Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN

TRIAGE

Rumah Sakit Mata Pekanbaru Eye Center


Jl. Soekarno Hatta No. 236 Telp. (0761) 7875191, 7875192 Fax. (0761)
7875195

Pekanbaru 28282. www.rsmatapekanbaru.com

2022
BAB I
DEFINISI

1.1. Definisi Triage


Triage berasal dari bahasa Perancis ‘trier’, yang memiliki arti
“menseleksi”, yaitu teknik untuk menentukan prioritas penatalaksanaan
pasien atau korban berdasarkan derajat kegawatannya.
Triage adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas pasien
berdasarkan berat ringannya kondisi klien/kegawatannya yang memerlukan
tindakan segera. Dalam triage, perawat dan dokter mempunyai batasan
waktu (respon time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi
secepatnya yaitu ≤ 10 menit.

1.2. Tujuan Triage


Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam
nyawa. Tujuan triage selanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat atau
derajat kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan.
Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :
a. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat
kepada pasien
b. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan
pengobatan lanjutan
c. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat
Sistem Triage dipengaruhi :
a. Jumlah tenaga profesional dan pola ketenagaan
b. Jumlah kunjungan pasien dan pola kunjungan pasien
c. Denah bangunan fisik unit gawat darurat
d. Terdapatnya klinik rawat jalan dan pelayanan medis
1.3. Prinsip Triage
Triage mempunyai 2 komponen :
a. Menyeleksi pasien dan menyusun prioritas berdasarkan beratnya
penyakit
b. Alokasi dan rasionalisasi sumber daya yang ada.

1.4. Pelaksana Triage


1. Pelaksana Triage di dalam keadaan sehari hari dilakukan oleh dokter jaga
UGD atau perawat yang kompeten di ruang UGD
2. Sedangkan dalam keadaan bencana di lakukan oleh perawat UGD dan di
lakukan di luar atau di depan UGD.
BAB II
RUANG LINGKUP

Triage Pasien di RS Mata Pekanbaru Eye Center dilakukan di UGD,


dengan menggunakan 5 Sistem pelevelan START (Simple Triage and Rapid
Treatment) yakni sebagai berikut :
LEVEL RESPON KETERANGAN JENIS KASUS
I Segera Pasien dalam keadaan kritis Cardiac arrest/henti jantung
(Resusitasi) dan mengancam nyawa Anafilaksis
atau anggota badannya Trauma multipel / kompleks
menjadi cacat bila tidak /cedera berat yang
segera mendapat membutuhkan resusitasi,
pertolongan atau tindakan syok,
darurat. Pasien tidak sadar (GCS 3-
(Gawat Darurat) 9), over dosis, kejang,
cedera kepala).
Obstruksi jalan nafas berat
II ≤ 15 menit Pasien berada dalam Nyeri dada akut, aritmia
(Emergensi) keadaan gawat, akan jantung hebat, cedera
menjadi kritis dan kepala (GCS 10 - 13),
mengancam nyawa bila Gangguan pernafasan berat
tidak segera mendapat (PO2 < 85%)
pertolongan atau tidakan Nyeri hebat,
darurat. sengatan/gigitan binatang
(Gawat Tidak Darurat) berbisa
Overdosis (sadar)
Gangguan psikiatri berat
Perdarahan
Fraktur luas
Pasien dengan suhu > 39oC
III ≤ 30 menit Pasien berada dalam Cedera kepala (GCS 14-15)
(Urgensi) keadaan tidak stabil, dapat Nyeri abdomen sedang
berpotensi menimbulkan Fraktur tertutup
masalah serius tetapi tidak Penyakit-penyakit akut
memerlukan tindakan Trauma dengan nyeri
darurat, dan tidak sedang
mengancam nyawa.
(Darurat Tidak Gawat)
IV ≤ 60 menit Pasien datang dengan Cedera kepala ringan (tanpa
(less urgent) keadaan stabil, tidak muntah dan tanda-tanda
mengancam nyawa, dan vital normal), nyeri ringan
tidak memerlukan tindakan Nyeri kepala ringan
segera. Sakit ringan
(Tidak gawat tidak
darurat)

V ≤ 120 Pasien datang dengan Ganti verban


(Rutin) menit keadaan stabil, tidak Permintaan rujukan
mengancam nyawa, tidak Kontrol ulang
memerlukan tindakan Medical cek up
segera, hanya
membutuhkan perawatan
lanjutan.

Penilaian dalam triage meliputi :


1. Primary survey (C,A,B) untuk menghasilkan prioritas I dan seterusnya
2. Secondary survey (Head to Toe) untuk menghasilkan prioritas I, II, III,dan
selanjutnya
3. Monitoring korban akan kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan pada
C, A, B, derajat kesadaran dan tanda vital lainnya.
4. Perubahan prioritas karena perubahan kondisi korban
Menurut Brooker (2008), dalam prinsip triage diberlakukan sistem prioritas,
prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa
yang timbul.:
1) Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.
2) Dapat meninggal dalam hitungan jam.
3) Trauma ringan.
4) Sudah meninggal.
Tabel 2. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)
KLASIFIKASI KETERANGAN
Prioritas I Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan bedah
(Merah) segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan
pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan nafas, pernafasan
dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan nafas, tension pneumothorak,
syok hemoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki, combutio
(lukabakar) tingkat II dan III > 25%
Prioritas II Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera ditangani
(Kuning) dalam jangka waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat
jangan terlambat. Contoh: patah tulang besar, combutio (luka bakar)
tingkat II dan III < 25 %, trauma thorak / abdomen, laserasi luas,
trauma bola mata.
Prioritas III Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu segera.
(Hijau) Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Contoh luka superfisial,
luka-luka ringan
Prioritas 0 Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya perlu
(Hitam) terapi suportif. Contoh henti jantung kritis, trauma kepala kritis
Gambar 1.1
Skema triage rumah sakit
BAB III
TATA LAKSANA

3.1. Alur dalam proses triage :


1. Pasien datang diterima tenaga kesehatan di UGD Rumah Sakit
2. Di ruang triase dilakukan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk
menentukan derajat kegawatdaruratannya oleh tenaga kesehatan dengan
cara:
a. Menilai tanda vital dan kondisi umum Pasien
b. Menilai kebutuhan medis
c. Menilai kemungkinan bertahan hidup
d. Menilai bantuan yang memungkinkan
e. Memprioritaskan penanganan definitif
3. Namun bila jumlah Pasien lebih dari 50 orang, maka triase dapat
dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung UGD Rumah Sakit).
4. Pasien dibedakan menurut kegawatdaruratannya dengan memberi kode
warna:
a. Kategori merah : prioritas pertama (area resusitasi) Pasien cedera berat
mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong
segera.
b. Kategori kuning : prioritas kedua (area tindakan) Pasien memerlukan
tindakan defenitif tidak ada ancaman jiwa segera.
c. Kategori hijau : prioritas ketiga (area observasi) Pasien degan cedera
minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari
pertolongan.
d. Kategori hitam : prioritas nol Pasien meninggal atau cedera fatal yang
jelas dan tidak mungkin diresusitasi.
5. Pasien kategori merah dapat langsung diberikan tindakan di ruang
resusitasi, tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut, Pasien
dapat dipindahkan ke ruang operasi atau di rujuk ke Rumah Sakit lain.
6. Pasien dengan kategori kuning yang memerlukan tindakan medis lebih
lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah
Pasien dengan kategori merah selesai ditangani.
7. Pasien dengan kategori hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, atau bila
sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka Pasien diperbolehkan
untuk dipulangkan.
8. Pasien kategori hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar jenazah.

3.2. Survei Primer


a. Survei primer dilakukan dalam waktu cepat untuk mengidentifikasi
kondisi yang mengancam nyawa pada Pasien.
b. Batasan waktu (respon time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan
intervensi segera mungkin.

3.3. Resusitasi dan Stabilisasi


a. Tindakan resusitasi segera diberikan kepada Pasien dengan kategori
merah setelah mengevaluasi potensi jalan nafas (airway), status
pernafasan (breathing) dan sirkulasi ke jaringan (circulation) serta status
mental Pasien yang diukur memggunakan Alert Voice/Verbal Pain
Unresponsive (AVPU).
b. Apabila Dokter/Dokter Gigi sedang menangani Pasien dengan kategori
kuning tetapi disaat yang bersamaan datang Pasien dengan kategori
merah, maka Dokter/Dokter Gigi wajib mendahulukan atau
mengutamakan tindakan resusitasi kepada Pasien dengan kategori merah
tersebut.
c. Pelayanan resusitasi di ruang resusitasi harus dilakukan secara kerja
sama tim dipimpin oleh seorang dokter yang memiliki kompetensi
tertinggi untuk melakukan resusitasi sesuai dengan kewenangan klinis
yang diberikan oleh pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
d. Melakukan monitoring dan retriase terhadap tindakan resusitasi yang
diberikan. Monitoring kondisi Pasien berupa pemasangan peralatan
medis untuk mengetahui status tanda vital, pemasangan kateter urine,
dan penilaian ulang status mental Pasien (GCS).

3.4. Survei Sekunder


a. Melakukan anamnesa (alloanamnesa/autoanamnesa) untuk mendapatkan
informasi mengenai apa yang dialami Pasien pada saat kejadian,
mekanisme cidera, terpapar zat-zat berbahaya, riwayat penyakit
terdahulu dan riwayat obat yang dikonsumsi.
b. Pemeriksaan fisik secara menyeluruh (head to toe), neurologis, dan status
mental dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS).
c. Menginstruksikan agar dilakukan pemeriksaan penunjang saat Pasien
sudah berada dalam kondisi stabil. Pasien dikatakan stabil apabila:
tanda-tanda vital normal, tidak ada lagi kehilangan darah, keluaran urin
normal 0,5-1 cc/kg/jam, dan tidak ada bukti kegagalan fungsi organ.
d. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah pemeriksaan laboratorium
dan pencitraan yang diinstruksikan oleh dokter berdasarkan hasil
kesimpulan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
e. Tindakan restraint sesuai indikasi dengan teknik terstandar yang aman,
dengan tujuan untuk mengamankan Pasien,orang lain dan lingkungan
dari perilaku Pasien yang tidak terkontrol.

3.5. Tata Laksana Definitif


a. Penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan
permasalahan setiap Pasien.
b. Penentuan tindakan yang diambil berdasarkan atas hasil kesimpulan dari
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, yang
berwenang melakukan tata laksana defintif adalah Dokter/Dokter Gigi
yang terlatih.
BAB IV
DOKUMENTASI

Kegiatan triage di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Pekanbaru Eye


Center didokumentasikan di formulir UGD dan poliklinik pada kolom triage
pasien pada berkas rekam medis pasien.

Anda mungkin juga menyukai