Anda di halaman 1dari 4

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM MUSKULOSKELETAL

No dokumen:
No. Revisi : 01 Hal : 1 - 4
084/AK/SOP-BPM/UARS/2020

Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan


PROSEDUR Tanggal Terbit:
TETAP 15 Mei 2020
Sri Hayati, S.Kp., M.Kep
PENGERTIAN Pemeriksaan fisik sistem musculoskeletal adalah pemeriksaan fisik yang
dilakukan pada tulang, persendian dan otot.

TUJUAN 1. Memperoleh data dasar tentang fungsi otot, tulang dan persendian
2. Mengetahui mobilitas otot (range of motion) pasien
3. Mengetahui tonus otot
4. Mengetahui kekuatan otot
5. Mengetahui adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal

PROSEDUR 1. Validasi nama pasien, keadaan umum, tanda-tanda vital


2. Persiapkan alat :
a. Skinfold Caliper
b. Stetoskop
c. Tensimeter
d. Jam/Stopwatch
e. Penlight
f. Garpu tala
g. Tongue Spatel
h. Spekulum hidung
i. Otoscope
j. Kapas
k. Reflek hammer
l. Penggaris
m. Format pengkajian
n. Snellen chart
3. Ucapkan salam
4. Perawat memperkenalkan diri
5. Identifikasi pasien
6. Tanyakan keadaan pasien
7. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan
8. Berikan kesempatan pasien dan keluarga bertanya
9. Cuci tangan
10. Kaji derajat kesadaran

11. Pemfis Sistem Muskuloskeletal


SISTEM MUSKULOSKELETAL
INSPEKSI
a. Pada saat inspeksi tulang belakang, buka baju pasien untuk menam-
pakkan seluruh tubuh.
b. Inspeksi ukuran otot, bandingkan satu sisi dengan sisi yang lain dan
amati adanya atrofi atau hipertrofi. Kelurusan tulang belakang,
diperiksa dengan pasien berdiri tegak dan membungkuk kedepan.
c. Jika didapatkan adanya perbedaan antara kedua sisi, ukur keduanya
dengan menggunakan meteran.
d. Amati adanya otot dan tendon untuk mengetahui kemungkinan kon-
traktur yang ditunjukkan oleh malposisi suatu bagian tubuh.
e. Amati kenormalan susunan tulang dan adanya deformitas.
f. Skoliosis ditandai dengan kulvatura lateral abnormal tulang be-
lakang, bahu yang tidak samatinggi, garis pinggang yang tidak
simetris, dan skapula yang menonjol, akan lebih jelas dengan uji
membungkuk kedepan.
g. Amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan
Persendian.
h. Inspeksi persendian untuk mengetahui adanya kelainan persendian.
i. Inspeksi pergerakkan persendian.

PALPASI
a. Palpasi pada saat otot istirahat dan pada saat otot bergerak secara ak-
tif dan pasif untuk mengetahui adanya kelemahan (flasiditas), kon-
traksi tiba-tiba secara involunter (spastisitas)
b. Uji kekuatan otot dengan cara menyuruh klien menarik atau men-
dorong tangan pemeriksa, bandingkan kekuatan otot ekstremitas
kanan dengan ekstremitas kiri.
c. Palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan.
d. Palpasi sendi sementara sendi digerakkan secara pasif akan mem-
berikan informasi mengenai integritas sendi. Normalnya, sendi
bergerak secara halus. Suara gemletuk dapat menunjukkan adanya
ligament yang tergelincir di antara tonjolan tulang. Permukaan yang
kurang rata, seprti pada keadaan arthritis, mengakibatkan adanya
krepitus karena permukaan yang tidak rata tersebut yang saling
bergeseran satu sama lain.
e. Periksa adanya benjolan, rheumatoid arthritis, gout, dan osteoarthri-
tis menimbulkan benjolan yang khas. Benjolan dibawah kulit pada
rheumatoid arthritis lunak dan terdapat di dalam dan sepanjang ten-
don yang memberikan fungsi ekstensi pada sendi biasanya, keterli-
batan sendi mempunyai pola yang simetris. Benjolan pada GOUT
keras dan terletak dalam dan tepat disebelah kapsul sendi itu sendiri.
f. Gunakan penentuan singkat kekuatan otot dengan skala Lovett’s
(memiliki nilai 0 – 5)
0     =   Tidak ada kontraksi sama sekali.
1     =   Gerakan kontraksi.
2     =   Kemampuan untuk bergerak, tetapi tidak kuat kalau
melawan Tahanan atau gravitasi.
3     =   Cukup kuat untuk mengatasi gravitasi.
4     =   Cukup kuat tetapi bukan kekuatan penuh.
5     =   Kekuatan kontraksi yang penuh.

PERKUSI
a. Refleks patela, Tendon patella (ditengah-tengah patella dan tuberosi-
tas tibiae) dipukul dengan refleks hammer. Respon berupa kontraksi
otot quadriceps femoris yaitu ekstensi dari lutut.
b. Refleks biceps, lengan difleksikan terhadap siku dengan sudut 90º,
supinasi dan lengan bawah ditopang pada alas tertentu (meja
periksa). Jari pemeriksa ditempatkan pada tendon m.biceps (diatas li-
patan siku), kemudian dipukul dengan refleks hammer. Normal jika
timbul kontraksi otot biceps, sedikit meningkat bila terjadi fleksi se-
bagian dan gerakan pronasi. Bila hyperaktif maka akan terjadi
penyebaran gerakan fleksi pada lengan dan jari-jari atau sendi bahu.
c. Refleks triceps, lengan ditopang dan difleksikan pada sudut 90º, ten-
don triceps diketok dengan refleks hammer (tendon triceps berada
pada jarak 1-2 cm diatas olekranon). Respon yang normal adalah
kontraksi otot triceps, sedikit meningkat bila ekstensi ringan dan hy-
peraktif bila ekstensi siku tersebut menyebar keatas sampai otot-otot
bahu atau mungkin ada klonus yang sementara.
d. Refleks achilles, posisi kaki adalah dorso fleksi, untuk memudahkan
pemeriksaan reflex ini kaki yang diperiksa bisa diletakkan/disi-
langkan diatas tungkai bawah kontralateral.
Tendon Achilles dipukul dengan refleks hammer, respon normal
berupa gerakan plantar fleksi kaki.
e. Refleks abdominal, dilakukan dengan menggores abdomen diatas
dan dibawah umbilikus. Kalau digores seperti itu, umbilicus akan
bergerak keatas dan kearah daerah yang digores.
f. Refleks Babinski, merupakan refleks yang paling penting .Iahanya
dijumpai pada penyakit traktus kortikospinal. Untuk melakukan test
ini, goreslah kuat-kuat bagian lateral telapak kaki dari tumit kearah
jari kelingking dan kemudian melintasi bagian jantung kaki. Respon
Babinski timbul jika ibu jari kaki melakukan dorsi fleksi dan jari-jari
lainnya tersebar. Respon yang normal adalah fleksi plantar semua
jari kaki.
18. Rapihkan pasien
19. Rapihkan alat
20. Evaluasi respon hasil tindakan
21. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
22. Sampaikan terima kasih kepada pasien atas kerjasamanya
23. Ucapkan salam
24. Cucitangan
25. Dokumentasikan hasil tindakan

Anda mungkin juga menyukai