Anda di halaman 1dari 6

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP 2018-2019

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS AL AZHAR5 INDONESIA

MATAKULIAH : PENGANTAR ILMU HUKUM


DOSEN : AMOURY ADI SUDIRO
KELAS : HE18T (BLENDED)
HARI / TANGGAL : Sabtu / 27 Juli 2019
WAKTU : 07:00 - 09:30
SIFAT UJIAN : Take Home

1. Bacalah doa terlebih dahulu dan soal dengan teliti


2. Dilarang pinjam – meminjam alat tulis kepada peserta ujian lain
3. Dilarang bertanya/memberitahukan kepada peserta ujian lain
4. Tidak diperkenankan keluar ruangan selama ujian berlangsung kecuali selesai mengerjakan soal ujian
5. Bacalah kembali soal dan jawaban sebelum meninggalkan ruangan ujian
6. Wajib mematuhi instruksi dari Dosen/Pengawas Ujian
7. Jika melakukan pelanggaran terhadap hal-hal tersebut diatas maka nilai ujian akan dikurangi atau nilai langsung
Failed (E=0)

SOAL :

1. Jelaskan apa yang anda ketahui mengenai Hak Orisinal ! (Nilai 30)

2. Apabila ada 2 (dua) undang-undang mengatur hal yang sama, sedangkan


Undang-Undang yang baru tidak secara tegas mencabut undang-undang lama,
asas hukum apa yang dipergunakan? Jelaskan ! (Nilai 20)

3. Sebutkan syarat-syarat Kebiasaan menjadi Hukum ! (Nilai 10)

4. Sebutkan dan jelaskan Karakteristik Sistem Hukum Common Law dan Sistem
Hukum Civil Law ! (Nilai 20)

5. Kasus: (Nilai 20)


Seorang wanita (Y) menagih cicilan pembelian tas oleh X sebanyak 2 (dua)
buah masing-masing berharga Rp 5 juta, sehingga yang harus dibayar oleh
saksi Ro 10.000.000,00. Seharusnya cicilan tsb lunas pada bulan Januari 2019,
tetapi sampai dengan Maret 2019 X belum dapat melunasinya.
Pada saat itu, yaitu pada tgl 25 Maret 2019, ketika Y menagih cicilan itu, X lagi-
lagi tidak mempunyai uang untuk membayar dan minta penangguhan (lagi).
Kemudian Y mengusulkan kalau Handphone (hp) milik X dibawa dulu oleh Y
sebagai jaminan dan kalau hutangnya telah lunas, baru dikembalikan.
Oleh X tawaran ini tidak diterima.
Akan tetapi, Y tetap saja membawa pergi Hp tsb ketika X pamit pergi ke
belakang.
Pertanyaan:

Apakah perbuatan wanita (Y) tersebut dibenarkan ? Jelaskan jawaban Saudara


!

Semoga sukses !

Verifikasi dari Ketua Program Studi Dosen Pengampu,


Ilmu Hukum

( Dr. Fokky Fuad ) ( AMOURY ADI SUDIRO )


Nama : Aziz Dzulkarnaen
NIM : 0711518203
Kelas : HE18T Prodi Hukum
MATAKULIAH : PENGANTAR ILMU HUKUM

1. Hak orisinil yaitu hak yang melekat pada manusia yang diciptakan satu paket oleh Alah dengan
manusia itu sendiri. Hak - hak orisinil tersebut menjadi landasan bagi tujuan hukum karena hak - hak
orisinil tersebut yang memancarkan aspek fisik dan eksistensial manusia.Oleh karena itu untuk
mempertahankan hak - hak orisinil dikembangkan norma hukum yaitu berupa perintah dan larangan
berkaitan dengan adanya hak - hak tersebut dan itu dituangkan dalam aturan - aturan hukum yang
bersifat konkret yaitu disebut hak Derivatif yang timbul karena diciptakan oleh undang - undang,
diperaktekan oleh hukum kebiasaan dan dituangkan dalam perjanjian. Hak - hak yang bersifat
orisinil itulah yang menjadi pedoman bagi tujuan hukum,yaitu Damai sejaterah.
Contoh : Hak Hidup, Hak atas Kebebasan dan Hak Milik

2. Asas Hukum yang digunakan adalah Asas Lex specialis derogat legi generalis. Mengapa saya
katakana demikian ? Karena Makna dari Asas tersebut adalah “Aturan hukum yang khusus
-------akan menggesampingkan aturan hukum yang umum”.

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam asas Lex specialis derogat legi generalis :

(a)   Ketentuan-ketentuan yang didapati dalam aturan hukum umum tetap berlaku, kecuali yang
diatur khusus dalam aturan hukum khusus tersebut.
(b)   Ketentuan-ketentuan lex specialis harus sederajat dengan ketentuan-ketentuan lex
generalis (undang-undang dengan undang-undang).
(c)   Ketentuan-ketentuan lex specialis harus berada dalam lingkungan hukum (rezim) yang sama
dengan lex generalis. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata sama-sama termasuk lingkungan hukum keperdataan.

3. Prasyarat untuk menjadikan kebiasaan sebagai hukum yaitu :

1. Masyarakat meyakini adanya keharusan yang harus dilaksanakan,


2. Pengakuan atau keyakinan bahwa kebiasaan tersebut bersifat mengikat (kewajiban yang harus
ditaati) atau dikenal dengan prinsip opinio necessitas, dan
3. Adanya pengukuhan yang dapat berupa pengakuan dan/atau penguatan dari keputusan yang
berwibawa (atau pendapat umum, yurisprudensi dan doktrin) sehingga timbul harapan agar dapat
dilekatkan sanksi terhadap pelanggaran-pelanggaran atas kebiasaan tersebut.

4. Sebutkan dan jelaskan Karakteristik Sistem Hukum Common Law dan Sistem Hukum Civil Law !

a. Karakteristik sistem Hukum Civil Law:


 Adanya sistem kodifikasi

Alasan mengapa sistem Civil Law menganut paham kodifikasi adalah antara lain karena demi
kepentingan politik Imperium Romawi, di samping kepentingan-kepentingan lainnya di luar
itu. Kodifikasi diperlukan untuk menciptakan keseragaman hukum dalam dan di tengah-
tengah keberagaman hukum. Agar kebiasaan-kebiasaan yang telah ditetapkan sebagai
peraturan raja supaya ditetapkan menjadi hukum yang berlaku secara umum, perlu dipikirkan
kesatuan hukum yang berkepastian. Pemikiran itu, solusinya adalah diperlukannya suatu
kodifikasi hukum.
 Hakim Tidak terikat Kepada Preseden

Karakterisitik ini tidak dapat dilepaskan dari ajaran pemisahaan kekausaan yang mengilhami
terjadinya Revolusi Perancis. Menurut Paul Scholten yang mengatakan bahwa maksud
pengorganisasian organ-organ negara Belanda tentang adanya pemisahaan antar kekuasaan
membuat undang-undang, kekuasaan peradilan dan sistem kasasi serta kekuasaan eksekutif,
dan tidak dimungkinkannya kekuasaan yang satu mencampuri urusan kekuasaan lainnya,
dengan cara tersebut maka terbentuklah yurisprudensi.
 Peradilan Menganut sistem Inkuisitorial

Dalam sistem ini hakim Mempunyai peranan besar dalam mengarahkan dan memutuskan
perkara. Hakim bersifat aktif dalam menemukan fakta hukum dan cermat dalam menilai bukti
Menurut Friedman Hakim dalam sistem Civil Law berusha untuk mendapatkan gambaran
lengkap dari peristiwa yang dihadapinya sejak awal. Kejujuran dan profesionalisme hakim
sangat diandalkan sejak awal.

b. Karakterisktik Sistem Hukum Common Law


 Yurisprudensi dipandang sebagai sumber hukum yan terutama

Dianutnya Yusridprudensi sebagai sumber hukum yang terutama merupakan suatu produk
dari perkembangan yang wajar hukum inggris yang tidak dipengaruhi oleh hukum romawi.
Philip S James mengatakan dua alas an mengapa yurisprudensi dianut dalam sistem hukum ini
yaitu
1. Alasan Psikologis

Alasannya adalah karena setiap orang yang ditugasi untuk menyelesaikan perkara, ia cenderung
sedapat-dapatnya mencari alasan pembenar atas putusannya dengan merujuk kepada putusan yang
telah ada sebelumnya dari pada memikul tanggungjawab atas putusan yang dibuatnya sendiri.
2. Alasan Praktis

Diharapkan adanya putusan yang seragam karena sering diungkapkan bahwa hukum harus
mempunyai kepastian daripada menonjolkan keadilan pada setiap kasus konkrit.

Selain itu menurut sistem Common Law, menempatkan undang-undang sebagai acuan utama
merupakan suatu perbuatan yang berbahaya karena aturan undang-undang itu merupakan hasil
karya kaum teoretisi yang bukan tidak mungkin berbeda dengan kenyataan dan tidak sinkron
dengan kebutuhan. Lagi pula dengan berjalannya waktu, undang-undang itu sudah tidak sesuai lagi
dengan keadaan yang ada, sehingga memerlukan intrepretasi pengadilan.
 Doktrin Stare Decisis

Di Indonesia dikenal dengan Doktrin “Preseden”, yaitu hakim terikat untuk meerapkan
putusan pengadilan terdahulu baik yang ia buat sendiri atau oleh pendahulunya untuk kasusu
serupa.
Maskipun dalam sistem Common Law, dikatakan berlaku doktrin Stare Decisis, akan tetapi
bukan berarti tidak dimungkinkan adanya penyimpangan oleh pengadlan, dengan melakukan
distinguishing, asalkan saja pengadilan dapat membuktikan bahwa fakta yang dihadapi
berlainan dengan fakta yang telah diputus oleh pengadilan terdahulu. Artinya, fakta yang baru
itu dinyatakan tidak serupa dengan fakta yang telah mempunyai preseden
 Adversary System dalam Proses Peradilan

Dalam sistem ini kedua belah pihak yang bersengketa masing-masing menggunakan
lawyernya berhadapan di depan hakim. Para pihak masing-masing menyusun strategi
sedemikian rupa dan mengemukakan dalil-dalil dan alat-alat bukti sebanyak-banyaknya di
pengadilan. Jadi yang berperkara merupakan lawan antar satu dengan yang lainnya yang
dipimpin oleh lawyernya masing-masing.
5. Perbuatan Wanita (Y) tidak dapat dibenarkan, Tindakann Wanita (y) yang mengambil Hp Milik X
karena belum dapat melunasi hutang tanpa persetujuan dan sepengatahuan X mmerupakan
perbuatan melanggar Hukum. Sebelumnya X yang tidak mampu nenbayar lunas dan telah
melakukan Wanprestasi dikarenakan belum mampu membayar lunas Hutangnya kepada Y adalah
suatu Pelanggaran Hukum yaitu Melanggar Perjanjian. Perjanjian dapat dibuat secara tertulis dan
Lisan.
Dari Kasus diatas dalam hal demikian dimana X telah Wanprestasi setidaknya Y memiliki Hak
untuk meminta jaminan sebagaimana yang terucap dalam perjanjian. Suatu hubungan hutang
piutang umumnya diawali dengan suatu perjanjian baik secara lisan maupun tertulis. Dalam
Kasus ini X telah Wan Prestasi tidak melaksanakan kewajibannya melunasi hutang terhadap Y.
Maka berdasarkat syarat batalnya suatu perjanjian maka Y dapat menarik kembali barang yang
telah diserahkan kepada X atau meminta jaminan yang untuk menutupi kerugian yang dialami Y.
Namun Pembatalan Perjanjian tidak serta merta dapat dilakukan Oleh Y, Hal ini disebabkan
Harus adanya putusan Pengadilan, itupun apabila adanya perjanjian tertulis, dikarenkan tidak
adanya perjanjian tertulis maka Y tidak berhak serta nerta mengambil barang milik X apabila
ingin menutupi kerugian yang dialaminya. Dikarenekan tindakan Y yang mengambil barang tanpa
persetujuan dari X bias dindikasikan sebagai suatu pelanggaran hukum yang mana tindakanitu
bias diindikasikan sebagai tindak oidana pencurin.

Anda mungkin juga menyukai