.

C. TAJEN MENURUT KITAB RG WEDA


1. Akṣair mā dīvyaḥ kśimit kṛśasva vitte ramasva bahu manyamānaḥ, tatra gāvaḥ
kitava tatra jaya tan me vicaśṭe savitāyamarya. Ṛgveda X.34.13.
(Wahai para penjudi, janganlah bermain judi, bajaklah tanahmu. Selalu puas
dengan penghasilanmu, pikirkanlah itu cukup. Pertanianmenyediakan sapi-sapi
bentina dan dengan itu istrimu tetap bahagia. Deva Savitā telah menasehatimu
untuk berbuat demikian)
2. Jāyā tayate kitavasya hìnā mātā putrasya carataḥ kva svit, ṛṇāvā bibhyad dhanam
icchamānaḥ anyeśām astam upa naktam eti. Ṛgveda X.34.10.
(Istri seorang penjudi yang mengembara mengalami penderitaan yang sangat
menyedihkan, dan ibu seorang penjudi semacam itu dirundung penderitaan. Dia,
yang dalam lilitan hutang dan kekurangan uang, memasuki rumah orang lain
dengan diam-diam di malam hari)
3. Dvesti śva rūr apa jaya ruóaddhi na nathito vindate marîitāram, aśvasyeva jarato
vasnyasya nāhaṁ vindāmi kitavasya bogam. Ṛgveda X.34.3.
(Ibu mertua membenci, istrinya menghindari dia, sementara pada waktu
mengemis, tidak menemukan seorangpun yang berbelas kasihan. Istri penjudi itu
berkata: “Sebagai seekor kuda tua yang tidak bermanfaat, kami sangat menderita
menjadi istri seorang penjudi”).

1. JENIS JENIS TAJEN DI BALI


 Tajen Sisik
Tajen jenis ini adalah yang paling umum dan sering diadakan di Bali. Dalam tajen sisik,
dua ekor ayam ditempatkan dalam satu arena dan dibiarkan berduel dengan
menggunakan taji atau kuku ayam. Ayam yang berhasil melumpuhkan atau membunuh
ayam lawan dianggap sebagai pemenang. Tajen sisik biasanya diadakan pada acara-acara
tradisional atau upacara keagamaan seperti Hari Raya Galungan dan Kuningan di Bali.
Selain itu, tajen sisik juga sering diadakan pada acara-acara pribadi seperti pernikahan
atau pembukaan rumah baru. Sebelum pertandingan dimulai, kedua ayam dipersiapkan
dan dilengkapi dengan taji atau kuku yang tajam. Ayam yang akan bertanding dipilih
berdasarkan ukuran, kekuatan, dan kemampuan bertarungnya. Sebelum ayam
dipertandingkan, penggemar atau pemilik ayam dapat bertaruh pada ayam favorit mereka.
Taruhan pada tajen sisik dapat mencapai jumlah yang besar dan menjadi sumber
penghasilan bagi pemilik ayam atau sang juara.
 Tajen Londo
Tajen jenis ini menggunakan ayam jantan yang lebih besar dan kuat dari ayam biasa.
Biasanya, tajen londo hanya dilakukan pada acara-acara khusus atau adat tertentu. Tajen
Londo tidak selalu diadakan untuk bertarung atau adu ayam secara fisik. Kadang-kadang,
ayam-ayam yang diikutsertakan dalam tajen Londo hanya digunakan untuk menampilkan
kemampuan mereka dan dianggap sebagai ajang pamer bagi pemiliknya.
 Tajen Betet
Tajen jenis ini menggunakan ayam yang disebut betet atau ayam jago yang sangat terlatih
dalam bertarung. Ayam jenis ini memiliki kecepatan dan kekuatan yang luar biasa dalam
melawan lawannya. Ayam betet adalah jenis ayam asli Indonesia yang dikenal dengan
nama Latin Gallus varius, yang memiliki ciri khas bulu dengan warna-warna cerah
seperti merah, hijau, biru, dan kuning.
 Tajen Telajakan
Tajen Telajakan adalah salah satu jenis tajen atau adu ayam yang berasal dari daerah
Karangasem, Bali. Tajen jenis ini dilakukan dengan cara melemparkan dua ayam ke
dalam arena dan dibiarkan berduel secara alami. Tajen telajakan dianggap sebagai tajen
yang lebih adil karena tidak ada taji atau kuku yang dipasang pada ayam. Tajen ini
dilakukan di sebuah arena adu ayam yang disebut dengan nama Telajakan. Tajen
Telajakan diadakan sebagai bagian dari upacara keagamaan dan adat yang penting di
Bali.
 Tajen Seni
Tajen Seni adalah salah satu jenis tajen atau adu ayam yang berbeda dengan jenis tajen
lainnya karena tidak menekankan pada kekerasan dan pertarungan antara dua ayam
jantan. Sebaliknya, tajen seni merupakan pertunjukan seni yang menampilkan keindahan
dan gerakan-gerakan elegan dari ayam-ayam yang dilatih khusus. Dalam tajen seni, ayam
yang digunakan biasanya merupakan jenis ayam hias atau ayam kampung yang memiliki
bulu-bulu indah dan warna-warna yang mencolok. Ayam-ayam ini dilatih untuk bergerak
dengan lincah dan elegan, mengikuti gerakan tangan pawang atau pelatihnya.

2. Syarat dan Cara Melaksanakan Sabung Ayam di Bali


Sabung ayam untuk upacara agama hindu Bali (Tabuh Rah) dilaksanakan dengan cara
menyembleh hewan yang akan di korbankan tetapi sabung ayam dalam bentuk Perang Sata boleh
dilakukan dengan menyembleh atau diadu kedua ayam yang akan di korbakan. Jika akan
melakukan Perang Sata maka harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Upacara Bhuta Yadnya yang diperbolehkan disertai Perang Sata yaitu: Caru Panca Kelud, Caru
Rsi Ghana, Caru Balik Sumpah, Tawur Agung, Tawur Labuh Gentuh, Tawur Pancawalikrama,
Tawur Eka Dasa Rudra.
b. Pelaksanaan Tabuh Rah dilaksanakan di tempat upacara pada saat mengakhiri upacara itu.
c. diiringi dengan adu tingkih (kemiri), adu pangi, adu taluh (telur), adu kelapa, andel-andel.
d. pelaksanaanya adalah sang Yajamana dengan berpakaian upacara.
e. perang sata dilakukan maksimum 3 seet (parahatan).dan tidak disertai dengan taruhan. ayam
yang digunakan dalam Tabuh Rah ialah ayam yang masih muda atau yang belum pernah diadu
selain itu tidak ada arena yang digunakan dalam sabung ayam ini.
Tajen Terang atau yang biasa disebut saat ini Tajen Undangan ialah sabung ayam yang diadakan
oleh desa adat untuk mengumpulkan dana guna pembangunan. Dalam sabung ayam ini sudah
mendapat izin dari perangkat desa adat dan juga pihak berwenang.
Wantilan adalah bangunan yang berukuran 50 X 50 meter. Bangunan ini di buat berundak
ketengah dan di tengahnya di buat agak tinggi disinilah tempat ayam-ayam itu di adu dimana
arena ini berbentuk bujur sangkar.

Cara dari sabung ayam ini adalah pada awalnya pakembar masuk ke dalam araena dengan
membawa ayam yang akan di adu lalu ayam itu dihadap-hadapkan tetapi tidak dilepas setelah itu
pakembar mengangkat ayam guna menacari taruhan apabila telah mendapat taruhan barulah
ayam itu diadu.
Wantilan adalah bangunan yang berukuran 50 X 50 meter. Bangunan ini di buat berundak
ketengah dan di tengahnya di buat agak tinggi disinilah tempat ayam-ayam itu di adu dimana
arena ini berbentuk bujur sangkar.

3. FUNGSI DAN MAKNA TAJEN DALAM MASYARAKAT BALI.


Berikut adalah beberapa fungsi dari tajen:
 Sebagai bagian dari upacara keagamaan: Tajen merupakan salah satu unsur dalam beberapa
upacara keagamaan Hindu di Bali, seperti upacara Ngaben atau pesta kematian. Adu ayam
dianggap sebagai persembahan untuk para dewa dan roh leluhur.
 Sebagai ajang hiburan: Tajen juga diadakan sebagai ajang hiburan, baik untuk pengunjung
maupun penduduk setempat. Acara tajen sering diadakan di lapangan adu ayam atau di arena
yang disediakan khusus, di mana orang dapat bertemu, berkumpul, dan menikmati
pertunjukan.
 Sebagai ajang taruhan: Tajen sering juga dijadikan sebagai ajang taruhan yang sangat populer
di Bali. Taruhan tajen dapat melibatkan uang, hewan ternak, atau barang berharga lainnya.
 Sebagai simbol status dan kekuasaan: Adu ayam sering juga digunakan sebagai simbol status
dan kekuasaan di masyarakat Bali. Ayam jantan yang kuat dan tangguh dianggap sebagai
simbol kekuasaan dan pengaruh.
Meskipun tajen masih merupakan bagian penting dari budaya Bali, praktik adu ayam masih
menjadi kontroversial dan dilarang oleh undang-undang di Indonesia karena dianggap sebagai
kekerasan terhadap hewan. Beberapa kelompok aktivis dan organisasi hak-hak hewan telah
memprotes praktik tajen dan mendorong untuk mengakhiri praktik tersebut

Anda mungkin juga menyukai