Anda di halaman 1dari 6

Pengertian izin Tenaga Kerja Asing

Izin Tenaga Kerja Asing adalah surat keputusan yang di dalamnya berisi peraturan diizinkannya Warga
Negara Asing (WNA) untuk bisa bekerja di perusahaan di Indonesia. Dalam hal ini, maksud Tenaga Kerja
Asing (TKA) adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di Indonesia.

Dasar Hukum

Peraturan Presiden No.20 / 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Perpres No.20 / 2018)

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.10 / 2018 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing
(TKA) (Permenaker No.10/2018). Aturan ini mencabut aturan sebelumnya yaitu Permenaker No.16 /
2015 dan Permenaker No.35/2015.

Peraturan Pemerintah No.34 tahun 2021 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) yang merupakan
peraturan turunan UU Cipta Kerja (PP No.34/2021)

Tujuan Penempatan TKA di Indonesia

Kemudian, ada beberapa tujuan penempatan Tenaga Kerja Asing di Indonesia, antara lain:

1. Memenuhi kebutuhan tenaga kerja profesional dan terampil pada bidang tertentu yang belum
dapat diisi oleh tenaga kerja lokal atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
2. Mempercepat proses pembangunan nasional dengan cara proses alih teknologi atau alih ilmu
pengetahuan, terutama di bidang industri.
3. Memperluas kesempatan kerja bagi Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
4. Meningkatkan investasi asing untuk menunjang pembangunan di Indonesia.

Badan Hukum yang Dapat Mempekerjakan TKA

Berikut ini badan yang dapat mempekerjakan TKA, antara lain:

Instansi pemerintah, perwakilan negara asing dan badan internasional.

1. Kantor perwakilan dagang asing, kantor perwakilan perusahaan asing, dan kantor berita asing
yang melakukan kegiatan di Indonesia.
2. Perusahaan swasta asing yang berusaha di Indonesia.
3. Badan hukum dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yayasan yang didirikan berdasarkan
hukum di Indonesia atau badan usaha asing yang terdaftar di instansi yang berwenang. PT yang
dimaksud dikecualikan untuk PT yang berbentuk perorangan.
4. Lembaga sosial, keagamaan, pendidikan, dan kebudayaan.
5. Usaha jasa impresariat.
6. Badan usaha sepanjang yang diperbolehkan oleh undang-undang untuk menggunakan TKA.
7. Persyaratan Tenaga Kerja Asing (TKA)

1
Selanjutnya, untuk mendapatkan izin ini, TKA harus memenuhi beberapa persyaratan sesuai dengan
Permenaker No.10/2018, di antaranya:

1. Mempunyai pendidikan yang sesuai dengan syarat jabatan yang akan diduduki oleh TKA.
2. Mempunyai sertifikat kompetensi atau pengalaman kerja sesuai dengan jabatan yang akan
diduduki TKA paling kurang 5 (lima) tahun.
3. Membuat surat pernyataan wajib mengalihkan keahliannya kepada TKI pendamping yang
dibuktikan dengan laporan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan.
4. Mempunyai NPWP bagi TKA yang sudah bekerja lebih dari 6 (enam) bulan. Bagi Anda yang
belum mempunyai NPWP, ini dia cara membuat NPWP.
5. Mempunyai bukti polis asuransi pada asuransi yang berbadan hukum Indonesia.
6. Kepesertaan Jaminan Sosial Nasional bagi TKA yang bekerja lebih dari waktu 6 (enam) bulan.
7. Catatan untuk ketentuan poin 1, 2 dan 3 tidak berlaku untuk jabatan anggota Direksi, anggota
Dewan
8. Komisaris atau anggota Pembina, anggota Pengurus, dan anggota Pengawas.

Selain itu, sesuai dengan PP No.34/2021, saat Pemberi Kerja TKA menyampaikan data secara online,
data calon TKA harus memuat paling sedikit:

1. identitas TKA;
2. jabatan TKA dan jangka waktu bekerja TKA;lokasi kerja TKA;
3. penetapan kode dan lokasi domisili TKA;

Persyaratan Penggunaan Tenaga Kerja Asing

Berikut ini syarat dokumen untuk mengajukan permohonan, antara lain:

1. Identitas pemberi kerja.


2. Alasan mempekerjakan TKA.
3. Jabatan atau kedudukan TKA di dalam struktur perusahaan.
4. Jumlah Tenaga Kerja Asing.
5. Jangka waktu penggunaan Tenaga Kerja Asing.
6. Lokasi kerja Tenaga Kerja Asing.
7. Identitas tenaga kerja pendamping TKA.
8. Rencana penyerapan TKI setiap tahun.

Kewajiban yang Mempekerjakan TKA

Bagi pemberi kerja TKA mempunyai sejumlah kewajiban sesuai dengan PP No.34/2021, yaitu:

1. Menunjuk tenaga kerja WNI sebagai tenaga kerja pendamping TKA yang dipekerjakan untuk alih
teknologi dan alih keahlian dari TKA.
2. Melaksanakan pelatihan kerja dan pendidikan bagi tenaga kerja pendamping TKA sesuai dengan
kualifikasi jabatan yang diduduki TKA.
3. Memulangkan TKA ke negara asalnya setelah perjanjian kerjanya berakhir.
4. Memfasilitasi pendidikan dan pelatihan bahasa Indonesia kepada TKA.

2
Selain itu, dokumen pendukung dalam permohonan tersebut, yaitu:

1. Surat permohonan.
2. Nomor Induk Berusaha (NIB) / izin usaha pemberi kerja TKA. Nah, ini dia cara mendapatkan NIB.
3. Akta dan keputusan pengesahan pendirian dan/atau perubahan dari instansi yang berwenang.
4. Ketahui lebih detail tentang akta pendirian perusahaan!
5. Bukti wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan.
6. Rancangan perjanjian kerja atau perjanjian lain.
7. Bagan yang berisi struktur organisasi perusahaan.
8. Surat pernyataan untuk penunjukkan tenaga kerja pendamping TKA.
9. Surat pernyataan untuk menjalankan pendidikan dan pelatihan kerja bagi TKI sesuai dengan
jabatan yang diduduki TKA.
10. Selanjutnya, surat pernyataan untuk memfasilitasi pelatihan dan pendidikan bahasa Indonesia
kepada TKA. Namun, jika sudah fasih berbahasa Indonesia, perusahaan hanya perlu
melampirkan surat pernyataan yang menjelaskan bahwa TKA yang bersangkutan mampu
berbahasa Indonesia.

Selain itu, untuk ketentuan poin 1 dan 2 tidak berlaku bagi:

1. direksi dan komisaris


2. kepala kantor perwakilan
3. pembina, pengurus dan pengawas yayasan
4. TKA yang dipekerjakan untuk pekerjaan yang bersifat sementara.

Prosedur Pengurusan Tenaga Kerja Asing (TKA)

Selanjutnya, untuk mendapatkan pengesahan, ini dia tahapannya:

1. Mengajukan permohonan secara online atau daring untuk mendapatkan antrian online RPTKA.
2. Melengkapi form dokumen RPTKA.
3. Unggah dokumen RPTKA.
4. Verifikasi RPTKA dan penjadwalan ekspose oleh Kementerian Tenaga Kerja.
5. Pengesahan RPTKA.
6. Pemegang RPTKA.

RPTKA adalah dokumen tentang perencanaan penggunaan tenaga kerja asing yang harus
dimiliki oleh kegiatan investasi (PMA dan PMDN) yang menggunakan tenaga kerja asing dalam
kegiatan usahanya. RPTKA dikeluarkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Dana Kompensasi Penggunaan TKA yang selanjutnya disingkat DKPTKA adalah kompensasi
yang harus dibayar oleh Pemberi Kerja TKA kepada negara atas penggunaan TKA.

APAKAH PEMBERI KERJA TKA DAPAT MEMPEKERJAKAN TKA YANG SEDANG BEKERJA DENGAN PEMBERI
KERJA TKA LAIN?

3
Pemberi Kerja TKA dapat mempekerjakan TKA yang sedang dipekerjakan oleh Pemberi TKA lain dengan
posisi/jabatan yang sama, sebagai (1) Direksi atau komisaris atau (2) pada sektor pendidikan vokasi dan
pelatihan vokasi, sektor ekonomi digital, dan sektor migas bagi kontraktor kontrak kerja sama. Dengan
catatan bahwa Pemberi Kerja TKA harus mendapatkan ijin/persetujuan dari Pemberi Kerja TKA pertama.
Aturan ini dibuat oleh karena ketentuan dalam ayat selanjutnya mengatur jangka waktu kerja TKA ybs
adalah paling lama sampai dengan berakhirnya jangka waktu sebagaimana tercantum dalam
Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) pemberi kerja TKA pertama.

Meski demikian pasal 6 ayat (2) PP 34/2021 menegaskan dalam hal Pemberi Kerja TKA akan
mempekerjakan TKA yang sedang dipekerjakan oleh Pemberi Kerja TKA lain, masing-masing Pemberi
Kerja TKA wajib memiliki Pengesahan RPTKA

(Berdasarkan Pasal 5 dan 6 PP 34/2021)

APA KEWAJIBAN PEMBERI KERJA TKA SAAT MEMPEKERJAKAN TKA?

Pemberi Kerja TKA wajib:

1. Memiliki RPTKA yang telah disahkan oleh Menteri atau pejabat yang dituju.
2. Menunjuk tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai Tenaga Kerja Pendamping TKA yang
dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih keahlian dari TKA
3. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi Tenaga Kerja Pendamping TKA sesuai dengan
kualifikasi jabatan yang diduduki oleh TKA
4. Memulangkan TKA ke negara asalnya setelah perjanjian kerjanya berakhir.

(Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (1) PP 34/2021)

APA SAJA KEWAJIBAN PEMBERI KERJA TKA TERHADAP TKA?

Pemberi Kerja TKA wajib:

1. Memfasilitasi pendidikan dan pelatihan bahasa Indonesia kepada TKA.


2. Mendaftarkan TKA dalam program jaminan sosial nasional bagi TKA yang bekerja lebih dari 6
(enam) bulan atau program asuransi pada perusahaan asuransi bagi TKA yang bekerja kurang
dari 6 (enam) bulan. Program asuransi pada perusahaan asuransi yang dimaksud paling sedikit
menjamin perlindungan untuk jenis risiko kecelakaan kerja.

(Berdasarkan Pasal 7 ayat (2) dan 8 PP 34/2021)

APAKAH SEMUA TKA MENDAPATKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAHASA INDONESIA?

Fasilitas pendidikan dan pelatihan bahasa Indonesia berlaku bagi semua TKA, kecuali yang menduduki
jabatan-jabatan seperti:

1. direksi dan komisaris;


2. kepala kantor perwakilan;
3. pembina, pengurus, dan pengawas yayasan; dan
4. TKA yang dipekerjakan untuk pekerjaan bersifat sementara.

4
Lebih lanjut pasal 30 menyebut pendidikan dan pelatihan bahasa Indonesia kepada TKA dapat
dilaksanakan oleh Pemberi Kerja TKA atau bekerja sama dengan lembaga pendidikan atau lembaga
pelatihan bahasa Indonesia.

(Berdasarkan Pasal 7 ayat (3) dan 30 PP 34/2021)

TATA CARA PERMOHONAN PENGESAHAN RENCANA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING (RPTKA)

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai tata cara permohonan pengesahan rencana pengunaan tenaga
kerja asing (RPTKA) dapat dibaca di artikel Tata Cara Permohonan RPTKA

TATA CARA PERPANJANGAN DAN PERUBAHAN PENGESAHAN RENCANA PENGGUNAAN TENAGA KERJA
ASING

Pembahasan bagaimana tata cara perpanjangan dan perubahan pengesahan rencana penggunaan
tenaga kerja asing dapat dibaca di artikel ini

APAKAH SELURUH PEMBERI KERJA TKA WAJIB MEMBAYAR DKPTKA?

Tidak. Kewajiban membayar DKPTKA tidak berlaku (atau dalam Peraturan Pemerintah ini disebut
sebagai RPTKA non-DKPTKA) bagi: instansi Pemerintah, perwakilan negara asing, badan internasional,
lembaga sosial, lembaga keagamaan, dan jabatan tertentu di lembaga pendidikan.

(Berdasarkan Pasal 25 PP 34/2021)

DANA KOMPENSASI PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING (DKPTKA)

APA YANG DIMAKSUD DENGAN DANA KOMPENSASI PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING (DKPTKA)?

Dana Kompensasi Penggunaan TKA yang selanjutnya disingkat DKPTKA adalah kompensasi yang harus
dibayar oleh Pemberi Kerja TKA atas setiap TKA yang dipekerjakan sebagai penerimaan negara bukan
pajak atau pendapatan daerah berupa retribusi daerah, dengan ketentuan:

1. Menjadi penerimaan negara bukan pajak untuk Pengesahan RPTKA baru, Pengesahan RPTKA
perpanjangan bagi TKA yang bekerja di lokasi lebih dari 1 (satu) provinsi, dan Pengesahan RPTKA
di Kawasan Ekonomi Khusus.
2. Menjadi pendapatan daerah provinsi untuk Pengesahan RPTKA perpanjangan bagi TKA yang
bekerja di lokasi lebih dari 1 (satu) kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi, dan
3. Menjadi pendapatan daerah kabupaten/kota untuk Pengesahan RPTKA perpanjangan bagi TKA
yang bekerja di lokasi dalam 1 (satu) kabupaten/kota.

(Berdasarkan Pasal 1 angka 7 dan Pasal 24 PP 34/2021)

5
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

INSTANSI PEMERINTAH MANAKAH YANG MELAKUKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PADA


PENGGUNAAN TKA?

Pembinaan dan pengawasan pada norma penggunaan TKA sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan dilaksanakan oleh: Pengawas Ketenagakerjaan pada
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan dan/atau dinas
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan provinsi.

Selain itu, pengawasan juga dilakukan oleh pejabat imigrasi yang bertugas di bidang pengawasan dan
penindakan keimigrasian, secara terkoordinasi sesuai dengan lingkup tugas dan kewenangan masing-
masing.

(Berdasarkan Pasal 34 dan Pasal 35 PP 34/2021)

SANKSI ADMINISTRATIF

SANKSI APA SAJA YANG DIBERIKAN OLEH MENTERI ATAU PEJABAT YANG DITUNJUK TERHADAP PEMBERI
KERJA TKA JIKA MELANGGAR PERSYARATAN DAN ATURAN?

Menteri atau pejabat yang ditunjuk akan memberikan sanksi berupa: denda (bagi pemberi kerja TKA
yang tidak memiliki Pengesahan RPTKA), penghentian sementara proses permohonan Pengesahan
RPTKA, dan/atau pencabutan Pengesahan RPTKA.

(Berdasarkan Pasal 36 PP 34/2021)

BERAPA BESAR SANKSI DENDA YANG HARUS DIBAYARAKAN OLEH PEMBERI KERJA TKA YANG TIDAK
MEMILIKI PENGESAHAN RPTKA?

Besaran sanksi denda dikenakan per jabatan per orang per bulan

dengan ketentuan sebagai berikut:

1 (satu) bulan dikenai sanksi denda sebesar Rp. 6.000.000,00 (enam juta rupiah);

2 (dua) bulan dikenai sanksi denda sebesar Rp. 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah);

3 (tiga) bulan dikenai sanksi denda sebesar Rp. 18.000.000,00 (delapan belas juta rupiah);

4 (empat) bulan dikenai sanksi denda sebesar Rp. 24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah);

5 (lima) bulan dikenai sanksi denda sebesar Rp. 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah); atau

6 (enam) bulan dikenai sanksi denda sebesar Rp. 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).

(Berdasarkan Pasal 37 PP 34/2021)

Anda mungkin juga menyukai