A. Jenis Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan data
kualitatif. Data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan
kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup
setempat. Dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa
secara kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran orang- orang setempat
dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat.
B. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan prilaku yang dapat diamati.
Pendekatan ini peneliti gunakan karena peneliti merasa bahwa ada kesesuaian antara
permasalahan yang dibahas dengan tujuan yang ingin dicapai. Dimana peneliti
membahas tentang Strategi Peningkatan Pengumpulan ZIS pada Badan Amil Zakat
Nasional Binjai sebagai objek peneliti sesuai dengan keadaan sebenarnya yang
dimulai di lapangan.
E. Sumber Data
Sumber data yang diperlukan dalam menyusun proposal ini, penulis menggunakan
dua metode yaitu :
1. Data primer, yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli (tidak melalui sumber perantara), dapat berupa opini subjek (orang)
secara individual atau kelompok, hasil dalam keterangan- keterangan dari pihak
BAZNAS mengenai peningkatan pengumpulan ZIS.
2. Data Sekunder. Data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari lokasi
penelitian atau intansi terkait melalui dokumentasi berbentuk laporan-laporan
yang terkait dengan permasalahan penelitian yang sedang diteliti dan dikaji.
Zakat adalah salah satu ibadah pokok dan termasuk salah satu rukun Islam. Secara
arti kata zakat yang berasal dari bahasa Arab dari akar kata زكىmengandung beberapa
arti seperti membersihkan, bertumbuh dan berkah. Yang sering terjadi dan banyak
ditemukan dalam al-Quran dengan arti membersihkan. Umpamanya dalam surat al-
Nur ayat 21 :
. . . dan tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendakinya; dan Allah Maha
Mendengar dan Mengetahui.
Digunakan kata zaka dengan arti ‘membersihkan’ itu untuk ibadah pokok yang rukun
Islam itu, karena memang zakat itu di antara hikmahnya adalah untuk membersihkan
jiwa dan harta orang yang berzakat. Dalam terminologi hukum (syara’) zakat
diartikan : ‘pemberian tertentu dari harta tertentu kepada orang tertentu menurut
syarat-syarat yang ditentukan’.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka adapun yang menjadi Rumusan
masalah :
1. Bagaimana strategi BAZNAS dalam meningkatkan pengumpulan zakat,infaq,dan
sedekah di Kota Binjai ?
2.
C. Rumusan Masalah
E. Sistematika Pembahasan
BAB II LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pengertian Zakat
Zakat adalah salah satu ibadah pokok dan termasuk salah satu rukun Islam.
Secara arti kata zakat yang berasal dari bahasa Arab dari akar kata زكى
mengandung beberapa arti seperti membersihkan, bertumbuh dan berkah. Yang
sering terjadi dan banyak ditemukan dalam al-Q uran dengan arti membersihkan.
Umpamanya dalam surat al-Nur ayat 21 :
. . . dan tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendakinya; dan Allah Maha
Mendengar dan Mengetahui.
Digunakan kata zaka dengan arti ‘membersihkan’ itu untuk ibadah pokok yang
rukun Islam itu, karena memang zakat itu di antara hikmahnya adalah untuk
membersihkan jiwa dan harta orang yang berzakat. Dalam terminologi hukum
(syara’) zakat diartikan : ‘pemberian tertentu dari harta tertentu kepada orang
tertentu menurut syarat-syarat yang ditentukan’.
2. Hukum Zakat
Hukum zakat adalah wajib ‘aini dalam arti kewajiban yang ditetapkan untuk
diri pribadi dan tidak mungkin dibebankan kepada orang lain; walaupun dalam
pelaksanaannya dapat dilihat dari beberapa segi:
Pertama : banyak sekali perintah Allah untuk membayar zakat dan hampir
keseluruhan perintah berzakat itu dirangkaikan dengan perintah mendirikan shalat
seperti firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 43 :
Dan dirikanlah shalat dan bayarkanlah zakat dan ruku’lah kamu beserta orang-
orang yang ruku’.
Kedua : dari segi banyak pujian dan janji baik yang diberikan Allah kepada
orang yang berzakat, di antaranya seperti dalam surat al-Mukminun ayat 1-4:
5. Penerima Zakat
Penerima zakat atau mustahik telah dijelaskan dalam firman Allah swt surah
At-Taubah ayat 60 yang berbunyi “sesungguhnya zakat- zakat itu, hanyalah untuk
orang- orang fakir, orang- orang miskin, pengurus- pengurus zakat, para mu’alaf
yang dibujuk hatinya, untuk jalan Allah, dan orang- orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah maha
mengetahui lagi maha bijaksana”.
Berdasarkan ayat tersebut, terdapat delapan golongan (asnaf) yang berhak
menerima zakat, yaitu:
a. Fakir ,merupakan orang yang tidak mempunyai harta dan usaha atau
mempunyai harta dan usaha yang kurang dari seperdua kebutuhannya dan tidak
ada orang yang berkewajiban memberi belanja.
b. Miskin, merupakan orang yang mempunyai harta seperdua kebutuhannya atau
lebih tetapi tidak mencukupi atau orang yang biasa berpenghasilan, tetapi
penghasilannya tidak mencukupi untuk kebutuhannya.
c. Amil, merupakan orang atau lembaga yang diangkat oleh pemerintah maupun
lembaga berbadan hukum untuk mengurus zakat. Tugas utama sebuah amil atau
lembaga amil zakat meliputi penghimpunan,pengelola,dan pendistribusian zakat.
Kelompok asnaf ini berhak menerima dana zakat meskipun asnaf di sini
merupakan orang yang mampu dengan tujuan agar agama terpelihara dengan
baik.Dan penggunaan perolehan dana asnaf ini tidak digunakan untuk kepentingan
pribadi semata,melainkan untuk pelayanan kepada masyarakat terkait
pendayagunaan zakat sesuai aturan syariah.
d. Mu’allaf, merupakan orang yang baru masuk agama Islam dan belum kuat iman
serta jiwanya, sehingga perlu adanya pembinaan serta pendampingan agar
keimanannya bertambah kuat.
e. Hamba Sahaya, merupakan budak yang telah dijanjikan suatu kemerdekaan.
Hamba sahaya tersebut diperbolehkan menebus dirinya dan mempunyai hak
mendapat zakat dalam proses pembebasan dan kemerdekaan.
f. Gharim, merupakan orang yang berhutang untuk sesuatu kepentingan bukan
untuk kemaksiatan dan dengan sebenar-benarnya orang tersebut tidak sanggup
melunasinya.
g. Fi Sabililllah, merupakan orang yang berjuang dengan sukarela untuk
menegakkan agama Allah SWT. Meskipun dia dalam kondisi yang kaya, orang
tersebut berhak mendapatkan zakat untuk menambah semangat dalam berjuang
menegakkan agama Allah SWT.
h. Ibnu Sabil atau Musafir, merupakan orang yang dalam perjalanan untuk
keperluan yang baik secara ilmu, menyiarkan agama, dan lain sebagainya. Dalam
perjalannya, orang atau pihak tersebut mengalami kekurangan bekal, sehingga
berhak mendapatkan dana zakat supaya bisa kembali melanjutkan perjalanan
untuk sampai ke tujuan.
6. Jenis-Jenis Zakat
Menurut garis besarnya, zakat terbagi menjadi dua yaitu:
a. Zakat Mal (harta),
Zakat Mal atau harta adalah zakat yang dikeluarkan untuk mensucikan harta,
apabila harta itu telah memenuhi syarat- syarat wajib zakat. Zakat mal atau
zakat harta benda telah difardukan oleh Alah swt sejak permulaan Islam
sebelum nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah. Pada awalnya zakat mal itu
difardhukan tidak ditentukan kadar serta tidak pula diterangkan dengan jelas
harta- harta yang dikenakan zakatnya. Syara’ hanya memerintah
mengaluarkan zakat banyak sedikitnya terserah kemauan dan kebaikan para
pemberi zakat itu sendiri, hal itu berjalan hingga tahun kedua. Pada tahun
kedua hijrah bersamaan dengan tahun 623 masehi barulah syara’ menentukan
harta- harta yang wajib dizakati serta kadar masing- masing.
Menurut istilah bahasa mal adalah segala sesuatu yang diinginkan oleh
setiap manusia untuk dimiliki, diambi kemanfaatannya, dan menyimpannya.
Adapun menurut istilah syariat mal adalah sesuatu yang dimiliki (dikuasai)
dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut kebiasaan. Sedangkan sesuatu
itu dapat dikatakan mal bilamana memenuhi dua syarat yaitu: dapat dimilki,
dikuasai, dihimpun, disimpan, dan dapat dimbil manfaatnya sesuai dengan
kebiasaan.
Adapun harta yang wajib dikeluarkan zakatnya terbagi menjadi beberapa
klasifikasi berdasarkan jenis harta yang dimiliki. Antara lain sebagai berikut:
1. Binatang ternak. Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau),
hewan kecil (kambing, domba), dan unggas (ayam, itik, burung).
Sedangkan syarat pada binatang ternak diharuskan sudah mencapai
nishab, telah dimiliki satu tahun, digembalakan, maksudnya adalah
sengaja diurus sepanjang tahun dengan dengan dimaksudkan untuk
memperoleh susu, daging, dan hasil perkembangannya, tidak untuk
dipekerjakan demi kepentingan pemiliknya, seperti untuk membajak dan
sebagainya.
2. Emas dan Perak. Segala bentuk penyimpanan tabungan seperti tabungan,
deposito, cek, atau surat berharga lainnya, masuk ke dalam kategori emas
dan perak, sehingga penentuan nishab dan besar zakatnya disetarakan
dengan emas dan perak. Demikian pula dengan harta kekayaan lainnya,
seperti: vila, rumah, kendaraan, tanah, dan lain- lain yang melebihi
keperlaun menurut syara’ atau dibeli/dibangun dengan tujuan menyimpan
uang dan sewaktu- waktu dapat diuangkan (dicairkan).
3. Harta perniagaan. Harta perniagaan adalah semuan yang diperuntukkan
untuk diperjual belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang
seperti alat- alat, pakaian, makanan, perhiasan dan lain- lain. Perniagaan
tersebut diusahakan perorangan atau perserikatan.
4. Hasil Pertanian Hasil pertanian adalah hasil tumbuh- tumbuhan atau
tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, sayur-sayuran, buah-
buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedauanan dan lain lain.
5. Hasil Tambang Hasil tanang adalah benda- benda yang terdapat dalam
perut bumi dan memiliki nilai ekonomis seperti emas, perak, timah,
tembaga, marmer, giok, minyak bumi, batu bara, dan sebagainya. Adapun
kekayaan yang berasal dari lautan seperti mutiara, marjan, dan
sebagainya.
6. Rikaz Harta rikaz adalah harta yang terpendam pada zaman dahulu atau
lebih dikenal dengan nama harta karun. Termasuk pula didalam harta
rikaz. Yaitu harta yang tidak ditemukan dan tidak ada yang mengakui
sebagai pemiliknya.
b. Zakat Nafs (jiwa), Zakat Nafs (jiwa) atau zakat fitrah adalah zakat untuk
mensucikan diri. Zakat ini dikeluarkan dan disalurkan pada saat bulan
Ramadhan sebelum tanggal 1 syawal, zakat ini berbetuk bahan pangan atau
makanan pokok.Zakat Nafz (zakat fitrah), adalah zakat untuk pembersih diri
yang diwajibkan untuk dikeluarkan setiap akhr bulan ramadhan atau disebut
juga dengan zakat pribadi yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim pada
hari raya idul fitri. Ketentuan waktu pengeluaran zakat dapat dilakukan mulai
awal amadhan sampai yang paling utama pada malam idul fitri dan paling
lambat pai hari idul fitri. Sedangkan hukumnya wajib bagi setiap muslim
kecil atau dewasa, laki- laki atau perempuan, budak atau merdeka. Adapun
fungsi zakat fitrah adalah mengembalikan manusia kepada fitrahnya dengan
mensucika jiwa mereka dari kotoran- kotoran (dosa- dosa) yang disebabkan
oleh pengaruh pergaulan dan sebagainya sehingga manusia itu menyimpang
dari fitrahnya. Sedangkan besarnya zakat fitrah menurut ukuran sekarang
adalah 2,5kg.sedangkan makanan yan wajib dikeluarkan zakatnya yang
disebut oleh nash hadist yaitu: jewawut, kurma, gandum, zahir (anggur),
danagit (semacam keju). Untuk daerah atau negara yang makanannya selain
makanan diatas, mazdhab Syafi’i membolehkan membayar zakat dengan
makanan pokok lain. Menurut mazdhab Hambali pembayaran zakat fitrah
dapat dilakukan dengan membayarkan harganya dari makanan pokok yang
dimakan. Adapun wakt pembayaran zakat fitrah meneurut jumhur (mayoritas)
ulama adalah: Waktu wajib membayar zakat fitrah ditandai dengan
terbenamnya matahari diakhir bulan ramadhan, boleh mendahlukan
membayar zakat fitrah diawal bulan ramadhan.
7. Hikmah Zakat
Dalam setiap ajaran yang diperintahkan pada manusia mengandung
suatu hikmah yang sangat berguna bagi orang yang melakukannya.
Demikian pula dengan zakat, Hasbi ash Shiddiqy membagi hikmah zakat
atas 4 sisi, yaitu hikmah bagi pihak pemberi zakat, pihak penerima zakat
(mustahiq), gabungan antara keduanya dan hikmah yang khusus dari
Allah SWT, sementara Wahbi Sulaiman Goza menambahkan dari segi
eksistensi harta benda itu sendiri, serta hikmah bagi pemberi zakat dan
pihak masyarakat pada umumnya.
a. Hikmah zakat bagi Muzakki Jika seseorang melaksanakan kewajiban
zakat, maka ia berarti telah melakukan tindakan preventif bagi
terjadinya kerawanan sosial yang umumnya dilatar belakangi oleh
kemiskinan dan ketidakadilan seperti terjadinya pencurian,
perampokan, maupun kekerasan yang diakibatkan oleh kekayaan.
b. Hikmah zakat bagi Mustahiq Zakat sesungguhnya bukanlah sekedar
memenuhi kebutuhan para mustahiq akan tetapi memberi kecukupan
dan kesejahteraan kepada mereka dengan cara memperkecil penyebab
kehidupan mereka menjadi miskin.
c. Hikmah zakat bagi keduanya Zakat sebagai suatu kewajiban dan
kebutuhan bagi seorang muslim yang beriman. Menghilangkan rasa
kikir bagi pemilik harta serta membersihkan sikap dengki dan iri hati
bagi orang-orang yang tidak berkecukupan. Keberhasilan zakat dalam
mengurangi perbedaan kelas dan berhasilnya dalam mewujudkan
pendekatan dari kelas-kelas dalam masyarakat, otomatis akan
menciptakan suasana aman dan tentram yang melindungi seluruh
masa. Dengan demikian akan menyebabkan tersebarnya keamanan
masyarakat dan berkurangnya tindakan kriminalitas.
d. Hikmah kekhususan dari Allah Dari segi kepentingan harta benda
yang dizakati, akan memberikan suatu jaminan untuk membentengi
harta kekayaan tersebut dari kebinasaan dan memberikan keberkatan
serta kesucian dari kotoran dan subhat. Hal ini dirasa adanya balasan
kebaikan dari Allah, dengan mengabulkan do’a dari para penerima
zakat yang telah memberikan bantuan.
e. Hikmah zakat dari eksistensi harta Menjaga dan memelihara harta
dari para pendosa, pencuri, sehingga kehidupan di lingkungan
masyarakat menjadi tentram tanpa ada rasa ketakutan dan
kekhawatiran menjaga harta mereka.
Dan hikmah lain yang dapat dipetik dari perintah zakat juga bisa
dirasakan antara lain:
a. Mengurangi kesenjangan sosial antara orang kaya dengan yang
miskin.
b. Pilar amal jama’i antara mereka yang kaya dengan para mujahid
dan da’i yang berjuang dan berda’wah dalam rangka meninggikan
kalimat Allah SWT.
c. Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
d. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
e. Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan
f. Untuk pengembangan potensi ummat
g. Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
h. Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang
berguna bagi ummat
B. Pengertian Infaq
Kata Infaq berasal dari kata anfaqo-yunfiqu, artinya membelanjakan atau membiayai,
arti infaq menjadi khusus ketika dikaitkan dengan upaya realisasi perintah-perintah
Allah. Dengan demikian Infaq hanya berkaitan dengaat atau hanya dalam bentuk
materi saja, adapun hukumnya ada yang wajib (termasuk zakat, nadzar),ada infaq
sunnah, mubah bahkan ada yang haram. Dalam hal ini infaq hanya berkaitan dengan
materi. Menurut kamus bahasa Indonesia Infaq adalah mengeluarkan harta yang
mencakup zakat dan non zakat Sedangkan menurut terminologi syariat, infaq berarti
mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu
kepentingan yang diperintahkan ajaranIslam. Oleh karena itu Infaq berbeda dengan
zakat, infaq tidak mengenal nisab atau jumlah harta yang ditentukan secara hukum.
Infaq tidak harus diberikan kepada mustahik tertentu, melainkan kepada siapapun
misalnya orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, atau orang-orang yang sedang
dalam perjalanan. Dengan demikian pengertian infaq adalah pengeluaran suka rela
yang dilakukan seseorang. Allah memberi kebebasan kepada pemiliknya untuk
menentukan jenis harta, berapa jumlah yang sebaiknya diserahkan. setiap kali ia
memperoleh rizki, sebanyak yang ia kehendakinya. Dari definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa infaq bisa diberikan kepada siapa saja artinya mengeluarkan harta
untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut islilah syari’at, infaq dalah
mengeluarkan sebagian harta yang diperintahkan dalam islam untuk kepentingan
umum dan juga bisa diberikan kepada sahabat terdekat, kedua orang tua, dan kerabat-
kerabat terdekat lainnya. Seperti yang telah kita ketahui bahwa infaq adalah
mengeluarkan harta yang mencakup harta benda yang dimiliki dan bukan zakat. Infaq
ada yang wajib dan ada pula yang sunnah. Infaq wajib diantaranya zakat, kafarat,
nadzar, dan lain-lain. Infaq sunnah diantara nya, infaq kepada fakir miskin sesama
muslim, infaq bencana alam, infaq kemanusiaan, dan lain lain. Terkait dengan infaq
ini Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim
ada malaikat yang senantiasa berdo’a setiap pagi dan sore : “Ya Allah SWT berilah
orang yang berinfaq, gantinya. Dan berkata yang lain : “Ya Allah jadikanlah orang
yang menahan infaq,kehancuran”.41 Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa
infaq berasal dari bahasa Arab, namun telah dibahasa Indonesiakan dan berarti;
pemberian (sumbangan) harta dan sebagainya untuk kebaikan. Dalam bahasa Arab
(infaq/ ). Akar kata yang berarti sesuatu yang habis. Dalam al-Munjid, dikatakan
bahwa infaq boleh juga berarti dua lubang atau berpura-pura. Kata “infaq” terambil
dari kata berbahasa Arab infaq yang menurut penggunaan bahasa berarti “berlalu,
hilang, tidak ada lagi” dengan berbagai sebab: kematian, kepunahan, penjualan dan
sebagainya. Atas dasar ini, Al-Quran menggunakan kata infaq dalam berbagai
bentuknya – bukan hanya dalam harta benda, tetapi juga selainnya. Dari sini dapat
dipahami mengapa ada ayat-ayat Al-Quran yang secara tegas menyebut kata “harta”
setelah kata infaq. Misalnya QS al-Baqarah ayat 262. Selain itu ada juga ayat di mana
Al-Quran tidak menggandengkan kata infaq dengan kata “harta”, sehingga ia
mencakup segala macam rezeki Allah yang diperoleh manusia. Misalnya antara lain
QS alRa’d ayat 22 dan al-Furqan ayat 67. Dengan demikian, dapat peneliti pahami
bahwa pengertian Infaq menurut etimologi adalah pemberian harta benda kepada
orang lain yang akan habis atas hilang dan terputus dari pemilikan orang yang
memberi. Dengan ungkapan lain, sesuatu yang beralih ke tangan orang lain atau akan
menjadi milik orang lain.Secara terminologi, pengertian infaq memiliki beberapa
batasan, sebagai berikut :Infaq adalah mengeluarkan sebagian dari harta atau
pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.42
Infaq berarti mengeluarkan sebagian harta untuk kepentingan ke- manusiaan sesuai
dengan ajaranIslam. Kata infaq adalah kata serapan dari bahasa Arab: al-infâq. Kata
al-infâq adalah mashdar (gerund) dari kata anfaqa–yunfiqu–infâq[an]. Kata anfaqa
sendiri merupakan kata bentukan; asalnya nafaqa– yanfuqu–nafâq[an] yang artinya:
nafada (habis), faniya (hilang/ lenyap), berkurang, qalla (sedikit), dzahaba (pergi),
kharaja (keluar). Karena itu, kata al-infâq secara bahasa bisa berarti infâd
(menghabiskan), ifnâ’ (pelenyapan/pemunahan), taqlîl (pengurangan), idzhâb
(menyingkirkan) atau ikhrâj (pengeluaran).
5. Manfaat Infaq
a. Sarana pembersihjiwa, sebagaimana arti bahasa dari zakat adalah suci,
maka seseorang yang berzakat, pada hakekatnya meupakan bukti terhadap
dunianya dari upayanya untuk mensucikan diri, mensucikan diri dari sifat
kikir, tamak dan dari kecintaan yang sangat terhadap dunianya, juga
mensucikan hartanya dari hak-hak oranglain.
b. Realisasi kepedulian sosial, salah satu esensial dalam Islam yang
ditekankan untuk ditegakkan adalah hidupnya suasana takaful dan
tadhomun (rasa sepenanggungan) dan hal tersebut akan bisa direalisasian
dengan infaq. Jika shalat berfungsi membina kekhusu’an terhadap Allah
SWT, maka infaq berfungsi sebagai pembina kelembutan hati seseorang
terhadap sesama.
c. Sarana untuk meraih pertolongan sosial, Allah SWT hanya akan
memberikan pertolongan kepada hamba-Nya, manakala hambanya-Nya
mematuhi ajarannya dan di antara ajaran Allah SWT yang harus ditaati
adalah menunaikan infaq.
d. Ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. Menunaikan infaq merupakan
ungkapan syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita.
e. Salah satu aksiomatika dalam Islam. Infaq adalah salah satu rukun Islam
yang diketahui oleh setiap muslim, sebagaimana mereka mengetahui
shalat dan rukun-rukun Islam lainnya.
Dengan demikian sebaik-baik umat adalah orang yang banyak
manfaatnya (kebaikannya) kepada orang lain. Oleh karena itu, ciri
manusia sosial menurut Islam ialah kepentingan pribadinya diletakkan
dalam kerangka kesadaran akan kewajibannya sebagai makhluk sosial
khususnya makhluk yang berhubungan dengan masyarakat sekitar.
Kesetiakawanan dan cinta kasih inilah yang pernah dicontohkan Nabi
Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya. Inilah ajaran iman dan amal
shalih yang diajarkan oleh Rasulullah SAW berupa akhlak rabbani.
Karena dilihat dari pengertian infaq sendiri adalah pengeluaran sukalrela
yang dilakukan seseorang. Allah SWT memberi kebebasan kepada
pemiliknya untuk menentukan jenis
C. Pengertian Sedekah
Secara etimologi, kata shadaqah berasal dari bahasa arab ash- shadaqah. Pada awal
pertumbuhan Islam, shadaqah diartikan dengan pemberian yang disunahkan
(shadaqah sunah). Sedangkan secara terminologi shadaqah adalah memberikan
sesuatu tanpa ada tukarannya karena mengharapkan pahala dari Allah SWT.
Shadaqah adalah pemberian harta kepada orangorang fakir, orang yang
membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima shadaqah, tanpa
disertai imbalan. Shadaqah atau yang dalam bahasa indonesia sering dituliskan
dengan sedekah memiliki makna yang lebih luas lagi dari zakat dan infaq. Sedekah
merupakan salah satu kewajiban yang dilakukan oleh seorang muslim yangtelah
berlebihan hartanya. Sedekah adalah hak Allah SWT. berupa harta yang diberikan
oleh seseorang yang kaya kepada yang berhak menerimanya yaitu
fakir dan miskin. Harta itu disebut dengan sedekah karena didalamnya terkandung
berkah penyucian jiwa, pengembangan dengan kebaikan-kebaikan, dan harapan untuk
mendapat.Hal itu disebabkan asal kata sedekah adalah al-Shadaqah yang berarti
tumbuh, suci, dan berkah. Disamping sedekah wajib ada juga sedekah yang
disunnahkan dan dianjurkan untuk dikeluarkan kapan saja. Hal ini disebabkan karena
anjuran dari al-Qur’an dan as-Sunnah untuk mengeluarkan sedekah tidaklah terikat.
Mengeluarkan sedekah pada setiap saat yang merupakan perbuatan sunnat dilakukan
menurut ijma’ ulama, dan Islam mengajak manusia untuk berkorban harta,
memberikan dorongan kepadanya dengan gaya bahasa yang memikat
hati,membangkitkan semangat jiwa, dan menanamkan nilai- nilai kebaikan didalam
hati.50 Sedekah disunnahkan bagi orang yang memiliki kelebihan harta, yaitu dari
biaya untuk dirinya sendiri dan biayaorang-orang yang dinafkahkan apabila seseorang
memberikan sedekah sehingga orang-orang yang dinafkahkan menjadi kekurangan,
maka ia berdosa, berdasarkan sabda Nabi SAW:
“Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Kasir, telah mengabarkan kepada
kami Sufyan, telah bercerita kapada kami Abu Ishak dari Wahab bin Jabir hawani
dari Abdullah bi Amru berkata. Telah bersabda Rasulullah SAW cukuplah seseorang
dinilai berdosa apabila ia menyia-nyia orang-orang yang harus dinafkahkan”. (HR.
Abu Daud)
Sedekah tidak terbatas dengan jenis amal tertentu, kaidah keumumannya adalah
setiap perbuatan yang makruf adalah sedekah.
b. Pengurus dan Unsur Organisasi BAZ Pengurus BAZ tediri atas unsur
masyarakat dan pemerintah yang memenuhi peryaratan tertentu. Unsure dari
masyrakat ini lebih lanjut dijelaskan dalam Keputusan Menteri Agama Nomor
581 Thun 1999 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 38 Tahun 1999,
yaitu unsur masyarakat terdiri dari ulama, kaum cendikia, tokoh masyarakat,
dan tenaga professional (pasal 2 ayat 2).
F. Penelitian Relevan
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan bagi penulis dalam melakukan
penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji
penelitian yang akan dilakukan. Penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai
referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian. Berikut merupakan
penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan penulis.
2. Weakness (Kelemahan)
Sosialisasi yang
dijalankan kurang
maksimal, masyarakat
masih banyak belum
mengetahui adanya
BAZNAS Kabupaten
Semarang.
3.Opportunity (Peluang) a.
Adanya peran bupati dan
kebijakannya: pemberian
gedung untuk kantor,
kendaraan operasional
amil, kendaraan
ambulance, dan bantuan
APBD setiap tahun untuk
para Amil. b. Kesadaran
masyarakat untuk
membayar zakat dan
infak. 4. Threat
(Ancaman)
a. Kurang adanya
kesadaran masyarakat
membayar zakat
b. Masyarakat masih
banyak membayar zakat
secara langsung kepada
mustahik,
c. Masih banyak
perusahaan dan karyawan
belum mau membayar
zakat,
d.Faktor Undang-Undang:
1).Amil tidak bisa
mengaudit muzaki, amil
hanya bisa menghitung
apabila diminta oleh
muzaki.
2).Tidak adanya aturan
sanksi bagi muzaki yang
tidak membayar zakat.
3).Tidak adanya aturan
sanksi bagi pengelola
zakat yang tidak amanah.
Muhammad Yasir (2018) difokuskan pada Kalimantan Selatan
Strategi pengumpulan pembahasan tentang merupakan daerah yang
dana zakat, infaq dan strategi penggalangan sangat kaya akan sumber
shadaqah (ZIS) pada dana zakat, infak dan daya alam yang dikelola
badan amil zakat nasional sedekah di Badan amil oleh banyak perusahaan
(BAZNAS) provinsi Zakat Nasional Provinsi dan didiami oleh
Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan mayoritas umat Islam
yang mana potensi zakat,
infaq dan sedekah sangat
besar, namun hasil
penghimpunan dana
zakat , infak dan sedekah
di Badan Zakat Nasional
Provinsi Kalimantan
Selatan masih belum
maksimal. Penelitian ini
merupakan penelitian
deskriptif kualitatif dan
difokuskan pada
pembahasan tentang
strategi penggalangan dana
zakat, infak dan sedekah di
Badan amil Zakat Nasional
Provinsi Kalimantan Selatan,
dengan teknik
pengumpulan data melalui
observasi, wawancara dan
dokumentasi. Hasil
penelitian ini
menunjukkan bahwa
implementasi strategi
penggalangan dana zakat,
infaq dan sedekah di
Badan Zakat Nasional
Provinsi Kalimantan
Selatan masih kurang
efektif dan efisien, yang
disebabkan oleh konsep
perumusan strategi yang
kurang tepat dan
kurangnya evaluasi
implementasi strategi.
Kemudian dalam
melaksanakan strategi
fundraising terdapat
beberapa keunggulan,
diantaranya Badan Zakat
Nasional Badan Zakat
Nasional yang
diamanatkan Undang-
Undang, potensi zakat di
provinsi Kalimantan
Selatan sangat besar.
Sebaliknya, terdapat
kekurangan yang dimiliki
oleh Zakat Nasional di
Dinas Provinsi
Kalimantan Selatan, yaitu:
Jumlah SDM pengelola
Zakat Nasional di Dinas
Provinsi Kalimantan
Selatan yang masih
kurang, kurangnya strategi
perasional untuk
Penggalangan dana zakat,
infak dan sedekah serta
pola pikir “ulama sentris”
di masyarakat.