Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERJUANGAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN MENGUSIR JEPANG


PADA TAHUN 1945

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Lokal

Disusun oleh:

Feren Fatma Fatkhia

NIM 3111421020

JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmatnya saya dapat menyelesaikan tugas makalah Sejarah Islam di Indonesia
yang berjudul “Perjuangan Rakyat Kota Pekalongan Mengusir Jepang Pada
Tahun 1945”

Dalam penyelesaian makalah ini disusun guna memenuhi tugas Sejarah Lokal.
Makalah ini membahas Peristiwa tanggal 03 Oktober tentang Perjuangan Rakyat
Kota Pekalongan Mengusir Jepang Pada Tahun 1945. Besar harapan penyusun,
makalah ini dapat menjadi gambaran bagi siapa saja yang ingin mengetahui lebih
dalam materi Sejarah Lokal.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Ibu Dosen Dr. Putri Agus Wijayanti,
M. Hum. yang telah memberikan bimbingan serta arahan dalam penyusun makalah
ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi semuanya, sekian dan terimakasih.

Semarang, 05 Oktober, 2022

Feren Fatma Fatkhia

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................1


DAFTAR ISI ............................................................................................................2
BAB I .......................................................................................................................3
PENDAHULUAN ...................................................................................................3
A. Latar Belakang ..............................................................................................3
B. Rumusan Masalah .........................................................................................4
C. Tujuan ...........................................................................................................5
BAB II ......................................................................................................................6
PEMBAHASAN ......................................................................................................6
A. Kondisi Kota Pekalongan Awal Kemerdekaan .............................................6
B. Proses Jalannya Peristiwa .............................................................................8
C. Dampak Yang di Timbulkan dari Peristiwa tersebut ..................................14
BAB III ..................................................................................................................16
PENUTUP ..............................................................................................................16
Kesimpulan .........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................17

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Revolusi Kemerdekaan Indonesia merupakan suatu peristiwa yang
mempunyai keterkaitan dengan pergolakan dan revolusi yang terjadi di
berbagai daerah Indonesia. Namun apabila dikaitkan dengan sejarah
Indonesia maka, peristiwa daerah yang terjadi ini dinamakan dengan sejarah
lokal. Sejarah lokal yang terjadi hanya dalam cakupan daerah yang tidak
luas, namun memiliki peran penting didalam proses berlangsungannya
revolusi nasional.
Pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1945 banyak terjadi peristiwa
yang berhubungan dengan mempertahankan kemerdekaan yang banyak
dinantikan oleh masyarakat Indonesia. Peristiwa yang terjadi di Indonesia
tidak terlepas dari adanya revolusi, Revolusi memiliki arti yang sangat
penting karena memicu semangat membara untuk bersatu dengan seluruh
rakyat Indonesia untuk melawan serta menghadapi musuh demi
kemerdekaan bangsa Indonesia. Selain itu, revolusi Indonesia berpengaruh
terhadapat pembentukan negara Indonesia, sebab pada masa revolusi sudah
terlihat dinamika dari perkembangan Indonesia. Seperti terjadinya berbagai
peristiwa yang merujuk kepada jalannya Indonesia kedepannya, kemudian
terjadi berbagai penyerangan serta peperangan untuk mempertahankan
kemerdekaan, melakukan perjuangan diplomasi hingga permasalahan
dinamika politik serta masyarakat.1
Kemudian pasca peristiwa kemerdekaan pada 17 Agustus 1945,
muncul berbagai pertempuran dan pemberontakan yang dilakukan oleh
pemuda bangsa Indonesia dengan Jepang, guna untuk merebut Kembali
kekuasaan yang diambil alih oleh Jepang dan merebut senjata yang dimiliki

1
Tia Nurcahya D, “Gerakan Protes Haji Sarip Terhadap Pemerintah Pada Tahun 1947 di
Kabupaten Majalengka” (Universitas Pendidikan Indonesia, 2017).

3
oleh Jepang serta untuk mempertahankan kedaulatan bangsa Indonesia.
Aksi yang dilakukan oleh pemuda bangsa Indonesia dalam
mempertahankan kedaulatan bangsa Indonesia dengan cara melakukan
sebuah rencana untuk mengerahkan massa di suatu rapat besar yang
dilakukan di lapangan Ikada Jakarta.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dilaksanakan pada 17
Agustus 1945, berita mengenai proklamasi kemerdekaan yang tersiar ke
berbagai daerah di Indonesia. Namun berita proklamasi kemerdekaan
Indonesia itu belum diketahui oleh pihak Jepang. Jepang yang kemudian
mengakui kekalahan mereka dan menyerah pada tanggal 22 Agustus 1945.
Jepang menyerah kepada Indonesia, namun Jepang tidak mau untuk
menyerahkan kekuasaan kepada Indonesia, hal itu membuat pemuda bangsa
Indonesia menyerbu markas tentara Jepang.2
Berita proklamasi kemerdekaan yang tersebar luas, hingga berita
kemerdekaan tersebut sampai di wilayah Pekalongan. Setelah mendengar
berita tersebut, rakyat kota Pekalongan segera mempersatukan seluruh
kekuatan rakyat untuk mengambil alih kekuasaan dari Jepang. Namun pada
Oktober 1945 Jepang berusaha untuk merebut Kembali kekuasaan mereka
yang ada di kota besar maupun kecil yang ada di wilayah Jawa, salah
satunya merebut kekuasaan di Pekalongan yang terjadi pada tanggal 03
Oktober 1945. Pada saat itu banyak pemuda Pekalongan yang dibantai oleh
polisi militer Jepang atau Kempeitai yang berada di depan markas
Kempeitai itu sendiri atau sekarang yang dikenal dengan lapangan Kebon
Rojo Pekalongan.3

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:

2
angga wijaya, “Monumen Juang 3 Oktober pekalongan, Wisata Sejarah pasca Proklamasi,”
Travel mamikeren, 8 Januari 2022, https://mamikeren.com/monumen-juang-3-oktober-
pekalongan/.
3
Adhi Wahyu Nugraha dan Cahyo Budi Utomo, “PERISTIWA 03 OKTOBER 1945 DI KOTA
PEKALONGAN (ANALISIS DAMPAK SOSIAL & DAMPAK POLITIK),” 2018, 6.

4
1. Bagaimana kondisi Kota Pekalongan pada awal
kemerdekaan?
2. Bagaimana Proses Jalannya Pertempuran 3 Oktober?
3. Bagaimana Dampak Yang di Timbulkan dari Pertempuran 3
Oktober?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi Tugas Kuliah Sejarah Lokal.


2. Untuk mengetahui tentang Peristiwa 03 Oktober di
Pekalongan.
3. Untuk bahan referensi bagi pembaca.

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Kondisi Kota Pekalongan Awal Kemerdekaan
Masa transisi ataupun peralihan kekuasaan penjajahan Belanda ke
penjajahan Jepang tahun 1942, bangsa Indonesia tidak berani mengambil
alih kekuasaan, diakibatkan tidak memiliki modal organisasi perjuangan
secara raga. Perihal tersebut sangat berbeda dengan masa transisi pada saat
Jepang menyerah terhadap sekutu, bertepatan pada 14 Agustus 1945. Pada
kala itu, bangsa Indonesia berani mengambil perilaku secara tegas
menggunakan momentum yang sangat pas. Memontum tersebut digunakan
untuk memproses proklamasi Kemerdekaan Indonesia, meski terjadi
perbandingan komentar antara kalangan tua dengan kalangan muda.
Pada sat menjelang tahun 1944 memperoleh dukungan yang semakin
bertambah banyak dari setiap masyarakat yang siap untuk melawan
penguasa Jepang. Perlawanan itu melalui sebotase yang bersifat kecil
namun hanya kadang-kadanh saja mereka lakukan, sebotase kecil-kecilan
itu misalnya di Jawatan Kereta Api, lapangan terbang, galangan kapal,
penyulingan minyak, dan lain sebagainya. Namun tujuan utama dari
kegiaatan itu yaitu untuk melindungi para kader yang sedang melakukan
penyebaran propaganda anti-Jepang. Para kader yang sedang bertugas itu
melancarkan kegiatannya dengan menggunakan kode-kode yang rumit guna
menyampaikan informasi, kemudian melakukan pencurian dari
persenjataan dan perlengkapan Jepang yang akan digunakan untuk
membiayai kegiatan partai, dan mereka melakukan penyamaran kader yang
dikejar oleh kempetai.4
Banyak para kurir yang menyamar sebagai penjaga penjara guna
untuk menyebarkan berita proklamasi kemerdekaan. Berita tentang
kekalahan Jepang diteruskan melalui para kurir dari Menara Merah, berita
tersebut dikirimkan ke kelompok-kelompok dan para simpatisan di daerah-

4
“PERINGATAN PERTEMPURAN 3 OKTOBER 1945,” t.t., 1.

6
daerah lain yang berada di Pulau Jawa. Sedangkan para buruh kereta api
memiliki peran sebagai penghubung antara pedalam dan kota. Garis
pertahanan Jepang yang berada di pasifik mulai terancam karena pasukan
Jepang mulai mengalami kekalahan hampir seluruh di medan perang, yang
mengakibatkan mereka kekurangan persediaan amunisi dan persenjataan.
Kondisi Jepang seperti itu mengkibatkan Jepang mulai mengambil langkah
yang lain yaitu melalui Jenderal Koiso guna mempertahankan pengaruh
Jepang di penduduk negeri yang telah mereka duduki. Jepang memberikan
janji kemerdekaan kepada Indonesia, janji yang dibuat bermaksud untuk
rakyat yang berada di daerah pendudukan Jepang mengadakan perlawanan
kepada pasukan sekutu.5
Janji yang diberikan oleh Jepang tentang kemerdekaan Indonesia
banyak mendapat tanggapan pro dan kontra oleh rakyat Indonesia. Terdapat
perbedaan pendapat juga dari golongan tua dan golongan muda. Golongan
tua yang berpendapat bahwa mereka percaya dengan Janji Jepang, tetapi
dari golongan muda mereka banyak yang tidak percaya dengan janji dari
Jepang, karena mereka setuju jika Kemerdekaan Indonesia itu berhasil atas
usaha dari mereka sendiri atau bangsa Indonesia tanpa bantuan orang lain.
Akibat dari perbedaan pendapat dari golongan tua dan golongan muda yaitu,
golongan muda mendesak kepada Soekarno dan Hatta untuk segera
melakukan proklamasi kemerdekaan, desakan yang dibawa oleh golongan
mud aitu membuahkan hasil yaitu Soekarno dan Hatta setuju untuk
memproklamasikan Kemerdekaan Indonesa atas usaha sendiri tanpa
bantuan dari Jepang, dan proklamasi kemerdekaan dilakukan pada tanggal
17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta di rumah
Soekarno.6
Setelah proklamasi kemerdekaan di bacakan, beberapa jam kemudian
aktivis muda melalui pemancar radio dan berita-berita kawat menyiarkan

5
Angga Panji W, “sejarah Monumen Juang Kota Pekalongan: Peristiwa Pembantaian di Markas
Kempetai,” kotomono.co, 1 Oktober 2015, https://kotomono.co/sejarah-monumen-juang-kota-
pekalongan/.
6
Nugraha dan Utomo, op. cit.

7
proklamasi kemerdekaan Indonesia. kemudian para Panitia Persiapa
Kemerdekaan menunjuk Soekarno dan Hatta sebagai Presiden dan Wakil
Presidenn Republik Indonesia. Hingga berita proklamasi itu yang disiarkan
oleh para aktivis pemuda, namun berita proklamasi tersebut tidak cepat
tersampaikan ke daerah Pekalongan sekitarnya, karena pemerintah Jepang
yang kalah dalam perang melawan sekutu sengaja merahasiakan,
bahwasanya Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia tanggal 17
Agustus 1945 telah melakukan pembacaan proklamasi Kemerdekaan.
Akibatnya suasana yang ada di Pekalongan terlihat tenang-tenang saja tanpa
adanya pengetahuan mengenai proklamasi kemerdekaan. Di wilayah
Karesidenan Pekalongan memiliki tiga radio illegal yang berada di
Pekalongan, Pemalang, dan Tegal. Rakyat Pekalongan yang berhasil
menggeser segel untuk sementara waktu dari radio, akhirnya mengetahui
siaran dari luar Jawa. Mereka yang mendengar tentang berita Proklamasi
Kemerdekaan sangat bahagia.
Pengibaran sang Merah Putih di Pekalongan pada awal kemerdekaan
mendapat tentangan keras dari Jepang dan kaum elite tradisional, sebab
menurut para kaum elite tradisional untuk menaikan bendera Merah Putih
rakyat Pekalongan harus mendapat izin terlebih dahulu dan memperoleh
perintah secara resmi dari Jepang. Ketika proklamasi kemerdekaan
Indonesia di umumkan, rakyat Indonesia banyak menyebarkan pamflet ke
seluruh Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Berita tersebut
dikirimkan melalui telepon, radio dan kurir.7

B. Proses Jalannya Peristiwa


Berita kekalahan Jepang pada Perang Dunia kedua dengan tentara
sekutu terdengar awal kali bertepatan pada 15 Agustus 1945 jam 9 malam.
Sebagian anggota barisan pelopor di Tegal secara sembunyi-sembunyi
mencermati siaran kekalahan Jepang lewat radio Saigon. Radio Australia
pula menyiarkan berita kekalahan Jepang ini yang sudah menyerah.

7
wijaya, op. cit.

8
Walaupun siaran statment menyerah Jepang ini di ucapkan langsung oleh
Kaisar serta telah didengar oleh dunia, tetapi pemimpin serta tokoh
indonesia baru mencermatinya pada petang hari selanjutnya ialah pada
bertepatan pada 15 Agustus 1945. Pemuda di Jakarta mendengar kabar
Jepang menyerah tanpa ketentuan ini lewat siaran radio San Fransisco.
Setelah itu sehabis Bangsa Indonesia memproklamir kemerdekaannya, pada
bertepatan pada 22 Agustus 1945 PPKI( Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) melaksanakan persidangan kembali serta memutuskan buat
membentuk Komite Nasional. Di Jakarta setelah itu dibangun Komite
Nasional Indonesia Pusat( KNIP) selaku penjelmaan tujuan serta cita- cita
Bangsa Indonesia dalam menyelenggarakan kemerdekaannya berlandaskan
kedaulatan rakyat.8

Bertepatan pada 28 Agustus 1945, di Karisedenan Pekalongan


dibentuklah KNID denga pimpinan dokter. Sumbardji, wakil pimpinan
dokter. Ma’ as. Pada 28 September 1945, atas usulan KNID Pekalongan,
Mr. Besar Martokusumo dilantik jadi Residen Pekalongan oleh Presiden
Soekarno. Dewan Setiap hari Cabang Angkatan 45 Kota Pekalongan berkata
kalau pada waktu itu bertepatan pada 01 Oktober 1945 rencana dini
negosiasi hendak dilaksanakan, tetapi sebab suasana telah memanas hingga
pihak Jepang memohon pengunduran agenda serta sebagian tuntutan, ialah:
1) Negosiasi dilaksanakan pada bertepatan pada 03 Oktober 1945 jam 10.
00 pagi di Markas Kenpetai Jepang. 2) Para anggota delegasi Indonesia
ataupun perwakilan pemuda Pekalongan terdiri dari Mr. Besar serta anggota
Eksekutif KNI. 3) Pimpinan delegasi ataupun perwakilan didetetapkan oleh
Dokter. Sumbaji. 4) Tuntutan dari pihak pemuda Pekalongan.9

8
Panji W, op. cit.
9
op. cit.

9
Ada pula tuntutan dari pihak pemuda Pekalongan terdiri dari 3 pasal,
ialah, 1) Pemindahan kekuasaan pemerintahan dari Jepang kepada pihak
Pemuda Pekalongan dilaksanakan damai serta secepatnya. 2) Penyerahan
senjata yang dipunyai Jepang baik yang terdapat di Markas Kenpetai,
Keibitai ataupun yang terdapat di tangan Jepang Sakura kepada pihak
Indonesia dalam perihal ini pemuda Pekalongan. 3) Berikan jaminan kepada
pihak Jepang kalau mereka hendak dilindungi, diperlakukan dengan baik
serta dikumpulkan di Merkas Keibitai.

Pada tanggal 01 Oktober 1945, awalnya akan dilaksanakan


perundingan di Lapangan Kebon Rojo. Namun situasi di Semarang yang
sedang bermasalah, sehingga perundingan antara pihak dari rakyat
Pekalongan dengan Jepang diundur pada tanggal 03 Oktober 1945 yang
bertempat di markas Kempeitai.10 Tuntutan yang diajukan oleh pihak
Indonesia tidak disetujui oleh Jepang karena Jepang mempunyai kewajiban
untuk menjaga status quo terhadap sekutu. Sedangkan suasana di luar
gedung Kempeitai banyak masyarakat yang menuntut perundingan segera
selesai. Karena merasa tertekan dan panik Jepang meluncurkan serangan
kepada massa yang ada di depan gedung Kempeitai, dan para pemuda yang
sudah mempersiapkan senjata seadanya siap menghadapi serangan yang
dilakuka oleh Jepang.

Di saat pemuda yang lain sedang bertempur dengan Jepang, dua


pemuda yang bernama Rahayu dan Bismo memanfaatkan suasana tersebut
dengan cepat naik ke atap kantor Karesidenan, dan mereka melakukan aksi
yaitu menurunkan bendera Hinomari yang kemudian di ganti dengan
mengibarkan bendera Merah Putih. Pada hari perundingan itu terjadi pula
penyanderaan orang-orang Jepang yang dilakukan oleh pasukan pemuda.
Kurang lebih ada 15 orang Jepang yang disekap di dalam satu ruangan yang
ada di kantor Syucho Pekalongan. Pasukan pemuda menjaga dengan ketat
para sandera orang-orang Jepang tersebut, serta mereka dilengkapi dengan

10
Nugraha dan Utomo, op. cit.

10
senjata tajam. Para sandera tersebut dijadikan sebagai ancaman apabila
perundingan itu tidak berhasil untuk menembus Jepang, apabila
perundingan gagal maka para sandera itu akan dibunuh oleh pasukan
pemuda Indonesia.

Perundingan di mulai pada pukul 10.00 WIB, dan meja perundingan


diatur dengan bentuk latter U. Dengan urutan pihak Jepang yang duduk
dalam satu baris dan menghadap ke barat, kemudian pihak Indonesia duduk
dalam dua baris yang terdiri dari baris utara dan selatan, dan anggota yang
tidak hadir dalam perundingan itu yaitu Kromo Lawi dan Kyai Moch yang
merupakan anggota eksekutif KNI. Mereka tidak bisa hadir karena ada
keperluan lain yang perlu mereka selesaikan terlebih dahulu. Kromo Lawi
sendiri di beri kedudukan oleh Jepang sebagai ketua Putera yang kemudian
menjadi seksi perdagangan Hokokai dan pemimpin Barisan Pelopor. 11

Perundingan itu dibuka oleh Mr. Besar dan Mr. Besar


memperkenalkan para anggota delegasi dari Indonesia, kemudian
dilanjutkan dengan menyampaikan maksud dan tujuan dari adanya
mengadakan perundingan dengan Jepang. Dan dari perwakilan Jepang,
yaitu Tokonami menyambut pertanyaan mengenai mengapa pihak
Indonesia datang dengan membawa massa yang banyak dan menimbulkan
kejadian yang tidak mereka inginkan. Ketua delegasi Indonesia, Dr.
Sumbadji mengatakan bahwa perlu adanya untuk melakakuka tindak lanjut
yakni melakukan pemindahan kekuasaan pemerintahan dari pihak Jepang
dan Indonesia yang dilakukan secara damai dengan menyampaikan tiga
pasal agar tidak terjadi insiden yang bisa mengorbankan banyak rakyat.

Kemudian dari pihak Jepang yaitu Tokonami menjawab dari


pernyataan yang diajukan oleh pihak Indonesia, bahwasanya sebenarnya
tentara Nippon sudah mendengar akan berita proklamasi yang dibacakan
oleh Soekarno dan Hatta tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta, akan tetapi

11
Panji W, op. cit.

11
daerah yang berada di pemerintahan Dai Nippon belum bisa menerima apa
yang diinginkan oleh Indonesia, hal itu disebabkan pihak Jepang masih
harus melakukan kewajiban untuk menjaga status quo demi ketentraman,
kepentingan, serta keselamatan rakyat.12 Tokonami juga mengatakan pihak
Jepang sedang memproses dan memahami tuntutan yang diajukan oleh
delegasi Indonesia. Namun, pihak Jepang terikat dengan pihak sekutu yang
di mana sebelum adanya instruksi dari pemerintahan tentara Dai Nippon di
Jakarta, maka mereka masih bertanggung jawab untuk dapat
mempertahankan status quo.

Ketika perundingan sedang berlangsung, ada laporan dari seorang


Kempeitai bahwasanya ada seorang pemuda yang ingin bertemu dengan Dr.
Sumbadji. Dan ketika pemuda itu sudah diizinkan untuk masuk, ia
menyampaikan bahwa, apakah perudingan tersebut sudah selesai. Karena
sudah banyak rakyat yang menunggu di depan. Mereka khawatir akan para
pemimpin yang ikut dalam perundingan tersebut. Kemudian Mr. Besar
terpaksa untuk keluar menjelaskan kesepakatan yang sudah tercapai dan Mr.
Besar juga menyampaikan, apabila Kempeitai hendak menghentikan aksi
keliling kota serta mereka akan menyerahakan sejumlah senjeta kepada
polisi kota, agar senjata yang dimiliki oleh polisi sama jumlah dengan
senjata yang dimiliki oleh Kempeitai , setelah hal itu disetujui maka
dilakukan serah terima senjata dan disimpan di gedung Societeit yang
merupakan gedung bekas pertemuan Belanda.13

Pada saat Horizumi sedang menerjemahkan apa yang dikatakan oleh


Dr. Ma’as kepada Tokonami, terdengarlah suara ledakan dari senjata api di
luar markas. Dan beberapa detik terdengar sunyi serta senyap, selanjutnya
terdengar suara lagi yaitu suara gemuruh dari massa. Akibat adanya
keributan yang dilakukan antara massa dan pihak Jepang, delegasi Indonesia
dan pemuda Pekalongan menghubungi pihak Semarag untuk meminta

12
Nugraha dan Utomo, op. cit.
13
wijaya, op. cit.

12
bantuan mereka. Karena khawatir akan dilakukan pembalasan dan
penyerangan dari Jepang pada malam hari. Namun, dari pihak Semarang
mereka tidak bisa membantu karena kondisi di Semarang juga dalam
keadaan yang tidak baik.

Kemudian dari pihak Pekalongan yaitu Iskandar Idris mencoba untuk


menghubungi Daidancho Sudriman, merupakan panglima besar Sudirman
di Purwokerto. Iskandar Idris menjelaskan mengenai keadaan di
Pekalongan, apa yang terjadi dan beliau meminta bantuan kepada
Purwokerto untuk menghubungi Butaicho yang membawahi tentara Jepang
di seluruh Karesidenan Banyumas dan Pekalongan untuk menarik semua
tentara Jepang keluar dari Karesidenan Pekalongan. Dan Sudirman pun
menyanggupi permintaan dari Iskandar Idris. Setelah dua hari menunggu,
pada tanggal 05 Oktober 1945 pukul 09.00 WIB, pihak Pekalongan
menerima kabar dari Purwokerto, bahwasanya ia berhasil untuk
menghubungi Butaicho, dan ia meminta para pemuda Pekalongan agar bisa
membuka kembali sambungan telepon dengan Kempeitai Pekalongan yang
sudah di blokir, dengan tujuan Butaicho dapat menghubungi serta
memberikan intruksi secara langsung kepada seluruh pemerintahan Jepang
yang berada di Pekalongan.14

Komunikasi yang dilakukan dengan para opsir Kempeitai sekitar


pukul 21.00 WIB. Dua jam setelah diadakannya perundingan, kemudian
seorang bekas staf dari Syuchokan (Residen) datang ke kantor di
Kawedanan serta memberikan informasi apabila Kempeitai mau menerima
persyaratan. Dan perundingan yang dilakukan antara Iskandar Idris,
Kempeitai, Kapten Toshio Oka, komandan garnisun Pekalongan serta
beberapa orang yang di mana mereka berhasil untuk melakukan
perundingan secara sukses pada tengah malam tanggal 06 Oktober 1945.

14
Nugraha dan Utomo, op. cit.

13
C. Dampak Yang di Timbulkan dari Peristiwa tersebut
Peristiwa 03 Oktober 1945 yang terjadi di Pekalongan sudah selesai,
tetapi masih ada banyak dampak yang dirasakan oleh masyarakat
Pekalongan, dan bisa berdampak juga terhadap Pemerintahan di Kota
Pekalongan, sebagai berikut.
1. Dampak Bagi Masyarakat Pekalongan
Peristiwa 03 Oktober 1945 di Pekalongan menyebabkan banyak
korban yang berjatuhan. Dan banyak dari masyarakat Pekalongan
menjadi korban dari pembantaian yang diakibatkan dari tembakan
metraliur Jepang, banyak juga diantara para pejuang Pekalongan
meninggal ditempat, ada juga yang mengalami luka-luka di tubuh
mereka. Banyak pula korban yang cacat akibat peristiwa 3 Oktober
1945, sampai ada korban yang tergeletak di lapangan Kebon Rojo
selama dua hari.
Palang Merah Indonesia (PMI) turut serta membantu korban
akibat peristiwa di lapangan Kebon Rojo, petinggi PMI di Pekalongan
yang ikut serta yaitu Dr. Agus Mulyadi, Dr. Soemakno, Dr. I.S.
Lisapally, Dr. Sumbadji, Dr. J.J. Tupamahu, dan Dr. Sunaryo Said.
Pada waktu kejadian tersebut mereka belum memiliki tenaga sebagai
sukarelawan sehingga dibentuklah kesatuan penolong dari tenaga
rumah Sakit Kraton, eks EHBO (Eerste Hulp by Onbulekken) dan
Dinas Kesehatan. Empat orang putri dari kemenakan residen besar
dan dua putri Wedana Pekalongan juga turut membantu setelah
diizinkan memasuki ke dalam halamana bersamaan dengan Dr.
Tupamahu dari Ambon yang merupakan anggota KNI Pekalongan
untuk memberikan pertolongan kepada korban yang terluka akibat
perang dengan Jepang.15

2. Dampak bagi Pemerintahan di Kota Pekalongan

15
Lidya Jayanti Dwi, “Peristiwa kebun Rojo 3 Oktober 1945 Di Pekalongan” (Universitas Negeri
Yogyakarta, 2013).

14
Pertempuran yang dilakukan dalam rangka melawan Jepang
sebagai suatu Tindakan untuk merebut senjata yang ada di Kantor
Kempeitai Pekalongan adalah salah satu Langkah yang dilakukan oleh
para kaum pemberontak dan disebut sebagai Gerakan Tiga Daerah
untuk mengambil alih pemerintahan. Perundingan antara Mantan
Daidancho Sudirman dengan pihak Kempeitai yang salah satu hasil
rundingannya yaitu ‘pemerintahan di pindah alihkan kepada penjabat
Indonesia, tanpa upacara dan timbang terima’.16 Salah satu hasil
rundingan itu mengakibatkan muncul pemberontak komunis yang
bertujuan mendirikan pemerintahan revolusioner, menggunakan cara
dengan menciduk serta menghabisi para tokoh-tokoh yang menurut
mereka para kaum loyalis penjajahan Belanda.
Peristiwa 03 Oktober 1945 memberikan dampak yang banyak
bagi Pekalongan, salah satunya yaitu menjadikan kota Pekalongan
mejadi kota yang mandiri dan terpisah dari Kabupaten Pekalongan,
sehingga Kota Pekalongan mempunyai otoritas sendiri untuk
menjalankan sistem pemerintahannya sendiri dengan menunjuk
walikota sebagai pemimpin daerah di Kota Pekalongan. Dan dengan
kejadian 03 Oktober 1945, diharapkan bisa dijadikan sebagai
semangat rakyat Kota Pekalongan agar bisa menjadi kota yang
berkembang, dan sebagai kota yang bisa menghapus kenangan buruk
yang terjadi di peristiwa 03 Oktober 1945 dengan cara membangun
daerahnya sendiri dan memperbaiki dengan baik namun tidak
melupakan jasa dari para pejuang yang telah berusaha untuk
memperebutkan kekuasaan mereka.17

16
Ibid.
17
Nugraha dan Utomo, op. cit.

15
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Masa transisi ataupun peralihan kekuasaan penjajahan Belanda ke penjajahan
Jepang tahun 1942, bangsa Indonesia tidak berani mengambil alih kekuasaan,
diakibatkan tidak memiliki modal organisasi perjuangan secara raga. Perihal
tersebut sangat berbeda dengan masa transisi pada saat Jepang menyerah terhadap
sekutu, bertepatan pada 14 Agustus 1945. Pada kala itu, bangsa Indonesia berani
mengambil perilaku secara tegas menggunakan momentum yang sangat pas. Pada
sat menjelang tahun 1944 memperoleh dukungan yang semakin bertambah banyak
dari setiap masyarakat yang siap untuk melawan penguasa Jepang. Banyak para
kurir yang menyamar sebagai penjaga penjara guna untuk menyebarkan berita
proklamasi kemerdekaan.

Tuntutan yang diajukan oleh pihak Indonesia tidak disetujui oleh Jepang
karena Jepang mempunyai kewajiban untuk menjaga status quo terhadap sekutu.
Peristiwa 03 Oktober 1945 memberikan dampak yang banyak bagi Pekalongan,
salah satunya yaitu menjadikan kota Pekalongan mejadi kota yang mandiri dan
terpisah dari Kabupaten Pekalongan, sehingga Kota Pekalongan mempunyai
otoritas sendiri untuk menjalankan sistem pemerintahannya sendiri dengan
menunjuk walikota sebagai pemimpin daerah di Kota Pekalongan. Dan dengan
kejadian 03 Oktober 1945, diharapkan bisa dijadikan sebagai semangat rakyat Kota
Pekalongan agar bisa menjadi kota yang berkembang, dan sebagai kota yang bisa
menghapus kenangan buruk yang terjadi di peristiwa 03 Oktober 1945 dengan cara
membangun daerahnya sendiri dan memperbaiki dengan baik namun tidak
melupakan jasa dari para pejuang yang telah berusaha untuk memperebutkan
kekuasaan mereka.

16
DAFTAR PUSTAKA
Jayanti Dwi, Lidya. “Peristiwa kebun Rojo 3 Oktober 1945 Di Pekalongan.”
Universitas Negeri Yogyakarta, 2013.
Nugraha, Adhi Wahyu, dan Cahyo Budi Utomo. “Peristiwa 03 Oktober 1945 Di
Kota Pekalongan (Analisis Dampak Sosial & Dampak Politik),” 2018, 6.
Nurcahya D, Tia. “Gerakan Protes Haji Sarip Terhadap Pemerintah Pada Tahun
1947 di Kabupaten Majalengka.” Universitas Pendidikan Indonesia, 2017.
Panji W, Angga. “sejarah Monumen Juang Kota Pekalongan: Peristiwa
Pembantaian di Markas Kempetai.” kotomono.co, 1 Oktober 2015.
https://kotomono.co/sejarah-monumen-juang-kota-pekalongan/.
“Peringatan Pertempuran 3 Oktober 1945,” t.t., 1.
wijaya, angga. “Monumen Juang 3 Oktober pekalongan, Wisata Sejarah pasca
Proklamasi.” Travel mamikeren, 8 Januari 2022.
https://mamikeren.com/monumen-juang-3-oktober-pekalongan/.

17

Anda mungkin juga menyukai