Anda di halaman 1dari 27

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan data
kualitatif. Data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan
kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup
setempat. Dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa
secara kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran orang- orang setempat
dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat.

B. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan prilaku yang dapat diamati.
Pendekatan ini peneliti gunakan karena peneliti merasa bahwa ada kesesuaian antara
permasalahan yang dibahas dengan tujuan yang ingin dicapai. Dimana peneliti
membahas tentang Strategi Peningkatan Pengumpulan ZIS pada Badan Amil Zakat
Nasional Binjai sebagai objek peneliti sesuai dengan keadaan sebenarnya yang
dimulai di lapangan.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Badan Amil Zakat Nasional Kota Binjai Provinsi
Sumatera Utara yang beralamatkan Jl. Jambi No. 1A.
2. Waktu Penelitan
Waktu penelitian dilakukan setelah proposal ini diseminarkan.

D. Subjek Penelitian dan Sampel

E. Sumber Data
Sumber data yang diperlukan dalam menyusun proposal ini, penulis menggunakan
dua metode yaitu :
1. Data primer, yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli (tidak melalui sumber perantara), dapat berupa opini subjek (orang)
secara individual atau kelompok, hasil dalam keterangan- keterangan dari pihak
BAZNAS mengenai peningkatan pengumpulan ZIS.
2. Data Sekunder. Data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari lokasi
penelitian atau intansi terkait melalui dokumentasi berbentuk laporan-laporan
yang terkait dengan permasalahan penelitian yang sedang diteliti dan dikaji.

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah-langkah yang ditempuh dalam proses
pengumpulan data. Adapun tekhnik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah
sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan secara langsung terhadap objek untuk
mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks, dan maknanya dalam upaya
mengumpulkan data penelitian. Metode ini penulis gunakan dengan pengamatan
dan tinjauan langsung ke objek penelitian yaitu Badan Amil Zakat Kota Binjai.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dan
informasi dalam bentuk buku,arsip,dokumen yang berupa laporan serta keterangan
yang dapat mendukung penelitian. Penulis melakukan pengumpulan data yang
diperoleh dari catatan-catatan yang dimiliki oleh lembaga terkait. Dengan metode
ini penulis memanfaatkan dokumen yang ada di BAZNAS Kota Binjai seperti
program kerja dan dokumen lain yang ada relevansinya dengan permasalahan
peneliti.
3. Wawancara.
Wawancara atau interview adalah sebuah percakapan langsung (face to face)
antara peneliti dengan informan, dalam proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab terkait apa yang di teliti,dalam hal ini
penulis akan akan mewawancarai Informan yang berada dalam BAZNAS Kota
Binjai guna untuk mendapatkan data dan menggali data tentang sesuatu yang
bekaitan dengan peningkatan pengumpulan ZIS pada Badan Amil Zakat Kota
Binjai.

G. Teknik Keabsahan Data


Keabsahan data merupakan drajat antara data yang terjadi pada objek, penelitian
dengan data yang di laporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah
data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Untuk menjaga keabsahan data dan hasil
penelitian kualitatif digunakan uji validitas data dengan menggunakan tringulasi
metode. Triangulasi data digunakan sebagai proses memantapkan derajat kepercayaan
(kreadibilitas/validitas) dan konsistensi (reliabilitas) data, serta bermanfaat juga
sebagai alat bantu analisis dilapangan. Didalam penelitian ini untuk menjaga
keabsahan data dan hasil penelitian kualitatif, penulis menggunakan uji validitas data
dengan menggunakan uji kredibilitas yang lebih menekankan pada model trigulasi,
seperti:
1. Perpanjangan Pengamatan Dengan melakukan perpanjangan pengamatan akan
dapat meningkatkan kepercayaan atau kredibilitas data, karena dengan
perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan
pengamatan, wawancara lagi, dengan sumber data yang pernah ditemui maupun
yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini bearti hubungan peneliti dengan
narasumber akan semakin terbentuk Rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi),
saling terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang di
sembunyikan lagi.
2. Meningkatkan Ketekunan dalam Penelitian Meningkatkan ketekunan bearti
melakukan pengamatan secara lebih cermat berkesinambungan, dengan cara
tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti
dan sistematis.
3. Triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini di artikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.
Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan
metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat dengan metode
wawancara sama dengan metode observasi atau apakah hasil observasi sesuai
dengan informasi yang diberikan ketika di wawancarai dan saat melihat
dokumentasi yang ada.

H. Metode Analisis Data


Analisis data disebut juga pengolahan data dan penafsiran data, Analisis data
merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi,
wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang
diteliti dan menyajikan sebagai temuan orang lain. Analisis data adalah proses
pengorganisasian dan pengurutan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar.
Tujuan analisis data untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang mudah
dibaca. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kualitatif,
yang artinya setiap adata terhimpun dapat dijelaskan dengan berbagai persepsi yang
tidak menyimpang dan sesuai dengan judul peneliti. Metode analisis data yang
digunakan penulis dalam penelitian ini adalah analisis Kualitatif Deskriptif. Analisis
Kualitatif Deskriptif adalah suatu metode menganalisis, menggambarkan, dan
meringgkas berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil wawancara dan observasi
mengenai masalah yang terjadi dilapangan. Teknik pengolahan data yang dilakukan
adalah deskriktif kualitatif. Data yang akan disajikan dalam bentuk narasi kualitatif
yang di nyatakan dalam bentuk verbal yang diolah menjadi jelas akurat dan
sistematis. Penelitian akan melakukan
pencatatan dan berupaya mengumpulkan informasi mengenai keadaan suatu gejala
yang terjadi saat peneliti dilakukan60 Langkah-langkah analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu:
1. Reduksi Data (data reduction). Reduksi data merupakan bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongakan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu
mengorganisasikan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir
dapat diambil. Penelitian mengelola data dengan bertolak dari teori untuk
mendapatkan kejelasan pada masalah, baik data yang terdapat dilapangan maupun
data yang dapat di perpustakaan.Data dikumpulkan, dipilih secara selektif dan
disesuaikan dengan permasalahan dirumuskan dalam penelitian.Kemudian
dilakukan pengelolaan dengan meneliti ulang.
2. Penyajian Data (data display). Display data merupakan penyajian dan
pengorganisasian data kedalam satu bentuk tertentu sehingga terlihat sosoknya
secara utuh. Dalam penyajian data dilakukan secara induktif yakni menguraikan
setiap permasalahan dalam permasalah penelitian dengan memaparkan secara
umum kemudian menjelaskan secara ekspesifik.
3. Analisis Perbandingan (comparative) Dalam teknik penelitian ini peneliti
mengkaji data yang telahdiperoleh dari lapangan secara sistematis dan mendalam
kemudian membandingkan data tersebut satu sama lain.
4. Penarikan Kesimpulan (conclusion drawing/verification). Langkah terakhir dalam
menganalisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi, setiap
kesimpulan awal masih kesimpulan sementara yang akan berubah bila diperoleh
data yang baru dalam pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan-kesimpulan
yang diperoleh selama dilapangan diverifikasi selama penelitian berlangsung
dengan cara memikirkan kembali dan meninjau ulang catatan dilapangan sehingga
berbentuk penegasan kesimpulan.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Zakat adalah salah satu ibadah pokok dan termasuk salah satu rukun Islam. Secara
arti kata zakat yang berasal dari bahasa Arab dari akar kata ‫ زكى‬mengandung beberapa
arti seperti membersihkan, bertumbuh dan berkah. Yang sering terjadi dan banyak
ditemukan dalam al-Quran dengan arti membersihkan. Umpamanya dalam surat al-
Nur ayat 21 :

. . . dan tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendakinya; dan Allah Maha
Mendengar dan Mengetahui.
Digunakan kata zaka dengan arti ‘membersihkan’ itu untuk ibadah pokok yang rukun
Islam itu, karena memang zakat itu di antara hikmahnya adalah untuk membersihkan
jiwa dan harta orang yang berzakat. Dalam terminologi hukum (syara’) zakat
diartikan : ‘pemberian tertentu dari harta tertentu kepada orang tertentu menurut
syarat-syarat yang ditentukan’.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka adapun yang menjadi Rumusan
masalah :
1. Bagaimana strategi BAZNAS dalam meningkatkan pengumpulan zakat,infaq,dan
sedekah di Kota Binjai ?
2.

C. Rumusan Masalah

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

E. Sistematika Pembahasan
BAB II LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori
1. Pengertian Zakat
Zakat adalah salah satu ibadah pokok dan termasuk salah satu rukun Islam.
Secara arti kata zakat yang berasal dari bahasa Arab dari akar kata ‫زكى‬
mengandung beberapa arti seperti membersihkan, bertumbuh dan berkah. Yang
sering terjadi dan banyak ditemukan dalam al-Q uran dengan arti membersihkan.
Umpamanya dalam surat al-Nur ayat 21 :

. . . dan tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendakinya; dan Allah Maha
Mendengar dan Mengetahui.
Digunakan kata zaka dengan arti ‘membersihkan’ itu untuk ibadah pokok yang
rukun Islam itu, karena memang zakat itu di antara hikmahnya adalah untuk
membersihkan jiwa dan harta orang yang berzakat. Dalam terminologi hukum
(syara’) zakat diartikan : ‘pemberian tertentu dari harta tertentu kepada orang
tertentu menurut syarat-syarat yang ditentukan’.

2. Hukum Zakat
Hukum zakat adalah wajib ‘aini dalam arti kewajiban yang ditetapkan untuk
diri pribadi dan tidak mungkin dibebankan kepada orang lain; walaupun dalam
pelaksanaannya dapat dilihat dari beberapa segi:
Pertama : banyak sekali perintah Allah untuk membayar zakat dan hampir
keseluruhan perintah berzakat itu dirangkaikan dengan perintah mendirikan shalat
seperti firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 43 :

Dan dirikanlah shalat dan bayarkanlah zakat dan ruku’lah kamu beserta orang-
orang yang ruku’.

Kedua : dari segi banyak pujian dan janji baik yang diberikan Allah kepada
orang yang berzakat, di antaranya seperti dalam surat al-Mukminun ayat 1-4:

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman; (yaitu) orang-orang


yang khusyu’ dalam shalatnaya; dan orang-orang yang menjauhkan diri dari
(perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna; dan orang-orang yang
menunaikan zakat.

3. Fungsi dan Tujuan Zakat


Zakat adalah ibadah yang memiliki dua dimensi, yaitu vertikal dan horizontal.
Zakat merupakan ibadah yang memiliki nilai ketaatan kepada Allah SWT dalam
rangka meraih ridhaNya dalam hubungan vertikal (hablum minallah) dan sebagai
kewajiban kepada sesama manusia dalam hubungan horizontal (hablum
minannas). Zakat dianggap juga sebagai ibadah kesungguhan dalam harta
(maaliyah ijtihadiyyah). Pentingnya ibadah yang memiliki dua dimensi utama ini
diperlihatkan Allah dengan banyaknya ayat-ayat yang berkaitan dengan perintah
melaksanakannya, serta digandengkan dengan perintah untuk mendirikan sholat.
Kaitannya dengan fungsi zakat ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Fungsi keagamaan: ialah membersihkan jiwa orang yang berzakat dari sifat-
sifat tercela yang dibenci agama, seperti : bakhil, pelit dan tidak peduli
sesama. Allah SWT berfiman:
2. Fungsi sosial dan ekonomi kerakyatan, yaitu memberikan pertolongan diantara
kesulitan masyarakat dari beragam sudut pandang. Serta menghilangkan sifat
terlalu cinta kepada harta dengan memberikan kepada orang memiliki hak atas
hartanya.
3. Fungsi politik, yaitu menyumbangkan sebagian harta kepada lembaga yang
dikelola Negara untuk kepentingan kelangsungan roda pemerintahan, seperti:
menegakkan syi’ar dakwah yang harus ditopang dengan bantuan ekonomi,
bantuan untuk rakyat yang tertimpa bencana dan kesulitan ekonomi, serta
membaguskan pondasi pemerintahan yang kuat bila mungkin dilaksanakan
dengan dana-dana yang terhimpun dari zakat.
4. Syarat Wajib Zakat
Adapun syarat wajib mengeluarkan zakat adalah :
1. Muslim, pada syarat ini menunjukkan bahwa orang yang bukan muslim tidak
berkewajiban mengeluarkan zakat.
2. Berakal sehat, orang yang tidak berakal sehat (gila) tidak berkewajiban
mengeluarkan zakat.
3. Baligh atau dewasa, orang yang belum baligh (anak kecil) tidak diwajibkan
untuk mengeluarkan zakat.
4. Memiliki harta benda sendiri dan mencapai nisab,nisab merupakan ukuran
atau batas terendah yang telah ditetapkan untuk menjadi pedoman menentukan
batas kewajiban mengeluarkan zakat bagi yang memilikinya.

5. Penerima Zakat
Penerima zakat atau mustahik telah dijelaskan dalam firman Allah swt surah
At-Taubah ayat 60 yang berbunyi “sesungguhnya zakat- zakat itu, hanyalah untuk
orang- orang fakir, orang- orang miskin, pengurus- pengurus zakat, para mu’alaf
yang dibujuk hatinya, untuk jalan Allah, dan orang- orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah maha
mengetahui lagi maha bijaksana”.
Berdasarkan ayat tersebut, terdapat delapan golongan (asnaf) yang berhak
menerima zakat, yaitu:
a. Fakir ,merupakan orang yang tidak mempunyai harta dan usaha atau
mempunyai harta dan usaha yang kurang dari seperdua kebutuhannya dan tidak
ada orang yang berkewajiban memberi belanja.
b. Miskin, merupakan orang yang mempunyai harta seperdua kebutuhannya atau
lebih tetapi tidak mencukupi atau orang yang biasa berpenghasilan, tetapi
penghasilannya tidak mencukupi untuk kebutuhannya.
c. Amil, merupakan orang atau lembaga yang diangkat oleh pemerintah maupun
lembaga berbadan hukum untuk mengurus zakat. Tugas utama sebuah amil atau
lembaga amil zakat meliputi penghimpunan,pengelola,dan pendistribusian zakat.
Kelompok asnaf ini berhak menerima dana zakat meskipun asnaf di sini
merupakan orang yang mampu dengan tujuan agar agama terpelihara dengan
baik.Dan penggunaan perolehan dana asnaf ini tidak digunakan untuk kepentingan
pribadi semata,melainkan untuk pelayanan kepada masyarakat terkait
pendayagunaan zakat sesuai aturan syariah.
d. Mu’allaf, merupakan orang yang baru masuk agama Islam dan belum kuat iman
serta jiwanya, sehingga perlu adanya pembinaan serta pendampingan agar
keimanannya bertambah kuat.
e. Hamba Sahaya, merupakan budak yang telah dijanjikan suatu kemerdekaan.
Hamba sahaya tersebut diperbolehkan menebus dirinya dan mempunyai hak
mendapat zakat dalam proses pembebasan dan kemerdekaan.
f. Gharim, merupakan orang yang berhutang untuk sesuatu kepentingan bukan
untuk kemaksiatan dan dengan sebenar-benarnya orang tersebut tidak sanggup
melunasinya.
g. Fi Sabililllah, merupakan orang yang berjuang dengan sukarela untuk
menegakkan agama Allah SWT. Meskipun dia dalam kondisi yang kaya, orang
tersebut berhak mendapatkan zakat untuk menambah semangat dalam berjuang
menegakkan agama Allah SWT.
h. Ibnu Sabil atau Musafir, merupakan orang yang dalam perjalanan untuk
keperluan yang baik secara ilmu, menyiarkan agama, dan lain sebagainya. Dalam
perjalannya, orang atau pihak tersebut mengalami kekurangan bekal, sehingga
berhak mendapatkan dana zakat supaya bisa kembali melanjutkan perjalanan
untuk sampai ke tujuan.

6. Jenis-Jenis Zakat
Menurut garis besarnya, zakat terbagi menjadi dua yaitu:
a. Zakat Mal (harta),
Zakat Mal atau harta adalah zakat yang dikeluarkan untuk mensucikan harta,
apabila harta itu telah memenuhi syarat- syarat wajib zakat. Zakat mal atau
zakat harta benda telah difardukan oleh Alah swt sejak permulaan Islam
sebelum nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah. Pada awalnya zakat mal itu
difardhukan tidak ditentukan kadar serta tidak pula diterangkan dengan jelas
harta- harta yang dikenakan zakatnya. Syara’ hanya memerintah
mengaluarkan zakat banyak sedikitnya terserah kemauan dan kebaikan para
pemberi zakat itu sendiri, hal itu berjalan hingga tahun kedua. Pada tahun
kedua hijrah bersamaan dengan tahun 623 masehi barulah syara’ menentukan
harta- harta yang wajib dizakati serta kadar masing- masing.
Menurut istilah bahasa mal adalah segala sesuatu yang diinginkan oleh
setiap manusia untuk dimiliki, diambi kemanfaatannya, dan menyimpannya.
Adapun menurut istilah syariat mal adalah sesuatu yang dimiliki (dikuasai)
dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut kebiasaan. Sedangkan sesuatu
itu dapat dikatakan mal bilamana memenuhi dua syarat yaitu: dapat dimilki,
dikuasai, dihimpun, disimpan, dan dapat dimbil manfaatnya sesuai dengan
kebiasaan.
Adapun harta yang wajib dikeluarkan zakatnya terbagi menjadi beberapa
klasifikasi berdasarkan jenis harta yang dimiliki. Antara lain sebagai berikut:
1. Binatang ternak. Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau),
hewan kecil (kambing, domba), dan unggas (ayam, itik, burung).
Sedangkan syarat pada binatang ternak diharuskan sudah mencapai
nishab, telah dimiliki satu tahun, digembalakan, maksudnya adalah
sengaja diurus sepanjang tahun dengan dengan dimaksudkan untuk
memperoleh susu, daging, dan hasil perkembangannya, tidak untuk
dipekerjakan demi kepentingan pemiliknya, seperti untuk membajak dan
sebagainya.
2. Emas dan Perak. Segala bentuk penyimpanan tabungan seperti tabungan,
deposito, cek, atau surat berharga lainnya, masuk ke dalam kategori emas
dan perak, sehingga penentuan nishab dan besar zakatnya disetarakan
dengan emas dan perak. Demikian pula dengan harta kekayaan lainnya,
seperti: vila, rumah, kendaraan, tanah, dan lain- lain yang melebihi
keperlaun menurut syara’ atau dibeli/dibangun dengan tujuan menyimpan
uang dan sewaktu- waktu dapat diuangkan (dicairkan).
3. Harta perniagaan. Harta perniagaan adalah semuan yang diperuntukkan
untuk diperjual belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang
seperti alat- alat, pakaian, makanan, perhiasan dan lain- lain. Perniagaan
tersebut diusahakan perorangan atau perserikatan.
4. Hasil Pertanian Hasil pertanian adalah hasil tumbuh- tumbuhan atau
tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, sayur-sayuran, buah-
buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedauanan dan lain lain.
5. Hasil Tambang Hasil tanang adalah benda- benda yang terdapat dalam
perut bumi dan memiliki nilai ekonomis seperti emas, perak, timah,
tembaga, marmer, giok, minyak bumi, batu bara, dan sebagainya. Adapun
kekayaan yang berasal dari lautan seperti mutiara, marjan, dan
sebagainya.
6. Rikaz Harta rikaz adalah harta yang terpendam pada zaman dahulu atau
lebih dikenal dengan nama harta karun. Termasuk pula didalam harta
rikaz. Yaitu harta yang tidak ditemukan dan tidak ada yang mengakui
sebagai pemiliknya.
b. Zakat Nafs (jiwa), Zakat Nafs (jiwa) atau zakat fitrah adalah zakat untuk
mensucikan diri. Zakat ini dikeluarkan dan disalurkan pada saat bulan
Ramadhan sebelum tanggal 1 syawal, zakat ini berbetuk bahan pangan atau
makanan pokok.Zakat Nafz (zakat fitrah), adalah zakat untuk pembersih diri
yang diwajibkan untuk dikeluarkan setiap akhr bulan ramadhan atau disebut
juga dengan zakat pribadi yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim pada
hari raya idul fitri. Ketentuan waktu pengeluaran zakat dapat dilakukan mulai
awal amadhan sampai yang paling utama pada malam idul fitri dan paling
lambat pai hari idul fitri. Sedangkan hukumnya wajib bagi setiap muslim
kecil atau dewasa, laki- laki atau perempuan, budak atau merdeka. Adapun
fungsi zakat fitrah adalah mengembalikan manusia kepada fitrahnya dengan
mensucika jiwa mereka dari kotoran- kotoran (dosa- dosa) yang disebabkan
oleh pengaruh pergaulan dan sebagainya sehingga manusia itu menyimpang
dari fitrahnya. Sedangkan besarnya zakat fitrah menurut ukuran sekarang
adalah 2,5kg.sedangkan makanan yan wajib dikeluarkan zakatnya yang
disebut oleh nash hadist yaitu: jewawut, kurma, gandum, zahir (anggur),
danagit (semacam keju). Untuk daerah atau negara yang makanannya selain
makanan diatas, mazdhab Syafi’i membolehkan membayar zakat dengan
makanan pokok lain. Menurut mazdhab Hambali pembayaran zakat fitrah
dapat dilakukan dengan membayarkan harganya dari makanan pokok yang
dimakan. Adapun wakt pembayaran zakat fitrah meneurut jumhur (mayoritas)
ulama adalah: Waktu wajib membayar zakat fitrah ditandai dengan
terbenamnya matahari diakhir bulan ramadhan, boleh mendahlukan
membayar zakat fitrah diawal bulan ramadhan.

7. Hikmah Zakat
Dalam setiap ajaran yang diperintahkan pada manusia mengandung
suatu hikmah yang sangat berguna bagi orang yang melakukannya.
Demikian pula dengan zakat, Hasbi ash Shiddiqy membagi hikmah zakat
atas 4 sisi, yaitu hikmah bagi pihak pemberi zakat, pihak penerima zakat
(mustahiq), gabungan antara keduanya dan hikmah yang khusus dari
Allah SWT, sementara Wahbi Sulaiman Goza menambahkan dari segi
eksistensi harta benda itu sendiri, serta hikmah bagi pemberi zakat dan
pihak masyarakat pada umumnya.
a. Hikmah zakat bagi Muzakki Jika seseorang melaksanakan kewajiban
zakat, maka ia berarti telah melakukan tindakan preventif bagi
terjadinya kerawanan sosial yang umumnya dilatar belakangi oleh
kemiskinan dan ketidakadilan seperti terjadinya pencurian,
perampokan, maupun kekerasan yang diakibatkan oleh kekayaan.
b. Hikmah zakat bagi Mustahiq Zakat sesungguhnya bukanlah sekedar
memenuhi kebutuhan para mustahiq akan tetapi memberi kecukupan
dan kesejahteraan kepada mereka dengan cara memperkecil penyebab
kehidupan mereka menjadi miskin.
c. Hikmah zakat bagi keduanya Zakat sebagai suatu kewajiban dan
kebutuhan bagi seorang muslim yang beriman. Menghilangkan rasa
kikir bagi pemilik harta serta membersihkan sikap dengki dan iri hati
bagi orang-orang yang tidak berkecukupan. Keberhasilan zakat dalam
mengurangi perbedaan kelas dan berhasilnya dalam mewujudkan
pendekatan dari kelas-kelas dalam masyarakat, otomatis akan
menciptakan suasana aman dan tentram yang melindungi seluruh
masa. Dengan demikian akan menyebabkan tersebarnya keamanan
masyarakat dan berkurangnya tindakan kriminalitas.
d. Hikmah kekhususan dari Allah Dari segi kepentingan harta benda
yang dizakati, akan memberikan suatu jaminan untuk membentengi
harta kekayaan tersebut dari kebinasaan dan memberikan keberkatan
serta kesucian dari kotoran dan subhat. Hal ini dirasa adanya balasan
kebaikan dari Allah, dengan mengabulkan do’a dari para penerima
zakat yang telah memberikan bantuan.
e. Hikmah zakat dari eksistensi harta Menjaga dan memelihara harta
dari para pendosa, pencuri, sehingga kehidupan di lingkungan
masyarakat menjadi tentram tanpa ada rasa ketakutan dan
kekhawatiran menjaga harta mereka.
Dan hikmah lain yang dapat dipetik dari perintah zakat juga bisa
dirasakan antara lain:
a. Mengurangi kesenjangan sosial antara orang kaya dengan yang
miskin.
b. Pilar amal jama’i antara mereka yang kaya dengan para mujahid
dan da’i yang berjuang dan berda’wah dalam rangka meninggikan
kalimat Allah SWT.
c. Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
d. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
e. Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan
f. Untuk pengembangan potensi ummat
g. Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
h. Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang
berguna bagi ummat

B. Pengertian Infaq
Kata Infaq berasal dari kata anfaqo-yunfiqu, artinya membelanjakan atau membiayai,
arti infaq menjadi khusus ketika dikaitkan dengan upaya realisasi perintah-perintah
Allah. Dengan demikian Infaq hanya berkaitan dengaat atau hanya dalam bentuk
materi saja, adapun hukumnya ada yang wajib (termasuk zakat, nadzar),ada infaq
sunnah, mubah bahkan ada yang haram. Dalam hal ini infaq hanya berkaitan dengan
materi. Menurut kamus bahasa Indonesia Infaq adalah mengeluarkan harta yang
mencakup zakat dan non zakat Sedangkan menurut terminologi syariat, infaq berarti
mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu
kepentingan yang diperintahkan ajaranIslam. Oleh karena itu Infaq berbeda dengan
zakat, infaq tidak mengenal nisab atau jumlah harta yang ditentukan secara hukum.
Infaq tidak harus diberikan kepada mustahik tertentu, melainkan kepada siapapun
misalnya orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, atau orang-orang yang sedang
dalam perjalanan. Dengan demikian pengertian infaq adalah pengeluaran suka rela
yang dilakukan seseorang. Allah memberi kebebasan kepada pemiliknya untuk
menentukan jenis harta, berapa jumlah yang sebaiknya diserahkan. setiap kali ia
memperoleh rizki, sebanyak yang ia kehendakinya. Dari definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa infaq bisa diberikan kepada siapa saja artinya mengeluarkan harta
untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut islilah syari’at, infaq dalah
mengeluarkan sebagian harta yang diperintahkan dalam islam untuk kepentingan
umum dan juga bisa diberikan kepada sahabat terdekat, kedua orang tua, dan kerabat-
kerabat terdekat lainnya. Seperti yang telah kita ketahui bahwa infaq adalah
mengeluarkan harta yang mencakup harta benda yang dimiliki dan bukan zakat. Infaq
ada yang wajib dan ada pula yang sunnah. Infaq wajib diantaranya zakat, kafarat,
nadzar, dan lain-lain. Infaq sunnah diantara nya, infaq kepada fakir miskin sesama
muslim, infaq bencana alam, infaq kemanusiaan, dan lain lain. Terkait dengan infaq
ini Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim
ada malaikat yang senantiasa berdo’a setiap pagi dan sore : “Ya Allah SWT berilah
orang yang berinfaq, gantinya. Dan berkata yang lain : “Ya Allah jadikanlah orang
yang menahan infaq,kehancuran”.41 Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa
infaq berasal dari bahasa Arab, namun telah dibahasa Indonesiakan dan berarti;
pemberian (sumbangan) harta dan sebagainya untuk kebaikan. Dalam bahasa Arab
(infaq/ ). Akar kata yang berarti sesuatu yang habis. Dalam al-Munjid, dikatakan
bahwa infaq boleh juga berarti dua lubang atau berpura-pura. Kata “infaq” terambil
dari kata berbahasa Arab infaq yang menurut penggunaan bahasa berarti “berlalu,
hilang, tidak ada lagi” dengan berbagai sebab: kematian, kepunahan, penjualan dan
sebagainya. Atas dasar ini, Al-Quran menggunakan kata infaq dalam berbagai
bentuknya – bukan hanya dalam harta benda, tetapi juga selainnya. Dari sini dapat
dipahami mengapa ada ayat-ayat Al-Quran yang secara tegas menyebut kata “harta”
setelah kata infaq. Misalnya QS al-Baqarah ayat 262. Selain itu ada juga ayat di mana
Al-Quran tidak menggandengkan kata infaq dengan kata “harta”, sehingga ia
mencakup segala macam rezeki Allah yang diperoleh manusia. Misalnya antara lain
QS alRa’d ayat 22 dan al-Furqan ayat 67. Dengan demikian, dapat peneliti pahami
bahwa pengertian Infaq menurut etimologi adalah pemberian harta benda kepada
orang lain yang akan habis atas hilang dan terputus dari pemilikan orang yang
memberi. Dengan ungkapan lain, sesuatu yang beralih ke tangan orang lain atau akan
menjadi milik orang lain.Secara terminologi, pengertian infaq memiliki beberapa
batasan, sebagai berikut :Infaq adalah mengeluarkan sebagian dari harta atau
pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.42
Infaq berarti mengeluarkan sebagian harta untuk kepentingan ke- manusiaan sesuai
dengan ajaranIslam. Kata infaq adalah kata serapan dari bahasa Arab: al-infâq. Kata
al-infâq adalah mashdar (gerund) dari kata anfaqa–yunfiqu–infâq[an]. Kata anfaqa
sendiri merupakan kata bentukan; asalnya nafaqa– yanfuqu–nafâq[an] yang artinya:
nafada (habis), faniya (hilang/ lenyap), berkurang, qalla (sedikit), dzahaba (pergi),
kharaja (keluar). Karena itu, kata al-infâq secara bahasa bisa berarti infâd
(menghabiskan), ifnâ’ (pelenyapan/pemunahan), taqlîl (pengurangan), idzhâb
(menyingkirkan) atau ikhrâj (pengeluaran).

1. Rukun dan Syarat Infaq


Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa dalam satu perbuatan hukum terdapat
unsur-unsur yang harus dipenuhi agar perbuatan tersebut bisa dikatakan sah.
Begitu pula dengan infaq unsur-unsur tersebut harus dipenuhi. Unsur-unsur
tersebut yaitu disebut rukun, yang mana infaq dapat dikatakan sah apabila
terpenuhi rukun-rukunnya, dan masing-masing rukun tersebut memerlukan syarat
yang harus terpenuhi juga. Dalam infaq yaitu memiliki 4 (empat) rukun:
1. Penginfaq (Munfiq), Maksudnya yaitu orang yang berinfaq, tersebut harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Memiliki apa yangdiinfaqkan.
b. Bukan orang yang dibatasi haknya karena suatu alasan.
c. Dewasa, bukan anak yang kurangkemampuannya.
d. Tidak dipaksa, sebab infaq itu akad yang mensyaratkan keridhaan dalam
keabsahannya.
2. Orang yang diberiinfaq, dengan syarat sebagaiberikut:
a. Benar-benar ada waktu diberi infaq. Bila benar-benar tidak ada, atau
diperkirakan adanya, misalnya dalam bentuk janin maka infaq tidak ada.
b. Dewasa atau baligh maksudnya apabila orang yang diberi infaq itu ada di
waktu pemberian infaq, akan tetapi ia masih kecil atau gila, maka infaq itu
diambil oleh walinya, pemeliharaannya, atau orang yang mendidiknya,
sekalipun dia orangasing.
3. Sesuatu yang diinfaqkan, Maksudnya orang yang diberi infaq oleh penginfaq,
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Benar-benar ada
b. Harta yangbernilai.
c. Dapat dimiliki zatnya, yakni bahwa yang diinfaqkan adalah apa yang
biasanya dimiliki, diterima peredarannya, dan pemilikannya dapat
berpindah tangan. Maka tidak sah menginfaqkan air di sungai, ikan di
laut, burung di udara.
d. Tidak berhubungan dengan tempat milik penginfaq, seperti menginfaqkan
tanaman, pohon atau bangunan tanpa tanahnya. Akan tetapi yang
diinfaqkan itu wajib dipisahkan dan diserahkan kepada yang diberi infaq
sehingga menjadi milikbaginya.
4. Ijab danQabul, Infaq itu sah melalui ijab dan qabul, bagaimana pun bentuk
ijab qabul yang ditunjukkan oleh pemberian harta tanpa imbalan. Misalnya
penginfaq berkata: Aku infaqkan kepadamu; aku berikan kepadamu; atau
yang serupa itu; sedang yang lain berkata: Ya aku terima. Imam Malik dan
Asy-Syafi’i berpendapat dipegangnya qabul di dalam infaq. Orang-orang
Hanafi berpendapat bahwa ijab saja sudah cukup, dan itulah yang paling
shahih. Sedangkan orang-orang Hambali berpendapat: Infaq itu sah dengan
pemberian yang menunjukkan kepadanya; karena Nabi SAWdiberi dan
memberikan hadiah. Begitu pula dilakukan para sahabat serta tidak dinukil
dari mereka bahwa mereka mensyaratkan ijab qabul, dan yang serupa itu.

5. Manfaat Infaq
a. Sarana pembersihjiwa, sebagaimana arti bahasa dari zakat adalah suci,
maka seseorang yang berzakat, pada hakekatnya meupakan bukti terhadap
dunianya dari upayanya untuk mensucikan diri, mensucikan diri dari sifat
kikir, tamak dan dari kecintaan yang sangat terhadap dunianya, juga
mensucikan hartanya dari hak-hak oranglain.
b. Realisasi kepedulian sosial, salah satu esensial dalam Islam yang
ditekankan untuk ditegakkan adalah hidupnya suasana takaful dan
tadhomun (rasa sepenanggungan) dan hal tersebut akan bisa direalisasian
dengan infaq. Jika shalat berfungsi membina kekhusu’an terhadap Allah
SWT, maka infaq berfungsi sebagai pembina kelembutan hati seseorang
terhadap sesama.
c. Sarana untuk meraih pertolongan sosial, Allah SWT hanya akan
memberikan pertolongan kepada hamba-Nya, manakala hambanya-Nya
mematuhi ajarannya dan di antara ajaran Allah SWT yang harus ditaati
adalah menunaikan infaq.
d. Ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. Menunaikan infaq merupakan
ungkapan syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita.
e. Salah satu aksiomatika dalam Islam. Infaq adalah salah satu rukun Islam
yang diketahui oleh setiap muslim, sebagaimana mereka mengetahui
shalat dan rukun-rukun Islam lainnya.
Dengan demikian sebaik-baik umat adalah orang yang banyak
manfaatnya (kebaikannya) kepada orang lain. Oleh karena itu, ciri
manusia sosial menurut Islam ialah kepentingan pribadinya diletakkan
dalam kerangka kesadaran akan kewajibannya sebagai makhluk sosial
khususnya makhluk yang berhubungan dengan masyarakat sekitar.
Kesetiakawanan dan cinta kasih inilah yang pernah dicontohkan Nabi
Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya. Inilah ajaran iman dan amal
shalih yang diajarkan oleh Rasulullah SAW berupa akhlak rabbani.
Karena dilihat dari pengertian infaq sendiri adalah pengeluaran sukalrela
yang dilakukan seseorang. Allah SWT memberi kebebasan kepada
pemiliknya untuk menentukan jenis

C. Pengertian Sedekah
Secara etimologi, kata shadaqah berasal dari bahasa arab ash- shadaqah. Pada awal
pertumbuhan Islam, shadaqah diartikan dengan pemberian yang disunahkan
(shadaqah sunah). Sedangkan secara terminologi shadaqah adalah memberikan
sesuatu tanpa ada tukarannya karena mengharapkan pahala dari Allah SWT.
Shadaqah adalah pemberian harta kepada orangorang fakir, orang yang
membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima shadaqah, tanpa
disertai imbalan. Shadaqah atau yang dalam bahasa indonesia sering dituliskan
dengan sedekah memiliki makna yang lebih luas lagi dari zakat dan infaq. Sedekah
merupakan salah satu kewajiban yang dilakukan oleh seorang muslim yangtelah
berlebihan hartanya. Sedekah adalah hak Allah SWT. berupa harta yang diberikan
oleh seseorang yang kaya kepada yang berhak menerimanya yaitu
fakir dan miskin. Harta itu disebut dengan sedekah karena didalamnya terkandung
berkah penyucian jiwa, pengembangan dengan kebaikan-kebaikan, dan harapan untuk
mendapat.Hal itu disebabkan asal kata sedekah adalah al-Shadaqah yang berarti
tumbuh, suci, dan berkah. Disamping sedekah wajib ada juga sedekah yang
disunnahkan dan dianjurkan untuk dikeluarkan kapan saja. Hal ini disebabkan karena
anjuran dari al-Qur’an dan as-Sunnah untuk mengeluarkan sedekah tidaklah terikat.
Mengeluarkan sedekah pada setiap saat yang merupakan perbuatan sunnat dilakukan
menurut ijma’ ulama, dan Islam mengajak manusia untuk berkorban harta,
memberikan dorongan kepadanya dengan gaya bahasa yang memikat
hati,membangkitkan semangat jiwa, dan menanamkan nilai- nilai kebaikan didalam
hati.50 Sedekah disunnahkan bagi orang yang memiliki kelebihan harta, yaitu dari
biaya untuk dirinya sendiri dan biayaorang-orang yang dinafkahkan apabila seseorang
memberikan sedekah sehingga orang-orang yang dinafkahkan menjadi kekurangan,
maka ia berdosa, berdasarkan sabda Nabi SAW:
“Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Kasir, telah mengabarkan kepada
kami Sufyan, telah bercerita kapada kami Abu Ishak dari Wahab bin Jabir hawani
dari Abdullah bi Amru berkata. Telah bersabda Rasulullah SAW cukuplah seseorang
dinilai berdosa apabila ia menyia-nyia orang-orang yang harus dinafkahkan”. (HR.
Abu Daud)

Sedekah tidak terbatas dengan jenis amal tertentu, kaidah keumumannya adalah
setiap perbuatan yang makruf adalah sedekah.

1. Rukun dan Syarat Shadaqah


Rukun shadaqah dan syaratnya masing-masing adalah sebagai berikut:
a. Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda itu dan berhak untuk
mentasharrufkan (memperedarkannya)
b. Orang yang diberi, syaratnya berhak memiliki, dengan demikian tidak syah
memberi kepada anak yang masih dalam kandungan ibunya atau memberi kepada
binatang, karena keduanya tidak berhak memiliki sesuatu
c. Ijab dan qabul, ijab ialah pernyataan pemberian dari orang yang memberi
sedangkan qabul ialah pernyataan penerimaan dari orang yang menerima
pemberian.
d. Barang yang diberikan, syaratnya barang yang dapat dijual.
Bersedekah haruslah dengan niat yang ikhlas, jangan ada niat ingin dipuji
(riya) atau dianggap dermawan, dan menyebutnyebut sedekah yang sudah
dikeluarkan, apalagi menyakiti hati si penerima. Sebab yang demikian itu dapat
menghapuskan pahala sedekahnya.

D. Lembaga Pengelola Zakat, Infak dan Sedekah


Menurut Hartanto Widodo dan Teten Kustiawan organisasi pengelola zakat adalah
institusi yang bergerak dibidang pengelolaan dana zakat, infaq, dan sedekah. Dalam
Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2011 Organisasi Pengelola Zakat yang diakui ada
dua jenis organisasi yaitu Badan Amil Zakat Nsional (BAZNAS) dan Lembaga Amil
Zakat (LAZ). BAZNAS merupakan lembaga yang melakukan pengelolaan zakat
secara maksimal.BAZNAS memiliki Unit Pengumpul Zakat (UPZ) yang merupakan
satuan organisasi yang dibentuk untuk membantu pengumpilan zakat.Biasanya Unit
Pengumpul Zakat terdapat dikecamatan maupun kelurahan.Sedangkan Lembaga Amil
Zakat merupakan lembaga yang dibentuk oleh masyarakat yang memiliki tugas
membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
Dana yang terdapat pada organisasi pengelola zakat ada 4 jenis dana antara lain:
1. Dana Zakat Dana zakat itu ada 2 yaitu yang berasal dari zakat fitrah dan zakat
mal.Jika dikaitkan dengan akuntansi ada zakat yang diberikan oleh para muzakki
kepada Organisasi Pengelola Zakat tanpa permintaan tertentu dan dengan
permintaan.
2. Dana Infak dan sedekah Dalam Organisasi Pengelola Zakat dana infak dan
sedekah dianggap sama demi kepentingan akuntansi yaitu infak dan sedekah yang
diberikan para donator kepada Organisasi Pengelola Zakat tanpa dan dengan
persyaratan tertentu.
3. Dana Wakaf
Wakaf menurut ulama Abu Zahra adalah menghalangi atau menahan tasarruf
(berbuat) terhadap sesuatu yang manfaatnya diberikan kepada pihak- pihak tertetu
dengan tujuan berbuat kebaikan.
4. Dana Pengelola Dana pengelola adalah dana hak amil yang digunakan utuk
membiayai operasional lembaga. Bersumber dari hak amil dana zakat, bagian
tertentu dari dana infak dan sedekah dan sumber- sumber yang tidak bertentangan
dengan syariah.
Sebagai lembaga publik yang mengelola dana masyarakat BAZNAS dan
Lembaga Amil Zakat harus memiliki akuntansi dan manajemen keuangan yang
baik dan menimbulkan manfaat bagi organisasi. BAZNAS dan Lembaga Amil
Zakat dituntut untuk terbuka kepada masyarakat karena dana yang dikelola
merupakan dana dari masyarakat selaku pembayar zakat yang akan kembali lagi
kepada masyarakat. Dikarenakan masyarakat membutuhkan akuntabilitas dan
transparansi dari Organisasi Pengelola Zakat sehingga berbagai laporan keuangan
dapat lebih mudah dibuat dengan akurat dan tepat waktu.
Di zaman Rasulullah saw, khulafaur Rasyidin dan pemerintahan Umar bin
Abdul Aziz, zakat memiliki peran optimal sehingga mampu sebagai iron stock
(cadangan) dan liquid (dapat dicairkan dalam bentuk uang) untuk meningkatkan
kesejahteraan umat baik untuk aspek peningkatan infrastruktur maupun supra
struktur. Peran zakat bisa optimal dimasa itu disebabkan oleh beberapa hal :
1. Aturan yang jelas (Al-Qur’an dan Hadist)
2. Aparatur yang jujur dan amanah
3. Law enforcement (penegakan hukum) berjalan dengan baik
4. Kesadaran masyarakat tumbuh dan berkembang dengan baik
Menurut Didin Hafidhuddin, bahwa zakat itu harus dikelola oleh amil (lembaga)
yang profesional, amanah, dan bertanggung jawab, memiliki pengetahuan yang
memadai tentang zakat, dan memiliki waktu yang cukup untuk mengelola
(misalnya untuk melakukan sosialisasi, pendataan muzakki dan mustahiq, dan
penyaluran yang tepat sasaran, serta pelaporan yang transparan.
Adapun langkah- langkah yang dapat dilakukan dalam rangka proses
akselerasi pembangunan zakat di Indonesia, antara lain:
1. Optimalisasi sosialisasi zakat
2. Membangun citra lembaga zakat yang amanah dan professional
3. Membangun sumber daya manusia (SDM) yang siap berjuang dalam
mengembangkan zakat di Indonesia
4. Memperbaiki dan menyempurnakan perangkat peraturan tentang zakat di
Indonesia
5. Membagun database mustahiq dan muzakki secara nasional, sehingga
diketahui peta persebarannya secara cepat
6. Menciptakan standarisasi mekanisme kerja Badan Amil Zakat Nasional dan
Lembaga Amil Zakat sebagai parameter kinerja kedua lembaga tersebut
7. Memperkuat sinergi atau ta’awun antar lembaga zakat
8. Membangun sistem zakat nasional yang mandiri dan professional.

E. Manajemen Strategi Pengelolaan Zakat, Infak dan Sedekah


Manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang
dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu
organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut. Di dalam referensi
lain menyatakan bahwa manajemen strategi adalah ilmu dan seni untuk
menyinergikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh oraganisasi secara
proporsional sehingga dapat diambil rangkaina keputusan stratejik (berbagai
keputusan manajerial yang akan mempengaruhi keadaan organisasi dalam jangka
panjang) utuk mencapai tujuan organisasi secara optimum dengan memperhatikan
lingkungan hidup.
Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengordinasian, dan
pelaksanaan dalam pengunpulan, pendistribusian maupun pendayagunaan. Jadi,
manajemen strategi pengelolaan zakat adalah keputusan strategis yang dibuat oleh
manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran umtuk mencapai
tujuan organisasi dalam pengelolaan zakat.
Kegiatan pendistribusian telah diatur dalam Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 60:
dan UU No. 23 Tahun 2011 bahwa zakat wajib didistribusikan kepada muzakki sesuai
dengan syariat islam yaitu: fakir, miskin, amil, ibnu sabil, sabilillah, gharim, mualllaf,
dan riqab. Pendistribusian zakat dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan
memperhatikan prinsip pemerataan, keadila dan kewilayahan. Penyaluran zakat harus
merata baik dari segi jumlah mustahik maupun besar bantuannya.
Kegiatan pendayagunaan zakat juga telah diatur dalam UU No. 23 Tahun 2011
bahwa zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan
fakir miskin dan peningkatan kualitas umat. Pendayagunaan zakat untuk usaha
produktif dilakkan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi dan terdapat
kelebihan maka dapat didayagunakan kepada mustahik untuk usaha produktif, yang
diharapkan usahanya dapat berkemban dimasa yang akan datang.

1. Badan Amil Zakat (BAZ)


Badan Amil Zakat (BAZ) adalah organisasi pengelola zakat yang dibentuk
oleh pemerintah, yang terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah dengan tugas
mengumpilkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan
ketentuan agama.
a. Pembentukan BAZ Pembentukan BAZ merupakan hak otoritatif pemerintah,
sehingga hanya pemerintah yang berhak membentuk BAZ, baik untuk tingkat
nasional sampai tingkat kecamatan.Semua tingkat tersebut memiliki
hubungan kerja yang bersifat koordinatif, konsultatif, dan informatif. Badan
amil zakat dibentuk sesuai dengan tingkatan wilayahnya masing- masing
yaitu:
1. Nasional dibentuk oleh presiden dan usul menteri
2. Daerah provinsi dibentuk oleh gubernur atas usul kepala kantor wilayah
departemen agama provinsi
3. Daerah kabupaten atau daerah kota dibentuk oleh bupati atau wali kota
atas usul kepala kantor departemen agama kabupaten atau kota
4. Kecamatan dibentuk oleh camat atau usul kepala kantor urusan agama
kecamatan

b. Pengurus dan Unsur Organisasi BAZ Pengurus BAZ tediri atas unsur
masyarakat dan pemerintah yang memenuhi peryaratan tertentu. Unsure dari
masyrakat ini lebih lanjut dijelaskan dalam Keputusan Menteri Agama Nomor
581 Thun 1999 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 38 Tahun 1999,
yaitu unsur masyarakat terdiri dari ulama, kaum cendikia, tokoh masyarakat,
dan tenaga professional (pasal 2 ayat 2).

Sedangkan organisasi BAZ terdiri atas, unsur pelaksanaan, pertimbangan, dan


pengawas, yaitu:
1. Badan pelaksana terdiri atas seorang ketua umum, beberapa orang ketua,
seorang sekretaris umum, beberapa orang sekretaris, seorang bendahara, divisi
pengumpul, divisi pendistribusian, divisi pendayagunaan, dan divisi
pengembangan.
2. Dewan pertimbangan terdiri dari seorang ketua, seorang wakil ketua, seorang
sekretaris, seorang wakil sekretaris, dan sebanyak- banyaknya 10 anggota.
3. Komisi pengawas terdiri atas seorang ketua, seorang wakil ketua, seorang
sekretaris, seorang wakil sekretaris, dan sebanyak- banyaknya 10 orang
anggota.
4. Masa tugas kepengurusan Badan Amil Zakat adalah selama 3 tahun (Pasal 13
Keputusan Menteri Agama).

c. Kewajiban BAZ Dalam melaksanakan seluruh kegiatannya Badan Amil


Zakat memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan, yaitu:
1. Segera melakukan kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah
dibuat.
2. Menyusun laporan tahunan, yang didalamnya termasuk laporan keuangan.
3. Mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh
akuntan publik atau lembaga pengawas pemerintah yang berwenang
melalui media massa sesuai dengan tingkatannya, selambat-lambatnya
enam bulan setelah tahun buku terakhir.
4. Menyerahkan laporan tersebut kepada pemerintah dan Dewan Perwakilan
Rakyat sesuai dengan tingkatannya.
5. Merencanakan kegiatan tahunan.
6. Mengutamakan pendistribusian dan pendayagunaan dari dana zakat yang
diperoleh di daerah masing- masing sesuai dengan tingkatannya, kecuali
BAZ nasional dapat mendistribusikan dan mendayagunakan dana zakat ke
seluruh wilayah Indonesia.

d. Pembubaran BAZ Badan Amil Zakat dapat ditijau ulang pembentukannya,


apabila tidak melaksanakan kewajiban seperti mempublikasikan laporan
keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik. Mekanisme
peninjauan ulang terhadap BAZ tersebut melalui tahapan berikut:
a. Diberikan peringatan secara tertulis oleh pemerintah sesuai dengan
tingkatannya yang telah membentuk BAZ.
b. Bila peringatan telah dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dan tidak ada
perbaikan, maka pembentukan dapat ditinjau ulang dan pemerintah dapat
membentuk kembali BAZ dengan susunan pengurus yang baru.
1. Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Lembaga Amil Zakat adalah institusi pengelola zakat yang sepenuhnya
dibentuk oleh prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak di
bidang dakwah, pendidikan, sosial, dan kemaslahatan umat Islam.
a. Pengesahan atau Pengukuhan LAZ Untuk mendapat pengukuhan,
sebelumnya calon LAZ harus mengajukan permohonan kepada
pemerintah sesuai dengan tingkatan ormas Islam yang memilikinya
dengan melampirkan syarat- syarat sebagai berikut:
1. Akta pendirian (berbadan hukum)
2. Data muzakki dan mustahik
3. Daftar sususnan pengurus
4. Rencana program kerja jangka pendek, jangka menengah, dan
jangka panjang
5. Neraca atau laporan posisi keuangan
6. Surat pernyataan bersedia untuk di audit
Sebelum dilakukan pengukuhan sebagai LAZ, terlebih dahulu
harus dilakukan penelitian persyaratan yang telah
dilampirkan.Apabila dipandang telah memenuhi persyaratan
tersebut, maka dapat dilakukan pengukuhan.
Selain melakukan pengukuhan, pemerintah juga melakukan
pembinaan kepada LAZ sesuai dengan tingkatan lokasi LAZ
tersebut, seperti di pusat oleh Menteri Agama, di daerah provinsi
oleh Gubernur atas usul Kepala Kantor Wilayah Departemen
Agama Provinsi, di daerah kabupaten/ kota oleh Bupati/ Walikota
atas usul Kepala Kantor Departemen Agama kabupaten/ Kota,
sedangkan di kecamatan oleh Camat atas usul Kepala Kantor
Urusan Agama.
b. Kewajiban LAZ
Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang telah memenuhi persyaratan, dan
kemudian dikukuhkan pemerintah, memiliki kewajiban yang harus
dilakukan yaitu:
1. Segera melakukan kegiatan sesuai denganprogram kerja yang telah
dibuat.
2. Menyusun laporan, termasuk laporan keuangan.
3. Mempublikasikan laporan keuangan yang telah di audit melalui
media massa.
4. Menyerahkan laporan kepada pemerintah.
c. Pencabutan pengukuhan LAZ
Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang telah dikukuhkan dapat ditinjau
kembali, apabila tidak lagi memenuhi persyaratan dan tidak
melaksanakan kewajiban seperti menyusun laporan, termasuk laporan
keuangan.Mekanisme peninjauan ulang terhadap pengukuhan LAZ
dilakukan melalui tahapan pemberian peringatan secara tertulis sampai
3 (tiga) kali dan baru dilakukan pencabutan pengukuhan.
Dengan demikian pencabutan pengukuhan LAZ tersebut dapat
menghilangkan hak pembinaan, perlindungan dan pelayanan dari
pemerintah, tidak diakuinya bukti setoran zakat yang dikeluarkan
sebagai pengurang penghasilan kena pajak dan tidak dapat melakukan
pengumpulan dana zakat.

F. Penelitian Relevan
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan bagi penulis dalam melakukan
penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji
penelitian yang akan dilakukan. Penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai
referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian. Berikut merupakan
penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan penulis.

Nama Peneliti Perbedaan Penelitian Hasil Penelitian


Farkhah (2020). Analisis Perbedaan dengan Penelitian ini
Strategi Penghimpunan penulis teliti yaitu menggunakan metode
Zakat, Infak dan Sedekah Farkhah, fokus penelitian deskriptif
di BAZNAS Kabupaten penelitiannya pada kualitatif, Metode
Semarang bagaimana pengumpulan data,
penghimpunan menggunakan data primer
zakat,infak,sedekah pada dan data sekunder, data
BAZNAS Kabupaten primer diperoleh langsung
Semarang.Sedangkan dari lapangan melalui
pada penelitian wawancara, data sekunder
ini,penulis fokus pada diperoleh dari studi
peningkatan kepustakaan. analisis data
pengumpulan dilakukan secara induktif,
zakat,infak,sedekah pada dengan cara
BAZNAS Kota Binjai. mengumpulkan data,
menganalisis, lalu menarik
kesimpulan, serta analisa
SWOT. Hasil penelitian
1. Strategi yang digunakan
dalam upaya
meningkatkan
penghimpunan Zakat. ada
2. a. Sosialisasi (langsung
dan tidak langsung).
b. Layanan Jemput.
2. Analisis SWOT.
1. Strength (Kekuatan)
melalui sosialisasi dan
layanan jemput, BAZNAS
Kabupaten Semarang
dapat menjaring donatur
atau muzaki secara efektif
dan efisien.

2. Weakness (Kelemahan)
Sosialisasi yang
dijalankan kurang
maksimal, masyarakat
masih banyak belum
mengetahui adanya
BAZNAS Kabupaten
Semarang.
3.Opportunity (Peluang) a.
Adanya peran bupati dan
kebijakannya: pemberian
gedung untuk kantor,
kendaraan operasional
amil, kendaraan
ambulance, dan bantuan
APBD setiap tahun untuk
para Amil. b. Kesadaran
masyarakat untuk
membayar zakat dan
infak. 4. Threat
(Ancaman)
a. Kurang adanya
kesadaran masyarakat
membayar zakat
b. Masyarakat masih
banyak membayar zakat
secara langsung kepada
mustahik,

c. Masih banyak
perusahaan dan karyawan
belum mau membayar
zakat,
d.Faktor Undang-Undang:
1).Amil tidak bisa
mengaudit muzaki, amil
hanya bisa menghitung
apabila diminta oleh
muzaki.
2).Tidak adanya aturan
sanksi bagi muzaki yang
tidak membayar zakat.
3).Tidak adanya aturan
sanksi bagi pengelola
zakat yang tidak amanah.
Muhammad Yasir (2018) difokuskan pada Kalimantan Selatan
Strategi pengumpulan pembahasan tentang merupakan daerah yang
dana zakat, infaq dan strategi penggalangan sangat kaya akan sumber
shadaqah (ZIS) pada dana zakat, infak dan daya alam yang dikelola
badan amil zakat nasional sedekah di Badan amil oleh banyak perusahaan
(BAZNAS) provinsi Zakat Nasional Provinsi dan didiami oleh
Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan mayoritas umat Islam
yang mana potensi zakat,
infaq dan sedekah sangat
besar, namun hasil
penghimpunan dana
zakat , infak dan sedekah
di Badan Zakat Nasional
Provinsi Kalimantan
Selatan masih belum
maksimal. Penelitian ini
merupakan penelitian
deskriptif kualitatif dan
difokuskan pada
pembahasan tentang
strategi penggalangan dana
zakat, infak dan sedekah di
Badan amil Zakat Nasional
Provinsi Kalimantan Selatan,
dengan teknik
pengumpulan data melalui
observasi, wawancara dan
dokumentasi. Hasil
penelitian ini
menunjukkan bahwa
implementasi strategi
penggalangan dana zakat,
infaq dan sedekah di
Badan Zakat Nasional
Provinsi Kalimantan
Selatan masih kurang
efektif dan efisien, yang
disebabkan oleh konsep
perumusan strategi yang
kurang tepat dan
kurangnya evaluasi
implementasi strategi.
Kemudian dalam
melaksanakan strategi
fundraising terdapat
beberapa keunggulan,
diantaranya Badan Zakat
Nasional Badan Zakat
Nasional yang
diamanatkan Undang-
Undang, potensi zakat di
provinsi Kalimantan
Selatan sangat besar.
Sebaliknya, terdapat
kekurangan yang dimiliki
oleh Zakat Nasional di
Dinas Provinsi
Kalimantan Selatan, yaitu:
Jumlah SDM pengelola
Zakat Nasional di Dinas
Provinsi Kalimantan
Selatan yang masih
kurang, kurangnya strategi
perasional untuk
Penggalangan dana zakat,
infak dan sedekah serta
pola pikir “ulama sentris”
di masyarakat.

Peningkatan Taraf Hidup


Peningkatan Taraf hidup adalah usaha untuk membuat sesuatu menjadi lebih baik dari pada
sebelumnya. Suatu usaha untuk tercapainya suatu peningkatan biasanya diperlukan
perencanaan dan eksekusi yang baik. Perencanaan dan eksekusi ini harus saling berhubungan
dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditentukan.( Menurut Adi.S, 2016)

Kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan


perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. BAPPENAS (2004)

No. Variabel Defenisi Indikator Skala


Variabel Pengukuran
1 Program Kerja Program kerja Skala Likert
adalah suatu
sistem rencana
kegiatan dari
suatu organisasi
yang terarah,
terpadu, dan
tersistematis
yang dibuat
untuk rentang
waktu yang
telah ditentukan
oleh suatu
organisasi
(Santosa dalam
Soesanto 2011 :
17)
Taraf Hidup Taraf hidup 1. Kesejahtraan Skala Likert
merupakan masyarakat
suatu tahapan
2. Kebutuhan
kehidupan
manusia yang 3. Kemampuan
indikatornya ekonomi
dipandang dari
4. Tingkat
sudut ekonomi
dengan melihat pendapatan
tingkat
pendapatan
bersih tiap
bulannya
berdasarkan
pola hidup
sehingga tingkat
pendapatan
akan
menggambarkan
taraf hidup yang
dilihat dari
kemampuan
terhadap
pemenuhan
semua
kebutuhan
terutama
kebutuhan
primer
(Menurut
Laurer : 2003)

Anda mungkin juga menyukai