Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATAKULIAH FILSAFAT ILMU PANGAN

“BAKAKAK HAYAM TRADISI MASYARAKAT SUNDA ”

OLEH :

GABRIELLA SHERLY R G032181003

FAKULTAS PERTANIAN
PRODI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
Suku Sunda (Urang Sunda, aksara Sunda) adalah kelompok etnis yang berasal dari
bagian barat pulau Jawa, Indonesia, dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup
wilayah administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, Lampung dan wilayah
barat Jawa Tengah(Banyumasan). Orang Sunda tersebar diberbagai wilayah Indonesia,
dengan provinsi Banten dan Jawa Barat sebagai wilayah utamanya
Budaya Sunda adalah budaya yang tumbuh dan hidup dalam masyarakat Sunda.
Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjunjung tinggi sopan santun.
Kebudayaan Sunda termasuk salah satu kebudayaan tertua di Nusantara. Kebudayaan
Sunda yang ideal kemudian sering kali dikaitkan sebagai kebudayaan masa Kerajaan
Sunda. Ada beberapa ajaran dalam budaya Sunda tentang jalan menuju keutamaan hidup.
Etos dan watak Sunda itu adalah cageur, bageur, singer dan pinter, yang dapat diartikan
sehat, baik, mawas, dan cerdas. Kebudayaan Sunda juga merupakan salah satu kebudayaan
yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya perlu
dilestarikan. Sistem kepercayaan spiritual tradisional Sunda adalah Sunda Wiwitan yang
mengajarkan keselarasan hidup dengan alam. Kini, hampir sebagian besar masyarakat
Sunda beragama Islam, namun ada beberapa yang tidak beragama Islam, walaupun
berbeda namun pada dasarnya seluruh kehidupan ditujukan untuk kebaikan di alam
semesta.
Kebudayaan Sunda memiliki ciri khas tertentu yang membedakannya dari
kebudayaan–kebudayaan lain. Secara umum masyarakat Jawa Barat atau Tatar Sunda,
dikenal sebagai masyarakat yang lembut, religius, dan sangat spiritual. Kecenderungan ini
tampak sebagaimana dalam pameo silih asih, silih asah dan silih asuh; saling mengasihi
(mengutamakan sifat welas asih), saling menyempurnakan atau memperbaiki diri (melalui
pendidikan dan berbagi ilmu), dan saling melindungi (saling menjaga keselamatan). Selain
itu Sunda juga memiliki sejumlah nilai-nilai lain seperti kesopanan, rendah hati terhadap
sesama, hormat kepada yang lebih tua, dan menyayangi kepada yang lebih kecil. Pada
kebudayaan Sunda keseimbangan magis dipertahankan dengan cara melakukan upacara-
upacara adat sedangkan keseimbangan sosial masyarakat Sunda melakukan gotong-royong
untuk mempertahankannya.
Bakakak Hayam, Tradisi Masyarakat Sunda

Sebagian besar Masyarakat Sunda memelihara


ayam kampung sebagai penghasilan tambahan selain
dari hasil pertanian. Ayam kampung dijadikan
sebagai salah satu bahan makanan pendamping atau
pelengkap yang memiliki kandungan gizi yang baik
dan mudah diperoleh. Ayam jantan oleh sebagian
Masyarakat Sunda dipercaya sebagai salah satu binantang penolak bala agar para arwah
leluhur tidak menganggu tetapi justru diharapkan dapat membantu kelancaran berbagai
kegiatan pada kehidupan Masyarakat Sunda. Sehingga ayam jantan dijadikan sebagai
sesaji utama atau pesyaratan dalam upacara-upacara adat yang diolah dengan cara
dibakar/panggang (bakakak).

Bakak hayam merupakan makanan pendamping atau lauk pauk untuk kelengkapan
makan nasi. Sebagian besar masyarakat sunda khususnya di daerah Pandegelang, hayam
bakakak digolongkan sebagai makanan untuk kegiatan pesta adat seperti upacara
perkawinan, pengantin sunat atau upacara-upacara yang lain.

Dalam upacara perkawinan bakakak hayam dijadikan sebagai sesaji utama dalam
acara uap lingkungung , yaitu makanan yang diperuntukan khusus bagi kedua mempelai
bukan untuk tamu undangaan sebagai sayarat yang harus dipenuhi, dengan melalui
berbagai proses diantaranya :

1) Hayam bakakak dapat dikonsumsi oleh kedua mempelai setelah acara ijab Kabul
selesai dan setelah kedua mempelai duduk di kursi pelaminan. Hayam bekakak disajikan
dengan menggunakan piring ceper tanpa nasi kemudian kedua mempelai saling berebut
dan tarik-tarikan mengambil ayam dengan tangannya untuk mendapat potongan yang
besar.
2) Proses selanjutnya adalah uap lingkung, yaitu sebagai makanan suap-suapan antara
pengantin laki-laki dengan pengantin perempuan sebagai lambang kasih sayang, saling
pengertian dan saling melengkapi kekurangan sehinga terbentuk kehidupan rumah tangga
yang sakiyah waromah..

Makna Bakakak Hayam

Besarnya potongan melambangkan besarnya


rejeki yang kelak akan diperoleh dalam
kehidupan rumah tangganya. Contoh, pada saat
terjadi tarik-tarikan mempelai laki-laki
memperoleh potongan paling besar maka
diperlambangkan bahwa kelak dalam
kehidupan rumah tangga mempelai laki-laki
akan membawakan rejiki paling banyak
dibandingkan mempelai perempuan. Begit juga sebaliknya, jika mempelai perempuan yang
mendapatkan potongan paling besar maka dapat diperlambangkan bahwa kelak dlam
kehidupan rumah tangga mempeleai perempuan akan membawakan rejeki paling banyak
dianding mempelai laki-laki. Sebagai bagian dari upacara adat, bakakak hayam
mempunyai nilai budaya yang tinggi, karena bagi orang Sunda makanan tersebut
merupakan hasil tradisi yang harus selalu dijaga keberadaannya. Bakakak hayam
keberadaannya sangat penting, sehingga jika upacara adat tertentu tidak menghadirkan
makanan tersebut maka upacara tersebut dianggap tidak sah. Bakakak hayam memiliki
fungsi sosial, yaitu sebagai makanan yang mencerminkan kebersamaan, karena bentuknya
yang besar dapat dimakan beramai-ramai.
Pada upacara sunatan, bakakak hayam disajikan khusus buat pengantin sunat bukan
untuk tamu undangan, mempunyai makna atau simbol bahwa anak yang dikhitan kelak
akan memiliki tubuh maupun mental yang baik. Bakakak hayam disajikan setelah anak
disunat, diletakan diatas piring ceper bisa dimakan sendiri atau sebagai lauk atau umumnya
ditemani dengan nasi kuning dengan maksud agar anak yang dikhitan merasa bahagia dan
sebagai obat agar dapat mempercepat kesembuhan dan merangsang pertumbuhannya.

Selain itu, makanan hayam bakakak mempunyai fungsi kekuatan dan tenaga setelah
anak dikhitan yaitu mengembalikan tenaga anak yang takut dan lemas akibat disunat atau
dikhitan. Bekakak hayam berfungsi sebagai obat, karena dari ramuan bumbu-bumbunya
seperti bawang putih, bawang merah, dan ketumbar. Bawang putih yang mengandung
minyak astiri, allcin dan alin dapat membantu proses penyembuhan atau mencegah
penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi. Bawang merah mengandung
plavonglikosida bersifat sebagai toksin yang mampu memebunuh bakteri dan anti radang.
Ketumbar mempunyai khasiat untuk menghangatkan tubuh, menghindari masuk angin.
Sehingga bekakak hayam cocok digunakan obat khususnya bagi pengantin sunat.

Dalam perkembangannya bakak hayam dianggap cukup mempunyai nilai ekonomi


karena selain dibuat sendiri, sudah mulai banyak dijual direstoran atau dengan cara
memesan kepada orang tertentu yang menerima pesanan membuat makanan tersebut.
Sebagai piranti upacara adat, bakakak hayam mempunyai nilai budaya, karena orang
Sunda makanan tersebut merupakan makanan tradisi yang selalu disajikan pada waktu
upacara tertentu, yang merupakan adat budaya suku Sunda. Bakakak hayam memiliki
fungsi social karena merupakan makanan yang mencerminkan kebersamaan, terwujud pada
saat ada upacara atau kegiatan tertentu.

Pembuatan Bakakak Hayam

Proses pembuatan Bahan : ayam kampung (jantan), pilahan bumbu, alat


memanggang (oven), arang. Bumbu : konet(kunyit), ketumbar, jahe, bawang putih, bawang
merah, garam dan penyedap rasa. Cara memasak Ayam disembelih yang sebelumnya
didioakan, ayam dibersihkan jerohan (isi perut ayam yang terdiri ampela, hati dan usus
diambil dan dipisahkan. Setelah bersih, bagian dada dibelah menjadi dua (ayam dibelah
tidak sampai putus, hanya bagian dada saja sementera bagian punggung tetap utuh) hingga
bentuknya dibuat lebar. Semua bumbu dihaluskan, kemudian dilumurkan pada ayam secara
merata kemudian ayam ditusuk dengan arah tusuk saling silang vertical dan horizontal dan
siap dipanggang sambil diolesi bumbu hingga matang (berwarna kecoklatan). Cara
penyajian Bakakak hayam disajikan dalam piring ceper dengan bagian pinggir dihias agar
lebih menarik dan menimbulkan gairah makan. Bisa dimakan sendirian atau sebagai
pendamping nasi kuning/putih. Selain itu dilengkapi makanan camilan berupa jajanan
pasar pada upacara khitanan, sedangkan pada pernikahan hanya bekakak hayam saja
sebagai sajian utama untuk kedua memepelai.

Anda mungkin juga menyukai