Anda di halaman 1dari 3

Assalamualaikum wr wb

1. Perbedaan antara hukum objektif dan hukum subjektif seringkali menjadi bahan diskusi yang
kompleks dan menarik.

Perbedaan antara hukum objektif dan hukum subjektif seringkali menjadi bahan diskusi yang
kompleks dan menarik. Kedua jenis hukum ini memiliki pemahaman yang berbeda tentang cara
melakukan hukum dan seberapa jauh pengaruhnya terhadap orang yang berurusan dengannya.
Ini adalah perbedaan penting yang dapat menentukan bagaimana hukum diterapkan dalam
kehidupan nyata.

Hukum objektif adalah jenis hukum yang mengacu pada standar umum yang telah ditetapkan
dan diterapkan untuk semua orang. Artinya, tidak peduli siapa yang terlibat dalam suatu
transaksi atau peristiwa, hukum objektif akan berlaku untuk semua orang. Sebagai contoh,
meskipun Anda mungkin berpikir bahwa Anda tidak berhak mendapatkan sesuatu, hukum
objektif akan mengatakan bahwa jika Anda telah memenuhi kriteria yang ditetapkan, Anda
berhak mendapatkan hal tersebut.

Hukum subjektif adalah jenis hukum yang lebih fleksibel dan memperhatikan situasi dan situasi
yang berbeda. Hukum subjektif berfokus pada aspek individual dari orang yang terlibat dalam
suatu peristiwa atau transaksi. Sebagai contoh, hukum subjektif akan mempertimbangkan situasi
dan kondisi yang berbeda yang dialami oleh setiap individu sebelum mengambil tindakan.
Dengan demikian, hukum subjektif lebih menguntungkan bagi orang yang berbeda karena
memberikan perlakuan yang khusus dan diperhatikan secara individual.

Kedua jenis hukum ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Hukum objektif
memberikan perlindungan universal dan perlakuan yang adil dan sama bagi semua orang.
Namun, karena fokusnya pada standar umum, hukum objektif mungkin tidak dapat memenuhi
kebutuhan individu yang berbeda. Di sisi lain, hukum subjektif lebih fleksibel dan menawarkan
perlakuan yang diperhatikan secara individual. Namun, karena fokusnya pada situasi dan kondisi
individu yang berbeda, hukum subjektif mungkin berakhir dengan menciptakan perlakuan yang
tidak adil bagi orang lain.

Ketika memutuskan jenis hukum yang akan diterapkan dalam sebuah situasi, penting untuk
mempertimbangkan kebutuhan setiap orang yang terlibat. Jika situasi membutuhkan perlakuan
yang lebih individual, maka hukum subjektif akan menjadi pilihan yang lebih tepat. Namun, jika
situasi membutuhkan perlakuan yang konsisten dan universal, maka hukum objektif akan
menjadi pilihan yang lebih tepat.

Dengan cara ini, hukum objektif dan hukum subjektif dapat bertindak sebagai kombinasi yang
kuat yang dapat menyediakan perlakuan yang adil dan tepat bagi setiap orang yang terlibat dalam
situasi tersebut. Dengan memahami perbedaannya, Anda dapat membuat keputusan yang tepat
dan menemukan cara terbaik untuk melakukan hukum.
Contoh hokum subjektif, seorang dapat memutuskan untuk membalas dendam atas tindakan
yang telah dilakukan terhadap anggota keluarganya. Hal ini mungkin berbeda untuk orang lain,
yang mungkin memutuskan untuk melaporkan tindakan tersebut kepada pihak berwajib.

2. Hak adalah sesuatu yang sudah semestinya kita terima, yang didahului dengan menunaikan
kewajiban. Jadi, kita akan mendapatkan hak setelah apa yang menjadi kewajiban kita ditunaikan
terlebih dahulu.Sedangkan kewajiban, memiliki pengertian sesuatu yang harus kita lakukan/kita
tunaikan. Jika apa yang sudah menjadi kewajiban kita itu telah kita tunaikan, maka kita bisa
menuntut hak.Nah, pada kesempatan ini, kita

akan belajar mengenai hubungan antara hak dan kewajiban. Satu hal yang saya
sampaikan tadi kepada anak-anak adalah, apabila kita menunaikan kewajiban kita maka secara
otomatis kita memberikan apa yang sudah menjadi hak orang lain.Dan sebaliknya, apabila kita
tidak menunaikan kewajiban kita, maka hal itu berarti kita mengabaikan hak-hak orang lain yang
seharusnya dia dapatkan. 

Seorang pengusaha memiliki beberapa karyawan yang telah bekerja selama satu bulan di
perusahaannya. 

Karena karyawan telah melaksanakan kewajibannya, maka kini saatnya para karyawan
mendapatkan haknya berupa upah/gaji. Pemberikan upah yang menjadi hak karyawan itu
merupakan kewajiban dari sang pengusaha sebagai pemberi kerja.

Jika pengusaha menunaikan kewajibannya, dia membayarkan upah karyawannya, maka


karyawan memperoleh haknya.

Sedangkan jika pengusaha tidak memenuhi kewajibannya, dia tidak mau membayarkan upah
karyawannya yang telah bekerja keras itu, maka karyawan kehilangan haknya!
Seorang anak selalu mendapatkan kasih sayang, perhatian, dan juga dipenuhi kebutuhannya oleh
orang tuanya. Dengan demikian, si anak telah mendapatkan haknya di lingkungan keluarga.

Hak si anak tersebut, yaitu mendapatkan nafkah dan kasih sayang, merupakan kewajiban dari
kedua orang tuanya. Orang tua memiliki kewajiban itu.
Nah, karena si anak telah mendapatkan haknya, maka si anak sudah semestinya menunaikan
kewajibannya di rumah, seperti belajar, membantu tugas orang tua, menghormati, dan
menyayangi orang tuanya.

Bila anak melakukan itu semua, maka hak dan kewajiban di dalam keluarga tersebut telah
berjalan dengan seimbang.

Terimakasih
Referensi
BMP ISIP4130 Modul 3 Ilmu Hukum
Jakarta : Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai